Anda di halaman 1dari 11

Program Studi Teknik Pertanian

Departemen Teknologi Pertanian


Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

KAPASITAS LAPANG EFEKTIF (KLE)

Farhan1), Muhammad Dhaifullah2) dan Lilis Krisdayana Putri2)


1)
Praktikan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase Program Studi Teknik Pertanian Universitas
Hasanuddin
2)
Asisten Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase Program Studi Teknik Pertanian Universitas
Hasanuddin

ABSTRAK
Kapasitas lapang diartikan sebagai jumlah kadar air yang dapat disimpan oleh suatu
tanah dalam keadaan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Air yang dapat ditahan oleh
tanah akan terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah
semakin lama akan semakin kering. Tujuan dari praktikum Kapasitas Lapang Efektif
(KLE) yaitu untuk mengetahui hubungan kapasitas lapang efektif dengan kadar air
tanah, metode apa saja yang digunakan serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
Praktikum dilakukan dengan menimbang tanah dan kertas saring, lalu diberi air dan
dibiarkan hingga tidak menetes. Setelah itu, dioven selama 24 jam dan dilakukan
kembali penimbangan. Hasil dari praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) yaitu
kapasitas lapang efektif pada tanah yang digunakan sebesar 80,1%. Tanah liat memiliki
kemampuan menahan air yang lebih besar dibadingkan dengan tanah berpasir karena
tanah liat memiliki pori-pori tanah yang rapat sehingga air mudah tertahan. Kesimpulan
dari praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) yaitu kadar air 100% lebih baik
digunakan karena tanaman tersebut akan lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
yang diberi kadar air di bawah dari 100%. Semakin sedikit kandungan air di dalam
tanaman, maka proses pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kapasitas lapang tanah
yang bertekstur liat jauh lebih besar dibandingkan dengan tanah yang bertektur berpasir
karena adanya faktor struktur tanah, tebal lapisan jenuh, tekstur tanah dan lain-lain.

Kata Kunci: Air, Liat, Tanah

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman dapat mengalami pertumbuhan dengan baik apabila mendapatkan perawatan
yang tepat seperti pemberian nutrisi dan pemberian air dengan jumlah yang tepat. Setiap
tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda dan disesuaikan dengan seberapa besar
kapasitas air yang dapat disimpan oleh tanah. Tanah tersebut digunakan sebagai lahan
untuk penanaman. Setiap tanah memiliki kapasitas simpan air yang berbeda-beda
tergantung dari kelembaban tanah, tebal lapisan jenuh, tekstur tanah, pori-pori tanah,
bulk density, kadar air tanah dan porositas. Untuk mengetahui kapasitas simpan air pada
suatu tanah, dapat dilakukan pengukuran dengan mengunakan metode perhitungan
kapasitas lapang pada tanah.
Kapasitas lapang diartikan sebagai jumlah kadar air yang dapat disimpan oleh suatu
tanah dalam keadaan dipengaruhi oleh suatu faktor, seperti faktor gaya gravitasi bumi.
Pengukuran kadar air pada tanah dilakukan dengan menggunakan suatu rumus KL
(Kapasitas Lapang). Kertas tanah yang kering akan ditimbang terlebih dahulu, lalu
menyiapkan sampel tanah seberat 100 gram. Setelah itu, sampel tanah di letakkan di
atas kertas saring, lalu diberi air dan ditunggu hingga sampel tanah jenuh. Ketika tidak
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

