0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan11 halaman
Laporan ini mengamati keanekaragaman hayati tanaman obat secara in-situ di Kentingan, Jebres, Surakarta. Lima tanaman diamati yakni serai, lidah buaya, kenikir, cabai, dan jeruk purut. Dijelaskan ciri-ciri, manfaat, dan syarat budidaya masing-masing tanaman.
Laporan ini mengamati keanekaragaman hayati tanaman obat secara in-situ di Kentingan, Jebres, Surakarta. Lima tanaman diamati yakni serai, lidah buaya, kenikir, cabai, dan jeruk purut. Dijelaskan ciri-ciri, manfaat, dan syarat budidaya masing-masing tanaman.
Laporan ini mengamati keanekaragaman hayati tanaman obat secara in-situ di Kentingan, Jebres, Surakarta. Lima tanaman diamati yakni serai, lidah buaya, kenikir, cabai, dan jeruk purut. Dijelaskan ciri-ciri, manfaat, dan syarat budidaya masing-masing tanaman.
Tempat : Rizky Muhammad Syah di Kentingan, Jebres, Surakarta
Tabel Pengamatan
Tabel 1.1 Pengamatan Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Tanaman Obat
Nama No Kegunaan Habitat Syarat Budidaya Foto Tanaman 1 Serai a. Membantu Tumbuhan a. Serai dapat (Cymbopogon sistem liar di tepi tumbuh pada citratus) pencernaan sungai atau dataran rendah b. Menurunkan tempat yang maupun tingkat kadar cukup air dataran tinggi gula darah dan cukup dengan c. Mengatasi sinar ketinggian 100 Gambar 1. Serai insomnia matahari, hingga 1000 (Cymbopogon
pada dataran mdpl citratus)
d. Menurunkan rendah yakni b. Curah hujan berat badan 900 m diatas sekitar 800 e. Mengatasi permukaan mm/tahun demam, nyeri, laut c. Suhu sekitar infeksi, rematik 22˚-32˚ C dan edema d. Kelembaban f. Mengurangi 85% gangguan e. Jenis tanah pernapasan untuk menanaman tanah lempung berpasir, tanah aluvial, tanah humus 2 Lidah Buaya a. Mempercepat Tempat a. Tanaman lidah (Aloe vera) penyembuhan yang kering buaya bisa luka atau panas ditanam di b. Meningkatkan namun bisa kebun dengan kekebalan tumbuh model lahan tubuh ditempat tegalan c. Mengurangi beriklim maupun ladang Gambar 2. Lidah
berat badan tropis b. Waktu tanam Buaya (Aloe vera)
d. Menjaga paling tepat
kesehatan pada awal kardiovaskular musim hujan e. Menghaluskan c. Suhu yang wajah dibutuhkan sekitar 30˚C d. Media tanam yang digunakan tanah dengan tekstur porous dan banyak mengandung humus
3 Kenikir a. Meningkatkan Di daerah a. Dapat tumbuh
(Cosmos sistem imun tropis baik di dataran caudatus) tubuh (pekarangan rendah hingga b. Menguatkan dan halaman 700 m dpl. tulang rumah) b. Memiliki c. Meningkatkan kelembaban nafsu makan antara 40-70 d. Mengatasi %. Gambar 3.
