Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH JARAK TANAM PADA SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI

SAWAH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komoditi tanaman pangan merupakan komoditi penting untuk memenuhi kebutuhan
pangan, pakan dan industry dalam negeri. Kebutuhan akan komoditi pangan cenderung
meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industry
pangan dan pakan. Pengembangan sector tanaman pangan merupakan salah satu strategi
kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang.
Berbagai upaya peningkatan produksi baik melalui kegiatan peningkatan produktivitas
maupun peningkatan luas tanam, diantaranya melalui penerapan Pengelolaan Tanaman dan
Sumber Daya Terpadu (PTT). Dalam penerapan PTT dalam peningkatan produksi melalui
pengelolaan tanaman, tanah, air, hara dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) secara
menyeluruh dan berkelanjutan.
Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi tanam budidaya padi, antara lain
budidaya system tanam benih langsung (Tabela), system tanam tanpa olah tanah (TOT)
maupun system tanam jajar legowo (Jarwo). System tanam jajar legowo merupakan salah
satu bentuk inovasi teknologi dalam budidaya padi. Teknologi budidaya padi ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pangan utama masyarakat, hal tersebut terkait dengan program
pemeritah yang telah mencanangkan gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
Gerakan P2BN merupakan upaya yang terkoordinasi untuk memasyarakatkan teknologi dan
inovasi baru salah satunya guna meningkatkan produktivitas padi sawah dengan target
produksi padi sebesar 2 juta ton pada tahun 2007 dan diharapkan rata-rata meningkat
sebesar 5% per tahun pada berikutnya (Purwanto, 2008 dalam Misran 2014). Penerapan
system tanam jajar legowo mejadi salah satu inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam
usaha meningkatkan produktivitas padi (Aribawa, 2012).
Prinsip system tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur
jarak tanam. System tanam ini juga memanipulasi tata letak tanaman, sehingga rumpun
tanaman sebagian besar menjadi tanaman pinggir. Penerapan system ini selain
meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah sirkulasi sinar matahari dan
udara di sekeliling tanaman pinggir sehingga tanaman dapat berfotosintesa dengan baik.
Berdasarkan percobaan di sawah lahan kering, system jajar legowo mampu meningkatkan
produksi padi sebesar 15%. Peningkatan tersebut terjadi karena populasi rumpun padi pada
system tanam jajar legowo lebih banyak dari pada system tanam tegel. Adanya jarak tanam
yang lebar dan memperbanyak tanaman pinggir (pemberian tanaman sisipan), maka
populasi tanaman pada system tanam jajar legowo akan meningkat sekitar 33%. Jika pola
tegel menghasilkan populasi 160.000 rumpun per ha maka system jajar legowo 2:1 mampu
menghasilkan 213.300 populasi rumpun per ha, sehingga dengan system tanam jajar legowo
maka diharapkan produktivitas juga lebih tinggi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Tipe system jajar legowo mana yang efisien meningkatkan produktifitas padi sawah
1.2.2 Factor apa saja yang mempengaruhi peningkatan produksi padi sawah

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui tipe system tanam jajar legowo yang efisien untuk meningkatkan
produktifitas padi sawah
1.3.2 Mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi peningkatan produktifitas padi
sawah

1.4 MANFAAT
1.4.1 Memberikan informasi kepada petani padi sawah dalam upaya menerapkan serta
menggunakan tipe system tanam jajar legowo yang tepat dan efisien
1.4.2 Memberikan informasi kepada petani factor apa saja yang mempengaruhi
peningkatan produktivitas padi sawah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Jajar Legowo


Menurut BPTP (2013), system tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan
pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya
ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan.
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah sevara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe
yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian tipe
terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1 dan untuk
mendapat bulir gabah berkualitas benis dicapai oleh legowo 2:1. Modifikasi jarak tanam pada
cara tanam legowobisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam
yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai
pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.
2.1.1 Legowo 2:1
System tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha
sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola
tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini,
seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan.

Gambar 1. Legowo 2:1 (BPTP, 2013)


2.1.2 Legowo 4:1
a. Tipe 1
Sistem tanam legowo tipe 1 merupakan pola tanam legowo 4:1 merupakan
pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini
cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini populasi
mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding
pola tegel (25x25) cm.

