Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI DASAR

PEMBUATAN BEDENGAN DAN PEMBERIAN PUPUK NPK


PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

OLEH:
ABDURRAHMAN RAFIF
NIM. 2206110623

AGROTEKNOLOGI – A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBUATAN BEDENGAN DAN PEMBERIAN PUPUK NPK PADA


TANAMAN JAGUNG MANIS

PEKANBARU, 03 NOVEMBER 2023

PRAKTIKAN

ABDURRAHMAN RAFIF
NIM. 2206110623

MENGETAHUI

ASISTEN PRAKTIKUM I ASISTEN PRAKTIKUM II

NAFADHILAH ASTRIANI MUTHIYA WILANDA AMALIA


NIM. 1806111818 NIM. 1806110326

ASISTEN PRAKTIKUM III ASISTEN PRAKTIKUM IV

MAULANA ISHAK AGUSTRA LEONARDI


NIM. 1906156205 SIPAHUTAR
NIM. 1906155290

ASISTEN PRAKTIKUM V ASISTEN PRAKTIKUM VI

EVELYN CINDY SINAGA YUSRI WANDI


NIM. 1906111677 NIM. 1906124467
I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Klimatologi (berasal dari bahasa Yunani Kuno κλίμα, klima, "tempat,

wilayah, zona"; dan -λογία, -logia "ilmu") adalah studi mengenai iklim, secara

ilmiah didefinisikan sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode

waktu yang panjang. Menurut Gibbs (1978), klimatologi adalah peluang statistik

berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin dan kelembapan yang

terjadi di suatu wilayah yang terjadi dalam kurun waktu yang panjang.

Pembuatan bedengan dan pemberian pupuk NPK pada tanaman jagung

adalah dua kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan pertanian yang bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung yang dibudidayakan.

Pembuatan bedengan melibatkan pembenetukan tanah menjadi bukit kecil atau

bedengan yang meningkatkan drainase tanah dan mampu mengurangi resiko

adanya genangan air yang bisa merusak tanaman, hal ini sangat bermanfaat saat

lahan pertanian yang digunakan sangat mudah tergenang air saat hujan.

Pembentukan bedengan sangat membantu para petani untuk mengurangi

aspek yang menyebabkan kerusakan pada lahan bahkan kegagalan dari kegiatan

bercocok tanam yang dilakukan. Salah satu cara pencegahan dari kegagalan panen

selain pemberian pupuk adalah pembuatan bedengan agar tanah yang ditanami

stabil. Pembuatan bedengan juga mampu meningkatkan kualitas tanah dan

meningkatkan struktur tanah.

Pemberian nutrisi yang cukup terutama unsur hara makro seperti nitrogen

(N), fosfor (P), dan kalium (K) yang terkandung dalam pupuk NPK. Pupuk NPK

mengandung campuran unsur hara yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan


dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Pemberian pupuk NPK

membantu kita untuk memastikan tanaman jagung memiliki kemampuan untuk

memproses nutrisi essensial penting yang di butuhkan oleh tanaman jagung agar

mampu menghasilkan produk yang sehat dan bisa meningkatkan produktivitas

tanaman itu sendiri.

Pemberian pupuk yang tepat atau sesuai dengan kebutuhan jagung yang

dibudidayakan akan membuat jagung tumbuh dengan baik, menghasilkan tongkol

yang banyak, dan akhirnya produk yang dihasilkan lebih besar. Hal ini mampu

mendukung program ketahanan pangan dan ekonomi dari Masyarakat yang

membudidayakan tanaman jagung ini. Pemberian pupuk NPK bisa membantu

untuk mengurangi resiko kegagalan panen karena kekurangan nutrisi dari tanah.

Dengan demikian pembuatan bedengan dan pemberian pupuk NPK pada

tanaman jagung adalah untuk meningkatkan produktivitas pertanian, memastikan

ketersediaan nutrisi yang cukup, dan meningkatkan kualitas tanah demi

mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat dan hasil panen yang lebih baik.

I.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk memberikan pupuk

lanjutan pada tanaman jagung manis dan mempersiapkan tempat penanaman

tanaman selanjutnya.

I.3 Manfaat

Manfaat yang didapatkan saat kegiatan praktikum ini adalah praktikkan

mnegetahui dosis yang tepat untuk tanaman jagung manis yang sedang

dibudidayakan sehingga penggunaan pupuk bisa dimaksimalkan sesuai dengan


kebutuhan. Untuk pembuatan bedengan membantu praktikan mengetahui

bagaimana proses dari sesudah kegiatan pengolahan tanah dalam proses budidaya.
II TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian merupakan sektor pertanian yang krusial bagi banyak negara di

dunia, termasuk Indonesia. Namun, di lahan sawah marginal dengan masalah

drainase yang buruk dan risiko genangan air yang tinggi, produktivitas tanaman

padi seringkali terhambat (Hasnudi dan Saleh, 2004). Oleh karena itu, metode

pembuatan bedengan telah menjadi fokus perhatian dalam upaya meningkatkan

produktivitas lahan sawah marginal.

Bedengan adalah metode pengaturan lahan pertanian dengan cara

membentuk beda tanah yang memiliki manfaat signifikan dalam mengatasi

masalah drainase dan genangan air di lahan sawah. Pembuatan bedengan di sawah

marginal telah terbukti efektif dalam meningkatkan kapasitas drainase dan

mengurangi risiko genangan air, yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan

tanaman (Juanda, 2005). Proses pembuatan bedengan melibatkan tahap persiapan

lahan, pembentukan bedengan, dan pola pengaturan bedengan yang sesuai dengan

topografi lahan. Metode ini dapat disesuaikan dengan kondisi lokal dan jenis tanah

yang ada.

Kata bedengan berasal dari bahasa Inggris “bed” yang berarti tempat tidur,

dalam hal ini tentu saja tempat tidur tanaman, sehingga dapat diartikan bedengan

adalah sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Bedengan adalah tempat tumbuhnya

tanaman budidaya dengan cara meninggikan tanah dan memberikan perlakuan

khusus dengan menambahkan pupuk dasar berupa pupuk organik, pupuk kandang

atau kompos (Ermunanto, 2003).

Kata drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang berarti

pembuangan air sehingga saluran drainase dapat diartikan sebagai saluran


pembuangan air, dalam hal ini saluran pembuanagan air diantara bedengan untuk

kemudian ke tempat yang lebih rendah. Drainase atau pengatusan adalah

pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah

permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan

mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Irigasi dan drainase

merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air di bidang

pertanian maupun tata ruang. Drainase terbagi menjadi 4 macam menurut

Ermunanto (2003), yaitu;

1. Drainase utama, tujuan dari drainase utama adalah mengendalikan air,

mencegah banjir, mengelola aliran air permukaan, dan menjaga

lingkungan tetap kering dan aman. Komponen utama dari drainase utama

adalah saluran air, parit, pipa-pipa besar, kolam penampungan dan

struktur lainnya yang dirancang adalah mengarahkan air ke tempat yang

aman tanpa merusak tanah atau properti.

2. Drainase sekunder, berfungsi untuk mengumplkan dan mengarahkan air

hujan atau air permukaan dari berbagai sumber menuju sistem drainase

utama yang lebih besar. Fungsi yang utama dari drainase sekunder adalah

mengelola air huja, mencegah erosi, mengurangi resiko genangan, dan

pengelolaan kualitas air.

3. Drainase tersier, berfungsi untuk mengelola air hujan, air permukaan,

atau air limbah dari daerah yang lebih kecil atau local ke saluran yang

lebih besar. Fungsi dari drainase tersier adalah pengumpulan air hujan,

pengelolaan air permukaan, pengelolaan air limbah dan pencegahan

genangan di area yang lebih lokal. Biasanya drainase tersier mencakup


saluran air kecil, selokan, parit kecilsaluran pembuangan, sistem

pelolosan air hujan dan penyerapan air di tempattempat seperti taman.

4. Drainase laut, drainase ini juga bisa disebut marine drainage yang

merupakan komponen dari siklus hidrologi bumiyang memungkinkan air

yang berasal dari daratan kembali lagi ke lau atau lautan. Drainase laut

sangat penting bagi bumi sebab memengaruhi ekologi dan siklus air di

bumi. Drainase laut mencakup aspek Sungai dan aliran air, air hujan dan

aliran permukaan, Pantai dan zona pesisir, ekosistem laut, pengelolaan

sumber daya laut dan konservasi lingkungan pantai.

Trenggono (2013) menyatakan bahwa tujuan utama pembuatan saluran

drainase adalah untuk mencegah genangan dengan mengalirkan air aliran

permukaan, sehingga kekuatan air mengalir tidak merusak tanah, tanaman,

dan/atau bangunan konservasi lainnya. Di areal rawan longsor, pembuatan saluran

drainase ditujukan untuk mengurangi laju infiltrasi dan perkolasi, sehingga tanah

tidak terlalu jenuh air, sebagai faktor utama pemicu terjadinya longsor. Bentuk

saluran drainase, khususnya di lahan usahatani dapat dibedakan menjadi:

1. Saluran pengelak

2. Saluran teras

3. Saluran pembuangan air

Pemeliharaan saluran drainase dilakukan dengan pendalaman saluransaluran

pembuangan air yang telah dangkal, biasanya dilakukan bersama-sama dengan

pengendalian gulma.

