Anda di halaman 1dari 18

SISTEM IRIGASI TETES

(DRIP IRIGATION)
LATAR BElAKANG
 Sumber daya air tawar semakin lama semakin terbatas
 Pemanasan suhu bumi (global warming) mengakibatkan
anomali cuaca, baik berupa El Nino maupun La Nina
 El Nino dan La Nina yang berkepanjangan mengakibatkan
perubahan pada pola dan kalender tanam yang
berdampak pada perubahan jumlah kebutuhan air irigasi.
 Irigasi tetes merupakan jenis irigasi yang efisien dalam
hal penggunaan air dan dapat diaplikasikan untuk
pertanian lahan kering
 Kendala dalam mengaplikasikan irigasi tetes adalah pada
tahap perencaan yang membutuhkan analisis yang rinci.
SKEMA DASAR SISTEM IRIGASI TETES (DRIP IRRIGATION)

Sumber: greethumb.com
 Jenis komoditi yang sesuai dengan lahan kering: jagung, kedelai, kacang hijau, ubi kayu,
ubi jalar
Skema emitter (penetes) Jenis-jenis emitter

emitter

Sumber : Billig, 2012


POLA SEBARAN AIR BERDASARKAN MEDIA TANAM

 Sebaran air pada media tanah liat menyebar ke samping


 Pada tanah lempung air yang terinfiltrasi cenderung di tengah
 Pada media pasir, air cenderung meresap ke dalam dengan pola memanjang
ke bawah.
Sumber : Diann, 2010
Waktu yang dibutuhkan oleh air untuk masuk ke dalam pori-pori tanah berdasarkan jenis tanah

Sumber : Goldy, 2012


 Irigasi tetes biasa digunakan pada daerah dengan kelangkaan air
permanen, topografi lahan yang tidak beraturan dengan drainase
relatif buruk, tanah yang mempunyai kecepatan infiltrasi yang
rendah, seperti tanah liat dan tanaman berada pada pelindung
plastik atau Greenhouse.
Luas lahan kering di Indonesia

Sumber: Sukarman dkk., 2012


 Irigasi tetes umumnya digunakan pada tanaman hortikultura
(buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias).
KEUNGGULAN IRIGASI TETES
1. Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit
2. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengoperasian lebih mudah. Dengan teknologi IoT,
dapat dilakukan secara otomatis
3. Hasil panen yang lebih tinggi dibandingantara 10%–20% dibandingkan dengan irigasi
konvensional (Meijer, 1989).
4. Pengaturan nutrisi untuk tanaman lebih mudahsional.
5. Efisiensi penggunaan air yang lebih baik karena tingkat evaporasi lebih rendah (mulsa).
6. Mengurangi kegiatan penyemprotan pestisida dan insektisida
7. Mengurangi pertumbuhan gulma karena hanya sebagian permukaan tanah yang
dibasahi, yaitu di sekitar daerah perakaran (rizosfer).
8. Keseimbangan input pupuk dan daya serap (absorpsi) akar.
9. Tidak terbentuk aliran air pada permukaan tanah.
10. Tenaga pompa untuk menekan air lebih kecil dibandingkan sistem sprinkler
11. Irigasi tetes dapat beroperasi siang dan malam, dan air dapat didistribusikan pada
daerah yang luas.
KEKURANGAN IRIGASI TETES
1. Penyumbatan emitter/penetes yang dapat mengurangi efektivitas kerja sistem.
2. Dibutuhkan filterasis air baku untuk menghindari penyumbatan pada pipa
3. Pengawasan terhadap operasional emitter di lahan yang luas cukup sulit dan memakan
waktu.
4. Untuk persemaian, sistem irigasi tetes kurang baik dibandingkan irigasi sprinkler.
5. Kemungkinan terjadinya akumulasi garam pada zona akar cukup tinggi
6. Untuk skala besar, sistem irigasi tetes membutuhkan investasi yang lebih besar
dibandingkan sistem irigasi sprinkler atau gravitasi.
7. Untuk tanah berpasir, irigasi tetes kurang efektif
8. Diperlukan pembinaan petani secara intensif untuk dapat mengoperasikan sistem irigasi
tetes
STUDI KASUS
PENGGUNAAN IRIGASI TETES DI INDONESIA
1 Penelitian efektivitas irigasi tetes terhadap tanaman padi sawah

Lokasi penananam : Sukamandi, Subang, Jawa Barat


Waktu tanam : Juli - Oktober 2019

Efisiensi
Jenis irigasi Hasil panen Kebutuhan air penggunaan air
(ton/ha) (m3)
(kg/m3)
Irigasi tetes 4.91 3864 1.27
Irigasi sawah 5.26 3170 1.66

Sumber : Sasmita dkk, 2022


2 Penelitian efektivitas irigasi tetes terhadap tanaman cendana
(Santalum album L)
Lokasi penananam : Stasiun Penelitian Banamblaat, Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara,
Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi NTT
Waktu tanam : Maret 2003-Nopember 2004
Elevasi : 300 m dari permukaan laut
Tipe iklim : D (Schmidt dan Ferguson, 1951)
Jenis tanah : Mediteran (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993).
 Tanaman cendana (Santalum album L.) yang ditanam dengan menggunakan irigasi
tetes menunjukkan pertumbuhan lebih sehat seperti daun lebih hijau, jumlah daun
lebih banyak, dan kondisi tajuk lebih sehat. Sedangkan tanaman cendana yang
ditanam tanpa irigasi tetes menunjukkan vigor pertumbuhan yang lebih merana di
mana daun kekuning-kuningan dan tajuk tanaman kurang sehat.
• Untuk penanaman cendana (Santalumalbum L.) pada lahan kritis daerah kering
perlu dibantu dengan pengairan menggunakan irigasi tetes. Sumber-sumber mata
air seperti embung, mata air, dan sungai yang sudah ada pada calon lokasi
penanaman dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi tetes. Atau bila
tidakmemungkinkan pada musim hujan membuat teknik pemanenan air hujan bila
air kurang mencukupi

Sumber : Surata, 2007


3 Penerapan irigasi tetes bagi masyarakat di Desa Oelami

Lokasi penananam : Desa Oelami, Kecamatan Bikomi Selatan, Provinsi Nusa


Tenggara Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi
NTT
Waktu tanam : 2017
Perbandingan luas lahan, kebutuhan air, dan  omzet finansial yang diperoleh
tenaga pengairan antara sistem irigasi dari budidaya cabai
konvensional dengan irigasi tetes menggunakan irigasi tetes
Rp10.520.000,00 per 20 m2
• sedangkan yang diperoleh
dengan cara petani setempat
Rp3.360.000,00 per 20 m2
.

Sumber : Ledheng dkk., 2018


4 Potensi dan upaya pemanfaatan air tanah untuk irigasi lahan kering
di Nusa Tenggara
 Potensi dan peluang pemanfaatan lahan kering di wilayah Nusa Tenggara cukup
menjanjikan
 Sebaran lahan kering di Nusa Tenggara adalah yang terluas di Indonesia, di NTT terdapat
± 3.216.173 ha dan di NTB ± 634.876 ha
 Potensi air tanah berdasarkan analisis dan evaluasi peta hidrogeologi di wilayah Nusa
Tenggara menunjukkan adanya akuifer produktif yang dapat dimanfaatkan
 Potensi air tanah di NTB sebesar 63.895 l/s dan di NTT 267.282l/s dapat dimanfatkan
untuk melengkapi irigasi air permukaan terutama pada saat periode curah hujan
rendah.

Sumber : Soedireja, 2016


4 Potensi dan upaya pemanfaatan air tanah untuk irigasi lahan kering
di Nusa Tenggara
 Potensi dan peluang pemanfaatan lahan kering di wilayah Nusa Tenggara cukup
menjanjikan
 Sebaran lahan kering di Nusa Tenggara adalah yang terluas di Indonesia, di NTT terdapat
± 3.216.173 ha dan di NTB ± 634.876 ha
 Potensi air tanah berdasarkan analisis dan evaluasi peta hidrogeologi di wilayah Nusa
Tenggara menunjukkan adanya akuifer produktif yang dapat dimanfaatkan
 Potensi air tanah di NTB sebesar 63.895 l/s dan di NTT 267.282l/s dapat dimanfatkan
untuk melengkapi irigasi air permukaan terutama pada saat periode curah hujan
rendah.

Sumber : Soedireja, 2016


Perbandingan biaya dan hasil
5 produksi tanaman tebu

Sumber: Goestomo, 2020


KESIMPULAN

 Potensi lahan kering di Indonesia sangat luas


 Irigasi tetes untuk tanaman padi menunjukkan hasil panen yang lebih rendah
dibandingkan dengan irigasi konvensional
 Irigasi tetes memberikan hasil yang baik, untuk pertanian cendana dan holtikultura
(cabai) di Nusa Tenggara Timur)
 Irigasi tetes permukaan juga memberikan hasil panen tanaman tebu yang lebih tinggi
dibandingkan irigasi konvesional dan irigasi tetes sub surface
DAFTAR PUSTAKA

Gustomo, S. W. (2020). Agronomic Performance and Economic Benefits of Sugarcane


(Saccharum officinarum L.) Under Drip Irrigation for Sandy and Clay Soils in East Java,
Indonesia. Jurnal Tanah dan Iklim Vol, 44(2), 141-153.
Ledheng, L., Lelang, M. A., & Hutapea, A. N. 2019. Penerapan Irigasi Tetes Bagi Masyarakat
di Desa Oelami Kecamatan Bikomi Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Paradharma
(Jurnal Aplikasi IPTEK), 2(1). 44-47
Sasmita, P., Agustiani, N., Margaret, S., Ardhiyanti, S.D., Suprihanto, Nugraha, Y., Suhartini.
2022. Drip Irrigation Technology Performance on Rice Cultivation. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung . Vol. 11. No.1.
Soedireja, H. R. (2017). Potensi dan upaya pemanfaatan air tanah untuk irigasi lahan kering
di Nusa Tenggara. Jurnal Irigasi, 11(2), 67-80.
Sukarman, Subiksa, I.G.M., & Ritung, S. (2012). Identifikasi lahan kering potensial untuk
pengembangan tanaman pangan. Dalam Prospek Pertanian Lahan Kering dalam
Mendukung Ketahanan Pangan. Diambil April 2016, dari
http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/ Lahan-Kering-Ketahan/BAB-V-3.pdf
Surata, I. K.2007. Pemanfaatan Irigasi Tetes untuk Penanaman Cendana (Santalum Album
L.) di Lahan Kritis Banamblaat, Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 4(2), 129-138.

Anda mungkin juga menyukai