Gambar 2. Jajar Legowo 4:1 Tipe 1 (BPTP, 2013)

b. Tipe 2
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya
memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir.
Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya sebesar
6,67 % dibanding pola tegel (25x25) cm. pola ini cocok diterapkan pada lokasi
dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh
tanaman lebih banyak tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu
meminimalkan resiko rebah selama pertumbuhan.
Gambar 3. Jajar Legowo 4:1 Tipe 2 (BPTP, 2013)

1.5 Tanaman Padi Sawah


Padi merupakan tanaman semusim dengan system perakaran serabut. Terdapat dua
macam perakaran padi yaitu akar seminal yang tumbuh dair radikula (akar primer) pada
saat berkecambah, dan akar adventif (akar sekunder) yang bercabang dan tumbuh dari
buku batang muda bagian bawah (Suhartatik, 2008). Akar tanaman padi berfungsi
menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah yang kemudian diangkut ke bagian atas
tanaman (Fitri, 2009). Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-
senyawa kimia dan air dalam tanaman serta sebagai cadangan makanan (Makarim et al.,
2007). Batang padi berbentuk bulat, berongga dan beruas.
Daun tanaman padi memiliki ciri khas yaitu terdapat sisik dan telinga daun. Daun
padi memiliki tulang daun sejajar. Daun padi tumbuh pada batang dan tersusun
berselang-seling pada tiap buku. Jumlah daun pada tanaman padi bergantung pada
varietas. Varietas-varietas baru di daerah tropis memiliki 14-18 daun pada batang tama
(Makarim dan Suhartatik, 2009). Bunga padi adalah bunga telanjang yang mempunyai
perhiasan bunga. Dalam satu tanaman memiliki dua kelamin dengan bakal buah yang di
atas. Bagian-bagian bunga terdiri dari tangkai, bakal buah, lemma, pales, putik dan
benang sari.(Rosadi, 2013).
Pertumbuhan tanaman padi dibagi dalam tiga fase, yaitu fase vegetative (awal
pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial), fase generative/reproduktif
(primordial sampai pembungaan), dan fase pematangan (pembungaan sampai gabah
matang). Fase vegetative merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetative, seperti
pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot, dan luas daun (Makarim, 2009).
Pembentukan primordial tanaman padi tahap reproduktif tanaman padi dimulai dari
keluarnya primordial sampai berbunga. Tinggi dan berat jerami bertambah dengan cepat.
Fase reproduksi tanaman padi dibagi menjadi empat macam fase yaitu fase pertumbuhan
primordial, fase pemanjangan tunas, fase munculnya heading, dan fase munculnya bunga
tanaman padi. Fase reproduktif terjadi saat tanaman berbunga, dengan lama fase
reproduktif untuk kebanyakan varietas padi di daerah tropis umumnya 35 hari dan fase
pematangan sekitar 30 hari. Fase pemasakan tanaman padi ketika terbentuknya bulir padi
yang berisi sampai berwarna kuning-kekuningan dan berat malai bertambah dengan
cepat. Fase pemasakan tersebut merupakan tanda tanaman padi siap dipanen (Wibowo
dan Puji, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan BPTP Sidondo, Kecamatan Sigi
Biroomaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Februari sampai Mei
2016.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, timbangan analitik,
cawan petri, gunting, meter, hand tractor, cangkul, sabit, camera digital dan alat tulis. Bahan
tanaman yang digunakan adalah benih padi varietas mekongga, pupuk urea (250 kg ha -1)
sebagai sumber nitrogen, SP-36 (150 kg ha-1) sebagai sumber fosfor dan KCl (75 kg ha-1)
sebagai sumber kalium.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua factor. Factor
pertama adalah jarak tanam (j) yang terdiri dari dua taraf yaitu (J 1) jarak tanam 20 cm x 20
cm dan (J2) jarak tanam 25 cm x 25 cm; factor yang kedua adalah pola jajar legowo (L)
yang terdiri dari 3 taraf yaitu (L1) pola jajar legowo (2 : 1), (L2) pola jajar legowo (3 : 1),
(L3) pola jajar legowo (4 : 1). Dari kedua factor tersebut diperoleh 6 kombinasi perlakuan.
Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sebagai kelompok sehingga diperlukan 18 petak
percobaan. Pelaksanaan penelitian meliputi pembenihan, pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan dan panen.
3.4 Variabel Pengamatan
Variable pengamatan meliputi komponen tumbuh dan komponen hasil yaitu
tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai