Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SEMENTARA

Percobaan : Pelestarian In-Situ

Nama Mahasiswa : Diah Ratna Sari (H3517010)


Husa Muddin Musthafa (H3517021)
Nofidayanti (H3517033)
Utari Windi Astuti (H3517049)

Kelompok : 08

Tanggal Percobaan : 18 April 2019 Pukul 13.15 WIB

Bahan Tanaman :

1. Serai (Cymbopogon citratus)


2. Lidah Buaya (Aloe vera)
3. Kenikir (Cosmos caudatus)
4. Cabai (Capsicum annum)
5. Jeruk Purut (Citrus hystrix)

Tempat : Rizky Muhammad Syah di Kentingan, Jebres, Surakarta

Tabel Pengamatan

Tabel 1.1 Pengamatan Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Tanaman Obat


Nama
No Kegunaan Habitat Syarat Budidaya Foto
Tanaman
1 Serai a. Membantu Tumbuhan a. Serai dapat
(Cymbopogon sistem liar di tepi tumbuh pada
citratus) pencernaan sungai atau dataran rendah
b. Menurunkan tempat yang maupun
tingkat kadar cukup air dataran tinggi
gula darah dan cukup dengan
c. Mengatasi sinar ketinggian 100 Gambar 1. Serai
insomnia matahari, hingga 1000 (Cymbopogon

pada dataran mdpl citratus)


d. Menurunkan rendah yakni b. Curah hujan
berat badan 900 m diatas sekitar 800
e. Mengatasi permukaan mm/tahun
demam, nyeri, laut c. Suhu sekitar
infeksi, rematik 22˚-32˚ C
dan edema d. Kelembaban
f. Mengurangi 85%
gangguan e. Jenis tanah
pernapasan untuk
menanaman
tanah lempung
berpasir, tanah
aluvial, tanah
humus
2 Lidah Buaya a. Mempercepat Tempat a. Tanaman lidah
(Aloe vera) penyembuhan yang kering buaya bisa
luka atau panas ditanam di
b. Meningkatkan namun bisa kebun dengan
kekebalan tumbuh model lahan
tubuh ditempat tegalan
c. Mengurangi beriklim maupun ladang Gambar 2. Lidah

berat badan tropis b. Waktu tanam Buaya (Aloe vera)

d. Menjaga paling tepat


kesehatan pada awal
kardiovaskular musim hujan
e. Menghaluskan c. Suhu yang
wajah dibutuhkan
sekitar 30˚C
d. Media tanam
yang
digunakan
tanah dengan
tekstur porous
dan banyak
mengandung
humus

3 Kenikir a. Meningkatkan Di daerah a. Dapat tumbuh


(Cosmos sistem imun tropis baik di dataran
caudatus) tubuh (pekarangan rendah hingga
b. Menguatkan dan halaman 700 m dpl.
tulang rumah) b. Memiliki
c. Meningkatkan kelembaban
nafsu makan antara 40-70
d. Mengatasi %. Gambar 3.

masalah bau c. Suhu berkisar Kenikir (Cosmos

mulut 18° – 23°C caudatus)

e. Mengatasi d. Jenis tanah


masalah yang baik
payudara digunakan
karena adalah tanah
menyusui yang berpasir
f. Mengobati dan subur serta
penyakit maag tanah terbuka
g. Mengobati dan penyinaran
penyakit matahari yang
gondongan penuh.
h. Memperkuat
organ jantung
i. Membersihkan
darah dari
racun
4 Cabai a. Meringankan Di dataran a. Kondisi iklim
(Capsicum rasa sakit rendah dan di Indonesia
annum) kepala dan tinggi cocok untuk
nyeri sendi dengan budidaya cabe
b. Meningkatkan lahan yang dimana
nafsu makan kering matahari
c. Membantu dengan bersinar penuh Gambar 4. Cabai

proses ketinggian b. Tanaman bisa (Capsicum

detoksifikasi sampai 1200 tumbuh pada annum)

d. Menjaga m diatas dataran rendah


kesehatan permukaan hingga dataran
kardiovaskular laut tinggi. Namun
e. Mencegah pada dataran
penyakit tinggi produksi
jantung cabai tidak
f. Melancarkan maksimal
pernapasan c. Suhu optimal
g. Meredakan pertumbuhan
pilek dan 24˚- 28˚ C
hidung d. Cabe bisa
tersumbat tumbuh pada
h. Mencegah musim
stroke kemarau
i. Menurunkan apabila
kadar mendapatlan
kolesterol pengairan yang
cukup
e. Curah hujan
yang
dikehendaki
berkisar 800 –
2000 mm/
tahun
f. Kelembaban
80%
5 Jeruk Purut a. Menjaga daya Tanaman a. Tumbuh di
(Citrus tahan tubuh yang daerah dengan
hystrix) b. Membantu tumbuh di sinar matahari
proses daerah tropis langsung
detoksifikasi dan dataran b. Temperatur
dalam tubuh rendah optimal antara
c. Menjaga dengan 25-30°C. Gambar 5. Jeruk
kesehata kulit iklim basah c. Jenis tanah Purut (Citrus

