Anda di halaman 1dari 11

ACARA III

BUDIDAYA TUMPANGSARI JAGUNG DENGAN KACANG TANAH

A. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada:
Hari : Kamis
Tanggal :
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

B. Tujuan Praktikum
Mempelajari budidaya tanaman jagung dan kacang tanah secara tumpangsari.

C. Latar Belakang
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender
penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur
(tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki
kelebihan dan kekuranagan masing-masing. Pola tanam memiliki arti penting
dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan
dan memadukan berbagai komponen yang tersedia diantaranya agroklimat,
tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi. Pola
tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama satu
tahun dengan memperhatikan curah hujan terutama pada daerah atau lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis atau varietas
yang ditanam pun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun
curah hujan.
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis
tanaman pada satu lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa
dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan
pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan
kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya
berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik
perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh
diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama
penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat
penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan
(penyerapan hara dan air) pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola
tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman
yang mempunyai perakaran yang relatif dalam dan tanaman yang mempunyai
perakaran relatif dangkal.
Tanaman jagung sering ditanam oleh petani baik pada lahan tegalan
maupun lahan sawah. Sistem tanam yang digunakan petani dalam bercocok
tanam pada lahan sawah sangat beranekaragam baik secara tumpangsari
maupun monokultur. Sistem tanam tumpangsari yang biasa dilakukan oleh
petani pada tanaman jagung antara lain tumpangsari jagung dan kacang tanah,
jagung dan kacang hijau maupun jagung dan kedelai. Sistem tanam
umpangsari sering dilakukan oleh petani untuk memanfaatkan jarak tanam dan
menambah pendapatan petani.
Kacang tanah selain dapat langsung dimakan, juga merupakan tanaman
industri. Bijinya mengandung 25-30% protein yang berkualitas tinggi.
Disamping mengandung lemak yang tinggi (40-\50%), juga mengandung
mineral-mineral seperti Ca, P dan Fe, serta vitamin A dan B.Kacang tanah
juga merupakan sumber vitamin B1 dan B2.
D. Dasar Teori
Salah satu kendala dalam peningkatan produksi tanaman antara lain
keterbatasan lahan yang tersedian. Oleh karena itu diperlukan usaha yang
mengarah pada efisiensi lahan. Salah satu cara untuk meningkatkan
produktifitas lahan adalah dengan penerapan sistem tumpangsari tanaman
sisipan, yaitu menyisipkan tanaman berikutnya pada tanaman lain yang
ditanam terlebih dahulu pada sebidanglahan yang sama. Penanaman sistem
tumpangsari sudah sering dilakukan petani dengan tujuan untuk mencegah
kerugian jika salah satu tanaman yang ditanam menurun harganya. Selain
dapat meningkatkan produktivitas lahan, tumpangsari juga dapat mengurangi
resiko kegagalan panen. Pada penanaman umpangsari akan terjadi persaingan
untuk memperoleh faktor-faktor tumbuh, terutama cahaya matahari, air, dan
unsure hara.oleh karena itu, pengaturan waktu tanam antara satu tanaman
dengan tanaman lainnya harus dilakukan secara tepat Samadi, 2003).
Tumpangsari tanaman merupakan salah satu model peneneman
tradisional dilahan kering. Dalam model ini dua atau lebih spesies tanaman
ditanam dalam waktu dan lahan yang sama. Model penanaman tumpang sari
memiliki beberapa keuntungan yaitu: mengurang erosi dan meningkatkan
pendapatan petani. Keuntungan lain maupun meningkatkan efisiensi
penggunaan faktor lingkungan dan tenaga kerja. Menekan serangan gulma,
penyakit, dan selain itu dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air
(Zuchri,2007).
Pada sistem tumpsngsari mengakibaatkan terjadinya kompetisi secara
interspesifik. Kompetisi dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman. Tetapi bagaimana sistem tumpangsari dapat meminimalkan
kompetisi diantara tanaman atau dapat saling mendukung. Untuk pertumbuban
produksi dan meningkatkan produktivitas persatuan luas lahan (Herlina,2011).
Problematik dalam tumpangsari adalah timbulnya persaingan diantara
dua atau lebih spesies yang ditanam. Persaingan dapat mencakup air,hara,
cahaya, dan ruang. Sebagai dampak persaingann baik tanaman utama maupun
tanaman sela mengalami penurunan hasil (Zuchri,2009).
Dalam usahatani dibidang pertanian atau secara lebih tegas dalam
usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan. Kegiatan
penaganan atau pengolahan tanaman penting sejkali untuk diperhatikan. Tanpa
memperhatikan kegiatan penaganan atau pengolahan tersebut dapat dipastikan
usaha pertanaman akan mengalami kegagalan (Kartasapoetra,1994).
Tumpangsari dapat juga dilakukan antara tanaman semusim dengan
tenaman semusim yang dapat saling menguntungkan,misalnya antara kacang-
kacangan tidak bergantung pertumbuhannya karena sedikit terlindung pada
jagung (Zea mays L.). Kekurangan nitrogen pada jagung akan terpenuhi oleh
kelibihan nitrogen kacang-kacang,karena kacang-kacangan dapat memfixasi
nitrogen dari udara bebas (Warsan,2009)
Sistem pertanaman tumpangsari bertujuan memperoleh kombinsi
tanaman yang sesuai, kepadatan populasi tanaman dan mengetahui cara
pemupukan yang optimal pada tanaman tumpang sari umumnya untuk
mengetahui pemanfaatan cahaya,air dan hara. Produktivitas lahan pada sistem
tumpang sari dihitung berdasarkan nisbah kesetaraan lahan (NKL)
(Susanti,2013).
Tanaman jagung (Zea mays L.) sudah lama diusahakan oleh petani di
indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setlah padi. Kebutuhan
jagung dalam negeri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya
permintaan jagung disebabkan banyak permintaan untuk pakan,pangan,dan
industri. Bahkan pada tahun-tahun tertentu terjadi impor jagung
(Firdaus,2007).
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumnuhan dibagi dalam tiga kelompok
besar yaitu C3, C4, dan CAN (Crassulasea Acid Metabolism). Tumbuhn C4
dan CAN lebih adaptif didaerah panas dan kering dibanding dengan tanaman
C3 (Rahmawati,2012). Jagung dan kacang tanah memungkinkan untuk
ditanam secara tumpng sari karena kacang tanah termasuk tanaman C3.
Jagung tergolong C4 ehingga sangat serasi (Induati,2009). Jagung tergolong
tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas
pertumbuhan dan produksi (Herlina,2011).
E. Alat dan Bahan
 Benih jagung
 Benih kacang tanah
 Pupuk urea, KCl, SP36
 Pestisida
 Fungisida
 Peralatan budidaya
 Peralatan ukur