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,

misalnya pupuk NP, NK, PK, NPK. Disebut pupuk majemuk karena pupuk ini
mengandung unsur hara makro dan mikro dengan kata lain pupuk majemuk

lengkap bisa disebut sebagai pupuk NPK atau Compound Fertilizer. Pupuk

majemuk NPK adalah pupuk anorganik atau pupuk buatan yang dihasilkan dari

pabrik-pabrik pembuat pupuk, yang mana pupuk tersebut mengandung unsur-

unsur hara atau zatzat makanan yang diperlukan tanaman (Sutedjo, 2002).

Pupuk majemuk NPK adalah pupuk anorganik atau pupuk buatan yang

dihasilkan dari pabrik pabrik pembuat pupuk yang mana pupuk tersebut

mengandung unsur-unsur hara atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman.

Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberikan suplai yang cukup besar

kedalam tanah sehingga dengan pemberian pupuk NPK ini yang mengandung

nitrogen akan membantu pertumbuhan dari tanaman. Kandungan unsur hara

dalam pupuk majemuk dinyatakan dalam tiga angka yang berturut-turut

menunjukkan kadar N, P2O5 dan K2O (Hardjowigeno, 2003).

Pupuk NPK merupakan jenis pupuk kimiawi yang dibuat melalui proses

kimia di dalam pabrik terdiri dari pupuk nitrogen N, pupuk fosfat P, dan pupuk

kalium K (Bambang, 2008). Penggunaan pupuk NPK yang tepat jumlah untuk

lokasi yang spesifik akan sangat menguntungkan baik secara teknis, ekonomis,

maupun lingkungan. Takaran pupuk yang optimal ditentukan oleh status hara

tanah, efisiensi pemupukan, dan keperluan hara tanaman. Status hara secara

kuantitatif dapat diukur dengan menetapkan kemampuan tanah menyediakan hara

bagi tanaman dan nilai uji tanah. Efisiensi pemupukan (jumlah hara terserap

tanaman per jumlah hara pupuk yang diberikan) beragam menurut sifat dan ciri

tanah, pengelolaan pupuk (cara dan waktu pemberian pupuk), dan kondisi

pertumbuhan tanaman (Toha et al., 2001).


Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat digunakan

sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro N, P, dan K

menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl yang kadang-kadang

susah diperoleh di pasaran dan sangat mahal (Pirngadi dan Abdulrachman, 2005).

Menurut Hardjowigeno (2007), fungsi dari unsur hara N yaitu untuk memperbaiki

pertumbuhan vegetative tanaman, tanaman yang tumbuh dengan cukup N akan

bewarna lebih hijau sebab kebutuhan dari proteinnya tercukupi. Gejala jika

kekurangan unsur N adalah tanaman kerdil, pertumbuhan dari akar menjadi

terbatas dan daun-daun menjadi kuning. Sedangkan tanaman yang kekurangan

unsur P akan terlihat gejala warna daun hijau kemerahan yang mengkilap dan

tanaman juga menjadi kerdil. Unsur kalium berfungsi dalam proses pembentukan

pati, mengaktifkan enzim, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan,

penyakit, dan perkembangan akar. Kekurangan unsur kalium akan membuat daun

tanaman menjadi mengkerut atau keriting dan muncul bercak bewarna kuning

transparan pada daun dan berubah menjadi merah kecoklatan (Nazaruddin, 2003).
III METODOLOGI

III.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 27

Oktober 2023 pada pukul 16.00 WIB di UPT kebun percobaan fakultas pertanian

universitas Riau dan hidroponik Lab. Mekanisasi fakultas pertanian universitas

Riau.

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah cangkul dan

parang.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pupuk NPK dan

tali rafia.

III.3 Metode Pelaksana

III.3.1 Pembuatan Bedengan

Adapun metode pelaksanaan kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan alat seperti cangkul dan tali plastik (tali rafia).

2. Dikukur bedengan dan drainase sesuai dengan kondisi lahan dan diberi

tanda dengan tali rafia.

