Anda di halaman 1dari 3

Domestic Wastewater Infiltration Process in Desert Sandy Soil and Its Irrigation Prospect

Analysis
Nama : Dhiyaul Kamalia Fahlefi
NIM : 102011133076

Identitas
Jurnal yang direview adalah  jurnal Ekotoksikologi dan Keamanan Lingkungan
(Ecotoxicology and Environmental Safety) yang ditulis oleh Caixia Liu, Fulai Liu, Mathias
N. Andersen, Gongming Wang, Kun Wu, Quanlin Zhao, dan Zhengfang Ye. Artikel jurnal
yang berjudul “Domestic Wastewater Infiltration Process in Desert Sandy Soil and Its
Irrigation Prospect Analysis” ini diterbitkan pada tahun 2021 dengan rentang halaman 1-10.
Abstrak
Dalam artikel ini dinyatakan bahwa meskipun air limbah rumah tangga dan air reklamasi
merupakan sumber air alternatif di daerah kering, investigasi efek negatifnya harus dilakukan
untuk mencegah pencemaran lingkungan. Dilakukan percobaan kolom jangka pendek untuk
mensimulasikan proses infiltrasi air limbah di tanah gurun dengan hasil yang menunjukkan
bahwa tanah gurun yang diuji tidak memiliki struktur tanah, bahan organik, maupun
komunitas mikroba tetapi memiliki laju infiltrasi yang tinggi. Dalam artikel ini dibahas
bahwa penggunaan air limbah secara signifikan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Artikel
ini juga menyimpulkan bahwa air limbah domestik memiliki potensi besar dalam pemulihan
vegetasi tanah gurun dan pemulihan fungsi. Namun demikian, N, garam, P, bahan organik
dan E. coli dalam air limbah dapat menimbulkan kontaminasi tanah gurun dan air tanah jika
pengolahan yang tidak tepat digunakan.
Latar Belakang
Penggunaan kembali air limbah telah dilakukan selama berabad-abad di negara-negara kering
dan semi-kering seperti Israel, Kuwait, Arab Saudi, Libya, Mesir, dan Tunisia. Penggunaan
air limbah untuk irigasi hutan dan fiksasi pasir juga sedang dicoba di barat laut Cina. Namun,
penggunaan kembali air limbah dapat menyebabkan risiko lingkungan berupa peningkatan
salinitas dan kontaminasi logam berat. Akan tetapi, masih ada kesenjangan pengetahuan kritis
tentang cara mengolah dan menggunakan kembali air limbah domestik di daerah yang belum
berkembang di barat laut Cina, dan bagaimana ekosistem (air tanah, tanaman, dan tanah)
menanggapi irigasi air limbah domestik saat ini. Studi infiltrasi air limbah di tanah gurun
dapat digunakan untuk pengelolaan air limbah lokal. Oleh karena itu, penelitian dalam artikel
ini bertujuan untuk mengetahui risiko kesehatan lingkungan terhadap tanah dan air tanah
terkait dengan praktik pembuangan air limbah jangka pendek. Dalam lingkungan yang
terkendali, air limbah rumah tangga dengan tingkat pengolahan yang berbeda diaplikasikan
ke tanah gurun dan diikuti dengan penanaman Alfalfa.
Metode
Dalam artikel ini, penulis menggunakan metode data kualitatif dan kuantitatif. Metode
kuantitatif terlihat jelas dari penggunaan tabel dan grafik statistik untuk menganalisis dan
menyajikan data penelitian, seperti eksudat dinamis dari kolom tanah, untuk menunjukkan
intersepsi tanah terhadap elemen air limbah, serta data penelitian yang lainnya. Sedangkan
metode kualitatif dapat dilihat dari sajian analisis yang berupa tulisan deskripsi keadaan objek
penelitian
Hasil dan Pembahasan
1. Infiltrasi air limbah dengan atau tanpa tanaman
Dalam percobaan awal, laju infiltrasi awal dibedakan dengan cepat dan tidak stabil dalam 3
menit pertama. Laju infiltrasi cenderung menurun akibat pembentukan kerak pada permukaan
tanah pasir akibat irigasi air limbah terutama pada pengolahan STW dan RW. Tingkat
infiltrasi terdeteksi lagi sebelum panen tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman secara signifikan mengurangi permeabilitas dan memperpanjang waktu pengaliran
air dari dasar kolom tanah dari 25 - 37 menit hingga 37 - 52 menit), terutama dengan
perlakuan TTW dan RW.
2. Analisis drainase sebelum tanam Alfalfa
Selama 4 hari pengolahan air limbah, awalnya NH4 adalah bentuk utama N di RW. Namun,
N berubah dari NH4 ke NO3 di TTW, dan sebagian berubah menjadi NH4 dan NO3 dalam
air limbah yang diolah (STW). NH4 dan NO3 di air limbah mengendap di bawah tanah
karena tanah yang digunakan dalam penelitian ini berpasir dan memiliki sedikit koloid.
Akibatnya, kandungan air tanah N dalam air limbah di daerah irigasi akan tinggi.
3. Intersepsi tanah terhadap elemen air limbah setelah panen
Tidak ada NH4 terdeteksi dalam tanah karena NH4 dapat dengan mudah diubah menjadi
NO3 dengan bantuan mikroba. Mikrobiologi tanah merupakan pertimbangan penting untuk
penggunaan kembali air limbah.. Kandungan bahan organik dianalisis untuk mengetahui
akumulasi senyawa organik akibat irigasi air limbah. Dengan pengolahan air limbah dan
pertumbuhan tanaman, urease tanah dan bahan organik menunjukkan penurunan bertahap
dengan kedalaman tanah dan terutama aktif di lapisan tanah 0 - 30 cm.
4. Sifat pertumbuhan tanaman
Pembentukan biomassa tanaman dapat meningkatkan stok hara tanah melalui pengembalian
dan pembusukan tanaman. Penanaman Alfalfa dapat menghalangi sebagian nutrisi dalam air
limbah dan meningkatkan kualitas tanah serta meningkatkan karbon dan kolam N di lahan
kering.
5. Kelimpahan dan keanekaragaman komunitas mikroba tanah setelah panen
Pada semua air limbah tanah irigasi, Proteobacteria, Actinobacteria, Chloroflexi,
Bacteroidetes merupakan filum dominan dengan Proteobacteria merupakan proporsi terbesar.
Sedangkan genera yang paling melimpah pada tanah irigasi air limbah adalah Pseudomonas,
Allorhizobium-Neorhizobium-Pararhizobium-Rhizobium, Brevundimonas, dan Acidovorax.
6. Sifat fisik tanah setelah panen
Akar tanaman dan eksudatnya dapat menjerat dan meluruskan kembali partikel tanah
sehingga terjadi pembentukan agregat tanah. Ini mungkin menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman berkontribusi pada stabilitas sistem koloid.
Hasil di atas menunjukkan bahwa tanaman dan tanah dapat digunakan sebagai media
infiltrasi berbiaya rendah untuk mengolah air limbah dengan bantuan aktivitas mikroba.
Kesimpulan
Hasil menunjukkan bahwa aplikasi air limbah diinduksi perubahan signifikan dalam
pertumbuhan tanaman dan fisik tanah, sifat biokimia. Tanah gurun bekas tidak memiliki
struktur agregat. Porositasnya besar dan permeabilitasnya kuat, sehingga laju rembesan air
cepat. Jika air limbah yang tidak diolah langsung dibuang ke tanah gurun, mudah mencemari
tanah dan air tanah karena memfasilitasi penumpukan N, P, garam, E. coli dan tingkat pH
lapisan tanah bagian atas. Namun irigasi air limbah domestik dan pertumbuhan tanamannya
yang membaik mengakibatkan pemulihan fungsi tanah. Hasil percobaan saat ini juga
menunjukkan harapan yang besar dalam pemanfaatan tumbuhan dan tanah sebagai media
infiltrasi untuk mengolah air limbah di pedesaan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
memperkirakan efek ekologi dari kontaminan lain dalam air limbah rumah tangga misalnya
hormon.

Anda mungkin juga menyukai