OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
2019
DESKRIPSI PRAKTIKUM
Pelaksana Pengukuran : Dimas Prawira Mileanto, Nabil Amar, Elsa Shafira, Rofieq
Agiel, Sufiyanti Puji, Hasna Khanza, Aprilia Budi Setiawan,
Febby Naufal.
A. Latar Belakang
Pada proses awal infiltrasi, air yang masuk ke dalam tanah mengisi kadar air tanah yang
mengalami kekurangan. Kadar air tanah yang telah mencapai kadar air kapasitas lapang,
maka kelebihan airnya mengalir ke bawah tanah dan menjadi cadangan air tanah.
Kemampuan tanah dalam menahan air dipengaruhi tekstur tanah. Tanah yang memiliki
tekstur kasar, daya menahan air lebih kecil daripada tanah yang memiliki tekstur halus. Oleh
karena itu, tanaman yang tumbuh pada tanah yang berpasir umumnya lebih cepat mengalami
kekeringan daripada tanah yang memiliki tekstur lempung atau liat (Syukur, 2009).
Air yang dapat meresap ke tanah dikarenakan adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi.
Lapisan tanah berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia dan pergerakan air yang berada
di dalam tanah. Lapisan tanah keras yang tidak tembus air akan memperlambat pergerakan air
dan dapat mempengaruhi daya tembus serta perkembangan akar yang secara efektif dapat
mengurangi kedalaman tanah (Jury et al., 2004).
B. Tujuan
Untuk mengetahui laju infiltrasi tanah di lahan percobaan fakultas pertanian Universitas
C. Manfaat
sebagai pengembangan ilmu yang berkaitan dengan fungsi lahan pertanian dan lingkungan
yang memungkinkan untuk mempermudah penempatan komoditas tertentu yang sesuai
dengan lahan tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Asdak (1995), Proses masuknya air dari atas (surface) kedalam tanah disebut
infiltrasi. Sedangkan laju infiltrasi (ft) adalah daya infiltrasi maksimum yang ditentukan oleh
kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan
perjalanan air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah
perjalanan air ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan
gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Setelah keadaan jenuh pada lapisan tanah bagian atas
terlampaui, sebagian dari air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya
gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi.
Besarnya laju infiltrasi atau perkolasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Dengan
demikian, proses infiltrasi melibatkan tiga proses yang saling tidak tergantung :
1) Proses masukknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah
2) Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah
3) Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping, dan atas)
Bahan : Air
Alat : Ember, Gayung, Paralon, Penggaris, Balok Kayu
Tempat Pengukuran
Prosedur penentuan tempat pengukuran adalah sebagai berikut,
a) Tentukan rencana titik pengukuran dalam peta topografi.
b) Jika pengukuran infiltrasi daerah penelitian dilakukan pada beberapa titik dengan
variasi kondisi geologi, topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan, satuan lahan
pengukuran dibuat dengan melakukan tumpeng susun peta menurut variasi kondisi
lahan. Pilih lokasi di lapangan yang mewakili satuan lahan yang dibuat pada keadaan
permukaan yang datar dengan luas paling sedikit 2 x 2 m.
c) Pengukuran dapat dilakukan ppada permukaan tanah atau pada lubang galian jika
nilai laju infiltrasi pada kedalaman lebih diinginkan daripada permukaan.
d) Catat rinci lokasi pengukuran berupa nomor pengukuran, posisi dan elevasi dari peta
topografi.
e) Buat sketsa orientasi lokasi pengukuran.
Keterangan :
f = Laju infiltrasi (cm/jam)
ΔH = Perubahan tinggi muka air tiap selang waktu (cm)
Δt = selang waktu pengukuran (menit)
g) Catat hasil perhitungan laju infiltrasi pada kolom 6
h) Plot pada kertas grafik antara t dari formulir pengukuran kolom 2 sebagai sumbu x
dan laju infiltrasi dari formulir pengukuran kolom 6 sebagai sumbu y.
