Diajukan untuk salah satu syarat tugas Praktikum Budidaya Tanaman Kacang dan
Umbi Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember
Disusun Oleh :
Finisa Fabira (191510101048)
1.2. Tujuan
Pembuatan pengamatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana budidaya
tanaman umbi garut yang baik dan benar, sehingga mampu menghasilkan panen yang
maksimal.
1.3. Manfaat
Manfaat dari pengamatan ini adalah mendapatkan ilmu dalam proses budidaya
tanaman umbi garut yang baik dan benar. Sehingga, dapat dimanfaatkan dan
diterapkan apabila mahasiswa ingin mencoba budidaya tanaman umbi ini.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Hasil
Tanaman umbi garut yang dapat dijadikan benih memiliki tingi kurang
lebih 70 cm. Satu tanaman umbu garut yang tumbuh liar biasanya
menghasilkan 15-20 tunas. Tunas umbi garut dipisahkan dan dapat ditanam
kembali menjadi bibit di lahan budidaya. Pembuatan bibit dapat dilakukan
dengan memotong bagian daun, kemudian ditanam kembali pada lahan
budidaya. Berdasarkan video tersebut tidak ada waktu khusus dalam
penanaman umbi garut yang dapat berpotensi meningkatkan hasil umbi.
Pemupukan untuk budidaya umbi garut dapat dilakukan dengan
menggunakan pupuk kandang. Budidaya tanaman umbi garut dapat dilakukan
secara monokultur maupun tumpang sari. Budidaya tanaman umbi garut akan
lebih efisien dalam penggunaan lahan apabila dilakukan secara tumpang sari
dengan ubi jalar atau tanaman budidaya lainnya. Pengolahan tanah untuk
budidaya umbi garut diawali dengan menggaru tanah, kemudian pada tanah
yang telah digaru ditanami satu bibit umbi garut untuk satu tanam lubang.
Umbi garut dapat dipanen setelah 1 tahun setelah tanam atau ketika batang
mengalami kematian akibat kekeringan (Rangses, 2017).
Tanaman umbi garut dapat dipanen selama dua periode yaitu pada 6-7
bulan setelah tanam dan 8-12 bulan setelah tanam. Pemanenan dilakukan
berdasarkan tujuan pengolahan umbi garut. Pemanenan pertama bertujuan
untuk menjadikan rimpang umbi garut sebagai bahan baku pembuatan
emping, karena pada fase tersebut serat yang terbentuk dari umbi garut masih
belum banyak. Pemanenan umbi garut dapat dilakukan dengan membongkar
rimpang menggunakan garpu atau alat lainnya dan menyisakan sebagian
anakan untuk dipanen pada periode panen kedua.
2.2. Pembahasan
Perlakuan jarak tanam pada tanaman umbi garut ini sangat diperlukan,
karena akan mempengaruhi banyaknya rimpang yang dihasilkan serta berat
umbinya. Berdasarkan hasil penelitian (Yudianto., et al, 2015) jarak tanam
yang ideal dalam proses budidaya tanaman ubi garut adalah 30 x 50 cm
dengan penumbuhan sebanyak 3 kali. Penerapan jarak tanam tersebut
meningkatkan jumlah rimpang dan panjang rimpang pertanaman yang
ditunjang oleh indikator jumlah anakan, ttinggi tanaman, jumlah daun, dan
luas daun pertanaman. Oleh karena itu, hasil patinya menjadi 24,81% -
27,82% sehingga sesuai dengan harapan konsumen.
Hasil pati pada umbi garut juga dapat ditingkatkan dengan memberikan
pupuk bokasi 3% dari bobot tanah atau sekitar 48 kg. Perlakuan ini dinilai
mampu meningkatkan hasil pati umbi sebanyak 19,634%, namun perlakuan
ini memiliki kecenderungan peningkatan secara linier. Kedalaman tanam juga
berpengaruh dalam meningkatkan volume umbi per tanaman, bobot segar
umbi, dan produksi persatuan luas, yakni sedalam 20 cm. Sementara itu,
kedalaman tanam 30 cm, dinilai mampu meningkatkan kandungan pati pada
tanaman umbi garut yakni sebanyak 18,737%(Rudianto., et al, 2013).
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ranges. 2017. Panduan Budidaya Tanaman Garut untuk Pemula dari Pembibitan
Sampai Panen. https://www.youtube.com/watch?
v=pqN_h9GgyjU( Diakses 22 Mei 2022)
Yudianto, A. A., Fajriani, S. and Aini, N. (2015) ‘Pengaruh Jarak Tanam dan
Frekuensi Pembumbunan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Garut
(Marantha arundinaceae L.)’, Jurnal Produksi Tanaman, 3(3), pp. 172–
181.
Yulianto, D., E, Patola., Sarwono. 2016. Pengaruh macam media tanam dan dosis
pupuk kcl terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman garut, (2), pp. 56–64.