F. Cara Kerja
1. Mengolah tanah dengan cara dicangkul sedalam 10-15 cm, mencacah dan
membuang gulmanya.
2. Membuat guludan menghadap ke barat-timur dengan lebar guludan 225
cm, panjang 250 cm.
3. Membuat saluran diantara guludan selebar 20-30 cm untuk mengalirkan
air agar saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman
jagung maupun kacang tanah tidak tergenang.
4. Membuat lubang tanam dengan tugal sedalam 2-3 cm dengan jarak antara
barisan tanaman jagung 75 cm, tanaman kacang tanah 25 cm, jarak dalam
barisan tanaman jagung dan kacang tanah adalah 25 cm.
5. Memasukkan benih jagung 2 biji/lubang pada jarak tanam 75x25 cm, 2
biji/lubang benih kacang tanah dengan jarak tanam 25x25 cm.
6. Melakukan pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan (saat tanam dan 1
BST). Dosis pupuk jagung adalah 120 kg urea, 80 kg SP 36, penyulaman,
penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit.
G. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Tumpangsari Tanaman Kacang Tanah

Kelom Parameter
Jumlah Sampel
pok TT JC JB BB BK KA
Kacang Tanah 1 33 8 32 28 21
A3-1
Kacang Tanah 2 61 8 54 41 30 26,09
Rerata 47 - - 34,5 25,5
Kacang Tanah 1 56 12 47 83 67
A3-2
Kacang Tanah 2 61 10 53 88 73 18,13
Rerata 58,5 - - 85,5 70
Kacang Tanah 1 55 10 61 17 10
A3-3
Kacang Tanah 2 60 22 55 34 21 39,21
Rerata 57,5 - - 25,5 15,5
Kacang Tanah 1 48 45 42 54 2
A3-4
Kacang Tanah 2 45 48 31 56 3 95,45
Rerata 46,5 - - 55 2,5
Kacang Tanah 1 62,5 5 74 69 39
A3-5
Kacang Tanah 2 44,5 3 6 54 37 38,21
Rerata 53,5 - - 61,5 38
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Tumpangsari Tanaman Jagung

Jumlah Parameter
Kelompok
Sampel TT JD BB BK KA
Jagung 1 232 13 0,58 0,42
A3-1
Jagung 2 225 12 0,53 0,40 26,06
Rerata 228,5 - 0,55 0,41
Jagung 1 225 13 0,76 0,62
A3-2
Jagung 2 245 15 0,90 0,70 20,48
Rerata 235 - 0,83 0,66
Jagung 1 210 14 0,56 0,46
A3-3
Jagung 2 180 14 0,34 0,28 17,78
Rerata 195 - 0,45 0,37
Jagung 1 193 12 0,54 0,26
A3-4
Jagung 2 194 11 0,56 0,28 50,91
Rerata 193,5 - 0,55 0,27
Jagung 1 240 12 0,64 0,46
A3-5
Jagung 2 245 13 0,74 0,50 30,43
Rerata 242,5 - 0,69 0.48

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum budidaya tumpangsari


jagung dengan kacang tanah berdasarkan parameter tinggi tanaman, jumlah
cabang, jumlah bintil, berat basah, berat kering dan kadar air yang dilakukan
oleh lima kelompok kecil A3, dapat diketahui bahwa pada kacang tanah, rata-
rata tinggi tanaman teringgi terdapat pada kelompok A3-2 yakni sebesar 58, 5
cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah dimiliki oleh kelompok A3-4
yakni sebesar 46,5 cm. Kemudian pada jumlah cabang, hasil terbanyak
dimiliki oleh kelompok A3-4 dengan sampel 1 berjumlah 45 cabang dan
sampel 2 berjumlah 48 cabang, sedangkan jumlah cabang paling sedikit
dimiliki oleh terdapat pada kelompok A3-5 dengan sampel 1 berjumlah 5
cabang dan pada sampel 2 berjumlah 3 cabang. Kemudian pada jumlah bintil,
bintil terbanyak terdapat pada kelompok A3-3 yakni pada sampel 1 berjumlah
61 bintil, dan sampel 2 berjumlah 55 bintil, sedangkan jumlah bintil paling
sedikit terdapat pada kelompok A3-5 karena jumlah bintil kedua sampel
mempunyai selisih banyak tidak seperti kelompok lain, yakni pada sampel 1
berjumlah 74 bintil dan sampel 2 berjumlah 6 bintil. Kemudian pada berat
basah, rata-rata tertinggi dimiliki o,eh kelompok A3-2 yakni seberat 85, 5
gram, sedangkan rata-rata berat basah terendah terdapat pada kelompok A3-3
yakni seberat 25,5 gram. Kemudian pada berat kering, rata-rata berat kering
tertinggi dimiliki oleh kelompok A3-2 yakni seberat 70 gram, sedangkan rata-
rata berat kering terendah dimiliko oleh kelompok A3-4 yakni sebesar 2,5
gram. Kemudian pada parameter terakhir yakni kadar air, kadar tertinggi
dimiliki oleh kelompok A3-4 yakni sebesar 95, 45%, sedangkan kadar air
terendah terdapat pada kelompok A3. 2 yakni sebesar 18,13%.
Untuk tanaman jagung, pada parameter pengamatan tinggi tanaman,
jumlah daun, berat basah, berat kering, dan kadar air, dapat diketahui bahwa
rata-rata tinggi tanaman tertinggi dimiliki oleh kelompok A3-5 yakni sebesar
242,5 cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendahterdapat pada kelompok
A3-4 yakni sebesar 193.5 cm. Kemudian pada jumlah daun, jumlah daun
estara banyknya pada kedua smpael dimiliki oleh kelompok A3-3 dengan
jumlh daun pada masing-masing sampel sama, yakni 14, sedangkan jumlah
daun paling sedikit jika dibandingkan dengan kelomopok lainnya yakni
terdapat pada kelompok A3-4 dengan sampel 1 berjumlah 12 daun, dan sapel
2 berjumlah 11 daun. Kemudian pada berat basah, rata-rata tertinggi dimiliki
oleh kelompok A3-2 yakni seberat 0,83 kg, sedangkan yang terendah terdapat
pada kelopmpok A3-3 yakni seberat 0,45 gram. Kemudian pada berat kering,
rata-rata teringgi terdapat pada kelompok A3-2 yakni sebesar 0,66 kg,
sedangkan yang erendah terdapat pada kelompok A3-4 yakni 0,27 kg.
Kemudian untuk kadaar air teringgi terdapat pada kelompok A3-4 yakni
sebsear 50,91%, sedangkan kadar air terndah terdapat pada kelompok A3-3
yakni sebesar 17,78%.
Pada hakikatnya, setiap tanaman yang berspesies sama yang ditanam
dalam satu populasi dalam satu lahan, akan selalu terjadi persaingan antar
indivudu tanaman baik dalam penggunaan caahaya matahari, air, maupun
unsur hara. Maka pada tumpangsari pun juga terjadi persaingan antar setiap
individu bahkan setiap spesies, karena dalam sistem tanam tumpangsari ada
