Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

KONSULTASI DI BIDANG PETERNAKAN SECARA


KONSTITUSI/ KELOPMPOK

1. Nama Petani : Yudi Utomo


2. Jabatan : Ketua Kelompok Tani Talang Tirto
3. Alamat : Desa Boilan
4. Hari / Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
5. Permasalahan : Pola Tanam Jajar Legowo

Petani

Yudi Utomo
I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Pemanfaatan teknologi berpeluang untuk menjadi daya ungkit utama peningkatan
produksi dan produktivitas. Seiring dengan perkembangan teknologi maka Badan
Litbang Pertanian menghasilkan teknologi dengan sistem tanam jajar legowo.
Sistem ini diyakini dapat meningkatkan produksi 1-1,5 t/ha dari sistem tegel. Hal ini
disebabkan karena populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai 30%.
Sistem jajar legowo menunjukan mampu meningkatkan produksi padi bila
dibandingkan dengan sistem non jajar legowo sebesar 16,44%. Sistem tanam benih
langsung mampu meningkatkan pendapatan petani sebesar 37,82% melalui
pengurangan biaya produksi.

b. Tujuan
Konsultasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku
utama dalam menerapkan teknologi sistim tanam jajar legowo,

c. Rumusan
Pelaku utama belum memahami sistim tanam jajar legowo.
II. METODE KONSULTASI

a. Gambaran Tentang Responden dan Usahatani-nya


Responden merupakan salah satu petani yang ada di Desa Boilan yang sangat aktif
baik di tingkat kelompok maupun di tingkat Desa, responden merupakan salah satu
pengurus kelompok yang cukup senior, beliau dipercaya oleh anggota untuk
menjadi ketua kelompok tani dari tahun 2015 sampai dengan sekarang, dalam hal
usahatani padi responden mengelolah lahan seluas 1 Ha. Setiap musimnya hasil
yang diperoleh dari usahataninya fluktuatif sekitar 7,2 – 7,6 Ton/Ha GKP.

b. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan konsultasi dilaksanakan pada tanggal 07 Nopember 2018, bertempat
di rumah responden.

c. Teknik Pemberian Konsultasi


Konsultasi dilakukan dengan metode diskusi dan demonstrasi cara.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil (saran yang akan dilaksakan oleh petani)


Dari hasil diskusi dan demonstrasi cara yang dilakukan bersama responden, ada
beberapa saran yang di harapkan bisa ditindak lanjuti oleh responden, yaitu :
- Dengan menggunakan sistim tanam jajar legowo, maka jumlah populasi
tanaman bertambah.
- Dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan sangat memudahkan petani.
- Diharapkan petani dapat melaksanakan pola tanam sistim tanam jajar legowo.

b. Pembahasan (acuan teori, kerangka teori untuk pemecahan masalah)


Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas

dan ”dowo”  berarti memanjang. Sistem jajar Legowo adalah cara tanam padi di

mana padi ditanam dalam beberapa barisan dengan diselingi satu barisan kosong.

Baris tanaman dan baris kosongnya disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua

baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris

tanam per unit legowo disebut legowo 4:1 dan seterusnya.

Manfaat dan tujuan sistem jajar legowo adalah :

1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 20-30%, sehingga diharapkan

akan meningkatkan produksi gabah.

2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah perawatan, baik itu

pemupukan maupun penyemprotan pestisida.

3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit. Tikus tidak suka pada

lahan yang relatif terbuka. Pada lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan

menjadi lebih rendah, sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.

4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian dalam baris tanaman.

5. Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir.

Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo, tanaman akan terpapar sinar

matahari secara lebih optimal. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai

tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga

kualitias gabah juga akan meningkat.

Tipe Sistem Jajar Legowo

Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan

yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1).


Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

tipe sistem tanam jajar legowo yang menghasilkan produksi gabah tinggi adalah tipe

jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk

mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.

1. Tipe Jarwo 2:1

Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi

oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris

sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar

barisan. Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah

menjadi tanaman pinggir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah

ini.

2. Tipe Jarwo 3:1

Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris tanaman diselingi oleh

satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi

tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh

hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di

bawah ini.
Cara Menanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo

1.      Mempersiapkan lahan

– Mula-mula tanah dibajak, kemudian digaru, diberi pupuk kandang dan diratakan.

Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air tidak mengalir di

dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut.

– Setelah tanah diratakan, buatlah parit di bagian pinggir lahan untuk mempermudah

pengaturan air dan membantu pengendalian keong mas.

– Buat garis pada tanam Sistem Jajar Legowo

– Persiapkan alat garis tanam terlebih dahulu. Alat garis tanam ini dapat terbuat

dari kayu yang bergerigi. Untuk membuat gerigi, kita bisa menggunakan besi

atau kayu keras. Pembuatan garis tanam dengan alat bergerigi dapat dibantu

dengan tali, sehingga garis yang dihasilkan akan tampak lurus.

2.  Mempersiapkan bibit

Untuk sistem jajar legowo, benih yang dibutuhkan tergantung pada pilihan legowo

yang akan digunakan (apakah legowo 2:1, 3:1 atau 4:1), jarak tanam dan jumlah bibit

yang akan ditanam per lubangnya.

Kebutuhan benih per hektar untuk sistem Jarwo dihitung sebagai berikut:

Asumsi yang digunakan:

– Jarak tanam 20 x 20 cm

– Bibit yang akan ditanam maksimum 2 bibit per lubang

– Berat 1000 bulir benih rata-rata 27 gram

– Daya tumbuh benih 90 %

– Tambahan 2 kg benih untuk cadangan karena serangan hama


Cara hitung :

Populasi per hektar ={(10.000/Jarak tanam x 10.000/Jarak tanam) x (100% +

100%/ (1+Jumlah legowo))} x Jumlah bibit perlubang

Kebutuhan benih per hektar =(Populasi per hektar/1.000) x 27/1.000

Contoh:

Untuk Jarwo 2:1

Populasi per hektar ={(10.000/20×10.000/20) x (100%+(100%/(1+2))} x 2

={(500×500)x(100%+33,33%)}x2

={250.000×133,33%}x2

= 666.650

Kebutuhan benih per hektar = (666.650/1.000)x(27/1.000)= 18 kg

Asumsi daya tumbuh 90% dan cadangan untuk hama 2Kg, maka benih yang

harus disediakan adalah 22 Kg.

Tabel : kebutuhan benih per hektar untuk Sistem Jajar Legowo dengan asumsi
seperti tersebut di atas

Jarwo                            Benih per ha (Kg) (dengan pembulatan ke nilai desimal

terdekat)

2:1                                              22

     3:1                                               21

   4:1                                               20

3. Menanam bibit

– Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 10-15 hari setelah semai.

Pada umur 10-15 hari bibit masih memperoleh nutrisi dari biji padi, sehingga bibit

lebih mudah beradaptasi.

– Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” atau kondisi tanah yang basah

tetapi tidak tergenang.

– Pada sistem Jarwo, satu lubang tanam diisi satu atau dua bibit padi.
– Bibit ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2—3 cm dengan bentuk perakaran

horizontal (seperti huruf L).

4. Pemupukan

– Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Lakukan pemupukan dari barisan

kosong di antara 2 barisan tanaman. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan

merata, sehingga dalam sekali jalan dapat melalukan pemupukan pada 2 barisan

tanaman. Khusus pada Jarwo 2 : 1, pemupukan boleh dilakukan dengan cara ditabur

di tengah barisan tanaman.

Dalam setiap metode, ada kelebihan ada pula kekurangannya. Pada sistem Jajar

Legowo, benih dan tenaga kerja yang dibutuhkan akan lebih banyak jika dibandingkan

dengan sistem Tegel. Namun demikian, kekurangan tersebut akan diimbangi pula

dengan peningkatan kualitas dan kuantitas gabah yang dihasilkan.


IV. PENUTUP

a. Kesimpulan

Dengan adanya konsultasi dan penyuluhan tentang sistem tanam legowo, petani
merasa puas dan mau melaksanakan / mempraktekkan menanam dengan sistem
tanam legowo sehingga diharapkan dapat menguntungkan petani tersebut.

b. Saran
Diharapkan dari hasil konsultasi ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan pelaku utama dalam menerapkan atau melaksanakan penanaman
dengan cara sistim jajar legowo.

Anda mungkin juga menyukai