ada air yang benar-benar turun dari sampel tanah, maka dilakukan kembali proses
penimbangan. Setelah itu, dilakukan proses pengovenan selama satu hari, lalu
ditimbang kembali.
Kadar air pada tanah dapat diukur dengan menggunakan alat soil moisture meter.
Soil moisture meter termasuk alat yang digunakan untuk mengukur kadar air pada suatu
tanah yang dimana dapat membaca sekitar 50% kadar air. Soil moisture meter dapat
melakukan pengukuran yang akurat pada tanah dengan ketinggian maksimal 10 cm.
Sampel tanah yang digunakan harus berupa tanah kering atau tanah yang telah dioven
sebelum dituangkan air di atasnya. Penuangan kadar air dilakukan hingga mencapai
kadar air yang diinginkan. Proses ini harus dilakukan dengan mengaduk tanah dengan
air hinggga tercampur rata sehingga data pengukuran yang didapatkan tidak berbeda-
beda di setiap titiknya. Saat melakukan pengukuran dengan menggunakan alat soil
moisture meter, alat tidak boleh digerakkan atau digoyang-goyangkan agar tanah tidak
terbuka dan udara bisa masuk ke dalam tanah sehingga dapat mempengaruhi hasil
pengukuran yang didapatkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan praktikum Kapasitas Lapang Efektif
(KLE) agar dapat mengetahui seberapa besar kadar air yang dapat disimpan oleh tanah
sehingga dapat mengetahui berapa banyak air yang diberikan pada tanaman.
Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dari praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) yaitu untuk mengetahui nilai
kadar air kapasitas lapang efektif pada tanah dengan metode pengukuran drainase bebas
dan gravimetrik sebagai acuan pemberian air irigasi pada tanaman.
Adapun kegunaan dari praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) yaitu untuk
memahami penggunaan rumus perhitungan kadar air kapasitas lapang efektif tanah
dengan metode gravimetrik, mengetahui respon pertumbuhan tanaman terhadap kadar
air yang diberikan serta mengetahui pengaruh kadar air untuk pertumbuhan tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah
Tanah menjadi salah satu bagian kerak bumi yang memiliki susunan berupa mineral dan
bahan-bahan organik. Tanah termasuk salah satu media tumbuh tanaman yang dimana
setiap tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda. Setiap jenis tanah memiliki
distribusi dan ukuran pori-pori yang berbeda yang dapat mempengaruhi ketersediaan air
dalam tanah. Tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam menampung
atau menyimpan air. Tanah yang bertekstur liat memiliki kemampuan yang lebih besar
dalam menyimpan air dibandingkan tanah yang bertekstur pasir. Semakin halus tekstur
tanah maka semakin besar kapasitas tanah dalam menyimpan air (Haridjaja et al.,
2018).
Tanah pada dasarnya beragam dari suatu tempat ke tempat yang lain. Perbedaan ini
dicirikan dengan karakteristik tanah secara horizontal maupun vertikal. Ada beberapa
faktor pembentuk tanah yaitu organisme, bahan induk, waktu, topografi dan iklim.
Setiap tanah yang terbentuk dapat diklasifikasikan dengan suatu sistem klasifikasi tanah
yang didasarkan pada karakteristik permanen tanah yang dimana akan mencerminkan
kemampuan tanah tersebut untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Tanah termasuk
salah satu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan memiliki sifat kimia, fisik dan
biologis. Setiap jenis tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda dengan
kemampuan terhadap pertumbuhan tanaman di atasnya juga berbeda (Widiatmaka et al.,
2015).
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

