Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu keseimbangan
dinamis dengan lingkungannya (lingkungan hidup atau lingkungan
lainnya). Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit
bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral hasil pelapukan batuan dan
bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang
terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup,
bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh. Tanah juga sebagai habitat hidup berbagai organisme. Tanah
memegang peranan vital bagi semua kehidupan makhluk hidup karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan unsur hara dan air
serta sebagai penopang akar tumbuhan.
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang
menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Kesuburan tanah itu sendiri terbagi
menjadi dua yaitu kesuburan tanah aktual dan juga kesuburan tanah
potensial. Kesuburan tanah aktual adalah kesuburan tanah yang hakiki.
Kesuburan tanah potensial adalah kesuburan tanah maksimum yang dapat
dicapai  dengan intervensi teknologi yang mengoptimalkan semua faktor.
Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, struktur,
kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah
(pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organic, banyaknya unsur hara dan
ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Biologi tanah antara lain
meilputi aktivitas mikrobia perombak bahan organic dalam proses
humifikasi dan pengikatan nitrogen bebas.
Tanah sebagai media tanaman akan memberikan daya dukung yang
baik apabila tanah mempunyai kondisi fisik, kimia dan biologi yang

1
2

maksimum yang tercermin dalam kesuburan tanah. Status hara tanah dan
tanaman dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat kesuburan suatu tanah
untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah yang sesuai dengan kondisi
tanah perlu dilakukan agar tercipta fisiensi penggunaan biaya, waktu dan
tenaga. Perlakuan-perlakuan tersebut tidak hanya meningkatkan kualitas dan
kuantitas hasil pertanian saja tetapi juga memperttahankan kesehatan,
produktivitas, dan kesuburan tanahnya.
B. Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum percobaan penanaman kangkung di
lapangan dan analisis bebera adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
b. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanamanWaktu dan
Tempat Praktikum
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kesuburan tanah ini dilaksanakan di dua tempat yaitu
Acara Percobaan Penanaman di Lahan dilaksanakan di Jumantono,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar setiap minggu pada hari
Sabtu pukul 07.00 sampai selesai dimulai dari tanggal 11 November 2017
sampai panen dan Acara Analisis dilaksanakan pada hari Selasa, 24
Oktober 2017 di Laboratorium Kimia Tanah dan Kesuburan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah Alfisol
Alfisol merupakan jenis tanah yang cukup potensial bagi pertanian.
Penyebaran Alfisol di Jawa Timur, di daerah Malang Selatan khususnya
banyak didominasi jenis tanah ini dengan penggunaan lahan untuk
budidaya pertanian. Meskipun demikian, masih banyak dijumpai kendala-
kendala yang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaannya. Kendala-
kendala tersebut antara lain rendahnya kandungan bahan organik dan
unsur hara pada lapisan tanah atas akibat penggunaan lahan untuk
pertanian secara intensif. Selain itu, terdapat lapisan padat (horison B
argilik) yang dapat menghambat penyebaran akar tanaman
(Prasetyo 2011).
Alfisol hanya ditemukan di dua lokasi, yang dianggap cukup subur
karena kandungan haranya mempunyai kejenuhan yang tinggi dan
tanahnya dalam. Secara umum, kesuburan tanahnya rendah sampai sangat
rendah dengan kandungan hara rendah, keasaman relative tinggi,
pertukaran kapasitas kation rendah, dan kejenuhan basa rendah. Selain itu
pembentukan lapisan kedap air, keracunan alumunium, dan terjalnya
kondisi daerah membatasi daerah pertanian (Moeliono 2009).
Tanah alfisol adalah tanah yang mengandung alumunium dan besi.
Tanah alfisol mengandung horizon dari akumulasi lempung dan terbentuk
ketika kelembabanya cukup dan hangat. Tanah alfisol baik untuk tanaman
yang berumur tiga bulanan (Noor 2014).
Alfisol terbentuk akibat proses pelapukan yang cukup tinggi,
memiliki horizon argilik (lapisan antaraprofil tanah dengan kandungan liat
yang cukup tinggi akibat perpindahan liat dari lapisan atas ke lapisan
bawah). Tanah ini kadang-kadang subur. Variasi tanah tanah ini (aqualf,
ustalf, udalf) menunjukkan kisaran tingkat kejenuhan air dalam tanah,
mulai dari tergenang musimaman sampai tergenang terus-menerus,
sehingga bahan induk memiliki waktu yang cukup panjang untuk
4

membentuk horizon. Alfisol tertentu mengandung plinthit yaitu tanah yang


mengandung unsur besi (fe) tinggi, yang menandakan drainase yang buruk
dan menjadi mudah mengeras jika kering (Kartikasari 2007).
Alfisol merupakan tanah yang relatif muda, masih banyak
mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin
dan kaya unsur hara. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK
dan cadangan unsur hara tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah di mana
terdapat penimbunan liat di horison bawah, liat yang tertimbun di horison
bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama
gerakan air perkolasi. Alfisol memiliki ciri penting: (a) perpindahan dan
akumulasi liat di horizon B membentuk horison argilik pada kedalaman
23-74 cm, (b) kemampuan memasok kation basa sedang hingga tinggi
yang memberikan bukti hanya terjadi pelindian/pencucian sedang, (c)
tersedianya air cukup untuk pertumbuhan tanaman selama tiga bulan atau
Alfisol atau tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang
disebabkan oleh kadar besi yang tinggi disertai kadar humus yang rendah.
Warna tanah Alfisol pada lapisan atas sangat bervariasi dari coklat abu-abu
sampai coklat kemerahan (Wijanarko 2007).
B. Pupuk Kandang dan Urea
Aplikasi pupuk kandang telah lama dikenal para petani kentang di
Indonesia. Mereka begitu yakin bahwa pupuk kandang dapat membantu
meningkatkan hasil usahatani kentang. Hal ini disebabkan pupuk kandang
selain berfungsi sebagai penyimpanan unsur hara yang secara perlahan
akan dilepaskan ke dalam larutan air tanah dan disediakan bagi tanaman,
pupuk kandang juga melindungi dan membantu mengatur suhu dan
kelembaban tanah didalam atau diatas tanah (Arifah 2013)
Pupuk kandang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
pupuk sintesis. Selain kandungan Nitrogen (N), fospor (P), dan Kalium
(K) yang cukup tinggi, pupuk kandang mengandung unsur hara yang
cukup lengkap. Dari uraian tersebut di atas maka perlu dilakukan
penelitian tentang efikasi limbah peternakan sapi dengan cara melakukan
5

uji penanaman tumpangsari tanaman pakan ternak (tanaman utama dalam


peternakan) yaitu rumput gajah dan tanaman sayur-sayuran yaitu terong
dengan memberikan produk hasil biokonversi dari limbah peternakan yang
menjadi pupuk kandang sapi (Evanita 2013)
Unsur hara N pada Urea berperan dalam pembentukan daun, namun
unsur ini mudah tercuci sehingga diperlukan bahan organik untuk
meningkatkan daya menahan air dan kation-kation tanah. Pemberian
pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat
memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Pemberian pupuk
kandang sebelum tanam secara signifikan memproduksi pemanjangan
batang dan hasil panen gandum lebih tinggi dibandingkan tanpa
penambahan pupuk kandang dan mengurangi kehilangan N. Umumnya
pemberian pupuk urea dilakukan bertahap yaitu sebanyak 3 kali dapat
memenuhi kebutuhan unsur N bagi tanaman (Ramadhani 2016)
Urea merupakan salah satu pupuk yang mengandung 46% N dengan
rumus kimia NH2CONH2. Nitrogen merupakan unsur utama yang banyak
diperlukan untuk padisawah terutama varietas unggul dengan 154 teknik
bercocok tanam insetif. Unsur N mudah bergerak (mobile) dan berubah
bentuk menjadi gas serta hilang melalui penguapan (volatilisasi) dan
pencucian (leaching). Oleh karena itu dalam aplikasinya dilapangan
efesiensi pupuk N hanya sekitar 30-40% dari jumlah pupuk yang
diberikan (Jamilah 2012).
Pupuk urea adalah salah satu jenis pupuk sumber N (45- 46%),
bersifat mudah larut dalam air, rnudah tercuci, mudah menarik air dari
dalam udara, dan mempunyai pengaruh yang cepat terhadap pertumbuhan
tanaman. Cara pemakaiamya adalah dengan dibenamkan di dalam tanah.
Pemupukan akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dengan pemilihan
cara, dosis, dan jenis pupuk yang tepat, sesuai dengan kondisi tanaman
(Prastowo 2013)
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk memasok hara
pada tanaman dalam jumlah yang seimbang. Beberapa faktor yang
6

mempengaruhi kesuburan tanah adaalh: cadangan hara, ketersediaan,


besarnya pasokan, tidak adanya bahan racun maupun bahan yang
menghambat penyerapan hara oleh tanaman. keuntungan kesuburan tanah
adalah meningkatkan KTK, dan meningkatkan ketersediaan P dan Fe
untuk tanaman (Sutanto 2002).
C. Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah potensi anah untuk menyediakan unsur hara
dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk
menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Namun demikian tidak
dapat dianggap bahwa tanah yang subur adalah juga produktif karena
status kesuburan tanah tidak memberikan indikator kecukupan faktor
pertumbuhan lainnya. Status tanah itu subur atau tidak subur, maka
haruslah dikaitkan dengan keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya
(kesuburan secara fisik dan kimia), karena bisa saja tanah itu subur secara
fisik tetapi secara kimia tidak dan sebaliknya (Yamani 2010)
Kesuburan merupakan faktor penting dalam upaya mengoptimalkan
sumber daya lapisan tanah, khususnya bagi sector agraris (pertanian dan
perkebunan). Beberapa komponen yang berpengaruh terhadap tingkat
kesuburan tanah antara lain warna, tekstur, struktur, keasaman, bahan
organik, dan mineral hara serta kandungan air tanah. Tanah yang bewarna
gelap pada umumnya memiliki tingkat kesuburan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan yang bewarna terang atau pucat. Tanah yang paling
baik untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian adalah yang sifatnya
netral (pH-nya berkisar antara 6 sampai 7) (Utoyo 2006).
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah
dengan melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik. Kandungan
unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis
pupuk ini mempunyai lain yaitu dapat memperbaiki sifat–sifat fisik
tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya
menahan air dan kation–kation tanah. Kesuburan tanah merupakan
kemampuan atau kualitas suatu tanah yang menyediakan unsur – unsur
7

hara tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman,


dalam bentuk senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, dan dalam
perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tertentu apabila
suhu dan faktor – faktor pertumbuhan lainnya mendukung pertumbuhan
normal tanaman. Kesuburan tanah mencakup 3 aspek yaitu: 1.)
Kuantitas mencakup jumlah atau konsentrasi dan macam unsur hara
yang dibutuhkan tanaman; 2.) Kualitas merupakan perbandingan
konsentrasi antara unsur hara satu dengan yang lainnya; 3.) Waktu yaitu
ketersediaan unsur–unsur hara tersebut ada secara terus menerus sesuai
dengan kebutuhan tanaman selama pertumbuhannya yaitu dari
perkecambahan hingga panen (Roidah 2013).
Upaya efisiensi penggunaan bahan organik tanah dengan
memberdayakan aktivitas organisme tanah, maka peningkatan populasi
fauna tanah (meso dan mikro fauna) ataupun fungi tanah yang mempunyai
andil dalam memperbaiki kesuburan tanah juga dapat mencegah
kehilangan C organik tanah dan menekan pelepsan emisi CO2.
Pemberdayaan sumberdaya hayati tanah, utamanya fauna dan fungi tanah
akan mampu mempertahankan kandungan C-organik tanah dan kesuburan
tanah tetap tinggi. Bahan organik mempunyai peranan penting sebagai
bahan pemicu kesuburan tanah, baik secara langsung sebagai pamasok
hara bagi organisme authotrof (tanaman) juga sebagai sumber energi bagi
organisme heterotrof (fauna dan mikroorganisme tanah) (Subowo 2011).
Pengkayaan hara/bahan organik di dalam tanah dapat meningkatkan
aktivitas organisme tanah yang pada tahap selanjutnya akan memperbaiki
dan mempertahankan kesuburan tanah. Beberapa organisme tanah mampu
meningkatkan kesuburan tanah melalui hasil samping yang dihasilkan,
seperti organisme pelarut fosfat ataupun penambat N-bebas yang hidup
bebas/soliterataupun yang hidup bersimbiose secara mutualistis dengan
tanaman. Fauna tanah yang hidup di dalam tanah dengan menggali lubang
dan mencampur tanah dapat memperbaiki aerasi dan kesuburan tanah
(Subowo 2010)
8

D. Tanaman Kangkung
Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) adalah tanaman
semusim atau tahunan yang merupakan sayuran daun yang penting di
kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Sayuran kangkung mudah
dibudidayakan, berumur pendek dan harga relatif murah. Karena itu,
kangkung merupakan sumber gizi yang baik bagi masyarakat secara
umum. Kandungan gizi kangkung cukup tinggi terutama vitamin A,
vitamin C, zat besi, kalsium, potasium, dan fosfor (Suroso 2014).
Sayuran ini dapat tumbuh dengan baik di pekarangan rumah,
maupun areal persawahan. Kangkung juga dapat hidup dengan baik di
daratan tinggi maupun daratan rendah sehingga hampir di seluruh
tanah air kita tanaman ini dapat dibudidayakan. Selain itu tanaman
kangkung darat dapat ditanam di daerah yang beriklim panas maupun
lembab, serta tumbuh baik pada tanah yang kaya bahan organik dan unsur
hara yang cukup, sehingga dalam pembudidayaan kangkung membutuhkan
pupuk untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen
(Irawati 2013).
Kebutuhan kangkung darat semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi. Produksi
kangkung darat di tingkat petani di Jawa Tengah masih tergolong rendah.
Umumnya petani di Jawa Tengah membudidayakan tanaman kangkung
dengan cara benih yang disebar, sehingga membutuhkan benih
berlebihan. Petani beranggapan dengan jumlah populasi tanaman yang
semakin banyak akan meningkatkan hasil kangkung (Febriyono 2017).
Tanaman kangkung mudah tumbuh terutatama di kawasan berair.
Kangkung dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Waktu
tanam kangkung yang baik adalah pada musim hujan untuk kangkung
darat dan musim kemarau untuk kangkung air. Kangkung dapat ditanam
menggunakan biji, selain menggunakan biji kangkung dapat ditanam dari
keratin akar (potongan batang sampai akar). Pemanenan kangkung
dilakukan setelah usia kangkung berumur 25-30 hari (Supriati 2010).
9

Pemupukan sangat diperlukan untuk pertumbuhan kangkung darat.


Sebaliknya, tanaman kangkung air tidak memerlukan pemupukan.
Pemupukan kangkung darat dilakukan dengan cara membuat lubang
menggunkan tugal. Jarak lubang tanam sebnayak 2 g/tanaman. dosis
pupuk untuk lahan seluas 100m2 adalah 2 kg urea, 2 kg TSP, dan 0,1 KCl.
Pemupukan dilakukan satu minggu stelah tanam. Selama satu musim
tanam, pemupukan cukup dilakukan satu kali (Setyaningrum 2011).
III. CARA KERJA

A. Praktikum Lapangan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum di lapang
2. Membuat petakan dengan ukuran 2 m2, memberi tanda petakan dengan
4 patok yang disambungkan dengan tali rafia.
3. Menggemburkan tanah yang sudah di buat petakan
4. Membuat lubang tanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm
5. Menanam benih kangkung pada lubang dengan kedalaman 3 cm, tiap
lubang diisi 2 benih kemudian menutupnya dengan tanah.
6. Menyiramnya dengan air secukupnya
7. Melakukan pemeliharan sekali dalam seminggu.
B. Praktikum laboratorium
1. Kadar Lengas
a. Menimbang botol timbang kosong (a)
b. Menimbang tanah 5gr ( tanah 2mm)
c. Menimbang tanah dan botol timbang (b)
d. Mengovennya selama kurang lebih 4 jam pada suhu 105o C
e. Menindinginkan setelah di oven dan menimbangnya kembali (c)
f. Menghitung kadar lengas tanah
2. N Total dalam Tanah
a. Destruksi
1) Menimbang dengan gelas arloji bersih/kertas contoh tanah kering
angin diameter 0.5 mm 1 gram
2) Memasukkan ke tabung kjeldahl dan menambahkan 6 ml H2SO4
pekat
3) Menambahkan campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok
kecil
4) Melakukan dekstruksi hingga campuran homogen yaitu asap
hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.
b. Destilasi

10
11

1) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan


aquuades 30 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah
tidak ikut), tambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
2) Mengambil larutan penamoung 10 ml (merupakan campuran
H2SO4 0.1 N dan 2 tetel metyl red) pada beker glass atau
erlenmeyer (larutan penampang sudah dibuatkan).
3) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml
c. Titrasi
1) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melukan titrasi pada
larutan dalam beker glass hasil destilasi, dengan NaOH 0.1 N
sampai warna hampir hilang/kuning bening.
2) Melakukan prosedur di atas untuk blanko
3) Menghitung nilai N total tanah
3. P Tersedia Tanah
a. Mengeencerkan larutan standar P (dilakukan oleh coass)
b. Menimbang 1 gram tanah 2 mm kemudian memasukkannya ke
dalam flakon
c. Menambahkan 7 ml larutan Bray 1 (0.025 N HCL + 0.03 N NH4F),
lalu menggojoknya selama 1 menit
d. Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih
e. Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades
f. Menambah 2 ml amonium molybdat hingga homogen
g. Menambah 1 ml SnCl2 dan menggojoknya (sebelum ditembak)
h. Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660
nm.
4. K Tersedia Tanah
a. Menimbang tanah 0.5 mm 2.5 gram
b. Menambahkan amonium asetat 25 ml dan menggojoknya selama 30
menit
c. Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml
12

d. Menambahkan LiCl2 dan menjadikam vbolume 50 ml dengan


aaquades
e. Menembak dengan flamefotometer.
5. C Organik
a. Menimbang CTKA 0.5 mm seberat 0.25 gram dan memasukkan ke
dalam labu takar 50 ml
b. Menambahkan K2Cr2O7 1 N sebanyak 10 ml
c. Menambahkan dengan hati hati lewat dinding 10 cc Asam Sulfat
pekat setetes demi setetes, hingga berwarna jingga. Apabila muncul
warna kehijauan, tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat dengan
volume yang diketahui. Melakukan hal yang sama untuk blanko
(tanpa tanah)
d. Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1 menit, lalu
mendiamkannya selama 30 menit
e. Menambahkan Asam fosfat 85% dan mengencerkannya dengan
aquades hingga tanda tera (vol 50 ml) dan digojog sampai homogen
f. Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquades serta
indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian menggojognya bolak
balik sampai homogen
g. Menitrasi dengan FeSO4 0.5 N hingga warna cerah.
IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL PRAKTIKUM