dan kesehatan yang baik hystrix)

mulut adalah latosol


d. Membantu dan andosol,
menjaga dengan
kesehatan ketinggian 0-
sitem 1700 mdpl.
pencernaan
tubuh
e. Melindungi
jantung dan
pembuluh
darah
f. Menekan
pertumbuhan
sel kanker
Sumber : Hasil Pengamatan
Pertanyaan :
1. Bagaimana macam cara pelestarian keanekaragaman hayati secara in-situ?
Pelestarian keanekaragaman hayati in situ dilaksanakan dengan
memelihara tumbuhan di habitat aslinya dan memerlukan tempat yang luas,
tenaga dan biaya yang besar. Ada beberapa bentuk pelestarian hayati secara in-
situ antara lain :
a. Suaka marga satwa adalah upaya perlindungan pada ekosistem yang dinilai
memiliki keunikan. Keunikan tersebut berisis berbagai macam flora yang
harus dilindungi.
b. Taman nasional adalah sebidang tanah yang mendapatkan perlindungan
mutlak dari pemerintah. Tanah itu berisi ekosistem-ekosistem yang
dilindungi.
c. Cagar alam adalah keadaan alam yang mempunyai sifat yang khas baik flora
maupun fauna didalamnya.
d. Hutan suaka alam adalah hutan yang memiliki ekosistem didalamnya yang
dilindungi. Hutan suaka alam sering disebut hutan lindung (Rahayu, 2014).
2. Syarat apa saja yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman obat secara in situ
di alam?
Syarat yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman obat secara in situ di
alam yaitu:
a. Cahaya.
Cahaya meliputi intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan
fotoperiodesitas. Cahaya sangat penting dalam proses fotosintesis. Tanaman
yang tumbuh di bawah kondisi tanpa cahaya, tetapi memperoleh suplai
makanan dari organ penyimpanan (misalnya biji atau umbi) akan bewarna
kuning dan tumbuh memanjang dengan batang lemah. Ekspresi morfologis
dari kekurangan cahaya disebut etiolasi.
b. Suhu.
Suhu didifinisikan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur
berdasarkan skala yang tertentu dengan menggunakan berbagai tipe
thermometer. Secara umum, pertumbuhan tanaman dapat berlangsung
kisaran suhu minimum 4,5 oC hingga suhu maksimum 36oC, namun untuk
memungkinkan tanaman obat melangsungkan fotosintesis dengan laju
maksimum dan respirasi yang normal, tanaman obat menghendaki kisaran
suhu yang disebut suhu optimum. Besarnya kisaran suhu optimum ini
bervariasi, tergantung pada spesies dan tahap perkembangan tanaman.
c. Kelembaban Udara.
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara, karena dalam
udara, air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam
udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin.
Kelembapan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman obat sekitar 70-
80%.
d. Angin.
Angin berperan penting dalam membantu penyerbukan, yaitu untuk
polen/tepung sari yang ringan dapat diterbangkan ssehingga bisa terjadi
penyerbukan silang. Contoh tanaman yang penyerbukannnya dibantu angin
adalah tanaman obat kenikir (Cosmos caudatus). Angin juga berperan
dalam penyebaran mikroorganisme baik yang bermanfaat maupun tidak
yaitu angin bisa menerbangkan spora-spora dari cendawan.
e. Presipitasi.
Presipitasi sangat penting dalam budidaya yaitu sebagai sumber air.
Hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman obat adalah hujan yang
merata.
f. Udara.
Udara tersusun atas lebih kurang 78% nitrogen: 21% oksigen; 0,9%
argon, 0,03% karbondioksida, 0,07% gas lainnya, didalam udara juga
terdapat berbagai polutan dari senyawa-senyawa organic dan anroganik
yang sebagian besar merupakan produk dari reaksi fotokimia antara cahaya
matahari dengan hasil pembakaran. Polutan-polutan tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan normal tanaman, bahkan dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Karbondioksida sangat diperlukan tanaman obat untuk
membantu proses fotosintesis (Sukmawati, 2015).
g. Tanah dan Air (Faktor edapic).
Tanah sebagai tempat/media tumbuh tanaman sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan, dan produksi tanaman. Tanah didefinisikan sebagai
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh-berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman,
dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Seacara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe,
Mn, B, Cl, dan lain-lain. Secara biologis berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman. Ketiga fungsi
secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan
biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri
perkebunan, maupun kehutanan. Air sangat berfungsi sebagai senyawa
pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan
sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dri satu bagian sel ke
bagian sel lain (Sinulingga dan Darmanti, 2012).
3. Bagaimana hubungan antara macam tanaman obat dengan habitat atau
lingkungan tempat tumbuh tanaman?
Lingkungan tempat tumbuh tanaman obat sangat memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman obat. Semakin cocok suatu lingkungan dengan
tanaman obat akan membuat tanaman obat tumbuh dengan subur. Tanaman obat
memiliki daerah atau habitat optimum masing-masing dimana habitat tersebut
memiliki faktor penunjang pertumbuhan tanaman obat seperti suhu, intensitas
cahaya, kelembaban, pH tanah dan sebagainya. Hidayat dan Rosniati (2007)
mengatakan bahwa selain unsur penyusun habitatnya, iklim dan ketinggian
tempat di atas permukaan laut tampaknya berperan pula dalam penyebaran obat
langka. Semakin tinggi kualitas habitat akan membuat semakin banyak dan
beragam tanaman obat yang dapat timbuh di daerah tersebut. Abdiyani (2008)
mengatakan bahwa semakin tinggi nilai keanekaragaman suatu kawasan
menunjukkan semakin stabil komunitas di kawasan tersebut.
4. Bagaimana pengolahan tanaman obat hingga menjadi simplisia yang dapat
dimanfaatkan konsumen?
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses setengah
jadi, seperti pengeringan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Prasetyo dan Entang, 2013).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut :
Pengumpulan simplisia, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan.
a. Pengumpulan Simplisia
Tumbuhan akan diambil secara manual, diambil semua bagian yang ada di
atas permukaan tanah.
b. Sortasi Basah
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari tumbuhan sebelum pencucian dengan cara membuang bagian-
bagian yang tidak perlu sebelum pengeringan, sehingga didapatkan herba
yang layak untuk digunakan. Cara ini dapat dilakukan secara manual.
c. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat
pada tumbuhan. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari
mata air, air sumur atau air PAM. Pencucian dilakukan sesingkat mungkin
agar tidak menghilangkan zat berkhasiat dari tumbuhan tersebut.
d. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Sebelum dirajang tumbuhan dijemur dalam
keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,
dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
e. Pengeringan
Menurut Utomo et al (2009) pengeringan adalah proses pengeluaran air atau
pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan
menggunakan energi panas. Tujuan pengeringan yaitu untuk mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Pengeringan dilakukan dengan 3 cara yaitu dikering anginkan, terpapar
cahaya matahari langsung dan dengan menggunakan oven. Pengeringan ini
berlangsung hingga diperoleh kadar air ≤ 10%.
f. Sortasi Kering
Dilakukan untuk memisahkan bendabenda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoranpengotoran lain yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan secara
manual.
g. Pengepakan dan Penyimpanan
Menurut Wahyuni et al (2014), selama penyimpanan ada kemungkinan
terjadi kerusakan pada simplisia. Untuk itu dipilih wadah yang bersifat tidak
beracun dan tidak bereaksi dengan isinya sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya pada
simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan panas diperlukan wadah yang
melindungi simplisia terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastik atau
botol yang berwarna gelap, kaleng dan sebagainya. Penyimpanan simplisia
kering biasanya dilakukan pada suhu kamar (150C sampai 300C).
DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di