masalah bau c. Suhu berkisar Kenikir (Cosmos
mulut 18° – 23°C caudatus)
e. Mengatasi d. Jenis tanah
masalah yang baik payudara digunakan karena adalah tanah menyusui yang berpasir f. Mengobati dan subur serta penyakit maag tanah terbuka g. Mengobati dan penyinaran penyakit matahari yang gondongan penuh. h. Memperkuat organ jantung i. Membersihkan darah dari racun 4 Cabai a. Meringankan Di dataran a. Kondisi iklim (Capsicum rasa sakit rendah dan di Indonesia annum) kepala dan tinggi cocok untuk nyeri sendi dengan budidaya cabe b. Meningkatkan lahan yang dimana nafsu makan kering matahari c. Membantu dengan bersinar penuh Gambar 4. Cabai
proses ketinggian b. Tanaman bisa (Capsicum
detoksifikasi sampai 1200 tumbuh pada annum)
d. Menjaga m diatas dataran rendah
kesehatan permukaan hingga dataran kardiovaskular laut tinggi. Namun e. Mencegah pada dataran penyakit tinggi produksi jantung cabai tidak f. Melancarkan maksimal pernapasan c. Suhu optimal g. Meredakan pertumbuhan pilek dan 24˚- 28˚ C hidung d. Cabe bisa tersumbat tumbuh pada h. Mencegah musim stroke kemarau i. Menurunkan apabila kadar mendapatlan kolesterol pengairan yang cukup e. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 800 – 2000 mm/ tahun f. Kelembaban 80% 5 Jeruk Purut a. Menjaga daya Tanaman a. Tumbuh di (Citrus tahan tubuh yang daerah dengan hystrix) b. Membantu tumbuh di sinar matahari proses daerah tropis langsung detoksifikasi dan dataran b. Temperatur dalam tubuh rendah optimal antara c. Menjaga dengan 25-30°C. Gambar 5. Jeruk kesehata kulit iklim basah c. Jenis tanah Purut (Citrus
dan kesehatan yang baik hystrix)
mulut adalah latosol
d. Membantu dan andosol, menjaga dengan kesehatan ketinggian 0- sitem 1700 mdpl. pencernaan tubuh e. Melindungi jantung dan pembuluh darah f. Menekan pertumbuhan sel kanker Sumber : Hasil Pengamatan Pertanyaan : 1. Bagaimana macam cara pelestarian keanekaragaman hayati secara in-situ? Pelestarian keanekaragaman hayati in situ dilaksanakan dengan memelihara tumbuhan di habitat aslinya dan memerlukan tempat yang luas, tenaga dan biaya yang besar. Ada beberapa bentuk pelestarian hayati secara in- situ antara lain : a. Suaka marga satwa adalah upaya perlindungan pada ekosistem yang dinilai memiliki keunikan. Keunikan tersebut berisis berbagai macam flora yang harus dilindungi. b. Taman nasional adalah sebidang tanah yang mendapatkan perlindungan mutlak dari pemerintah. Tanah itu berisi ekosistem-ekosistem yang dilindungi. c. Cagar alam adalah keadaan alam yang mempunyai sifat yang khas baik flora maupun fauna didalamnya. d. Hutan suaka alam adalah hutan yang memiliki ekosistem didalamnya yang dilindungi. Hutan suaka alam sering disebut hutan lindung (Rahayu, 2014). 2. Syarat apa saja yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman obat secara in situ di alam? Syarat yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman obat secara in situ di alam yaitu: a. Cahaya. Cahaya meliputi intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan fotoperiodesitas. Cahaya sangat penting dalam proses fotosintesis. Tanaman yang tumbuh di bawah kondisi tanpa cahaya, tetapi memperoleh suplai makanan dari organ penyimpanan (misalnya biji atau umbi) akan bewarna kuning dan tumbuh memanjang dengan batang lemah. Ekspresi morfologis dari kekurangan cahaya disebut etiolasi. b. Suhu. Suhu didifinisikan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala yang tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer. Secara umum, pertumbuhan tanaman dapat berlangsung kisaran suhu minimum 4,5 oC hingga suhu maksimum 36oC, namun untuk memungkinkan tanaman obat melangsungkan fotosintesis dengan laju maksimum dan respirasi yang normal, tanaman obat menghendaki kisaran suhu yang disebut suhu optimum. Besarnya kisaran suhu optimum ini bervariasi, tergantung pada spesies dan tahap perkembangan tanaman. c. Kelembaban Udara. Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara, karena dalam udara, air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kelembapan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman obat sekitar 70- 80%. d. Angin. Angin berperan penting dalam membantu penyerbukan, yaitu untuk polen/tepung sari yang ringan dapat diterbangkan ssehingga bisa terjadi penyerbukan silang. Contoh tanaman yang penyerbukannnya dibantu angin adalah tanaman obat kenikir (Cosmos caudatus). Angin juga berperan dalam penyebaran mikroorganisme baik yang bermanfaat maupun tidak yaitu angin bisa menerbangkan spora-spora dari cendawan. e. Presipitasi. Presipitasi sangat penting dalam budidaya yaitu sebagai sumber air. Hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman obat adalah hujan yang merata. f. Udara. Udara tersusun atas lebih kurang 78% nitrogen: 21% oksigen; 0,9% argon, 0,03% karbondioksida, 0,07% gas lainnya, didalam udara juga terdapat berbagai polutan dari senyawa-senyawa organic dan anroganik yang sebagian besar merupakan produk dari reaksi fotokimia antara cahaya matahari dengan hasil pembakaran. Polutan-polutan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan normal tanaman, bahkan dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Karbondioksida sangat diperlukan tanaman obat untuk membantu proses fotosintesis (Sukmawati, 2015). g. Tanah dan Air (Faktor edapic). Tanah sebagai tempat/media tumbuh tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, dan produksi tanaman. Tanah didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman, dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Seacara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain. Secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman. Ketiga fungsi secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. Air sangat berfungsi sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dri satu bagian sel ke bagian sel lain (Sinulingga dan Darmanti, 2012). 