Jenis tanah dan faktor lingkungan yang tidak sesuai dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan suatu tanaman. Tanah gambut memiliki pH atau tingkat keasaman yang
tinggi yaitu sekitar 3-5 sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tingkat
keasaman yang tinggi pada suatu tanah menjadi salah satu kendala dalam pertumbuhan
tanaman. Akan tetapi, tingkat keasaman tanah yang tinggi dapat diatasi dengan
penambahan dolomit sesuai dengan kebutuhan tanah gambut (Novara et al., 2021).
Tekstur Tanah
Tekstur tanah diartikan sebagai kondisi tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
adanya perbedaan komposisi kandungan fraksi liat, debu dan pasir yang terkandung
di dalam suatu tanah. Tekstur tanah mempengaruhi laju infiltrasi. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu struktur tanah, tekstur tanah, kelembaban tanah,
kedalaman tanah, tebal lapisan jenuh, intensitas hujan, tanaman penutup, pemadatan
oleh hujan dan sifat-sifat fisik tanah. Semakin halus tekstur tanah maka akan semakin
sulit air untuk masuk ke dalam tanah karena pori-pori tanah menjadi rapat. Semakin
kasar tekstur tanah maka lebih mudah air untuk masuk ke dalam tanah (Fadhli &
Andayono, 2022).
Ukuran pori-pori berpengaruh terhadap daya infiltrasi. Semakin besar pori-pori
tanah maka daya infiltrasi semakin besar. Tanah yang memiliki pori-pori besar sulit
untuk menahan air sehingga tanaman mudah mengalami kekeringan. Tanah remah
memberikan kapasitas infiltrasi lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-pori
jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan kering.
Tanah pasir memiliki pori drainase yang baik sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak
dapat memegang atau mengikat air. Kelas tekstur tanah dikelompokkan ke dalam lima
kelompok yaitu t1, t1, t3, t4 dan t5. Kelas t1 yaitu tanah bertekstur halus yang meliputi
liat berdebu dan liat. Kelas t2 merupakan tanah bertekstur agak halus yang meliputi
tekstur liat berpasir, lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu.
Kelas t3 merupakan tanah bertekstur sedang yang meliputi tekstur lempung, lempung
berdebu dan debu. Kelas t4 termasuk tanah bertekstur agak kasar yang meliputi tekstur
lempung berpasir. Kelas t5 meliputi tanah yang bertekstur kasar seperti tekstur pasir
berlempung dan pasir (Basir, 2019).
Kualitas tanah dan air yang tersedia menjadi faktor kunci yang mempengaruhi hasil
panen. Tekstur tanah merupakan bagian dari tanah yang penting dan bervariasi yang
sangat efektif pada kemampuan tanah untuk menahan air, untuk kesuburan tanah dan
produksi tanaman. Tanah ringan memiliki ventilasi dan permeabilitas yang lebih baik
tetapi limbah nutrisi juga tinggi. Tanah yang berat memiliki biomassa mikroba yang
tinggi, kemampuan pemeliharaan air dan nutrisi serta kebutuhan irigasi yang lebih
rendah tetapi ventilasi dan permeabilitas yang buruk (Hosseini et al., 2022).
Ada beberapa jenis tanah seperti tanah jenis gleisol distrik, kambisol distrik, aluvial
gleik, podsolik kromik, oksisol haplik dan lain sebagainya. Tekstur tanah cukup
bervariasi dari kelas halus hingga kasar. Hal tersebut terlihat bahwa pola perubahan
tekstur dari permukaan tanah hingga ke dalam 100 cm tidak menunjukkan penurunan
kandungan liat. Sifat kimia pada tanah yaitu kejenuhan basa, bahan organic, pH tanah,
kapasitas tukar kation, aluminium dan lain sebagainya. Nilai pH tergolong masam
hingga sangat masam. Kalium terdapat di dalam tanah dengan jumlah yang besar, tetapi
hanya 2-10% yang terlarut dan dapat diserap oleh akar vegetasi (Sarminah et al., 2022).
Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang diartikan sebagai keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah akan terus menerus diserap oleh akar-akar
tanaman atau menguap sehingga tanah semakin lama akan semakin kering. Saat akar
pada suatu tanaman sudah tidak mampu lagi menyerap air tersebut, maka akan
menyebabkan tanaman menjadi layu. Kisaran kadar air tanah yang tersedia secara
optimum berada antara field capacity atau kapasitas lapang dan permanent wilting point
atau titik layu permanen. Kapasitas lapang ditentukan dengan cara gravimetrik. Hasil
dari pengurangan kadar air kapasitas lapang dan kadar air tanah kering udara digunakan
untuk penentuan jumlah air yang dibutuhkan untuk penentuan jumlah air yang
dibutuhkan untuk tercapainya kapasitas lapang. Bobot tanah basah dalam wadah
percobaan dengan perlakuan tingkat cekaman air dipertahankan setiap hari dengan
menyiram sebanyak air yang hilang. Banyaknya air yang hilang dapat kita ketahui
dengan menimbang setiap pot setelah penyiapan tanah pada kondisi perlakuan kapasitas
lapang. Selisih berat tanah basah dan wadah saat dilakukan penyiraman merupakan
jumlah air yang dibutuhkan untuk terciptanya kembali kondisi kapasitas lapang sesuai
perlakuan. Parameter yang diamati adalah panjang akar, tinggi tanaman, bobot basah
akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar dan bobot kering tajuk (Siregar et al., 2017).
Pengukuran kapasitas lapang dilakukan untuk mengetahui volume penyiraman air
pada tanaman yang dilakukan dengan menyiram media tanam dalam polybag hingga air
menetes. Setelah itu, didiamkan hingga tidak ada air yang menetes dari dalam polybag.
Polybag akan ditimbang sebagai berat basah dan berat kering ditimbang setelah media
tanam dipanaskan di dalam oven pada suhu 100 °C selama 24 jam. Berat basah tanah
di dalam polybag setiap perlakuan dipertahankan setiap harinya yang dilakukan dengan
cara berat basah tanah awal dalam polybag yang telah disiram air ditimbang. Lalu,
untuk proses penyiraman selanjutnya, polybag akan ditimbang Kembali untuk
mengetahui banyak air yang hilang. Setelah itu, tanaman disiram sesuai dengan
banyaknya air yang hilang. Semakin sedikit kandungan air di dalam tanaman dapat
menghambat proses pembelahan sel dan pembesaran sel sehingga pertumbuhan tinggi
tanaman akan menurun. Namun, hal tersebut tidak berlaku pada tanaman holtikultura
yang lebih menyukai tanah yang agak kering. Apabila air yang diberikan pada suatu
tanaman mencukupi, maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik jika dibandingkan
dengan tanaman yang mengalami kekurangan air. Kondisi air yang tidak sesuai dengan
kebutuhan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Ketersediaan air di
dalam tanah akan berpengaruh terhadap berat basah tanaman sehingga berat basah yang
dihasilkan semakin tinggi. Apabila kandungan air pada tanaman optimal, maka hasil
fotosintat yang dihasilkan juga banyak sehingga berat kering yang dihasilkan bernilai
besar. Air menjadi salah satu faktor utama yang memiliki peran penting dalam proses
pertumbuhan tanaman terutama pada bagian akar. Tanaman yang memiliki ketersediaan
air yang kurang atau sedikit memiliki ukuran tanaman yang kecil dibandingkan dengan
tanaman yang memiliki ketersediaan air yang cukup. Saat kebutuhan air cukup tersedia
di daerah perakaran, maka kebutuhan air tanaman terpenuhi sehingga terjadi
keseimbangan antara ketersediaan air dan penggunaan air. Ketika ketersediaan air
kurang, maka akan menyebabkan proses transportasi unsur hara dan fotosintesis di daun
akan terhambat. Cekaman air merupakan kondisi lingkungan yang dimana tanaman
tidak menerima asupan air yang cukup sehingga tanaman tidak dapat melakukan proses
pertumbuhan dengan baik. Tanaman yang mengalami cekaman air akan memanjangkan
akarnya untuk mencari air sehingga berat pada tanaman menurun karena daun mengecil
dan tinggi tanaman yang menurun (Novara et al., 2021).
Alat Ukur Kadar Air Tanah
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

Soil moisture meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar air pada
suatu sampel. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur kadar air tanah sebelum
memasuki proses pindah tanam. Untuk mengukur kadar air tanah, digunakan alat SMM
tipe LUTRON PMS 714. Pengujian dilakukan dengan menempelkan atau menancapkan
alat ke dalam sampel tanah dan diberikan variasi kadar air. Nilai kadar air yang
terkandung dalam tanah akan muncul di display pada alat. Sampel tanah terus diberi air
hingga mencapai kadar air yang diinginkan (Dewi et al., 2018).
Penentuan lengas tanah merupakan salah satu pengukuran tersulit yang dilakukan
dalam bidang hidrologi. Tensiometer mengukur tegangan kapiler air tanah pada rentang
0-1 atm. Tensiometer sangat berguna sebagai instrumen pembacaan terus menerus
untuk memperkirakan kadar air tanah. Tensiometer tidak berfungsi pada tanah yang
lebih kering pada tegangan yang lebih tinggi karena masuknya udara melalui titik
berpori. Metode gravimetri termasuk salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur kadar air tanah. Kadar air tanah dihitung dengan menimbang sampel tanah
sebelum dan sesudah dikeringkan. Pengukuran gravimetri langsung dari kelembaban
tanah bebeas memerlukan pemindahan, pengeringan dan penimbangan sampel (Majhi &
Sarkar, 2019).

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) dilaksanakan pada Senin, 5 September 2022
pukul 18.00 WITA sampai selesai di Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Departemen
Teknologi Pertanian, Prodi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) yaitu
cawan petri, kertas saring, corong, oven, gelas beaker dan timbangan.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) yaitu tanah dan
air.
Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum Kapasitas Lapang Efektif (KLE) yaitu;
A. Metode Gravimetri
1. Timbang masing-masing kertas saring kering
2. Lipat kertas saring basah sesuai petunjuk lipatan, lalu letakan pada corong tersebut
sesuai bentuk corong.
3. Timbang tanah seberat 100 gr, lalu masukan tanah kedalam kertas saring yang telah
diletakkan didalam corong.
4. Basahi tanah yang ada di corong sampai pemukaan corong dan biarkan sampai
airnya tidak menetes dan kondisi tanah jenuh akan air.
5. Setelah tanah jenuh, timbang berat tanah basah + kertas saring basah.
6. Masukkan dalam oven 105 °C, biarkan selama 24 jam.
7. Setelah 24 jam keluarkan masing-masing sampel sesuai dengan kelompoknya dan
ditimbang.
8. Hitung kapasitas lapang masing-masing tanah dengan rumus yang telah ditentukan.
9. Mencatat hasil perhitungan dan mendokumentasikan praktikum.
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

B. Metode Penggunaan SMM


1. Mengukur kadar air tanah dengan menggunakan alat SMM untuk kadar air tanah
60%.
2. Menghomogenkan sampel tanah dengan air sedikit demi sedikit.
3. Menancapkan alat ke dalam sampel tanah sedalam 10 cm dan membaca hasil
pengukuran.
4. Menambahkan air sedikit demi sedikit hingga mencapai kadar air 30%.
5. Mengkali dua volume air yang dibutuhkan untuk kadar air tanah 60%.
6. Membersihkan alat menggunakan tissue.

Rumus yang Digunakan

(c-b) - (d-a)
KLE = ×100%
(d-a)

Keterangan:
KLE = kapasitas lapang efektif (%)
a = berat tanah kering dan kertas saring kering (gr)
b = berat kertas saring basah (gr)
c = berat tanah basah dan kertas saring basah (gr)
d = berat tanah setelah dioven selama 24 jam (gr)

KA = Persentase × KLE

Keterangan:
KA = kadar air (%)
Persentase = 40%, 60% dan 80%,
KLE = kapasitas lapang efektif (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Hasil Perhitungan KLE dengan Metode Gravimetri
Berat
Berat basah tanah Berat kering tanah
Tekstur tanah
dan kertas saring dan kertas saring KLE (%)
tanah kering
(gr) (gr)
(gr)
Liat 100 106,79 95,77 80,1

Tabel 2. Hasil Perhitungan Kadar Air Kapasitas Lapang


Kadar air (%)
KL
80% 60% 40%
80,1 64 48 32

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kadar Kir dengan Soil Moisture Meter (SMM)
Massa Kadar air (%)
(gr) 100% 80% 60% 40%
500 350 ml 280 ml 210 ml 140 ml
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