Dataran Tinggi Dieng. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol 5(1),
79 – 92.
Hidayat S, Rosniati A.R. 2007. Kajian Ekologi Tumbuhan Obat Langka di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru. J. Biodiversitas. Vol 8(3): 169 – 173.
Prasetyo dan Entang Inoriah. 2013. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan
(Bahan Simplisia). Cetakan ke-1. Badan Penerbitan Fakultas Pertanian
UNIB, Bengkulu.
Rahayu, Enni S. 2014. Konservasi Plasma Nutfah Tumbuhan Secara In Vitro:
Potensi dan Kontribusinya Dalam Mewujudkan Unnes Sebagai Universitas
Konservasi. Seminar Nasional Konservasi dan Kualitas Pendidikan. 113-
123.
Sinulingga M, Darmanti S. 2012. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang
Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa.
J. Biologi. Vol 1(2), 32-38.
Sukmawati T, Fitrihidajati H, Indah N.K. 2015. Penyerapan Karbon Dioksida pada
Tanaman Hutan Kota di Surabaya. J. Lentera Bio. Vol 4 (1), 108-111.
Utomo, Arif Dwi., W.S. Rahayu, dan B.A. Dhiani. 2009. Pengaruh Beberapa
Metode Pengeringan terhadap Kadar Flavonoid Total Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata). J. Pharmacy. Vol 6(1), 58-68.
Wahyuni, R., Guswandi, dan H. Rivai. 2014. Pengaruh Cara Pengeringan dengan
Oven, Kering Angin dan Cahaya Matahari Langsung terhadap Mutu
Simplisia Herba Sambiloto. J. Farmasi Higea. Vol 6(2), 126-133.

Anda mungkin juga menyukai