A. Analisis Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabe 4.1 Kadar Lengas, Bahan Organik, N Total Tnah, P Tersedia Tanah
dan K Tersedia Tanah
Kadar Bahan N total P tersedia K
Kelompok Lengas Organik Tanah Tanah Tersedia
(%) (%) (%) (ppm) Tanah
5 14,1 0,913 0,0168 2,13 5,25
6 12,68 1,836 0,88 1,864 3,6
7 12,99 1,65 2,73 1,29 171,13
8 11,11 1,79 1,5 0,000875 0,31
Rata-rata 12,72 1,54 1,28 1,32 45
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Kadar Lengas
Berat a1 = 53,7 gram Berat a2 = 52,4 gram
Berat b1 = 58,7 gram Berat b2 = 57,4 gram
Berat c1 = 58,2 gram Berat c2 = 56,8 gram
b−c
KL1= x 100 %
c−a
58,7−58,2
= x 100 %
58,2−53,7
0,5
= x 100 %
4,5
= 11,11 %
b−c
KL2= x 100 %
c−a
57,4−56,8
= x 100 %
56,8−52,4
0,6
= x 100 %
4,4
= 13,63 %

13
14

b. C1 Organik
100
fk1=
100−KL
100
= 100−11,11

100
= 88,89
= 1,12
250
ppm kurva1 = x 0,075
0,375
= 666,67 x 0,075
= 50
250
ppm kurva2 = x 0,065
0,375
= 666,67 x 0,065
= 43,3
ppm kurva x 100 50
C Organik1 =
mgtanah
x 1000
x fk

50 x 100 50
= x x 1,12
250 1000
= 50 x 0,4 x 0,05 x 1,12
= 1,12
100
Kadar Bahan Organik1 = x C organik
58
100
= x 1,12
58
= 1,72 x 1,12
=1,92
ppm kurva x 100 50
C Organik2 = x x fk
mgtanah 1000
43,3 X 100 50
= x x 1,12
250 1000
= 43,3 x 0,4 x 0,05 x 1,12
= 0,96
15

100
Kadar Bahan Organik2 = x C organik
58
100
= x 0,96
58
= 1,72 x 0,96
=1,67
1,92+1,67
Rata-rata Bahan Organik1 =
2
3,59
=
2
= 1,79
C Organik2
100
fk1=
100−KL
100
= 100−13,63

100
= 86,37
= 1,15
250
ppm kurva1 = x 0,075
0,375
= 666,67 x 0,075
= 50
250
ppm kurva2 = x 0,065
0,375
= 666,67 x 0,065
= 43,3
ppm kurva x 100 50
C Organik1 =
mgtanah
x 1000
x fk

50 x 100 50
= x x 1,15
250 1000
= 50 x 0,4 x 0,05 x 1,15
= 1,15
16

100
Kadar Bahan Organik1 = x C organik
58
100
= x 1,15
58
= 1,72 x 1,15
=1,97
ppm kurva x 100 50
C Organik2 = x x fk
mgtanah 1000
43,3 X 100 50
= x x 1,15
250 1000
= 43,3 x 0,4 x 0,05 x 1,15
= 0,99
100
Kadar Bahan Organik2 = x C organik
58
100
= x 0,99
58
= 1,72 x 0,99
=1,7
1,97+1,7
Rata-rata Bahan Organik1 =
2
3,67
=
2
= 1,83
c. N Total Tanah
( B− A ) x N NaOH x x 14 x 4
N1 = 100 x 100%
x berat tanah (mg)
100−KL
( 0,9−0 ) x 0,1 x x 14 x 4
= 100 x 100%
x 1000
100−11,11
20,16
= x 100%
1120
= 1,8%
17

( B− A ) x N NaOH x x 14 x 4
N2 = 100 x 100%
x berat tanah (mg)
100−KL
( 0,6−0 ) x 0,1 x x 14 x 4
= 100 x 100%
x 1000
100−11,11
13,44
= x 100%
1120
= 1,2%
1,8+1,2
Rata-rata N total tanah =
2
3
=
2
= 1,5 %
( B− A ) x N NaOH x x 14 x 4
N1 = 100 x 100%
x berat tanah (mg)
100−KL
( 0,9−0 ) x 0,1 x x 14 x 4
= 100 x 100%
x 1000
100−13,63
20,16
= x 100%
1150
= 1,75%
( B− A ) x N NaOH x x 14 x 4
N2 = 100 x 100%
x berat tanah (mg)
100−KL
( 0,6−0 ) x 0,1 x x 14 x 4
= 100 x 100%
x 1000
100−11,11
13,44
= x 100%
1150
= 1,16%
1, 75+1,16
Rata-rata N total tanah =
2
2,91
=
2
18

= 1,45 %
d. P Tersedia
ppm P Larutan tanah x 35
ppm P1 = 100
x berat tanah
100−KL
(0,3856 x 0,035+0,0081) x 35
= 100
x 1000
100−11,11
0,0181 x 35
=
1,12 x 1000
0,63
=
1120
= 0,0005625
ppm P Larutan tanah x 35
ppm P2 = 100
x berat tanah
100−KL
(0,3856 x 0,095+0,0081) x 35
= 100
x 1000
100−11,11
0,0381 x 35
=
1,12 x 1000
1,33
=
1120
= 0,0011875
0,0005625+0,0011875
Rata-rata P tersedia =
2
0,00175
=
2
= 0,00875
ppm P Larutan tanah x 35
ppm P1 = 100
x berat tanah
100−KL
(0,3856 x 0,035+0,0081) x 35
= 100
x 1000
100−13,63
19

0,0181 x 35
=
1,15 x 1000
0,63
=
1150
= 0,0005478
ppm P Larutan tanah x 35
ppm P2 = 100
x berat tanah
100−KL
(0,3856 x 0,095+0,0081) x 35
= 100
x 1000
100−13,63
0,0381 x 35
=
1,15 x 1000
1,33
=
1150
= 0,0011565
0,0005478+0,0011565
Rata-rata P tersedia =
2
0,00170
=
2
= 0,0085
e. K Tersedia
50 50
ppm K Larutan tanah x x
5 100
K Tersedia Tanah1 = x 100 %
100
x Berat tanah(mg)
100−KL
(3,88 x 23+1,4 )x 10 x 0,5
x 100
= 100 %
x 2500
100−11.11
90,64 x 10 x 0,5
= x 100 %
2800 mg
45320
=
2800
= 16,1
50 50
ppm K Larutan tanah x x
5 100
K Tersedia Tanah2 = = x 100 %
100
x Berat tanah(mg )
100−KL
20

