Identifikasi Masalah
Pemanfaatan rawa untuk lahan pertanian membutuhkan manajemen yang baik
untuk mengoptimalkan yang ada potensi. Pengelolaan lahan basah memiliki beberapa
permasalahan, salah satunya adalah pengelolaan air. Rawa memiliki ciri khas, yaitu:
dampak yang disebabkan oleh aktivitas manusia atau alam perubahan lingkungan dapat
menyebabkan perubahan kondisi awal.
Kebijakan pertanian dan irigasi di lahan basah pasang surut seringkali terlalu
umum, sehingga pada tingkat unit pertanian mereka sering tidak akurat dalam hal
kualitas dan kuantitas. Dalam pengembangan lahan pasang surut juga, masalah
keasaman tanah dapat mempengaruhi ketersediaan nutrisi penting dan bahan kimia sifat
tanah, yaitu bahan organik, N, Al dan Fe. Salah satu cara efektif untuk mengelola tanah
sulfat masam, melalui pengelolaan air yang tepat (Armanto, Adzemi, Wildayana, &
Imanudin, 2013; Armanto, Imanudin, Wildayana, Junedi, & Zuhdi, 2016; MS Imanudin &
Bakri, 2014).
Rumusan Masalah
Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi muka air tanah?
Bagaimana pengaruh bahan organik tanah terhadap kesuburan tanah?
Bagaimana hubungan antara sifat kimia tanah dan ketinggian air tanah?
Bagaimana pengaruh tingkat air tanah dalam kaitannya dengan beberapa karakter
kimia tanah di lahan rawa pasang surut P17-5S Desa Mulyasari Delta Telang II
Banyuasin, Sumatera Selatan.
Metodologi
Indikator potensi lahan dapat dianalisis dari parameter variabilitas kemasaman
tanah, Kandungan Al dan Fe, bahan organik dan status fosfor dan nitrogen tanah.
Dikelola terbatas (kawasan) yang merupakan unit pengelolaan air terkecil (petak tersier).
Keputusan itu diambil berdasarkan nilai dominan dari karakter hidro-fisik dan kimia.
Desain kriteria input melibatkan sifat tanah, tata guna lahan, dan hidrologi.
Data pengamatan ketinggian air disajikan dalam bentuk grafik dan
menghubungkannya dengan muka air tanah minimal 30 cm. Batas 30 cm menunjukkan
angka yang sama untuk tanaman pangan. Keanekaragaman muka air tanah akan
mempengaruhi status status kesuburan tanah dicirikan oleh pH, N, Al, bahan organik
(OM) dan Fe. Parameter ini adalah indikator utama sifat kimia tanah untuk melihat
kelayakan status lahan untuk pertanian di lahan basah (Momon S. Imanudin & Armanto,
2012).
Area pengelolaan terbatas di unit pengelolaan air terkecil, yaitu di unit tersier.
Keputusannya adalah diambil berdasarkan nilai dominan dari sifat hidro-fisik dan kimia
tanah. Kriteria desain adalah untuk memasukkan jenis penggunaan lahan dalam satu
musim tanam, yang diinginkan kedalaman air tanah, dan jarak antar saluran.
Analisis statistik dilakukan untuk menentukan dominasi keragaman sifat tanah.
Nilai dihitung dari hasil yang paling dominan penilaian kualitatif kelas konduktivitas
hidrolik, keasaman tanah, kandungan nutrisi dan kandungan aluminium.
1
tanah dapat ditingkatkan melalui pemupukan N dan P; meningkatkan kinerja pintu air di
petak tersier, dan pengelolaan air yang bertujuan untuk mengendalikan drainase.
Keputusan yang diambil adalah pilihan penggunaan lahan, operasi jaringan dan
perbaikan kesuburan tanah.
Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi muka air tanah adalah curah hujan, air
pasang, tanah fisik properti, kedalaman dan jarak ke saluran, luas penampang
saluran dan ketinggian air di saluran.
2. Adanya bahan organik tanah akan mendukung aktivitas tanah mikroorganisme,
sehingga tanah akan subur dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman akan
tersedia. Lokasi penelitian memiliki pH 3,74-5,26 tergolong sangat asam hingga
acid. Dengan menjaga muka air tanah pada kedalaman 30 cm di bawah
permukaan tanah bisa membuat tanah di bawah zona jenuh, dan kondisi reduksi
akan menciptakan pH 5 (cocok untuk tanaman).
3. Hubungan antara kimia tanah sifat dan ketinggian air tanah adalah sangat
bergantung pada oksidasi dan proses reduksi di daerah zona akar, periode waktu
di musim kemarau (Agustus) akan meningkatkan kelarutan Alumunium, Besi,
peningkatan, keasaman dan ketersediaan pengurangan dari status gizi.
4. Pencucian dan pembilasan diperlukan untuk mengurangi kelarutan alumunium,
besi dan keasaman di zona perakaran. Itu harus dilakukan satu minggu di awal
musim hujan. Untuk mempromosikan pencucian dan pembilasan proses di blok
tersier, petani harus memiliki desain yang baik dari sistem saluran mikro dalam
struktur hidrolik lengkap.
2
3