Anda di halaman 1dari 4

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh :

Febrianto
Fakhrian Nurhuda
Titin Putri Sulistyorini (G1011161073)

Kelas A

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
Topik : Lahan Gambut

Masalah : Bagaimana model kondisi aliran air pada lahan gambut dan langkah strategis
untuk menjaga tata air yang ideal pada lahan gambut dan pengembangan
pertanian tanaman pangan dan perkebunan.

Review :

Permasalahan yang kami ambil adalah tentang aliran air pada lahan gambut yang akan
bermanfaat untuk menjaga tata air dan pengembangan pertanian tanaman pangan maupun
perkebunan. Disini kami mengambil dari jurnal yang berjudul “Permodelan Aliran Air
Tanah pada Lahan Gambut” dan “Pemanfaatan dan Konservasi Ekosistem Lahan
Rawa Gambut” dengan buku acuan “Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala”.

Lahan rawa gambut di Indonesia cukup luas, mencapai 20,6 juta ha atau 10,8% dari
luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat di empat pulau besar,
yaitu Sumatera 35%, Kalimantan 32%, Sulawesi 3%, dan Papua 30%. Lahan rawa gambut
adalah lahan rawa yang didominasi oleh tanah gambut. Lahan ini mempunyai fungsi
hidrologi dan lingkungan bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya sehingga harus dilindungi dan dilestarikan.

Jumlah penduduk yang semakin bertambah memerlukan pasokan pangan dan sandang
yang mencukupi, namun disisi lain pembangunan diberbagai sektor baik infrastruktur
maupun pertanian dan perkebunan juga memerlukan lahan. Pemanfaatan lahan gambut
dalam konteks pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan harus dikelola secara tepat.
Hal ini dikarenakan kondisi tanah gambut yang memiliki sifat kimia asam-asam organik
yang tinggi dan senyawa karbon yang tinggi dan labil, sehingga apabila kondisi alami lahan
gambut mengalami perubahan maka gambut tersebut mudah rusak. Pemanfaatan lahan
gambut sebagai lahan pertanian dan perkebunan harus memperhatikan unsur pengelolaan
berkelanjutan.

Dalam hal ini tujuan dari permasalahan yang kami ambil adalah untuk
mengetahui model kondisi aliran air tanah pada lahan gambut sehingga dapat mengkondisikan
tata air tanah pada lahan tersebut agar menjadi ideal untuk pertanian pangan maupun
perkebunan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan maka diketahui bahwa
pengendalian air tanah pada lahan gambut dapat dilakukan dengan melakukan tata kelola pada
saluran tersier. Pengelolaan yang dapat dilakukan dalam menjaga tinggi air tanah pada lahan
tersebut adalah dengan membuat pintu air pada saluran tersier. Pintu air tersebut dapat
difungsikan sebagai berikut : 1. Retensi air 2. Drainase
Retensi air dilakukan untuk mempertahankan muka air tanah pada kedalaman tertentu.
Retensi air diperlukan agar kondisi lahan gambut tidak mengalami kekeringan ataupun
kelebihan air sehingga kondisi lahan ideal bagi pertumbuhan tanaman.
Drainase dilakukan apabila terjadi kelebihan air pada lahan gambut. Kelebihan air
dilahan dapat disebabkan oleh kondisi air pasang pada saluran tersier dan terjadinya hujan
deras.
Gambut dibentuk oleh timbunan bahan sisa tanaman purba yang berlapis-lapis sehingga
mencapai ketebalan > 30 cm. Proses penimbunan bahan sisa tanaman ini merupakan proses
geogenic (bukan pedogenic, seperti tanah-tanah mineral) yang berlangsung dalam waktu yang
sangat lama (Hardjowegeno, 1086). Menurut Andriesse (1992) dalam Noor (2001), gambut
adalah tanah organik (organic soils), tetapi tidak berarti bahwa tanah organik adalah tanah
gambut. Sebagian petani menyebut tanah gambut dengan istilah tanah hitam, karena warnanya
hitam dan berbeda dengan jenis tanah lainnya. Tanah gambut yang telah mengalami
perombakan secara sempurna sehingga bagian tumbuhan aslinya tidak dikenali lagi dan
kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (muck, peatymuck, mucky).
Untuk menentukan model aliran air tanah dilakukan analisis kondisi aliran air
tanah gambut. Pengambilan data yang dilakukan secara bertahap dimulai dengan mengamati
suhu pada termometar dan curah hujan pada penadah hujan serta mengukur tinggi muka air.
Pengukuran suhu, curah hujan dan tinggi muka air dilakukan setiap 1 jam. Berdasarkan
pengamatan dan data dilapangan kondisi pasang terjadi pada pagi hingga siang hari dan kondisi
surut terjadi pada sore hingga malam hari.