(3,88 x 48+1,4) x 10 x 0,5


x 100
= 100 %
x 2500
100−11.11
187,64 x 10 x 0,5
= x 100%
2800 mg
93820
=
2800
= 33,5
16,1+ 33,5
Rata-rata K Tersedia Tanah =
2
49,6
=
2
= 24,8
50 50
ppm K Larutan tanah x x
5 100
K Tersedia Tanah1 = x 100 %
100
x Berat tanah(mg)
100−KL
(3,88 x 23+1,4 )x 10 x 0,5
x 100
= 100 %
x 2500
100−13,63
90,64 x 10 x 0,5
= x 100 %
2875 mg
45320
=
2875
= 1,5
50 50
ppm K Larutan tanah x x
5 100
K Tersedia Tanah2 = = x 100 %
100
x Berat tanah(mg )
100−KL
(3,88 x 48+1,4) x 10 x 0,5
x 100
= 100 %
x 2500
100−13,63
187,64 x 10 x 0,5
= x 100%
2875 mg
93820
=
2875
= 32,6
1,5+32,6
Rata-rata K Tersedia Tanah =
2
34,1
=
2
21

= 17,05

B. Analisis Tanaman
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.2 Tinggi Tanaman Kangkung
Rata-rata Tinggi Tanaman
Kelompo Minggu Ke-
Perlakuan
k (cm)
1 2 3 4
1 Kontrol 4,7 19,8 28.4 40,2
2 Kontrol 4,9 23 30,2 39,8
3 Kontrol 9,6 24,6 29,1 44,5
4 Urea 25 kg/ha 10 17,8 24,6 47,2
5 Urea 50 kg/ha 5,8 19,7 27,42 51,2
6 Urea 25 kg/ha 11,7 20,2 29,4 46,2
7 Urea 50 kg/ha 2,4 14,4 18,9 37,7
8 Urea 75 kg/ha 8,2 12,6 19,6 34,2
Sumber : Data Rekapan
60

50
Kel 1
40 Kel 2
Kel 3
30 Kel 4
Kel 5
20 Kel 6
Kel 7
Kel 8
10

0
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Grafik 4.1 Tinggi Tanaman Kangkung
Tabel 4.3 Berat Tanaman Kangkung
Kel Berat Sampel (g) Berat Sisa (g) Berat Total (g)
1 67,232 539,462 606,694
2 63,819 690,417 754,236
3 119,285 530, 396 649,681
4 102,84 274,61 377,45
22

5 193,95 1.346,2 1.540,15


6 200,5 1.073,474 1.273,974
7 57,379 557,305 614,684
8 50,91 788,675 839,585
Sumber: Data Rekapan
V. PEMBAHASAN

Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang
terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat
berupa persen berat atau persen volume. Pada pertumbuhan tanaman juga perlu
diketahui keadaan air tanah atau lengas tanah sehingga perlu ditetapkan kadar air
tanah pada beberapa keadaan, antara lain kadar air total, kapasitas lapang (KL),
dan titik layu permanen. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data
diperoleh kadar lengas 11,11%. Kadar lengas perlu ditetapkan untuk mengoreksi
berat tanah sebenarnya yang digunakan untuk analisis.
Besar kecilnya kadar lengas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat
tanah, faktor tumbuh dan iklim. Besarnya kadar lengas pada suatu tanah juga
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti diatas, mengingat bahwa tanah lahan
pecobaan di jumantono merupakan tanah alfisol dimana salah satu ciri-cirinya
adalah drainase yang kurang baik sehingga menyebabkan kapasitas tanah untuk
menjerap air juga sedikit sehingga tanah kurang subur. Ketersediaan air dalam
tanah dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan atau irigasi, kemampuan tanah
menahan air, besarnya evapotranspirasi, tingginya muka air tanah, kadar bahan
organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman
solum tanah atu lapisan tanah. Penting bagi kita untuk mengetahui kadar lengas
tanah karena lengas tanah  sangat penting dalam proses genesis tanah.
Nilai KL pada analisis tanah awal lebih rendah dibandingkan KL setelah
dilakukan pengolahan. Hal ini dikarekan telah dilakukan pengolahan terhadap
tanah dan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor cuaca dan iklim. Fungsi
mengetahui kadar lengas tanah dalam pertanian yaitu untuk mengetahui serapan
hara serta pernafasan akar tanaman yang selanjutnya akan berpengaruh pada
pertumbuhan dan produksi tanaman. Sehingga jika kadar lengas rendah maka
serapan hara tanah juga rendah. Tentunya akan berpengaruh pula pada
pertumbuhan dan produksi tanaman yang akan terganggu.
Bahan organik dalam tanah merupakan sisa-sisa tanaman dan hewan di
dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari organisme yang masih

21
24

hidup ataupun yang sudah mati. Bahan organik bisa berfungsi dan memperbaiki
sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa
bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi yang tak tergantikan. Tanah
dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang
rendah apabila basah. Ada beberapa sifat tanah yang dipengaruhi oleh
keberadaan bahan organik, diantaranya granulasi tanah, kemampuan dalam
menyimpan air, dan mengikat hara sekaligus sebagai sumber hara untuk
tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik adalah tipe vegetasi yang
ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah
hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Semakin banyak tipe vegetasinya, populasi
mikrobia tanah, maka semakin banyak bahan organik yang ada pada tanah.
Begitu pula dengan drainase yang baik, curah hujan dan suhu sesuai dan
pengelolaan baik maka bahan organik juga akan tersedia semakin banyak
(Soepardi 2003).
Analisis laboratorium bahan organik dilakukan menggunakan Asam Fosfat
85% yang berfungsi untuk menghilangkan sisa oksidasi. Selain itu, untuk
mengetahui oksidator yang tersisa menggunakan FeSO4 0,5N. Selanjutnya untuk
memacu reaksi eksotermis yang menyebabkan tekanan tinggi sehingga reaksi
akan bergeser ke arah reaksi oksidasi menggunakan Asam Sulfat pekat. Analisis
bahan organik dilakukan dengan prinsip oksidasi C dari bahan organik pada saat
berada dalam suasana asam. Analisis yang dilakukan menggunakan H2SO4 pekat
dan K2Cr2O7 yang berfungsi untuk mengoksidasi C dari BO.
Berdasarkan analisis dan pengamatan yang dilakukan pada tanah diperoleh
kadar bahan organik sebesar 1,79% yang tergolong harkat sedang. Tanah yang
sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Jadi tanah di lokasi
tanaman memiliki kandungan BO sedang. Kesehatan tanah juga penting untuk
menyamin produktivitas pertanian. Jika dibandingkan dengan kadar bahan
organik awal, maka kadar bahan organik ini berbeda jauh. Perubahan kadar
bahan organik yang sangat tinggi dikarekan adanya curah hujan yang relatif
tinggi disertai dengan adanya pengolahan lahan. Sesuai dengan yang telah
25

disebutkan sebelumnya, curah hujan dan pengolahan/pengelolaan tanah menjadi


faktor ketersediaan bahan organik. Bahan organik memiliki peran penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar
bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik
merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi.
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5%
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Menurut
Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah,
pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk, air hujan, sumber N
berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas
didalam tanah sebagai sumber sekunder. Nitrogen total adalah jumlah total
kjeldahl nitrogen (nitrogen organic) dalam tanah. Kandungan N total umumnya
berkisar antara 2000-4000 kg/ha pada lapisan 0-20 cm tetapi tersedia bagi
tanaman hanya kurang 3% dari jumlah tersebut. Manfaat dari Nitrogen adalah
untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam
pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain.
Berdasarkan analisis dan pengamatan N total tanah diperoleh data sebesar
1,55%. Hasil analisis kadar N total tanah pada tanah alfisols pengharkatannya
sedang. Nilai N yang terkandung dalam tanah diperoleh karena N pada pupuk
yang diberikan lebih lambat terkena fakto-faktor yang menyebabkan kehilangan
N dari tanah yaitu seperti karena tercuci dan pemindahan oleh tanaman.
Fosfor (P) termasuk unsur hara makro, yakni unsur yang diperlukan dalam
jumlah yang besar oleh tanaman. P tersedia tanah dalam bentuk H 2PO4- dan
HPO42-. P tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia, potensial tersedia dan
segera tesedia. P segera tersedia adalah bentuk P organik dan beberapa bentuk P
anorganik yang relatif tidak tersedia seperti bentuk P terendapkan (Al-P, Ca-P,
dan Mn-P). Bentuk P organik umumnya ditemukan dalam bentuk inositol fosfat
terutama hexafosfat (60% dari total P organik). Bentuk-bentuk lain seperti
fosfolipid, asam nukleat dan protein fosfat dalam tanah hanya berkisar 2% dari
total P organic (Sutejo 2002). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kandungan
26

fosfor sebesar 0,00875 ppm yang tergolong harkat sedang. Hal ini dimungkinkan
karena kurangnya tambahan unsur P dari pupuk saat pengolahan. Kurangnya
tambahan P dapat terjadi karena perlakuan pupuk yang tidak menggunakan
pupuk yang sebenarnya dapat bertindak sebagai pemasok P. Selain itu pupuk
yang digunakan juga tidak mampu memenuhi kebutuhan P yang ada di dalam
tanah. Fosfor (P) dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik yang
berasal dari bahan organik mineral yang mengandung P (apatit). Unsur P dalam
tanah tidak bergerak (immobile), P terikat oleh klei, bahan organik, serta oksida
Fe dan Al pada tanah yang pH-nya rendah (tanah masam dengan pH 4-5,5).
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah (feldspar,
mika, vermikulit, biotit) dan bahan organik sisa tanaman. Unsur K dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni terbesar kedua setelah hara N.
Kalium (K) dalam tanah bersumber pada pupuk buatan, pupuk kandang, sisa
tanaman dan mineral K dalam tanah. K diserap tanaman lebih besar daripada P,
Ca dan Mg, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan N. K di dalam tanah
bersifat mobile sehingga mudah hilang melalui proses pencucian tau terbawa
arus pergerakan air. Pada pengamatan ini diperoleh hasil bahwa kandungan K
dalam tanah alfisol sebesar 0,3% dalam hal ini kandungan K dalam tanah kecil.
Tidak sesuai dengan kebutuhan tanah akan unsur K dalam jumlah yang besar, K
tersedia tanah setelah perlakuan memiliki nilai yang lebih besar. Hal ini dapat
terjadi karena adanya penambahan pupuk KCl pada setiap perlakuan sehingga
menambah kadar K tersedia dalam tanah. Nilai K di dalam tanah dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, kelembaban tanah,
kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur tersebut dari udara, pupuk
kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industry (Syukur dan
Harsono 2008). Namun, keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak
hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia
untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur
lain yang menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Fungsi utama K adalah mengaktifkan enzim-enzim dan menjaga air sel. K
tersedia di dalam tanah dapat dilakukan dengan menggunakan larutan amonium
27

dan menambah larutan LiCl2 sesuai dengan petunjuk yang telah dijelaskan.
Setelah dengan menambah larutan tersebut ditembak dengan menggunakan
flamefotometer. K yang tersedia di dalam tanah sedikit. Ketersediaan K di dalam
tanah tersedia dengan beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban tanah,
kanddungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur dari udara, pupuk kandang
dan pupuk buatan.
Pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi dua yaitu pertumbuhan vegetatif
dan generatif. Pertumbuhan vegetatif merupakan pertumbuhan organ-organ
tumbuhan, sedangkan fase reproduktif tanaman jagungadalah masa ketika
tanaman telah mampu membentuk organ-organ reproduksi dan melangsungkan
proses reproduksi untuk membentuk biji. Fase vegetatif terutama terjadi pada
perkembangan akar, daun dan batang baru. Fase ini berhubungan dengan 3
proses penting yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel, dan tahap awal dari
diferensiasi sel. Fase ini terjadi setelah pertambahan jumlah dan volume sel
memadai (tanaman mencapai jumlah primordia tertentu yang memungkinkan
tanaman untuk mulai berbunga), yang ditandai dengan stabilnya pembelahan sel,
pola pembelahan berubah untuk mulai membentuk meristem lateral. Tanaman
memasuki fase reproduktif setelah tercapainya suatu karakter genetik yang
disebut size effect dan endogenous timing. Size effect adalah ukuran tertentu
yang berhubungan dengan kemampuan tanaman mengatur penyerapan, suplai
dan alokasi makanan. Endogenous timing adalah umur tertentu yang secara
genetis berhubungan dengan kesiapannya untuk berbunga.
Fikri (2015) kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) merupakan tanaman
sayur bernilai ekonomi tinggi dan bersifat khas daerah tropis yang digemari oleh
masyarakat. Kangkung darat merupakan tanaman yang relatif tahan kekeringan
dan memiliki daya adaptasi luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuh,
mudah pemeliharaannya, dan memiliki masa panen yang pendek Kangkung
darat dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan tumbuh optimal pada suhu
25-30°C. Kangkung darat sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang
panjang dengan kelembaban 60%. Kangkung darat tumbuh optimal pada tanah
banyak mengandung bahan organik, tinggi kandungan air dengan pH 5.3-6.0.
28