dua spesies yang ditanam dalam satu lahan yang sama, sehingga persaingan
yang terjadi tersebut akan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan setuiap
individu tanaman yang ada di dalamya.
Ketinggian tanaman tidak bisa dijadikan parameter untuk menetapakan
bahwa suatu tanaman dapat dikatakan memiliki kualitas tumbuh yang baik,
karena justru bebrapa tanaman yang tumbuh tinggi disebabkan jarena
terjadinya etiolasi yakni kecenderungan tumbuhan untuk menjangkau sumber
cahaya dimana dengan keberadaan auksin, tumbuhan akan terus memanjang
sampai titik ujung tumbuhan mendapatkan cahaya yang cukup untuk
menghambat produksi auksin. Penambahan tinggi atau panjang tumbuhan
tanpa disertai pertumbuhan jumlah klorofil menyebabkan terbentuknya warna
hijau pucat. Kemudian pada jumlah daun, semkain banyak jumlah daun maka
proses penguapan yang terjadi akan semakin cepat namun jumlah daun yang
banyak juga mampu membantu proses fotosintesis untuk menghasilkan
fotosintat yangbanyak pula. Jumlah cabang menandakan pertumbuhan yang
baik pada suatu tanaman karena semakin banyak cabang maka menandakan
bahwa tanaman tersebut tumbuh subur dan memiliki kemampuan
berproduktivitas yang tinggi. Lalu pada jumlah bintil pada akar kacang tanah
menandakan bahwa semakin banyak jumlah bintil yang terdapat pada akar
kacang tanah maka semakin banyak jumlah nitrogen yang difiksasi dari udara
bebas dimana nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan oleh
semua tanaman. Berat basah adakah berat mula-mula sedangkan berat kering
adalah berat bahan setelah dilakukan pengeringan. Pengeringan ini dapat
dilakukan dengan cara mengoven bahan sehingga seluruh airnya menguap.
Saat air menguap, otomatis berat bahan akan berkurang. Jumlah pengurangan
ini dianggap sebagai selisih antar berat basah dan berat kering. Perbandingan
dari pengurangan berat dan berat awal inilah yang kemudian diubah menjadi
persen dan kadar air ditemukan. Jika tidak ada penambahan berat kering, maka
berarti tanaman kelebihan air. Perlu diperiksa apa penyebab bertambahnya
kadar air itu, apakah karena cuaca, penyakit, atau karena kondisi tanah yang
terlalu lembab? Jika penyebabnya adalah itu semua, besar kemungkinan berat
kering akan lebih kecil dari kondisi normal. Dan juga, semakin tinggi kadar air
suatu hasil pertanian, maka usia simpannya akan semakin rendah. Hal ini
dikarenakan kadar air menjadikan hasil pertanian tempat yang cocok untuk
pertumbuhan jamur dan serangga. Air merupakan komponen penting dalam
bahan pangan yang dapat mempengaruhi kualitas bahan pangan itu sendiri.
Peningkatan jumlah air dapat mempengaruhi laju kerusakan bahan pangan
oleh proses mikrobiologis, kimiawi, dan enzimatis. Rendahnya kadar air suatu
bahan pangan merupakan salah satu faktor yang dapat membuat bahan
menjadi awet.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada budiaya tumpangsari jagung dengan
kacang tanah, dapat disimpulkan bahwa kedua tanaman tersebut cocok
ditanam secara tumpangsari karena jagung tergolong tanaman C4 dan mampu
beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi serta
bersifat adaptif didaerah panas dan kering dibanding dengan tanaman C3
seperti kacang tanah, sedangkan pada kacang tanah, pertumbuhannya tidak
terlalu bergantung antar sesama kacang tanah karena kacang tanah yang
ditanam secara tumpangsari bersama jagung sudah sedikit terlindung dari
jagung kemudian kacang tanah juga memberikan sumbangan nitrogen kepada
jagung sebab kacang tanah memiliki bintil akar yang mampu memfiksasi
nitrogen dari udara bebas.
Dafar Pustaka
Budiastuti, S. 2000. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada
Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus l.). Diakses pada tanggal
11 November 2015. Pukul 19.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai