Disusun Oleh :
Supriyanti
D1A020048
Dosen Pengampu :
1. Dr. Ir. Sunarti, S.P., M.P.
2. Ir. Najla Anwar Fuadi, S. P., M. Si., IPP
Provinsi Banten yang terletak pada lintang 501’50’’– 701’’’ LS dan bujur 1050
1’11’’– 1060 7’12’’BT. Berdasarkan Peta Jenis Tanah yang diterbitkan PUSLITTANAK-
Bogor tahun 2004, Provinsi Banten mempunyai 32 jenis tanah. Secara umum tanah
wilayah ini didominasi oleh tanah podsolik kuning, aluvial kelabu tua, latosol coklat
kemerahan dan asosiasi podsolik kuning dan regosol. Iklim wilayah Banten dipengaruhi
oleh dua sistem cuaca yaitu Angin Monsun (Monsoon trade) dan gelombang El-Nino atau
La-Nina. Suhu udara di pantai dan perbukitan antara 22 – 320C, sedangkan di
pegunungan dengan ketinggian antara 400 – 1.350 meter dpl berkisar antara 18 - 290C.
Curah hujan rata-rata dalam setiap tahun di daerah pegunungan berkisar antara 2.500 –
3.500 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 – 85%.
Siklus Hidrologi adalah rangkaian berbagai peristiwa air dari permukaan laut,
atmosfer, permukaan tanah, dan kembali ke laut secara berulang (Asdak, 2010).
Komponen siklus hidrologi adalah air intersepsi (Through Fall & Stem Flow), air aliran
permukaan, air infiltrasi, avaporasi / transpirasi, ground water, dan air permukaan.
Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik
pohon maupun semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang dapat
diserap tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Akar
tanaman dari semua komponen agroforestri menyerap air dari tendon air yang sama dan
pada kapasitas yang terbatas. Bila jumlah air dalam tendon berkurang terjadilah perebutan
antara akar-akar berbagai jenis tanaman yang ada untuk mengambil air. Dalam hal ini
terjadi kompetisi untuk mendapatkan air guna mempertahankan pertumbuhan masing-
masing jenis tanaman. Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen
neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan
pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman
yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon atau tanaman semusim yang
ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan kesetimbangan air pada
sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem ini pada gilirannya
juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman yang ada.
Curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan, sebagian air tersebut juga bergerak
dari tanah dan akar melalui melalui tanaman ke atmosfer dan disebut sebagai transpirasi.
Air dalam siklus hidrologi sebagian juga akan tertahan sementara pada bagian aerasi
tanah dalam bentuk detention storage dan untuk waktu yang lebih lama dalam bentuk
retention storage.
2.3 Neraca Air
Neraca air (Water Balance) merupakan neraca masukan dan keluaran airdi suatu
tempat pada periode tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah air tersebut kelebihan
(surplus) atau kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan
defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk
mendayagunakan air sebaik-baiknya.(Soewarno, 2000).
4.1 Hasil
Tabel 2. Hasil Perhitungan Neraca Air di Banten Untuk Perencanaan Lahan Pertanian
DELTA
Bulan CH EP CH-EP APWL ST AE D S
ST
Januari 20,3 5,1 15,2 0 95 0 5,1 0 15,2
Februari 14,6 5,6 9,0 0 95 0 5,6 0 9,0
Maret 10,8 5,4 5,3 0 95 0 5,4 0 5,3
April 14,0 5,0 9,0 0 95 0 5,0 0 9,0
Mei 8,2 4,9 3,4 0 95 0 4,9 0 3,4
Juni 7,1 4,8 2,4 0 95 0 4,8 0 2,4
Juli 8,1 5,0 3,1 0 95 0 5,0 0 3,1
Agustus 4,5 5,4 -0,9 -0,9 94 -1,0 3,5 1,9 0
September 1,2 5,7 -4,5 -5,4 93 -1,0 0,2 5,5 0
Oktober 4,3 5,5 -1,2 -6,6 90 -3,0 1,3 4,2 0
Nopember 15,0 5,7 9,3 0 80 -10,0 5,7 0 19,3
Desember 18,4 5,7 12,7 0 90 10,0 5,7 0 2,7
Total 126,5 63,8 52, 2 11,6 67,8
Dari data pada tabel 2. hasil perhitungan neraca air di Banten untuk perencanaan
lahan pertanian diatas, dapat dilihat neraca air bulanan di Banten seperti pada grafik
dibawah ini :
0,0
Gambar 1. Rata-rata curah hujan, evapotranspirasi lahan dan evaporasi aktual bulanan di Banten.
Dari tabel data hasil perhitungan neraca air diatas, maka dapat diketahui kapan
terjadinya defisit dan surplus didaerah tersebut untuk perencanaan lahan pertanian yang
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Defisit Surplus
Gambar 2. Grafik terjadinya defisit dan surplus di daerah Banten selama setahun.
4.2 Pembahasan
Dari data tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah curah hujan bulanan Kota
Bengkulu berkisar antara 1,2 – 20,3 mm. jumlah air yang tersedia dilahan mencapai 126,5
mm dengan jumlah evapotranspirasi 63,8 mm, dan evapotranspirasi aktual sebesar 52,2
mm. sehingga selama setahun terjadi defisit dan surplus masing- masing sebesar 11,6 mm
dan 67,8 mm. Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa surplus sejak bulan januari hingga
bulan juli dan terjadi kembali pada bulan November dan desember. Surplus merupakan
kelebihan air dimana nilai curah hujan (CH) lebih besar dari pada penguapan /
evapotranspirasi potensial (EP). Surplus air terjadi selama musim hujan. Surplus air
tertinggi terjadi pada bulan November, dengan curah hujan 15,0 mm. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan januari yakni sebesar 20,3 mm. selama bulan januari sampai
juli nilai curah hujan selalu lebih besar dari nilai EP. Nilai AE mencapai nilai maksimum.
Karena itu AE = EP.
Pada bulan agustus hingga oktober terjadi defisit air dimana jumlah
evapotranspirasi aktual melebihi jumlah curah hujan. Hal ini berarti seluruh air hujan di
evapotranspirasikan bersama-sama dengan air yang ditarik dari tanah. Pada kondisi defisit
ini kandungan air tanah pun mengalami penurunan seiring dengan berkurangnnya curah
hujan dan air tanah dimanfaatkan untuk evapotranspirasi (EP) maka apabila air tanah
tidak disuplai oleh hujan akan mengalami defisit dan kondisi demikian disebut musim
kemarau. Pada bulan november hingga desember nilai curah hujan kembali lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai evapotranspirasi (EP). Sedangkan pada bulan agustus hingga
oktober terjadi potensi kehilangan kehilangan air hingga dapat dikatakan terjadi musim
kemarau.
Dalam hal ini dapat diketahui bahawa selama setahun didaerah Banten mengalami
surplus selama 9 bulan yakni pada bulan januari hingga juli dan november hingga
desember. Sedangkan defisit hanya terjadi selama 3 bulan yakni pada bulan agustus
hingga bulan oktober. Karena sepanjang tahun banyak terdapat bulan-bulan surplus air,
maka kemungkinan dapat terjadi bencana banjir di daerah tersebut. Setelah mengetahui
data neraca air ini, dapat dilakukan tindakan- tindakan untuk mengantisipasi bencana
banjir yang mungkin akan terjadi, seperti dengan membuat saluran drainase, dan
menentukan teknik pengendalian banjir. Jika terjadi banyak bulan defisit air, analisis
neraca air dapat digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan
pembagi air serta saluran-salurannya. Selain itu, analisis neraca air juga digunakan
sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.
Berdasarkan hasil perhitungan dan nilai surplusserta defisit yang telah didapatkan
maka dapat dilakukan perencanaan lahan pertanian didaerah Banten. Dalam hal ini
penyusunan kalender tanaman dibagi menjadi 2 komoditas yaitu tanaman padi pada bulan
januari hingga juli dan tanaman jagung pada bulan agustus hingga oktober. Padi (Oryza
sativa L.) adalah tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl. Tanaman
padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air.
Dengan begitu petani dapat melakukan penanman pada awal bulan januari atau pada
periode surplus sehingga dapat dilakukan panen pada bulan agustus atau pada periode
defisit. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi
selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 - 2000 mm. Suhu
udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 19 - 27°C, namun suhu
paling ideal adalah sekitar 23°C (Jaka dkk, 2017). Sedangkan jagung (Zea mays L.)
merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Jagung biasanya cocok di lahan yang kering, kurang cocok di tanah yang terdapat air
menggenang. Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata (Rasyid dkk.
2010) dalam (Jaka dkk, 2017). Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air maka dari itu sebaiknya ditanam awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau. Petani dapat menanam tanaman jagung pada akhir bulan juli
atau awal bulan agustus. Tanaman jagung membutuhkan sinar matahari, tanaman yang
apabila tanaman ternaung maka pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil
biji yang tidak optimal (Jaka dkk, 2017).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air di suatu
tempat pada periode tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah air tersebut mengalami
kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Metode neraca air digunakan untuk
mengetahui kecukupan air untuk tanaman tertentu pada jenis tanah tertentu dan lokasi
tertentu sehingga dapat dilakukan perencanaan lahan pertanian.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini, yakni menghitung dan menganalisis neraca air
bulanan diharapkan dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Disarankan untuk menggunakan
metode Thorthwaite dan Software MS Excel dalam menghitung data sehingga hasil yang
didapatkan lebih akurat dan mempermudah dalam menghitung dan menganalisis.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai (edisi kedua). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Hidayat T. 2005. Analisis Perubahan Musim, Kekeringan dan Potensi Waktu Tanam
Tanaman Pangan di Provinsi Banten [tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor,
Sekolah Pascasarjana.
Hidayat, dkk. 2006. Analisis Neraca Air untuk Penetapan Periode Tanam Tanaman
Pangan di Provinsi Banten. Jurnal Indonesia Agromet. Vol 20 (1) : 44 – 51.
Jaka, dkk. 2017. Analisis Neraca Air Lahan untuk Tanaman Padi dan Jagung di Kota
Bengkulu. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol 15 issue 2 (2017) : 83-89.
Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional (Jilid kesatu). PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.