Pengukuran tinggi tanaman kangkung dilakukan pada setiap satu minggu


sekali. Setiap satu minggu sekali dilakukan pengamatan atau praktikum di
Jumantono. Perlakuan kangkung memiliki 5 sampel untuk diamati yang dipilih
secara acak dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tertentu. Tanaman
dalam fase vegetative maksimum dan memasuki fase generative untuk
pengambilan sampel kangkung yang akan dianalisis di laboratorium harus
memenuhi beberapa syarat, diantaranya pengambilan sampel dihindari untuk
tanaman yang berada dipinggir, hal tersebut bertujuan agar pengambilan sampel
murni tidak terkontaminasi dengan perlakuan petak didekatnya. Pengambilan
sampel diharuskan pada tanaman yang telah sempurna, lama perlakuan
pemeliharaan dilakukan sekitar 7 minggu hingga panen. Tanah alfisol menurut
Noor (2014) adalah tanah yang mengandung alumunium dan besi. Tanah alfisol
mengandung horison dari akumulasi lempung dan terbentuk ketika
kelembapannya cukup dan hangat. Tanah tipe alfisol baik untuk tanaman yang
berumur 3 bulanan.
Menurut Wasis (2010) pemberian pupuk NPK berpengaruh sangat nyata
terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter batang tanaman Pemakaian pupuk
majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup besar ke dalam tanah,
sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut
akan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk
yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan K. penggunaan pupuk NPK mempunyai
faktor positif dan negatif. Faktor positif dari pupuk NPK adalah sebagai berikut :
pupuk buatan memiliki konsentrasi hara yang tinggi sehingga memudahkan
dalam pemakaian. Faktor negatif dari pupuk NPK adalah kemungkinan pupuk
kurang merata bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk tunggal,
adakalanya tanaman memperlihatkan gejala tanaman kurang baik sebagai akibat
dari konsentrasi garam yang tinggi di dalam tanah dan NPK bereaksi masam.
Pemberian pupuk NPK akan meningkatkan kadar hara N, P dan K tanah dan
pemberian kompos juga akan meningkatkan hara serta mengikat unsur-unsur
mikro yang bersifat racun serta memperbaiki sifat fisik tanah.
29

Perlakuan pupuk urea mempengaruhi kadar lengas tanah berdasarkan


konsentrasi dan komposisi serta volume pupuk urea tersebut diberikan pada
tanah. Semakin banyak pupuk urea yang ditambahkan ke dalam tanah, semakin
besar peningkatan kandungan yang terdapat dalam tanah. Hal ini menyebabkan
bahan organik dalam tanah meningkat yang akan mempengaruhi kadar lengas
tanah, K tersedia tanah karena proses dekomposisi bahan organik yang
menyebabkan meningkatnya kedua unsur tersebut, tetapi sebaliknya pH tanah
tetap masam karena kandungan N yang rendah karena proses penekanan proses
nitrifikasi. Kadar nitrogen pada perlakuan kandang menurun karena sudah
berada dalam dua bentuk yakni sebagai asam amino dan NH4 + dan kadar P juga
rendah karena dalam pupuk kandang terdapat megaterium bakteri yang bisa
melarutkan unsur P.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data rekapan
dengan rata-rata kadar lengas sebesar 12,72%, bahan organik 1,54%, N total
tanah sebesar 1,28%, P tersedia tanah sebesar 1,32 ppm dan K tersedia tanah
sebesar 45%. Kadar lengas sebesar 12,72 menjukkan bahwa kadar lengas tanah
yang diuji rendah. Besar kecilnya kadar lengas dipengaruhi oleh faktor tanah,
iklim, faktor tumbuh dan lain sebagainya Rata-rata bahan organik sebesar
1,54%, nilai ini menunjukkan bahwa bahan organik yang terkandung didalam
tanah yang dianalisis rendah. N total tanah sebesar 1,28% lebih besar dari 0,7
sehingga tanah ini mengandung unsur N yang tinggi. P yang tersedia di dalam
tanah yang diuji sebesar 1,32 ppm, nilai ini lebih kecil dari 10 sehingga P yang
terkandung dalam tanah yang dianalisis sangat rendah. K tersedia tanah sebesar
45 % menunjukkan kalium yang terdapat di dalam tanah sangat tinggi.
Analisis tanaman dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk yang
diberikan terhadap kesuburan tanah yang nantinya berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman. Praktikum dilakukan dengan mengguaka bahan tanaman
kangkung darat. Kangkung dipilih karena merupakan tanaman yang mudah
untuk ditanam dan memiliki pertumbuhan yang cepat. Menurut Iskandar (2016),
masyarakat lebih menyukai kangkung darat dibanding kangkung air untuk
dikonsumsi dan untuk budidaya produksi, dikarenakan proses budidayanya tidak
30

