Anda di halaman 1dari 4

4

II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian El Nino


El Nino merupakan salah satu fenomena global yang berdampak terhadap
sistem iklim di wilayah Indonesia, salah satu dampak langsung fenomena El Nino
terhadap sistem pertanian adalah berkurangnya ketersediaan air pada lahan
pertanian. El Nino adalah fenomena perubahan iklim akibat adanya pemanasan
suhu di samudra pasifik tengah dan timur dan meningkatnya tekanan udara di
pasifik barat sehingga terbentuklah awan-awan konvektif dan terhambatnya
pertumbuhan awan di wilayah sekitar pasifik bagian barat.
Kondisi cuaca ekstrim seperti fenomena El Nino akibat dampak
pemanasasan global yang terus terjadi hingga saat ini telah berdampak hingga skala
lokal, diantaranya terhadap ketersediaan air di suatu wilayah, termasuk pada lahan
pertanian. Di wilayah Indonesia secara umum, fenomena El Nino (kekeringan)
telah berdampak terhadap penurunan produksi pertanian khususnya tanaman
pangan akibat berkurangnya ketersediaan air tanah.
Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa akhir-akhir ini kejadian
iklim ekstrim semakin sering terjadi baik dari sisi intensitas maupun frekuensinya,
sementara itu ada kecenderungan sudah terjadi perubahan pola iklim dunia akibat
pemanasan global. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat kejadian iklim ekstrim
yaitu menurunnya produksi potensial pertanian akibat naiknya suhu, menurunnya
ketersediaan air wilayah akibat kekeringan, meluasnya wilayah beresiko banjir dan
longsor, kenaikan permukaan air laut, meningkatnya jumlah manusia yang
terekspose terhadap penyakit menular.

Grafik Suhu Rata-Rata Indonesia 1991-2020 dan Suhu Rata-Rata Bulanan


Indonesia hingga September 2023
5

Berdasarkan grafik di atas hasil analisis suhu rata-rata dari 116 stasiun
pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan September 2023 adalah sebesar
27.0 °C. Normal suhu udara klimatologis untuk bulan September 2023 periode
1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26.6 °C (dalam kisaran normal 20.1 °C -
28.6 °C). Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan
September 2023 menunjukan anomali positif dengan nilai sebesar 0.4 °C. Anomali
suhu udara Indonesia pada bulan September 2023 ini merupakan nilai anomali
tertinggi ke-4 sepanjang periode pengamatan sejak 1981.

2.2. Teknologi Tepat Guna


Teknologi pertanian diharapkan dapat membantu petani untuk
meningkatkan kesejahteraan, berbagai teknologi pertanian telah diperkenalkan dan
disebarluaskan kepada petani. Pertanian merupakan sektor penting dalam
perekonomian global yang memainkan peran vital dalam pemenuhan kebutuhan
pangan dunia. Namun, tantangan yang dihadapi dalam pertanian modern adalah
penggunaan air yang tidak efisien. Air adalah sumber daya yang terbatas dengan
populasi dunia yang terus berkembang, penting untuk mengembangkan teknologi
tepat guna yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam pertanian.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan
dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, serta menghasilkan nilai
tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup. Pada intinya, teknologi
tepat guna adalah teknologi yang tepat sasaran dan berguna bagi masyarakat.

2.3. Irigasi Tetes pada Lahan Kering


Produktivitas lahan kering di Indonesia masih rendah, kendala utama pada
lahan kering adalah ketersediaan air pada musim kemarau, hal ini dapat mengurangi
produksi pertanian. Ketersediaan air merupakan faktor penentu bagi keberlanjutan
produksi dan produktivitas tanaman pada lahan kering. Upaya peningkatan
produksi pertanian pada lahan kering diperlukan tambahan air irigasi yang dapat
memenuhi kebutuhan air pada saat musim kemarau.
Sistem irigasi tetes telah terbukti menjadi metode yang efektif dalam
mengurangi kebocoran air dan meminimalkan pemborosan air yang tidak perlu.
6

Sistem ini menyediakan air langsung ke akar tanaman dengan jumlah yang tepat,
sehingga mengurangi kehilangan air akibat penguapan. Irigasi tetes merupakan
teknologi irigasi yang bertujuan untuk memanfaatkan ketersediaan air yang sangat
terbatas secara efisien. Teknologi ini cocok diterapkan pada lahan kering beriklim
kering.

Gambar Penggunaan Irigasi Tetes


Pada prinsipnya pemberian air dengan cara menggunakan irigasi tetes
diperlukan sebagai efisiensi penggunaan air sehingga dapat mengurangi kehilangan
air yang dirasa cepat akibat penguapan karena suhu yang tinggi. Komponen
penyusun sistem irigasi tetes meliputi sumber air irigasi, pompa dan tenaga
penggerak serta jaringan perpipaan

2.4. Pemanfaatan Teknologi Irigasi Tetes dalam Budidaya Tanaman Ubi


Air menjadi komponen penting penentu dalam produksi pertanian. Mulai
dari proses awal hingga pemanenan, tanaman selalu memerlukan air. Seluruh
kegiatan metabolisme tanaman tidak dapat berjalan tanpa air. Jumlah kebutuhan air
pada masing-masing fase pertumbuhan selama siklus tanaman berbeda. Hal ini
berkaitan langsung dengan adanya proses morfologis, fisiologis dan gabungan
antara kedua faktor tersebut serta faktor-faktor lingkungan.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi tepat guna yaitu sistem irigasi tetes. Irigasi
tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada
permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara sinambung dan
perlahan pada tanah di dekat tumbuhan. Alat pengeluaran air pada sistim irigasi
tetes disebut emiter atau penetes. Setelah keluar dari penetes (emiter), air menyebar
7

ke dalam profil tanah secara horizontal maupun vertikal akibat gaya kapilaritas dan
gravitasi. Luas daerah yang dibasahi tergantung pada besarnya debit keluaran, jenis
tanah (struktur dan tekstur), kelembaban tanah dan permeabilitas tanah.
Hasil analisis tinggi tanaman ubi kayu pada dua sistem irigasi yang
berbeda yakni tersaji pada tabel di bawah. Tinggi tanaman terbaik pada sistem
irigasi tetes dengan 106, 26 cm dan yang terendah pada sistem irigasi basin
83,38 cm akan tetapi bperbedaan ini tidak memberikan pengaruh yang
signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Adanya perbedaan pada tinggi
tanaman dipengaruhi oleh sistem pemberian air pada tanaman.

200
156,26
Tinggi Tanaman Ubi Kayu (cm)

150
103,3
100 8

75

50

25

Tabel pemberian air dengan sistem irigasi


Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian air dengan
sistem irigasi tetes memberikan hasil terbaik karena air dapat di serap oleh tanaman
secara maksimal karena langsung mengenai sistem perakaran tanaman. Hal ini
sejalan bahwa penggunaan irigasi tetes meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman,
diameter batang dan persen hidup tanaman serta pengaturan volume air dapat
mempengaruhi penurunan suhu udara, peningkatan kelmbaban tanah, peningkatan
tinggi tanaman, serta memperlebar luas daun.

Anda mungkin juga menyukai