ABSTRAK
Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan komoditas pertanian khususnya
tanaman padi adalah cara memperoleh hasil yang lebih dengan penggunaan air minimum. Hal
tersebut dapat dicapai melalui pengelolaan yang baik terhadap metode pemberian air, serta usaha
pengkondisian tanahnya.Metode pemberian air dalam budidaya padi varietas Ciherang yang
dilakukan adalah Alternate Wetting and Drying (AWD), konvensional dan Mid Summer Drainage
(MSD).Penelitian dilakukan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian UGM pada lahan percobaan
(pot).Jumlah air irigasi yang diberikan tergantung pada metode irigasi yang diterapkan.Untuk
metode AWD dan MSD genangan air irigasi dipertahankan adalah 2 cm pada waktu yang telah
ditetapkan berdasarkan sistemnya, sedangkan konvensional dengan kedalaman 3 cm sepanjang
masa tanam.Perhitungan perkolasi dilakukan setiap hari sebelum pemberian air irigasi dengan
menimbang berat air perkolasi.Penelitian ini menganalisis pengaruh sistem pemberian air pada
tanah sawah berbahan organik (komposisi 40% dan 60%) terhadap hasil produksi gabah kering,
keragaan tanaman, kebutuhan air irigasi, perkolasi serta produktivitas air tanaman padi. Hasil
uji statistik Duncan
Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa metode AWD merupakan metode yang paling
unggul dan beda nyataapabila dibandingkan dengan metode konvensional dan MSD. Metode AWD
dengan masa tanam 110 HST menghasilkan 43 anakan, tinggi tanaman 127 cm, gabah kering panen
105 gr, kebutuhan air 78.92 liter, rerata perkolasi tengah bulanan 2.85 mm/hari dan produktivitas
airnya 1.3 kg/m³. Penambahan bahan organik berpengaruh terhadap kemampuan tanah mengikat
air yang artinya perkolasi dapat berkurang dengan penambahan bahan organik.Komposisi bahan
organik 40% sudah dapat mencapai nilai yang optimum dalam kemampuan tanah mengikat air.
Kata Kunci : Alternate Wetting and Drying, Mid Summer Drainage, Padi, Produktivitas Air
ABSTRACT
One of the main challenges faced in the development of agriculture commodity especially rice crop is how to get
more results with minimum water. It can be achieved through a good management of water delivery method, as
well as soil condition. In this study, several methods of water irrigation in rice cultivation Ciherang variety
were applied i.e. alternate wetting and drying (AWD), conventional and mid summer drainage (MSD). The
study was conducted in the greenhouse, Faculty of Agriculture in the field trials (pot). The amount of water
irrigation given depend on the irrigation method which was applied. For the AWD and MSD methods, the
inundation of water irrigation is 2 cm, whereas for conventional methods with a depth of 3 cm throughout the
planting period. Percolation was measured everyday before offering water irrigation by weighing the percolation
water weight. This study analyzed the influence of water irrigation methods on paddy soil made from organic
(composition of 40% and 60%) on dry grain yields, the performance of plants, water irrigation need, percolation
and water productivity of rice plants.The result of statistical test using Duncan multiple range test (DMRT)
method indicated that AWD method was the most superior method and significantly different when compared
with conventional and MSD method. By the AWD method with a planting period of 110 HST produced 43
tillers, 127 cm plant height, 105 grams of dried grain yield, water need on the average of 78.92 liters, the average
percolation 2.85 mm/day and water productivity of 1.3 kg/m³. The addition of organic matter affected on the soil
is ability to hold water, which means that percolation can be reduced by adding organic matter. The composition
of 40% organic matter can already achieve the optimum value in the soil's ability to hold water.
Keywords: Alternate Wetting and Drying, Mid Summer Drainage, Rice, WaterProductivity
66
Sarra Rahmadani – Fatchan Nurrochmad – Joko Sujono
1. Pendahuluan
Padi merupakan komoditas pertanian merupakan sistem paling baik untuk
utama di Indonesia. Pada praktik budidaya diterapkan oleh para petani. Sistem ini akan
padi sawah selama ini, kondisi ketersediaan air berhasil jika tanah mampu mengikat air
adalah bervariasi mulai dari selalu tersedia, optimal demi penyediaan air bagi tanaman.
tersedia cukup pada musim tertentu dan Kendalanya adalah tidak semua tanah sawah
terbatas sepanjang musim. Hal ini sangat memiliki sifat-sifat yang menunjang
tergantung pada sumber air irigasinya. Pada kemampuan tanah mengikat air, sehingga
setiap kondisi ketersediaan air tersebut, dibutuhkan cara untuk memperbaiki dan
terdapat masing-masing cara pemberian dan mengoptimalkan kemampuan tanah mengikat
pembagian air yang menyesuaikan dengan air. Bahan organik (BO) merupakan jawaban
ketersediaan air. Ancaman serius yang yang tepat untuk memperbaiki dan
dihadapi budidaya padi adalah semakin mengoptimalkan kemampuan tanah mengikat
menurunnya ketersediaan air. air.
Ketersediaan air ini merupakan faktor Penelitian ini bertujuan untuk
yang sangat mempengaruhi keberhasilan mengetahui sistem pemberian air pada tanah
budidaya padi sawah. Air yang tidak cukup sawah berbahan organik yang produktifitasnya
menyebabkan pertumbuhan padi tidak paling baik untuk budidaya padi dan
sempurna bahkan dapat menyebabkan padi mengetahui besarnya perkolasi dari masing-
mati kekeringan. Penyebab penurunan masing sistem pemberian air yang dilakukan
ketersediaan air sangat bervariasi dan bersifat
spesifik, namun umumnya terjadi penurunaan 2. Kajian Literatur
kualitas dan sumber air, tidak berfungsinya 2.1 Metode Pemberian Air
sistem irigasi dan meningkatnya kompetisi Pengoptimalan penggunaan air
kebutuhan air misalnya untuk perumahan dan khususnya padi sawah, dewasa ini telah
industri. Hal tersebut menjadi ancaman banyak dikembangkan metode atau sistem
selanjutnya bagi ketersediaan pangan yang pemberian air irigasi.Secara rinci Departemen
berkelanjutan, padahal praktik pengelolaan air Pekerjaan Umum (1986) menyatakan bahwa
lahan sawah di tingkat petani Indonesia kebutuhan air irigasi diperkirakan dengan
umumnya dilakukan dengan penggenangan melakukan analisis sumber air untuk keperluan
secara terus menerus. Oleh karena itu irigasi.Kebutuhan air untuk tanaman padi
diperlukan sistem pemberian air yang paling sawah, besarnya ditentukan oleh beberapa
hemat air. faktor diantaranya yaitu kebutuhan air untuk
Prinsip teknologi hemat air adalah penyiapan lahan, kebutuhan air untuk
mengurangi kehilangan air atau aliran yang pertumbuhan tanaman (evapotranspirasi),
tidak produktif seperti rembesan, perkolasi dan kebutuhan air untuk perkolasi (rembesan),
evaporasi, serta memelihara aliran kebutuhan air untuk penggantian lapisan air
transpirasi.Perkolasi merupakan salah satu dan curah hujan efektif.
faktor terbesar penyebab kehilangan air yaitu Jika rata-rata kebutuhan air irigasi
berkisar antara 1–14 mm/hari, sedangkan sebesar 1 liter/s/ha dengan umur padi 100
evapotranspirasi relatif kecil denganrerata 5 hari dengan hasil panen beras rata–rata 3.000
mm/hari (Mulyono, 1980).Laju perkolasi kg/ha, kebutuhan air irigasi per 1 kg beras
sangat bergantung pada sifat-sifat tanah.Pada sebesar 2.880 liter di lahan sawah
tanah lempung berat dengan karakteristik (Nurrochmad, 2011). Kebutuhan air tanaman
pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat perlu diketahui agar air irigasi dapat diberikan
mencapai 1–3 mm/hari.Pada tanah-tanah yang sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah air yang
lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi diberikan secara tepat, di samping akan
(Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 1986). merangsang pertumbuhan tanaman,juga
Eko Rusdianto (2008) melakukan pengkajian akan meningkatkan efisiensi
tentang efisiensi 5 (lima) sistem irigasi dan hasil penggunaan air sehingga dapat meningkatkan
yang diperoleh, kehilangan air terbesar akibat luas areal tanaman yang bisa diairi.
perkolasi adalah pada sistem konvensional/ Sujono dan Jayadi (2008) meneliti
genangan yaitu 183,71 mm/musim. Hal ini beberapa sistem irigasi hemat air di demplot
membuktikan bahwa perkolasi tidak hanya dengan ukuran 2m x 3m tiap plot yang
dipengaruhi oleh jenis tanah tetapi juga pada dilakukan pada saat musim kemarau dan tidak
sistem pemberian air.Sistem irigasi hemat air
ada hujan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem pemberiaan air dengan metode air tanah tidak jenuh ke zona air tanah jenuh.
AWD dapat menghemat air irigasi lebih dari Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-
30% dibandingkan dengan cara konvensional. sifat tanah.Perkolasi dipengaruhi oleh
Selain itu, nilai produktivitas air metode AWD tingginya kandungan bahan organik dari suatu
dapat mencapai dua kali lebih tinggi tanah, karena bahan organik mampu
dibandingkan dengan metode konvensional. meningkatkan banyaknya air yang dapat
disimpan dalam tanah.Peningkatan itulah yang
dapat mengurangi perkolasi yang terjadi.
2.2 Karakteristik Tanah Sawah Temperatur dan radiasi sinar matahari yang
Karakteristik tanah sawah menurut tinggi akan membuat kelembaban tinggi pula
Greenland (1997) dalam Muslimah (2007) yang sehingga evaporasi yang terjadi akan rendah.
menentukan keberlanjutan sistem budidaya Hal ini sesuai dengan pendapat Sarief (1985),
padi sawah sebagai berikut: (1)Penggunaan bahwa dengan terikatnya air oleh bahan
tanah secara terus–menerus tidak organik tanah berarti dapat mengurangi
menyebabkan reaksi tanah menjadi masam, (2) kehilangan air melalui perkolasi dan evaporasi
Kondisi permukaan tanah sawah sehingga air yang tersimpan dalam tanah
memungkinkan hara tercuci lebih cenderung menjadi banyak.
tertampung kembali ke lahan bawahnya
daripada keluar dari sistem tanah, (3) Fosfor 2.5 Metode Pemberian Air
lebih mudah tersedia bagi padi sawah, Peningkatan kebutuhan air irigasi
(4)Terjadi penambahan hara lewat air luapan merupakan tantangan dimana air yang tersedia
banjir, irigasi dan pengendapan liat dan debu untuk irigasi semakin langka.Kelangkaan
dari banjir, (5) Populasi aktif mikroorganisme tersebut dapat ditanggulangi dengan
penambat nitrogen mempertahankan oksigen meningkatkan efisiensi penggunaan
organik. air.Peningkatan efisiensi dapat dilakukan
dengan mengolah metode pemberian air
2.3 Bahan Organik irigasi.Tanaman padi membutuhkan air yang
Bahan organik atau dapat pula disebut volumenya berbeda pada setiap fase
pupuk organik merupakan pupuk yang berasal pertumbuhan.Variasi kebutuhan air tergantung
dari alam berupa sisa-sisa organisme hidup pada varietas padi dan sistem pengelolaan
baik sisa tanaman maupun hewan.Pupuk lahan, dengan demikian metode pemberian air
organik mengandung unsur-unsur hara makro secara spesifik perlu diatur dan disesuaikan
dan mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan, dengan sistem produksi padi sawah dan pola
supaya dapat tumbuh dengan subur. Beberapa tanam. Kegiatan pemberian air irigasi ke areal
jenis pupuk yang termasuk pupuk organik yang membutuhkan dapat terlaksana dengan
adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos baik jika dilakukan bersamaan dengan metode
dan pupuk guano (Handayani dkk., 2011). atau teknik-teknik tertentu, sesuai zamannya,
Penelitian Utomo (2014) menyatakan bahwa maka perlu dilakukan pembaharuan sistem
pemberian pupuk organik mampu menekan irigasi sehingga penggunaan air irigasi dapat
faktor kehilangan air dan mampu lebih efisien.
meningkatkan kemampuan mengikat air
sehingga meningkatkan kapasitas air tersedia 2.6 Metode Konvensional
dalam tanah. Untuk menentukan pupuk Metode konvensional (KON) yang
organik yang paling optimal, terlihat adanya dikenal sebagai sistem genangan merupakan
variasi jenis pupuk organik yang paling sistem yang paling umum diterapkan di
optimal, tergantung parameter sifat hidrofisik Indonesia.Pada metode ini pemberian air
yang digunakan. Semakin tinggi komposisi dilakukan secara terus-menerus dari saat awal
bahan organik maka spesific gravity (berat jenis), tanam hingga menjelang panen.Metode
rapat massa dan tinggi kenaikan kapiler tanah genangan dalam penyelenggaraannya murah,
semakin kecil. Semakin tinggi dosis pemberian akan tetapi air yang digunakan cenderung
bahan organik maka nilai porositas, angka pori banyak/ terkenal dengan boros air, karena
dan permeabilitas tanah semakin tinggi (Rina, lahan harus tetap digenangi dengan
2015). dipertahankan 3–5cm. Sistem ini terus berjalan
dan selalu menjadi pilihan terpopuler di
2.4 Perkolasi Indonesia, karena diyakini bahwa padi
Sri Harto (2009), menyatakan bahwa merupakan tanaman akuatik yang akan tetap
perkolasi adalah proses masuknya air dari hidup hanya jika terus-menerus digenangi,
zona tetapi pada kenyataannya, air yang berlebihan
akan menyebabkan tanaman tidak dapat bervariasi (sifat fisik, kimia dan biologi) akan
tumbuh dan berbuah secara optimum.
∆𝒔 = 𝑰 − (𝑬𝑻 + 𝑷) (1)
Dengan, Δs : perubahan tampungan (mm/hari),
I : air masuk (mm/hari), ET
:evapotranspirasi (mm/hari), P :
perkolasi (mm/hari).
3. Metodologi Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca,
Laboratorium Fisika Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Kuningan-
Yogyakarta.
dari awal tanam (genangan 2cm) dan optimal, selain unsur hara yang diperoleh dari
pengeringan lahan saat padi berjalan ±31
campuran bahan organik, pemupukan juga
hari.Pengeringan dilakukan selama satu pekan
dilakukan dengan pupuk cair organik untuk
(untuk padi dengan umur tanam ± 110 hari),
merangsang perkembangan tanaman yang
(5)Pemeliharaan tanaman, (6)Pengukuran laju
optimum pada fase vegetatif dan fase
perkolasi setiap hari (dilakukan pukul 16.00
WIB).Pengukuran dilakukan dengan generatif.Pernyataan tersebut sesuai dengan
menimbang berat air beserta ember hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
penampungan, (7)Mengamati setiap perubahan pembentukan anakan tanaman padi yang
ditanam denganBO60% dari tanah sawah lebih
padi setiap hari, (8)pemanenan, (110 hari),
cepat tumbuh dibandingkan dengan BO 40%.
(9)Mengukur tinggi tanaman, menghitung
Anakan tumbuh setelah ±10 HST pada padiBO
jumlah anakan dan menimbang berat gabah
60%, sedangkanBO40% pertumbuhan anakan
kering panen, (10)Hasil penelitian dicatat dan
lebih dari 15 HST.
disimpan serta dianalisis. Sistem pemberian air metode AWDBO40%
menghasilkan anakan rerata terbanyak, yaitu
3.7 Metode Analisis Data 43 anakan (Tabel 5.1) dengan tinggi tanaman
Data primer dan sekunder dianalisis secara 127 cm (Gambar 5.1), sedangkan pada metode
matematis menggunakan persamaan- MSD BO40% menghasilkan anakan rerata
persamaan teoritis kemudian pembahasan terendah yaitu menghasilkan 33 anakan (Tabel
disajikan dalam bentuk pemaparan 5.1), tinggi tanaman 101 cm, masa tanam 110
deskriptif.Untuk analisis data hasil produksi hari. Pada tanah sawahBO 60% tidak terlihat
gabah kering digunakan analisis statistik beda nyata dari hasil jumlah anakannya. Hal
DMRT. tersebut tidak sesuai dengan penelitian Rauff
dkk., (2002) yang menyatakan bahwa
4. Hasil Dan Pembahasan
penambahan BO dapat meningkatkan jumlah
4.1 Kandungan Bahan Organik (BO) anakan produktif dan menghasilkan tanaman
Pengkondisian tanah merupakan suatu usaha yang lebih tinggi. Hal ini diduga disebabkan
untuk membantu meningkatkan kemampuan oleh presentasi BO yang melebihi dari batas
tanah dalam mengikat air. Pengkondisian ini kecukupan tanaman untuk tumbuh kembang
dilakukan dengan cara menambahkan secara optimum.
kandungan BO terhadap tanah, BO dapat Metode pemberian air juga sangat
mendorong meningkatkan daya ikat air dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
mempertinggi jumlah air tersedia untuk padi, selain dari penambahan BO dan pupuk
kebutuhan tanaman. cair.Kebutuhan air tanaman perlu diketahui
agar metode pemberian air dilakukan sesuai
5.2 Perlakuan Tanaman dengan kebutuhannya. Jumlah air yang
Pertumbuhan padi sangat dipengaruhi diberikan secara tepat, di samping akan
oleh perlakuan yang diterapkan olehnya. merangsang pertumbuhan tanaman, juga dapat
Untuk setiap perbedaan perlakuan pada meningkatkan efisiensi penggunaan air
tanaman padi akan menghasilkan pertumbuh sehingga dapat meningkatkan luas areal
kembangan padi yang berbeda-beda pula. Dari tanaman yang bisa diairi.Genangan terus
perbedaan perlakuan yang diterapkan oleh menerus justru menghambat penyerapan
tanaman padi maka dilakukan pengamatan unsur hara pada masa pertumbuhan tanaman,
terhadap hasil tanaman padi tersebut. khususnya pada saat pembentukan anakan di
Pengamatan yang dilakukan meliputi, jumlah
fase vegetatif.Hal ini sesuai dengan hasil
anakan setiap 15 hari selama usia tanam, tinggi
penelitian yang menunjukkan bahwa metode
tanaman padi yang diukur setelah panen yaitu
pergantian penggenangan-pengeringan (AWD)
110 HST serta berat gabah kering hasil panen.
lebih banyak menghasilkan anakan
Dalam satu siklus hidup, tanaman padi
dibandingkan dengan metode
mengalami 3 fase yaitu fase vegetatif, fase
konvensional.Tabel 2 menunjukan AWDBO
generatif dan fase pematangan.Masing-masing
40% menghasilkan 43 anakan, sedangkan
fase akan mengalami kondisi spesifik yang konvensional BO 40% menghasilkan 37
membutuhkan perlakuan yang tepat agar padi anakan. Semakin bertambahnya umur
dapat tumbuh kembang dan berproduksi baik. tanaman, maka semakin terlihat perbedaan
Alavan dkk. (2015) menyatakan bahwa bahan dalam perkembangannya. Hal ini dapat
organik memiliki unsur hara mikro yang dilihatdari jumlah daun dan tingginya
membantu proses pertumbuhan dan
tanamannya. Pada umur 30 HST–45 HST
penyerapan unsur hara secara efektif dan
padi mengalamifase
vegetative, umur 60 HST padi mengalami fase KON 66 ab 7370 ab 6334 ab 4278 ab
generatif dimana padi mulai mengeluarkan MSD 63 ab 7000 ab 6016 ab 4063 ab
malainya. Malai tersebut akan terus BO 60 %
berkembang seiring bertambahnya masa AWD 81 bc 9037 bc 7767 bc 5246 bc
tanam. Saat padi 75 HST malai keluar KON 59 ab 6518 ab 5602 ab 3784 ab
seutuhnya dari pelepah daun dantahap MSD 51 a 5666 a 4870 a 3289 a
pembungaan dimulai. Demi menghindari
Keterangan: huruf yang sama menunjukkan tidakada
gangguan hama dari wereng coklat maka beda nyata pada tingkat kepercayaan 95% dengan uji
dilakukan usaha pembungkusan/memberikan lanjut DMRT.
kelambu pada tanaman-tanaman tersebut.
Memasuki usia 109 HST, gabah malai mulai
menguning, anakan padi mengalami layu,
menguning dan kering. Hal ini menandakan
bahwa padi siap untuk dipanen.
Nilai produktivitas air yang ditunjukkan pada Organik. Kerjasama UNDIP, BPTP
Tabel 7 menyatakan bahwa metode AWD BO Jateng, Pemprov Jateng.
40% merupakan produktivitas air terbesar yaitu Harto, S., (2000). Hidrologi: Teori-Masalah-
1.3 kg/m3 dengan hasil gabah kering panen Penyelesaian. Nafiri, Yogyakarta.
105 gr, sedangkan metode konvensioanal BO
Harto, S., (2009). Hidrologi: Teori-Masalah-
60% memiliki nilai produktivitas terkecil yaitu
Penyelesaian. Nafiri, Yogyakarta.