3. Dibuat petakan tanah sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

4. Dibuatnya parit drainase disekeliling petakan bedengan.

5. Diratakannya permukaan tanah pada bedengan.

III.3.2 Pemberian Pupuk NPK

Adapun metode pelaksanaan kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Ditimbang pupuk NPK sesuai dengan kebutuhan untuk seluruh populasi

pada masing-masing bedengan.

2. Dibuat lubang diantara tanaman.

3. Diberikan pupuk ke lubang yang sudah dibuat sesuai dengan

kebutuhannya.

4. Ditutup kembali lubang yang sudah terisi pupuk secara merata dengan

tanah.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
-

IV.2 Pembahasan

Pada kegiatan praktikum ini lahan sudah terlebih dahulu diolah dan

praktikan hanya melanjutkan kegiatan praktikum dengan kegiatan pembuatan

bedengan yang mana bedengan ini akan digunakan untuk penanaman terong.

Lahan yang sudah diolah lalu dibuatnya bedengan yang sesuai dengan kebutuhan

praktikum atau sebanyak dari kelompok yang mengikuti kegiatan praktikum ini.

Ukuran dari bedngan yang dibuat untuk masing kelompok - kelompok adalah 1m

x 10m.

Dalam pembuatan bedengan tidak hanya bedengan saja yang dibuat drainase

juga dibuat dengan tujuan agar bisa air mengalir pada lahan yang digunakan dan

tidak menimbulkan kejenuhan jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi pada

lahan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sumadi (2011) yang menyatakan

bahwa fungsi dari drainase adalah untuk membuang kelebihan air, menciptakan

keadaan tidak jenuh untuk pertumbuhan dari akar ataupun pernapasan akar serta

mencuci Sebagian dari asam – asam organik. Pembuatan bedengan juga dilakukan

sekaligus dengan penggemburan tanah yang memiliki tujuan untuk membuat

medium tanah, memperbaiki struktur tanah, agregat tanah, dan juga pengendalian

dari hama atau patogen yang ada didalam tanah dan berpotensi untuk mengganggu

kegiatan bercocok tanam (Redaksi Agromedia, 2007).

Tujuan dari pembuatan bedengan adalah untuk memaksimalkan penggunaan

lahan tempat membudidayakan tanaman, memperbaiki drainase, dan untuk


mencegah pengikisan lapisan tanah. Bedengan harus dibuat sesuai dengan

kebutuhan dari budidaya tanaman tersebut agar tanaman bisa tumbuh dan

berkembang secara optimal. Bedengan yang sesuai dengan jenis tanaman yang

akan ditanam akan menciptakan drainase yang baik (drainase mencegah adanya

genangan pada bedengan), agar aerasi tanaman dilaksanakan dengan memadai

sebab jika memakai bedengan akan membuat akar tanaman memiliki cukup ruang

untuk bernafas, dan juga membuat para praktikan mudah untuk mengendalikan

hama atau penyakit yang menyerang tanaman serta bisa menggunakan lahan

secara efisien (Fahruddin, 2009). Setelah dibuatnya bedengan dilakukannya

pemupukan dasar pada tanah menggunakan pupuk kendang dan penanaman

dilakukan dengan cara pergiliran tanaman. Menurut Suliartini et al. (2021)

pembuatan bedengan dilakukan dengan mencangkul lahan serta menghaluskan

tanah, setelah dibuat bedengan. Petakan bedengan bergantung pada luas lahan

yang ada. Bila terdapat lahan yang luas, sebaiknya dibuat bedengan memanjang.

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang

pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan

bagianbagian vegetatif seperti daun, batang dan akar, tetapi kalau terlalu banyak

menghambat pembungaan dan pembuahan. Fosfor berpengaruh pada pembuahan

termasuk pembuahan biji dan apabila tanaman berbuah pengaruh akibat

pemberian nitrogen yang berlebihan akan hilang. Kalium berfungsi membantu

perkembangan akar sehingga dapat meningkatkan serapan unsur hara oleh

tanaman (Guritno, 1995).

Keunggulan pupuk anorganik yaitu mengandung unsur hara tertentu

misalnya nitrogen (N) saja, NPK atau mengandung semua unsur sehingga
penggunaannya dapat sesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Kekurangan pupuk

anorganik adalah mudah tercuci ke lapisan tanah bawah sehingga tidak terjangkau

air, beberapa jenis pupuk anorganik bisa menurunkan pH tanah atau berpengaruh

terhadap kemasaman tanah. penggunaan yang berlebihan terus-menerus tanpa

diimbangi dengan pemberian pupuk organik akan merubah struktur kimiawi

maupun biologis tanah (Sutedjo, 2002).

