Disusun oleh :
Kelompok 5
.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1) Pengapuran
Pengapuran merupakan upaya pemberian bahan kapur ke dalam tanah masam
dengan tujuan untuk:
a) Menaikkan pH tanah Nilai pH tanah dinaikkan sampai pada tingkat mana Al tidak
bersifat racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi yang
seimbang di dalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi sebagai akibat dari
pemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistem
penyangga, yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelah beberapa
waktu berselang.
b) Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK), KTK meningkat sebagai akibat dari
peningkatan pH tanah. Namun peningkatan KTK ini juga bersifat tidak tetap, karena
sistem penyangga pH tanah tersebut di atas.
c) Menetralisir Al yang meracuni tanaman. Karena unsur Ca bersifat tidak mudah
bergerak, maka kapur harus dibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah
yang mempunyai konsentrasi Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan,
karena dibutuhkan tenaga dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baru
yaitu pemadatan tanah. Alternatif lain adalah menambahkan dolomit (Ca, Mg(CO3)2)
yang lebih mudah bergerak, sehingga mampu mencapai lapisan tanah bawah dan
menetralkan Al. Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang
seksama mengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur
hara yang lain.
Tanaman dapat tumbuh baik, jika terdapat nisbah Ca/Mg/K yang tepat di dalam
tanah. Penambahan Ca atau Mg seringkali malah mengakibatkan tanaman
menunjukkan gejala kekurangan K, walaupun jumlah K sebenarnya sudah cukup di
dalam tanah. Masalah ini menjadi semakin sulit dipecahkan, jika pada awalnya sudah
terjadi kahat unsur K pada tanah tersebut.
3. Penyemprotan herbisida
Tumbuhan pengganggu atau gulma yang tumbuh dalam lahan yang ditanami
menyebabkan kerugian karena mengambil unsur hara dan air yang seharusnya dapat
digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu keberadaan dan pertumbuhan gulma harus
ditekan.
Cara kimia juga dipergunakan untuk menekan pertumbuhan gulma yang banyak
ditemukan pada tanah masam seperti alang-alang, yakni dengan memakai herbisida.
Pemakaian herbisida harus dilakukan secara tepat baik dalam hal jumlah (dosis),
waktu dan penempatannya, demikian pula harus disesuaikan antara macam herbisida
dengan gulma yang akan diberantas. Penggunaan herbisida yang berlebihan dapat
menyebabkan bahaya keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang
dihasilkan serta pencemaran lingkungan (AnonymousA.2014).
3.1 Kesimpulan
Dari bahasan materi dapat disimpulkan bahwa pengapuran adalah upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dengan menambahkan kapur kedalam tanah.
Tujuan utama dari pengapuran ini ialah untuk meningkatkan pH dari pH masam
menjadi pH netral. Pada pH tanah yang masam, banyak unsur hara (misalnya: N, P, K,
Ca, Mg) yang tidak tersedia bagi tanaman karena pada pH rendah unsur tersebut
rusak. Cara kimia merupakan salah satu upaya pemecahan masalah kesuburan tanah
dengan menggunakan bahan-bahan kimia buatan. Beberapa upaya yang sudah
dikenal adalah pengapuran, pemupukan, dan penyemprotan herbisida.
Hal yang merupakan prinsip dasar dalam pengapuran tanah yang harus
diperhatikan adalah pemberian kapur harus sesuai dengan dosis anjuran daerah
setempat, penaburan, pembenaman dan pencampuran kapur ketanah harus dalam
dan rata. Efek pengapuran dalam pengelolaan tanah dapat dikatagorikan kedalam tiga
hal, yaitu : efekfisik, efekkimia, dan efek biologis.
Dua kation logam yang paling sesuai untuk mengurangi kemasaman tanah ialah
kalsium dan magnesium. Bagi tnaman, kalsium berfungsi untuk merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman dan merangsang
pembentukan biji. Sedangkan magnesium berfungsi dalam pembentukan hijau daun
yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak dan minyak. Magnesium juga
berperan dalam transprtasi fosfat dalam tanaman. Jadi kandungan fosfat dalam
tanaman dapat dinikkan dengan cara menambah unsur magnesium.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Diterjemahkan Oleh Soegiman. Bhratara
Karya Aksara. Jakarta. hal : 503 – 505
Poerwowidodo, M. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. hal : 114 – 122
Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. P.T. Rineka Cipta. Jakarta. hal : 25 –
26/165 – 166