0.5 kg/m3 dengan hasil gabah kering panen 59
IRRI, (2009).Saving Water: Alternate Wetting
gr. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
Drying (AWD). International Rice
metode AWD mampu menjadi solusi untuk
Research Institute.
meningkatkan hasil gabah dengan konsumsi
Nurrochmad, F., (1998). Manajemen Irigasi.
air yang kecil.
Yogyakarta.
Nurrochmad, F., (2007).Kajian Pola Hemat
5. Simpulan
Pemberian Air Irigasi. Jurnal Forum
MetodeAlternate Wetting and DryingBO Teknik Sipil, No. XVII/2-Mei 2007:517-
40% menghasilkan anakan terbanyak, 43 529. Fakultas Teknik UGM.
anakan dengan tinggi tanaman 127 cm,
Muslimah, (2007). Karakteristik dan
sedangkan Metode Mid Summer Pengelolaan Tanah Sawah yang Terkena
DrainageBO 40% menghasilkan anakan Bencana Tsunami Setelah 2,5 Tahun.
terendah, 33 anakan dengan tinggi Tesis Fakultas Pengelolaan Sumberdaya
tanaman 101 cm. Alam dan Lingkungan USU, Medan-
Budidaya padi metode Alternate Wetting Sumatera Utara.
and DryingBO 40% menghasilkan produksi Nitisapto, M., (1980).Kebutuhan Air Tanaman
gabah kering panen tertinggi (105 gr), Padi Sawah pada Musim Kemarau.
sedangkan Mid Summer Drainage BO 60%
Laporan Penelitian Fakultas Pertanian
menghasilkan produksi gabah kering
terendah (51 gr).
UGM, Yogyakarta.
Rauf, Syamsuddin, T., Sri Rahayu Sihombing.,
Uji statistik Duncan Multiple Range Test,
(2000).Peranan Pupuk NPK pada
menunjukkan bahwa metode AWD paling
Tanaman Padi. Loka Pengkajian
unggul bila dibandingkan dengan metode
Teknologi Pertanian Koya Barat, Irian
lainnya yang diuji.
Jaya.
Pemberian air irigasi terbesar yaitu metode Reeves.W., (1997).The Role of Soil Organic Matter
konvensional BO 60%, sedangkan in Maintaining Soil Quality in Continuous
pemberian air irigasi terkecil pada metode Cropping Systems. Soil & Tillage Research
AWD BO 60%. (43); 131-167.
Produktivitas air terbesar adalah metode Rina, M., (2015).Pengaruh Bahan Organik
AWD BO 40%, sedangkan produktivitas Terhadap Kemampuan Tanah Sawah
air terkecil adalah metode konvensional Mengikat Air. Tesis Fakultas Teknik
BO60%. UGM, Yogyakarta.
Rusdianto, E., (2008). Produktifitas Air Padi
Sawah Dengan Sistem Irigasi Hemat Air.
Daftar Pustaka Tesis Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Alavan, Hayati. R., dan Hayati., E., (2015). Sarief, S. E., (1985). Konservasi Tanah dan Air.
Pengaruh Pemupukan Terhadap Pustaka Buana, Bandung.
Pertumbuhan Beberapa Varietas Padi Sujono, J., dan Jayadi, R., (2008). Produktivitas
Gogo (Oryza Sativa L.). J. Floratek 10:61 Padi Sawah dengan Pola Irigasi Hemat
– 68. Air.Media teknik, No. 3 Tahun XXX Edisi
Arianta, R., (2016). Kajian Irigasi Hemat Air Agustus 2008 ISSN 0216-3012. Fakultas
Metode System of Rice Intensification Teknik UGM.
(SRI) dengan Komposisi Berbagai Bahan Utomo, P., (2014). Kajian Pengaruh Pemberian
Organik dan Tanah Sawah. Tesis Pupuk Organik Terhadap Sifat
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta. Hidrofisik Pada Tanah Sawah Di Dusun
Departemen Pekerjaan Umum, (1986).Standar Pepen Desa Trimulyo Kecamatan Sleman
Perencanaan Irigasi KP-01. Kabupaten Sleman. Tesis Fakultas
Handayani, F., Mastur, dan Nurbani.,(2011). Teknik UGM, Yogyakarta.
Respon Dua Varietas Kedelai Terhadap
Penambahan Beberapa Jenis Bahan