memerlukan proses yang rumit. Perlakuan yang diberikan untuk mengetahui


pengaruh pemupukan yaitu dengan kontrol yaitu tanah tidak diberi pupuk
apapun, dan dengan pupuk urea yang dengan jumlah yang berbeda-beda, yaitu
25 kg/ha, 50 kg/ha dan 75 kg/ha. Menurut Triadi et al (2012), Ssemakin tinggi
dosis urea yang diberikan, tinggi tanaman mempunyai kecenderungan
meningkat. Pupuk urea merupakan pupuk yang mengandung N(Nitrogen).
Pupuk urea larut didalam air. Pupuk urea memiliki kegunaan salah satunya.
Menurut Dewanto (2013), pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang
hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
meningkatkan produksi dan mutu tanaman.Pemupukan akan efektif jika pupuk
yang diberikan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang sudah ada di
dalam tanah. Pemberian pupuk pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara
ditabur dan dilarutan ke dalam air. Pengaplikasian pupuk urea lebih baik
dilarutkan terlebih dauhulu ke dalam air agar pada saat didalam tanah dapat
langsung terserap. Pemberian pupuk dengan cara langsung ditabur tidak begitu
efektif karena setelah pemupukan dilakukan, terjadi hujan yang cukup deras
sehingga pupuk yang ditabur banyak yang ikut terbawa oleh iar hujan, sehingga
pemupukan tidak maksimal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa setiap
minggunya terjadi penambahan tinggi tanaman. Tanah yang diberikan
perlakukan dengan pupuk urea 75 kg/ha yaitu ooleh kelompok 8 memiliki
pertumbuhan yang tidak jauh beda dengan tanaman dengan perlakuan kontrol.
Tinggi tanaman paling rendah yaitu hanya 34,2 cm Alasannya karena pada saat
pengaplikasian pupuk urea dilakukan dengan cara ditabur yang kemudian
terbawa oleh air hujan sehingga pemupukan tidak efektif. Tanaman yang
memiliki tinggi paling banyak yaitu kelompok 5 dengan perlakuan pupuk urea
50 kg / ha dengan tinggi tanaman pada minggu ke 4 adalah 51,2 cm. Data ini
menunjukkan bahwa pemupukan yang dilakukan oleh kelompok 5 memperikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman kangkung.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum Kesuburan Tanah dan
Pemupukan yaitu antara lain:
1. Kadar lengas tanah merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.
2. Dalam pengamatan kadar lengas tanah diketahui bahwa ketersediaan air
dalam tanah sedikit yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, hal ini
ditunjukkan dengan kadar lengas rata-rata 11,1 %
3. Tanah alfisol merupakan tanah yang mengandung alumunium dan besi
serta horison dari akumulasi lempung dan terbentuk ketika kelembapannya
cukup dan hangat. Seelain itu memiliki rata-rata bahan organic dalam
tanah 1,79.
4. Kandungan N  yaitu sebesar 1,5%, salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah keadaan mikroorganisme penambat nitrogen.
5. Kandungan P dalam tanah adalah 0,00875 ppm, hal ini kurang baik karena
P merupakan unsur hara makro sehingga dibutuhkan oleh tanman dalam
jumlah besar.
6. K dalam tanah rendah yaitu sebesar 0,31% , hal ini buruk bagi tanaman
karena kandungan unsur K dalam tanah mempunyai sifat antagonis dengan
unsur lain sehingga apabila kandungannya rendah maka akan terdesak oleh
unsur lain.
7. Tanah ini merupakan tanah masam dengan pH tanahnya sebesar 5,6.
Tanah yang masam mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
mikroorganisme tanah dan tingkat keracunan oleh Al dan Fe tinggi. 
B. SARAN
1. Sebaiknya praktikan mengikuti jalannya praktikum dengan baik
2. Sebaiknya waktu praktikum dapat digunakan seefektif mungkin untuk
menghetahui proses analisis.

29
32

DAFTAR PUSTAKA

Arifah Sri Mursiani. 2013. Aplikasi macam dan dosis pupuk kandang pada
tanaman kentang. J Gamma 8 (2): 80-85.
Evanita Ely, Widaryanto Eko dan Heddy Y.B Suwasono. 2014. Pengaruh pupuk
kandang sapi pada pertumbuhan dan hasil tanaman terong (Solanum
melongena L) pada pola tanam tumpangsari dengan rumput gajah
(Penisetum purpureum) tanaman pertama. J Produksi Tanaman 2 (7):
533-541.
Febriyono Raditya, Susilowati Yulia Eko, Suprapto Agus. 2017.peningkatan
hasil tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans, L.) melalui perlakuan
jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang. J. Ilmu Pertanian
Tropika dan Subtropika 2 (1) : 22 – 27.
Irawati, Salamah Zuchrotus. 2013. Pertumbuhan tanaman kangkung
darat( Ipomoea reptans Poir.) Dengan pemberian pupuk organik
berbahan dasar kotoran kelinci. J. Bioedukatika 1 (1) : 1 – 96.
Kadarwati Fitriningdyahtri. 2016. Evaluasi kesuburan tanah untuk pertanaman
tebu di kabupaten rembang, Jawa Tengah. J. Littri 22 (2) : 53–62.
Jamilah dan Safridar Nuryulsen. Pengaruh dosis urea, arang aktif dan zeolit
terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.). J
Agrista 16 (3): 153-162.
Kartikasari SN, Marshall AJ, Beehler BM. 2007. The ecology of Papua. Jakarta :
Conservation Intenational.
Noor D. 2012. Geomorfologi. Yogyakarta : Deepublish.
Prasetyo B.H. dan Suriadikarta D.A. 2011. Karakteristik, potensi, dan teknologi
pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering
di Indonesia. J. Litbang Pertanian 25(2) : 39-46.
Prastowo Bayu, Patola Efrain, Sarwono. 2013.Pengaruh cara penanaman dan
dosis pupuk urea Terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada
daun (Lactuca sativa L.). J Inovasi Pertanian 12 (2) : 41-52.
Roidah Ida Syamsu. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan
tanah. J. Universitas Tulungagung bonorowo 1 (1): 30-41.
Setyaningrum HD. 2011. Panen sayur secara rutin di lahan sempit. Jakarta:
Swadaya.
Subowo G. 2013. Strategi efisiensi penggunaan bahan organik untuk kesuburan
dan produktivitas tanah melalui pemberdayaan sumberdaya hayati
tanah. J. Sumberdaya Lahan 4 (1): 13-25.
Supriati Y, Herliana E. 2010. Bertanam 15 sayuran organik dalam pot. Jakarta:
Penebar Swadaya.
33

Suroso Bejo dan Antoni Novi Eko Rivo. 2014. Respon pertumbuhan tanaman
kangkung darat(Ipomoea reptans Poir) terhadap pupuk bioboost dan
pupuk za. J. Ilmu-Ilmu Pertanian 4 (1) : 98-108.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisiu
Ramadhani Resqi Hapsari, Roviq Moch. dan Maghfoer Moch. Dawam. 2016.
Pengaruh sumber pupuk nitrogen dan waktu pemberian urea pada
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays Sturt. var.
saccharata). J Produksi Tanaman 4 (1): 8 – 15.
Utoyo B. 2006. Membuka cakrawala dunia untuk kelas X sekolah Menengah
Atas/Madrasah Alliyah. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Wijanarko Andy, Sudar yono, dan Sutarno. 2007. Karakteristik sifat kimia dan
fisika tanah Alfisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah. J. Iptek
Tanaman Pangan 2 (2) : 214-226.
Yamani Ahmad. 2010. Kajian tingkat kesuburan tanah pada hutan lindung
gunung sebatung DI Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. J
Hutan Tropis 11 (29): 30-36.
34

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai