Penerapan Metode Irigasi Tetes Guna Mendukung Efisiensi Penggunaan Air di Lahan
Kering
Steven Witman1*
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
ABSTRACT
The level of efficiency of the use of existing water in efficiency of the use of existing water in agricultural
agricultural land can be optimized by using the right land can be optimized by using the right irrigation
irrigation technique method because irrigation technique method because irrigation technology is
technology is one of the components that are one of the components that are considered important
considered important. After all, the level of because the level of production of agricultural
production of agricultural products is determined products is determined based on soil conditions,
based on soil conditions, plant care, adequacy of plant care, adequacy of water in plants. as well as
water in plants. as well as the existing climate. In the existing climate. In agriculture, the climate
agriculture, the climate factor is something that factor is something that cannot be avoided,
cannot be avoided, especially climatic conditions especially climatic conditions during the dry season,
during the dry season, of course, it can be an of course, it can be an obstacle to plant growth,
obstacle to plant growth, because the water supply because the water supply to plants is not fulfilled,
to plants is not fulfilled, with the application of drip with the application of the drip irrigation method it
irrigation method can be one solution in dealing can be one solution in dealing with the problem of
with the problem of needs. water in plants. The needs. water in plants. The method of applying drip
method of applying drip irrigation is the provision of irrigation is the provision of water in small and
water in small and sustainable volumes, this drip sustainable volumes, this drip irrigation also aims to
irrigation also aims to maintain soil moisture and maintain soil moisture and water loss caused by the
water loss caused by the dry season so that water dry season so that water availability for plants is
availability for plants is fulfilled. This drip irrigation fulfilled. This drip irrigation technique is expected to
technique is expected to help meet the needs of water help meet the needs of water and plants so that it can
and plants so that it can increase the use of nutrients increase the use of nutrients in the soil, accelerate
in the soil, accelerate plant seeds to adapt, and also plant seeds to adapt, and also increase the success
increase the success of these plants to grow. To of these plants to grow. To maximize the level of
maximize the level of efficiency in water use, you can efficiency in water use, you can use soil that has a
use soil that has a clay texture because this soil clay texture because this soil texture has a very high
texture has a very high water retention rate. In water retention rate. In addition, the application of
addition, the application of this irrigation system this irrigation system can be done on fruit or
can be done on fruit or vegetable crops the level of vegetable crop stems that are italicized.
yang menjadikan sistem irigasi ini dapat menggunakan jaringan aliran dengan
diterapkan pada tanaman sayur maupun memanfaatkan gaya gravitasi. Jaringan irigasi
palawija karena efisiensinya yang cukup tinggi tetes terdiri dari pipa utama, pipa sub utama dan
untuk memenuhi kebutuhan air pada suatu pipa lateral (Ilyas, 2013).
tanaman. Air sebagai substansi pelarut dan hara Irigasi tetes dapat dibedakan menjadi 3
tanaman berperan menentukan kesuburan tanah macam yang berdasarkan jenis cucuran airnya,
sebagaimana mikrobiologi yang ada dalam yaitu (a) Air merembes sepanjang pipa lateral
tanah berperan sebagai agen aktivator (viaflow), (b) Air menetes atau memancar
kesuburan tanah (Kurniati, 2014). melalui alat aplikasi yang dipasang pada pipa
Pada saat musim kemarau, terutama pada lateral, dan (c) Air menetes atau memancar
masa vegetatif (masa tumbuhnya akar dan melalui lubang-lubang pada pipa lateral
cabang), penyiraman harus dilakukan 3-4 hari (Prastowo, 2010)
sekali untuk menjaga ketersediaan air. Irigasi tetes (Drip Irrigation) merupakan
Kekurangan air pada masa vegetatif dapat salah satu teknologi mutakhir dalam bidang
menyebabkan tanaman layu dan malas irigasi yang telah berkembang di hampir
bertunas. Oleh karena itu, untuk memperoleh seluruh dunia. Teknologi ini pertama
pertumbuhan tanaman yang optimal, diperkenalkan di Israel, dan kemudian
penyiraman harus dilakukan secara teratur agar menyebar hampir ke seluruh pelosok penjuru
kebutuhan air dapat terpenuhi sepanjang siklus dunia. Pada hakikatnya teknologi ini sangat
hidup tanaman, terutama pada musim kemarau cocok diterapkan pada kondisi lahan berpasir,
(Rana et al., 2014) air yang sangat terbatas, iklim yang kering dan
Irigasi adalah istilah yang berkaitan komoditas yang diusahakan mempunyai
dengan penyaluran air dari sumber ke tanaman. ekonomis yang tinggi (Pasaribu et al., 2013).
Sistem irigasi yang banyak digunakan adalah Selain itu menurut Umar et al. (2011)
irigasi curah di permukaan tanah. Irigasi ini Keuntungan dari penerapan irigasi tetes dapat
membutuhkan air dalam jumlah banyak mengurangi bahaya salinitas pada tanaman
sedangkan tingkat efisiensi penggunaan airnya karena akumulasi garam disekitar perakaran
rendah. Untuk mengatasi keterbatasan air, dapat dicuci (leaching) secara efektif.
sistem irigasi tetes merupakan pilihan tepat Salah satu sistem irigasi yang dapat
dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air. diterapkan pada wilayah yang memiliki
Menurut Hadiutomo (2012), irigasi tetes adalah keterbatasan air adalah irigasi tetes. Irigasi tetes
metode pemberian air pada tanaman secara merupakan salah satu metode pemberian air
langsung, baik pada areal perakaran tanaman dengan cara meneteskan air melalui pipa-pipa
maupun pada permukaan tanah melalui tetesan di sekitar tanaman atau sepanjang larikan
secara kontinu dan perlahan. Penerapan tanaman (Marpaung, 2013). Pada sistem irigasi
teknologi irigasi tetes atau sering disebut tetes, hanya sebagian dari daerah perakaran
Trickle Irrigation adalah irigasi yang yang terbasahi tetapi seluruh air yang diberikan
lainnya (Udiana et al., 2014). Menurut Pasaribu (Pasaribu et al., 2013). Inovasi teknologi
et al. (2013) Irigasi tetes hanya memberikan air jaringan irigasi tetes di tingkat petani perlu
pada perakaran tanaman. Evaporasi dari tanah dilakukan sehingga keuntungan yang
dapat lebih rendah karena hanya sebagian dari didapatkan dalam irigasi tetes (penggunaan air
luasan permukaan tanah yang basah. Manfaat efisien dan mempermudah pemberian air) dapat
yang dapat diperoleh dari penerapan sistem diraih dengan biaya investasi yang terjangkau
irigasi tetes diantaranya adalah bakteri, hama Setiapermas & Zamawi (2015).
dan penyakit lain yang tergantung pada Dalam pengoptimalan penggunaan air
lingkungan lembab dapat dikurangi, karena yang baik maka, pemberian air harus
bagian tanaman yang ada di atas tanah disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman,
umumnya kering (Ridwan, 2013). Sistem agar irigasi ini bisa menjadi lebih efisien.
irigasi tetes secara konvensional telah banyak karena jika tanam menerima banyak air juga
dilakukan sebelumnya (Yanto et al., 2014), akan memberikan dampak yang buruk bagi
namun tidak dilengkapi dengan sistem kendali tanaman, Menurut (Haryati,2014), Jumlah air
otomatis untuk mengatur jadwal pemberian yang diberikan melebihi dari kemampuan tanah
irigasinya sehingga tingkat efektifitasnya untuk menyimpan air dapat mengakibatkan air
rendah. Penambahan sistem kendali otomatis bergerak sepanjang permukaan (aliran
dengan menggunakan mikrokontroler permukaan) atau bergerak ke lapisan bawah
diharapkan mampu meningkatkan kinerja tanah (perkolasi)
sistem karena pemberian air sesuai dengan Dalam merancang irigasi tetes, jumlah
kebutuhan tanaman (Marpaung, 2013). pemberian tetesan emitter, waktu dan debit air
Sistem irigasi tetes untuk tanaman dapat ditentukan melalui persamaan EDR = q /
Dalam mengatasi pertumbuhan pada saat s x l Dimana laju tetesan emitter (EDR)
musim kemarau, diperlukan irigasi yang baik dinyatakan dalam mm/jam, debit emitter (q)
untuk memenuhi kebutuhan air bagai dinyatakan dalam m3 /jam jarang antar lubang
kehidupan tanaman. Sumber air irigasi yang emitter (s) dan jarak lateral emiter (l)
lebih sering dipergunakan biasanya dinyatakan dalam m. Waktu pengoperasian
menggunakan air dari saluran, ataupun dari irigasi tetes dapat dinyatakan sebagai hasil
sumur pompa. Saat ini penggunaan irigasi tetes perbandingan kebutuhan air tanaman terhadap
di kalangan petani masih sangat minim, ini laju tetesan emitter (EDR), sedangkan debit air
dikarenakan biaya instalasinya yang mahal, pada irigasi tetes diperoleh dari hasil perkalian
namun hal ini dapat diatasi dengan mengganti debit emitter (q) dan jumlah lubang emitter
komponen sistem irigasi yang mahal terhadap per satuan waktu (jam) (Udiana et al.,
menggunakan komponen yang sederhana tetapi 2014).
dengan fungsi yang sama sehingga petani tetap
bisa menggunakan sistem irigasi tetes dan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar
Pengaruh beberapa tekstur tanah terhadap Menurut Hanafiah (2013), fungsi utama
efisiensi penggunaan air dengan tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai
menggunakan metode Irigasi Tetes tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi
Tekstur tanah merupakan suatu faktor (menelusup), baik secara lateral atauhorisontal
yang penting karena sifatnya yang dapat maupun secara vertikal. Kemudahan tanah
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, serta untuk dipenetrasi ini tergantung pada ruang
tidak langsung dapat memperbaiki peredaran pori-pori yang terbetuk diantara partikel-
air yang ada di dalam tanah, udara, maupun partikel tanah (tekstur dan struktur), sedangkan
panas. Tanah yang memiliki struktur baik juga stabilitas ukuran ruang ini tergantung pada
akan membantu pertumbuhan pada tanaman konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.
secara optimal, sedangkan sifat tanah yang Simangunsong et al. (2013) menyatakan
bersifat jelek akan menghambah pertumbuhan beragaman tanah, metode irigasi, lama
tanaman ini sendiri. Suatu struktur tanah dapat pengaliran, tekstur tanah, permeabilitas, dan
dikatakan baik jika di dalamnya terdapat kedalaman tanah mempengaruhi kehilangan air
penyebaran ruang serta pori–pori yang baik dan efisiensi yang rendah. Efisiensi
Tekstur tanah merupakan suatu sifat fisik penyimpanan tertinggi pada fase tengah
yang penting karena dapat mempengaruhi terdapat pada tekstur liat dengan rata-rata
pertumbuhan tanaman serta secara tidak 89,18% dan terendah terdapat pada tekstur
langsung dapat memperbaiki peredaran air, lempung rata-rata 56,61%, karena tekstur liat
udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah, memiliki porositas yang lebih besar sehingga
tersedianya unsur hara bagi tanaman, air yang tersimpan di dalam tanah lebih besar.
perombakan bahan organik, dan mudah Menurut penelitian yang dilakukan
tidaknya akar dapat menembus tanah lebih Mustawa et al. (2017) menyatakan tekstur liat
dalam. Tanah yang berstruktur baik akan memiliki tingkat efisiensi penyimpanan dan
membantu berfungsinya faktor-faktor pemakaian paling tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan tanaman secara optimal, tekstur lempung dan lempung liat berpasir.
sedangkan tanah yang berstruktur kurang baik Semakin tinggi pemberian air irigasi yang
akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan diberikan kepada tanaman, maka semakin
tanaman. Suatu struktur pada tanah yang bisa rendah efisiensi pemakaian dan semakin tinggi
dikatakan baik apabila di dalam tanah tersebut efisiensi penyimpanan pada masing-masing
terdapat penyebaran ruang dan pori–pori yang tekstur tanah dan begitu juga sebaliknya.
baik. Struktur tanah juga sebaiknya tidak mudah
hancur.
Tabel 1. Efisiensi irigasi tetes pada fase akhir tekstur lempung, liat dan lempung liat berpasir (Mustawa,
2017)
Tekstur Tanah
Emitter ke- Lempung Liat Lempung liat berpasir
Ea (%) Es (%) Ea (%) Es (%) Ea (%) Es (%)
1 98.63 22.81 100 64.54 100 47.89
2 99.41 24.17 100 66.36 99.41 49.85
3 100 19.27 100 66.12 100 48.94
4 98.83 26.06 100 71.43 99.02 49.80
5 99.02 27.54 100 63.92 100 49.69
6 100 23.30 100 64.21 99.64 46.72
7 98.43 21.15 100 72.90 100 46.90
8 99.61 21.37 100 69.96 100 51.41
9 98.82 24.67 100 67.26 100 48.84
10 99.61 22.66 100 68.06 100 48.20
Rataan 99.24 23.3 100 67.48 99.81 48.82
Dari hasil tersebut maka dapat dilakukan dengan cara otomatis, ada contoh alat
disimpulkan bahwa pada tekstur liat memiliki yang menyerupai timer yang bisa mengatur
tingkat efisiensi terhadap penyimpanan dan proses pengairan air sehingga air dapat
juga pemakaian yang paling tinggi mengalir di waktu – waktu tertentu,
dibandingkan dengan tanah dengan tekstur Dengan adanya teknik pengairan dengan
lempung mapun liat dan berpasir. menggunakan irigasi tetes ini nantinya
Manfaat penerapan irigasi tetes terhadap diharapkan bisa membantu memenuhi
efisiensi air kebutuhan air tanaman pada musim kemarau
Kekurangan air menjadikan salah satu dengan cara menjaga penggunaan air secara
masalah utama di lahan kering dimana proses efisien sehingga nanti juga akan meningkatkan
peertanian tidak bisa dilakukan tanpa pemanfaatan unsur hara tanah, mengurangi
ketersediaanya air irigasi, efisien dari air irigasi tekanan air terhadap tanah dan mempercepat
penting dilakukan untuk pembangunan adaptasi dari bibit, dan juga akan meningkatkan
berkelanjutan dan upaya pengelolaan sumber keberhasilan tumbuh tanaman, Simonne et al.
daya air di wilayah tersebut. (2010) juga mengatakan bahwa Efisiensi
Pemanfaatan irigasi tetes di bidang penggunaan air dengan sistem irigasi tetes dapat
pertanian memiliki banyak manfaat antara lain mencapai 80 - 95%
sebagai pengehematan air dikarenakan dalam Penerapan irigasi tetes sangat efisien
proses pemberian air diberikan ketanaman dalam penggunaan air, dikarenakan air
sesuai dengan kebutuhan tanam itu sendiri, dialirkan ke tanaman tetes demi tetes sehingga
mengehemat waktu, karena penyiraman dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman,
Mustawa, M., Abdullah1, S. H., & Putra, G. M. Irrigation Management for Vegetables.
D. (2017). Analisis Efisiensi Irigasi Chapter 3. IFAS Extension. Florida.
Tetes Pada Berbagai Tekstur Tanah Udiana. (2014). Perencanaan Sistem Irigasi
untuk Tanaman Sawi (Brassica Tetes (Drip Irrigation) di Desa
juncea). Jurnal Ilmiah Rekayasa Besmarak, Kabupaten Kupang. Jurnal
Pertanian dan Biosistem Teknik Sipil
Olayide, O.E., Tetteh, I.K., & Popoola, L. Umar, S. & Prabowo, A. (2011) Penggunaan
(2016). Differential Impacts of Rainfall Mesin Fertigasi Tipe APH-03 pada
and Irrigation on Agricultural Tanaman Cabai di Lahan Lebak.
Production in Nigeria: Any lessons for Agrista.
Climate-Smart Agriculture?. Journal of Yanto, H., Tusi, A., & Triyono, S. (2014).
Agricultural Water Management, 178: Aplikasi Sistem Irigasi Tetes pada
30-36. Tanaman Kembang Kol (Brassica
Pasaribu, I.S., Sumono, Daulay, S.B., & Oleracea Var. Botrytis L. Subvar.
Susanto, E. (2013). Analisis Efisiensi Cauliflora DC) dalam Green House.
Irigasi Tetes dan Kebutuhan Air Jurnal Teknik Pertanian Lampung.
Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris
S.) pada Tanah Ultisol. Jurnal Rekayasa
Pangan dan Pertanian, 2 (1): 90-95
Prastowo. (2010). Teknologi Irigasi Tetes.
Bogor: Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Rizky, T., (2018). Amin Rejo. Teknologi Irigasi
Tetes dalam Mengoptimalkan Efisiensi
Penggunaan Air di Lahan Pertanian.
Universitas Sriwijaya. Palembang
Rana, M. & Rahim, A. (2014). Manuring and
Irrigation Effect on Growth, Flowering,
and Fruiting of Dragon Fruit
(Hylocereus undatus Haw) In
Bangladesh. IJCBS RESEARCH
PAPER 1(6): 28-32
Racmad, N. (2009). Irigasi dan Tata Guna
Lahan. PT Gramedia. Jakarta
Ridwan, D. (2013). Model Jaringan Irigasi
Tetes Berbasis Bahan lokal untuk
Pertanian Lahan Sempit. Jurnal Irigasi
Setiapermas, M.N. & Zamawi. (2015).
Pemanfaatan Jaringan Irigasi Tetes di
dalam Budidaya Tanaman
Hortikultura. Dalam I. Djatnika, M. J. .
Syah, D. Widiastoety, M. P. Yufdy, S.
Prabawati, S. Pratikno, & O. Luftiyah
(Ed.), Inovasi Hortikultura Pengungkit
Peningkatan Pendapatan Rakyat.
Jakarta: IAAR Press.
Simangunsong, F. T., Sumono, Rohanah, A. &
Susanto, E. (2013). Analisis Efisiensi
Irigasi Tetes dan Kebutuhan Air
Tanaman Sawi (Brassica juncea) pada
Tanah Inceptisol. Jurnal Rekayasa
Pangan dan Pertanian
Simonne, E.H., Dukes, M.D., & Zotarelli, L.
(2010). Principles and Practices of