V. HASIL PENGAMATAN
Jam T ΔT ΔH Fc
Keterangan
(Ulangan) (Menit) (Menit) (cm) (cm/jam)
1 1 menit 1 menit 2 cm 120 cm/jam
2 1 menit 1 menit 1,2 cm 72 cm/jam
3 1 menit 1 menit 0,8 cm 48 cm/jam
4 1 menit 1 menit 0,6 cm 36 cm/jam
5 1 menit 1 menit 0,4 cm 24 cm/jam
6 1 menit 1 menit 0,4 cm 24 cm/jam
7 1 menit 1 menit 0,4 cm 24 cm/jam
8 1 menit 1 menit 0,4 cm 24 cm/jam
9 1 menit 1 menit 0,4 cm 24 cm/jam
100
Kapasitas Infiltrasi
80 72
60 48
36
40
24 24 24 24 24
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Ulangan
VI. PERHITUNGAN
𝛥𝐻
Kapasitas Infiltrasi (fc) : 𝑥 60 (𝑐𝑚/𝑗𝑎𝑚)
𝛥𝑡
Keterangan :
T = Lamanya waktu sejak dimulai pengukuran (menit)
Δt = Beda waktu antara dua pengukuran berurutan (menit)
ΔH = Tinggi muka air yang meresap dalam selang waktu Δt (cm)
Fc = Kapasitas infiltrasi (cm/jam)
Fc 1 = 2 / 1 x 60 (cm/jam)
= 120 cm/jam
Fc 2 = 1,2 / 1 x 60 (cm/jam)
= 72 cm/jam
Fc 3 = 0,8 / 1 x 60 (cm/jam)
= 48 cm/jam
Fc 4 = 0,6 /1 x 60 (cm/jam)
= 36 cm/jam
Fc 5 = 0,4 /1 x60 (cm/jam)
= 24 cm/jam
Fc 6 = 0,4 /1 x60 (cm/jam)
= 24 cm/jam
Fc 7 = 0,4 /1 x60 (cm/jam)
= 24 cm/jam
Fc 8 = 0,4 /1 x60 (cm/jam)
= 24 cm/jam
Fc 9 = 0,4 /1 x60 (cm/jam)
= 24 cm/jam
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, tanah yang dipakai sebagai bahan praktikum adalah tanah jenis
regosol. Tanah regosol adalah tanah hasil dari erupsi gunung berapi atau peristiwa
vulkanisme. Tanah ini mempunyai ciri khas yakni berwarna keabu – abuan, tekstur kasar,
butiran – butiran kasar, dan gembur. Ciri khas tersebut nampak pada tanah yang diteliti
sehingga tanah tersebut adalah tanah jenis regosol. Praktikum ini dilakukan pada pukul 09.00
hingga 09.09 menit dengan menggunakan metode infitrometer cincin dengan memasukkan
kira – kira 10 cm tinggi alat ke permukaan tanah lalu mengisi dengan air. Pada praktikum ini,
yang diamati adalah laju infiltasi tanah dengan melihat penurunan tinggi muka air pada pipa
cincin.
Pada ulangan pertama, terjadi perubahan yang mendasar yaitu kapasitas infiltrasinya
mencapai 120 cm / jam. Selanjutnya, pada ulangan ke 2 terjadi penurunan kapasitas
infiltrasinya yaitu menjadi 72 cm / jam, pada ulangan ke – 3 kapasitas infiltrasi kembali
menurun sebesar 48 cm / jam, lalu pada ulangan ke – 4 terjadi penurunan kembali yaitu
sebesar 36 cm / jam. Pada ulangan ke 5 sudah mulai menunujukan kapasitas infiltrasi yang
stabil yakni 24 cm/jam, dan ini sama denagn hasil ulangan ke – 6 hingga ulangan ke – 9.
Ulangan dilakukan sebanyak 9 kali dikarenakan keadaan kapasitas infiltrasi dari tanah
yang di uji belum menujukkan tanda – tanda stabil pada awalnya. Hal ini dilihat dari ulangan
pertama pada menit pertama yaitu terjdi penurunan yang cepat dan drastic menuju ulangan ke
– 2. Hal ini disebabkan oleh tanah yang diuji memiliki kondisi tanah yang kering sehingga
tanah akan banyak menyerap air untuk mengisi pori – pori tanah. Lalu pada ulangan
selanjutnya terjadi penurunan hingga pada ulangan ke – 5 hingga ke – 9 kapasitas
infiltrasinya konstan yaitu sebesar 24 cm / jam. Hal ini menandakan bahwa laju infiltrasi pada
tanah regosol di tempat uji memiliki kapasitas infiltrasi sebesar 24 cm / jam.
VIII. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju gerak air menembus
tanah atau konduktivitas hidrolik, dapat berkurang dengan makin berkurangnya ruang pori
dan Kuantitas air yang mampu diserap oleh tanah sangat tergantung pada kondisi fisik tanah.
B. Saran
Dalam pengukuran laju infiltrasi di lapangan, sebaiknya tidak dilakukan pada saat musim
hujan dikarenakan kondisi tanah sering dalam keadaan jenuh setelah hujan turun. Selain itu
kondisi lokasi di lapangan juga harus ada ketetapan yang jelas misalnya pemanfaatan lahan
yang sesuai. Data yang digunakan juga perlu lebih banyak variasi agar memperoleh hasil
yang memuaskan. Sebaiknya itu semua diperhatikan supaya hasil yang didapat baik dan
penelitian ini dapat digunakan berkaitan dengan tata guna lahan perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Asdak, C. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai: Edisi Revisi Kelima.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta.
Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi Pada tata Guna Lahan yang Berbeda di Desa
Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan. [Skripsi]. Departemen Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Jury, WA, dan Horton, R. 2004. Soil Physics. John Willey and Sons. New Jersey. 370 p.
Gambar 4 Air di dalam pipa Gambar 5 Pengukuran air di Gambar 6 Pengukuran air di
sudah penuh dalam pipa yang mengalami dalam pipa yang mengalami
pengurangan selama 1 menit pengurangan selama 1 menit
pertama kedua