Model aliran air tanah pada lahan gambut dapat dibuat berdasarkan persamaan
Kirkham yang telah dimodifikasi. Model yang dihasilkan dapat mewakili kondisi aliran air
pada lahan dengan memberikan galat baku dugaan terkecil terdapat pada titik pengamatan-9
yang bernilai 0% dan nilai galat baku dugaan yang terbesar terdapat pada titik pengamatan-10
yang bernilai 27,8%.

Tinggi muka air di saluran tersier merupakan parameter utama dalam pengendalian muka air
tanah di petak lahan sebab perubahan muka air di saluran tersier akan menyebabkan perubahan
muka air tanah pada lahan, sedangkan curah hujan dan evapotranspirasi hanya memberikan
pengaruh yang relative kecil terhadap kondisi muka air tanah di petak lahan.
Pengendalian kondisi air pada lahan dapat dilakukan dengan melakukan tata kelola air pada
saluran tersier. Pengelolaan air pada saluran tersier dapat dilakukan dengan melakukan retensi
air dan drainase, sehingga kondisi muka air tanah pada lahan menjadi ideal untuk pertumbuhan
tanaman.

Pengembangan lahan gambut untuk pertanian menghadapi banyak kendala, antara lain: (1)
tingkat kesuburan tanah rendah, pH tanah masam, kandungan unsur hara NPK relatif rendah,
dan kahat unsur mikro Cu, Bo, Mn dan Zn; (2) penurunan permukaan tanah yang besar setelah
didrainase; (3) daya tahan (bearing capacity) rendah sehingga tanaman pohon dapat tumbang,
dan; (4) sifat mengkerut tak balik, yang dapat menurunkan daya retensi air dan membuatnya
peka erosi.

pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian pada awalnya memerlukan investasi yang
besaruntuk pembuatan saluran drainase, dan dalam perkembangannya, pengelolaan air,
peningkatan kesuburan dan produktivitas merupakan masalah utama yang harus diatasi.

Kualitas air sungai (besar) yang membawa muatan sedimen dari daerah belakangnya
(hinterland) beragam, sehingga kualitas kesuburan tanah gambut juga berbeda-beda. Oleh
karena itu, keberhasilan pengembangan lahan gambut di suatu wilayah tidak menjadi jaminan
bahwa di tempat lain akan berhasil pula.

Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh pada lahan gambut. Komoditas pertanian yang dapat
diusahakan di lahan gambut antara lain adalah tanaman pangan (padi, jagung, sorgum, ubi
kayu, ubi jalar, talas), tanaman palawija dan sayuran (kedelai, kacang tanah, kacang tunggak,
terung, mentimun, kacang panjang, cabai), tanaman buah-buahan (nenas, pisang, nangka,
jeruk, rambutan, mangga, petai, jengkol, jambu mete), tanaman perkebunan (tebu, kelapa sawit,
kelapa, kakao, kopi, cengkih, kapok, rami, rosela, karet, sagu), serta bambu. Nenas, jagung, ubi
kayu, dan talas tumbuh sangat baik pada tanah gambut dengan pemupukan dan pengapuran.

Anda mungkin juga menyukai