Pembahasan
Kapasitas lapang diartikan sebagai keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah akan terus menerus diserap oleh akar-akar
tanaman atau menguap sehingga tanah semakin lama akan semakin kering. Saat akar
pada suatu tanaman sudah tidak mampu lagi menyerap air tersebut, maka akan
menyebabkan tanaman menjadi layu. Kisaran kadar air tanah yang tersedia secara
optimum berada antara field capacity atau kapasitas lapang dan permanent wilting point
atau titik layu permanen. Bobot tanah basah dalam wadah percobaan dengan perlakuan
tingkat cekaman air dipertahankan setiap hari dengan menyiram sebanyak air yang
hilang. Banyaknya air yang hilang dapat kita ketahui dengan menimbang setiap pot
setelah penyiapan tanah pada kondisi perlakuan kapasitas lapang. Jumlah air yang
dibutuhkan diketahui dengan mengurangkan nilai kadar air kapasitas lapang dengan
kadar air tanah kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar et al. (2017), bahwa
hasil dari pengurangan nilai kadar air kapasitas lapang dan kadar air tanah kering udara
digunakan untuk penentuan jumlah air yang dibutuhkan untuk tercapainya kapasitas
lapang.
Kapasitas lapang tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti struktur tanah,
kedalaman tanah dan pori-pori tanah. Selain itu, kapasitas lapang juga dipengaruhi oleh
jenis dan tekstur pada tanah. Tanah yang memiliki tekstur liat memiliki kapasitas lapang
atau kemampuan untuk menahan tanah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
tanah yang memiliki tekstur berpasir. Hal tersebut disebabkan karena tanah liat
memiliki struktur dan pori-pori yang lebih rapat sehingga dapat menahan air lebih
banyak sedangkan pada tanah berpasir memiliki struktur dan pori-pori tanah yang lebih
renggang sehingga air mudah mengalir dan sulit untuk tertahan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Basir (2019), bahwa tanah yang memiliki pori-pori besar sulit untuk
menahan air sehingga tanaman mudah mengalami kekeringan.
Pengukuran kadar air pada tanah diukur dengan menggunakan alat soil moisture
meter tipe LUTRON PMS 714. Alat ini memiliki keakuratan pengukuran pada
kedalaman tanah 10 cm. Alat ini dapat membaca nilai kadar air tanah dari 0 – 50%.
Pengukuran dilakukan dengan menghomogenkan tanah dengan air, lalu ditancapkan ke
dalam tanah hingga hasil pengukuran muncul di display. Air terus ditambahkan sedikit
demi sedikit hingga mencapai kadar air tanah yang diinginkan. Selama pengukuran,
jangan goyang-goyangkan alat agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran. Alat ini
digunakan untuk mengukur kadar air pada tanah untuk mengetahui seberapa besar
kapasitas lapangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi et al. (2018), bahwa soil
moisture meter dapat digunakan untuk mengukur kadar air pada tanah sebelum
memasuki proses pindah tanam.
Berdasarkan tabel, dilakukan pengukuran kadar air pada sampel tanah hingga
mencapai kadar air yang diinginkan. Sampel tanah yang digunakan seberat 500 gram.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak air yang diberikan hingga
kadar air tanah mencapai persentase 40%, 60%, 80% dan 100%. Banyaknya air yang
digunakan untuk mencapai kadar air tanah 60% yaitu 210 ml. Kadar air yang
dibutuhkan untuk mencapai setiap persentase kadar air tanah tentunya berbeda-beda.
Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor jenis tanah ataupun tekstur tanah.
Berdasarkan pada literatur yang ada, persentase kadar air yang baik untuk tanaman
holtikultura yaitu pada kadar air dengan persentase 60% dan 80%. Hal tersebut
dikarenakan tanaman holtikultura seperti sayur-sayuran tidak terlalu membutuhkan air
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

yang banyak karena tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Novara et al. (2021), apabila air yang diberikan pada suatu tanaman
mencukupi, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik. (Setiyani, 2020)

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketika kapasitas
lapang tanah besar maka kadar air tanah yang dapat ditampung juga semakin besar.
Kapasitas lapang efektif pada tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tekstur
tanah. Tanah yang bertekstur liat memiliki kemampuan untuk menahan air yang lebih
besar dibandingkan dengan tanah yang bertekstur pasir. Hal tersebut disebabkan karena
tanah liat memiliki struktur dan pori-pori yang lebih rapat sehingga dapat menahan air
lebih banyak sedangkan pada tanah berpasir memiliki struktur dan pori-pori tanah yang
lebih renggang sehingga air mudah mengalir dan sulit untuk tertahan. Metode yang
digunakan untuk menghitung kapasitas lapang efektif yaitu metode gravimetri dan
menggunakan alat soil moisture meter. Kadar air yang baik untuk digunakan pada suatu
tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman. Tanaman holtikultura membutuhkan air
yang tidak terlalu banyak karena lebih menyukai tanah yang agak kering. Apabila air
yang diberikan pada suatu tanaman mencukupi, maka pertumbuhan tanaman akan
menjadi lebih baik.
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

DAFTAR PUSTAKA
Basir, M. I. (2019). Pemanfaatan Lahan Bekas Penggalian Tanah Pembuatan Batu Bata
Untuk Persawahan di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten
Gowa. Jurnal Environmental Science, 1(2), 18–27.
https://doi.org/10.35580/jes.v1i2.9056
Dewi, B. F., Darmawan, D., & Ismardi, A. (2018). Karakterisasi Jenis Tanah dan
Kandungan Air Menggunakan Metode Induksi Medan Magnet. EProceedings of
Engineering, 5(3), 5667–5674.
Fadhli, R., & Andayono, T. (2022). Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Kapasitas
Infiltrasi pada Daerah Pengembangan Permukiman di Kecamatan Kuranji Kota
Padang. Jurnal Teknik Sipil, 11(1), 72–79.
Haridjaja, O., Baskoro, D. P. T., & Setianingsih, M. (2018). Perbedaan Nilai Kadar Air
Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, dan Pressure
Plate pada Berbagai Tekstur Tanah dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Bunga
Matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 15(2), 52.
https://doi.org/10.29244/jitl.15.2.52-59
Hosseini, N., Rezanejad, F., & Bahramabadi, E. Z. (2022). Effects of Soil Texture,
Irrigation Intervals and Cultivar on some Nut Qualities and Different Types of
Fruit Blankness in Pistachio (Pistacia vera L.). International Journal of
Horticultural Science and Technology, 9(2), 41–53.
https://doi.org/10.22059/ijhst.2020.303725.374
Majhi, T., & Sarkar, N. (2019). Study on Soil Moisture Variations in Responding to
Tensiometer and Soil Moisture Meter with Respect to Gravimetric Method.
International Journal of Chemical Studies, 7(4), 3179–3188.
Novara, R. D., Wardoyo, E. R. P., & Linda, R. (2021). Respon Pertumbuhan Tanaman
Kacang Ercis (Pisum sativum L.) Terhadap Cekaman Air pada Tanah Gambut.
Jurnal Protobiont, 10(2), 55–59.
Sarminah, S., Gultom, U. A., & Ramayana, S. (2022). Estimasi Erodibilitas Tanah dan
Identifikasi Jenis Erosi di Wilayah Pasca Tambang Batubara. Jurnal AGRIFOR,
21(1), 13–26.
Setiyani, M. S. (2020). Pengaruh Metode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Akar
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L). Jurnal Agritechno 2(4). 1–9.
Siregar, S. R., Zuraida, & Zuyasna. (2017). Pengaruh Kadar Air Kapasitas Lapang
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

Terhadap Pertumbuhan Beberapa Genotipe M3 Kedelai (Glycine max L. Merr).


Jurnal Floratek, 12(1), 10–20.
Widiatmaka, Mediranto, A., & Widjaja, H. (2015). Karakteristik, Klasifikasi Tanah dan
Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectona grandis Linn f.) Var. Unggul Nusantara di
Ciampea, Kabupaten Bogor. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan, 5(1), 87–97. https://doi.org/10.19081/jpsl.2015.5.1.87

LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Manual Gravimetri
Dik:
c = 106,79
d = 95,77
Dit: KLE…?
(c-b) - (d-a)
KLE = ×100%
(d-a)

106,79 - 95,77
KLE = ×100%
106,79
KLE = 80,1%
Lampiran 2. Perhitungan Manual Persentase Kadar Air KLE
Dik:
KLE = 80,1%
Dit: KA 80%, 60% dan 40%...?
KA 80% = Persentase × KLE
80
= ×80,1%
100
KA 80% = 64%
KA 60% = Persentase × KLE
60
= ×80,1%
100
KA 80% = 48%
KA 40% = Persentase × KLE
Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

40
= ×80,1%
100
KA 80% = 32%

Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum

Gambar 2. Pengukuran Berat Kering Tanah.

Gambar 3. Alat Soil Moisture Meter.

Anda mungkin juga menyukai