3. Bagaimana hubungan antara macam tanaman obat dengan habitat atau lingkungan tempat tumbuh tanaman? Lingkungan tempat tumbuh tanaman obat sangat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman obat. Semakin cocok suatu lingkungan dengan tanaman obat akan membuat tanaman obat tumbuh dengan subur. Tanaman obat memiliki daerah atau habitat optimum masing-masing dimana habitat tersebut memiliki faktor penunjang pertumbuhan tanaman obat seperti suhu, intensitas cahaya, kelembaban, pH tanah dan sebagainya. Hidayat dan Rosniati (2007) mengatakan bahwa selain unsur penyusun habitatnya, iklim dan ketinggian tempat di atas permukaan laut tampaknya berperan pula dalam penyebaran obat langka. Semakin tinggi kualitas habitat akan membuat semakin banyak dan beragam tanaman obat yang dapat timbuh di daerah tersebut. Abdiyani (2008) mengatakan bahwa semakin tinggi nilai keanekaragaman suatu kawasan menunjukkan semakin stabil komunitas di kawasan tersebut. 4. Bagaimana pengolahan tanaman obat hingga menjadi simplisia yang dapat dimanfaatkan konsumen? Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses setengah jadi, seperti pengeringan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Prasetyo dan Entang, 2013). Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut : Pengumpulan simplisia, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. a. Pengumpulan Simplisia Tumbuhan akan diambil secara manual, diambil semua bagian yang ada di atas permukaan tanah. b. Sortasi Basah Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari tumbuhan sebelum pencucian dengan cara membuang bagian- bagian yang tidak perlu sebelum pengeringan, sehingga didapatkan herba yang layak untuk digunakan. Cara ini dapat dilakukan secara manual. c. Pencucian Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada tumbuhan. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Pencucian dilakukan sesingkat mungkin agar tidak menghilangkan zat berkhasiat dari tumbuhan tersebut. d. Perajangan Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Sebelum dirajang tumbuhan dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. e. Pengeringan Menurut Utomo et al (2009) pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Tujuan pengeringan yaitu untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan dilakukan dengan 3 cara yaitu dikering anginkan, terpapar cahaya matahari langsung dan dengan menggunakan oven. Pengeringan ini berlangsung hingga diperoleh kadar air ≤ 10%. f. Sortasi Kering Dilakukan untuk memisahkan bendabenda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoranpengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan secara manual. g. Pengepakan dan Penyimpanan Menurut Wahyuni et al (2014), selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia. Untuk itu dipilih wadah yang bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya pada simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan panas diperlukan wadah yang melindungi simplisia terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan sebagainya. Penyimpanan simplisia kering biasanya dilakukan pada suhu kamar (150C sampai 300C). DAFTAR PUSTAKA
Abdiyani S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di
Dataran Tinggi Dieng. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol 5(1), 79 – 92. Hidayat S, Rosniati A.R. 2007. Kajian Ekologi Tumbuhan Obat Langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. J. Biodiversitas. Vol 8(3): 169 – 173. Prasetyo dan Entang Inoriah. 2013. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan Simplisia). Cetakan ke-1. Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. Rahayu, Enni S. 2014. Konservasi Plasma Nutfah Tumbuhan Secara In Vitro: Potensi dan Kontribusinya Dalam Mewujudkan Unnes Sebagai Universitas Konservasi. Seminar Nasional Konservasi dan Kualitas Pendidikan. 113- 123. Sinulingga M, Darmanti S. 2012. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa. J. Biologi. Vol 1(2), 32-38. Sukmawati T, Fitrihidajati H, Indah N.K. 2015. Penyerapan Karbon Dioksida pada Tanaman Hutan Kota di Surabaya. J. Lentera Bio. Vol 4 (1), 108-111. Utomo, Arif Dwi., W.S. Rahayu, dan B.A. Dhiani. 2009. Pengaruh Beberapa Metode Pengeringan terhadap Kadar Flavonoid Total Herba Sambiloto (Andrographis paniculata). J. Pharmacy. Vol 6(1), 58-68. Wahyuni, R., Guswandi, dan H. Rivai. 2014. Pengaruh Cara Pengeringan dengan Oven, Kering Angin dan Cahaya Matahari Langsung terhadap Mutu Simplisia Herba Sambiloto. J. Farmasi Higea. Vol 6(2), 126-133.