Pemberian pupuk sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman

untuk tumbuh, berkembang dan memberikan hasil yang baik, di dalam pupuk

mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman baik secara mikro maupun

makro. Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman memiliki fungsinya

masing-masing. Pemberian unsur hara pada tanaman memerlukan perhatian yang

seimbang berdasarkan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk

selama ini belum memberikan dampak yang signifikan karena memiliki

kelemahan yaitu mudah larut dalam air dan mudah hilang (Chen et al., 2017).
V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan praktikum yang sudah dilaksanakan bisa disimpulkan

bahwa pemberian pupuk sangat dibutuhkan untuk tanaman agar kebutuhan akan

nutrisi atau unsur hara esensialnya tidak hanya bisa didapatkannya dari dalam

tanah namun didapatkan dari proses pemasukan pupuk oleh manusia. Pemberian

pupk tidak hanya bermanfaat untuk tanamannya saja namun mikroorganisme

disekitarnya juga mendapatkan manfaat, pemberian pupuk juga sebagai harapan

dari praktikan dan pihak lainnya agar produktivitas dari tanaman jagung manis

yang dibudidayakan bisa dimaksimalkan. Pupuk NPK adalah pupuk pabrik atau

pupuk kimia yang mana penggunaannya harus diperhatikan kembali agar tidak

merusak tanaman dan lingkungan sekitar.

Pembuatan bedengan sangat bermanfaat untuk pengetahuan dari praktikan

yang tidak melakukan kegiatan pengolahan tanah atau pengolahan lahan pada

kegiatan prakatikum ini, kegiatan pembuatan bedengan sangat banyak manfaatnya

bagi tanaman, tanah dan mikroorganisme yang membantu proses produksi

tanamana dibawah tanah. Pembuatan bedengan juga membantu kita untuk

penanggulangan hama dan penyakit yang terkandung didalam tanah agar tidak

tersimpan didalam tanah yang menyebabkan tanaman bisa terserang penyakit.

V.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan agar praktikan mampu menghitung kebutuhan

pupuk tanaman jagung manis, sehingga penggunaan pupuk lebih tepat dan tidak

berlebihan tanpa mengurangi tingkat produktivitas tanaman.


DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2008. Pemberian pupuk urea pada tanaman kangkung darat (Ipomoea

reptans Poir.) dengan jarak tanam yang berbeda. Jurnal Ganec Swara.

16(1): 26-40.

Chen, J., C, Fangbo., X, Hairong., H, Min., Z, Yingbin., dan Y, Xiong. 2017.

Effects of single basal application of coated compound fertilizer on

yield and nitrogen use efficiency in doublecropped rice. The Crop

Journal. 5 (3):265– 270.

Ermunanto, S. 2003. Metode pembuatan bedengan secara mekanis dengan tenaga

traktor dua roda untuk penanaman sayuran. JATT. 2(1): 13-26.

Fahrudin. 2009. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian. Jambi.

Gibbs, W.J. 1987. Defining Climate. WMO Bulletin, Vol. 36.4.

Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas

Press. Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika

Pressindo.

Hasnudi dan E. Saleh. 2004. Rencana Pemanfaatan Lahan Kering Untuk

Pengembangan Usaha Peternakan Ruminansia dan Usaha Tani

Terpadu di Indonesia. USU Digital Library. Jakarta.

Juanda, JIH. 2005. Screening of soil bacteria for plant growth promoting activities

in vitro. Journal of Agricultural Science. 4:27-31.

Nazaruddin. 2003. Budidaya dan Pengantar Panen Sayuran Dataran Rendah.

Penebar Swadaya. Jakarta.


Redaksi Agromedia. 2007. Budidaya Jagung Hibrida. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Suliartini, N. W. S., Marwa, S., Aprilia, N. P. K., Oktarachman, M., Ariffikri, A.

N., Aidin, D. F., Laraswaty, I. N. S. A., & Sangaji, M. A. 2021.

Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Penyangga

Ketahanan Pangan Keluarga. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan

IPA. 4(2)106-113.

Sumadi. 2011. Usaha Tani Bawang Putih. Kanisius. Yogyakarta.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Rineka Cipta. Jakarta.

Toha, M., Musthofa., R, H, Wahyuni. 2001. Respon pertumbuhan jagung terhadap

pemupukan NPK majemuk pada lahan mineral. Jurnal Hortikultura.

3(2): 123-136.

Trenggono. 2013. Kajian Sistem Drainase Kali Belik Yogyakarta. Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.


LAMPIRAN

1. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai