Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TATALAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN PETERNAKAN RAKYAT

PRAKTIKUM II
PERTANAMAN CAMPURAN

OLEH

NAMA : KIKI ANDRI SEPRIANYSAH


AS NIM 2003511002
KEL/GEL : XIV (EMPAT BELAS)/II
(DUA) WAKTU : MINGGU, 17 APRIL 2022
ASISTEN : MUSDALIPA

LABORATORIUM TANAMAN PAKAN DAN PASTURA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis

tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian

pertanaman campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling

mempengaruhi antara komponen pertanaman yang berlangsung selama periode

pertumbuhan tanaman yang mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih

tanaman tersebut. (Neni, 2018)

Rumput gajah mini (P. purpureum cv. Mott) merupakan jenis rumput

unggul karena produktivitas dan kandungan zat gizi cukup tinggi serta memiliki

palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Rumput ini dapat hidup di

berbagai tempat, toleran naungan, respon terhadap pemupukan dan

menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. (Sirait et al. 2015)

Tanaman gliricidia biasa disebut Gamal terdiri atas dua spesies, yaitu yang

berbunga merah muda dan berbunga putih. Di Indonesia yang banyak ditanam

adalah gliricidia yang memiliki bunga berwarna merah muda. Awalnya gamal

berasal dari daerah Amerika Tengah dan Brazilia. Ada yang hidup dipermukaan

laut tetapi juga dapat ditemukan pada dataran tinggi. Gamal berbentuk semak,

pohon dengan daun yang mejemuk bersirip ganjil. (Susilo, 2015).

Beberapa syarat perlu diperhatikan pada tanaman campuran, yaitu dapat

menimbun N, tanaman tahunan yang berumur pendek, spesies-spesies yang

permanen, tanaman yang tumbuh rapat, rendah dan lambat berbunga. Salah satu
keuntungan dari sistem pertanaman campuran adalah dapat meningkatkan

produktivitas lahan per satuan luas dan untuk meningkatkan kualitas hijauan.

Pola pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa meningkatan

produksi hijauan, dibandingkan dengan pertanaman monokultur. Hal inilah

yang melatarbelakangi pada praktikum ini.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai pertanaman campuran yaitu untuk mengetahui

pertumbuhan tanaman, mengetahui jumlah daun, jumlah anakan, dan luas daun

selama satu bulan jika penanaman dilakukan secara polikultur.

Kegunaan dilakukannya Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai pertanaman campuran yaitu untuk mempelajari

pertumbuhan tanaman, mengetahui jumlah daun, jumlah anakan, dan luas daun

selama satu bulan jika penanaman dilakukan secara polikultur.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Pertanaman Campuran

Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis

tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian

pertanaman campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling mempengaruhi

antara komponen pertanaman yang berlangsung selama periode pertumbuhan

tanaman yang mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih tanaman tersebut.

(Neni, 2018)

Pada saat proses penanaman tanaman pada pertanaman campuran,

penanaman dilakukan dengan cara selang-seling. Ini dilakukan agar tanaman tidak

saling mencuri nitrogen dan justru saling memberikan keuntungan. Selain itu, jika

penanaman dilakukan secara linear atau sejajar dengan tanaman dengan jenis yang

sama, maka upaya penanaman campuran atau polikultur akan tumbuh menjadi

monokultur. (Udin, 2019)

Pada pertanaman campuran antara rumput dan legum terjadi Biological

Nitrogen Fixation (BNF) yaitu legum mampu menghasilkan N2 sebagai 3

pengganti pupuk kimia terutama N, sehingga dapat menghasilkan produksi

biomassa hijauan pakan (Hasan, dkk 2016).


Tinjauan Umum Rumput Gajah Mini (P. purpureum cv. Mott)

Rumput gajah mini (P. purpureum cv. Mott) merupakan jenis rumput

unggul karena produktivitas dan kandungan zat gizi cukup tinggi serta memiliki

palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Rumput ini dapat hidup di berbagai

tempat, toleran naungan, respon terhadap pemupukan dan menghendaki tingkat

kesuburan tanah yang tinggi. (Sirait et al. 2015)

Rumput gajah mini ditanam dan dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai

pakan ternak ruminansia, baik untuk ruminansia kecil maupun ruminansia besar.

Rumput ini dapat digunakan sebagai pakan dalam bentuk segar maupun olahan

(silase atau hay). (Sirait et al. 2015)

Keunggulan rumput gajah mini antara lain tahan kekeringan, hanya bisa

dipropagasi melalui metode vegetatif, zat gizi yang cukup tinggi dan memiliki

palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia Keunggulan rumput gajah mini

yaitu batang relatif pendek dan empuk, pertumbuhannya relatif cepat, daun lembut

dan tidak berbulu, mampu 6 beradaptasi dengan kondisi lahan, tidak memerlukan

perawatan khusus, dalam satu rumpun terdapat 50–80 batang dan sangat disukai

ternak ruminansia dibandingkan rumput lainnya. (Widodo, 2015)


.Tinjauan Umum Gamal (Gliricidia sepium)

Tanaman gliricidia biasa disebut Gamal terdiri atas dua spesies, yaitu yang

berbunga merah muda dan berbunga putih. Di Indonesia yang banyak ditanam

adalah gliricidia yang memiliki bunga berwarna merah muda. Awalnya gamal

berasal dari daerah Amerika Tengah dan Brazilia. Ada yang hidup dipermukaan

laut tetapi juga dapat ditemukan pada ketinggian 1200 m. Gamal berbentuk semak,

pohon dengan daun yang mejemuk bersirip ganjil. (N.L Artaningsih, 2018).

Gamal merupakan jenis perdu atau pohon dengan tinggi mencapai 10-15

meter (33-50 kaki), tumbuh baik pada pH 5,0-8,5. Batangnya tegak dengan

permukaan kulit yang halus, beralur dan berwarna coklat keabu-abuan. Daunnya

majemuk menyirip dengan jumlah daun 7-17 pasang dengan posisi saling

berhadapan kecuali di bagian ujung ibu tangkai daun, helaian daun berbentuk

jorong atau lanset, dengan panjang 15-30 cm, berambut ketika muda, ujung daun

runcing dengan pangkal daun membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau

datas dan keputih-putihan di sisi bawahnya. Umumnya daun tananam gamal gugur

di musim kemarau. Gamal memiliki bagian tubuh yang lengkap seperti daun,

batang, bunga, buah, biji, dan akar. (N.L Artaningsih, 2018).

Gamal sebagai pakan ternak dapat diberikan sebagai sumber pakan hijauan

tunggal. Tanaman ini baik juga sebagai pelengkap kebutuhan protein dari ternak

yang diberikan pakan rumput. Pemberian Gamal dianjurkan dalam kondisi sedikit

layu untuk mengurangi zat anti nutrisi yang terdapat didalamnya. Sehingga gamal

biasanya dijadikan silase untuk pakan trnak oleh para Peternak di Indonesia. (Ditjen

PKH, 2020)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum uji defoliasi ini dilaksanakan pada hari Minggu, 17 April 2022

di Laboratorium Tanaman Pakan dan Pasturan Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Pertanaman Campuran Tatalaksana

Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat adalah cangkul, parang, timba

air/botol, dan meteran.

Bahan yang digunakan pada praktikum Pertanaman Campuran Tatalaksana

Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat adalah tali raffia, patok, air, stek

gamal dan rumput gajah mini.

Prosedur Kerja

Sebelum pertanaman campuran dilakukan terlebih dahulu dilakukan

pembersihan lahan dari semak-semak dan gulma yang tumbuh di sekitar lahan yang

akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Setelah dilakukan pembersihan,

selanjutnya membbuat petakan dengan ukuran 2 x 2 meter persegi kemudian

dilakukan penanaman campuran antara rumput gajah mini dan stek gamal dengan

jarak tanaman 50 cm. Lalu setelah itu lakukan penyiraman pada tanaman.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan


Rakyat mengenai pertanaman campuran didaptakan hasil seperti table I :
Table 1 Hasil pengamatan

Ketinggian Defoliasi (Interval 10 Hari)


Petak I Petak II Petak III Petak IV
Parameter
5cm 10cm 15cm Kontrol

Jumlah Anakan 41 98 66 49
Tinggi 48 cm 46 cm 30 cm 93 cm
Berat Segar 19,3 gr 33,8 gr 12,6 gr -
Berat Kering 5 gr 7 gr 9 gr -
Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Kelompok 14 Tatalaksana Padang Pengembalaan
Peternakan Rakyat, 2022

Berdasarkan hasil praktikum mengenai pengaruh interval defoliasi terhadap

produktivitas hijauan, dan pengaruh ketinggian defoliasi terhadap produktivitas

hijauan maka diperoleh sebuah hasil yaitu berat tanaman untuk setiap ketinggian

defoliasi berbeda dengan interval yang sama yaitu 10 hari memiliki hasil yang

berbeda-beda, dimana untuk perlakuan pada petak I (5 cm) menghasilkan berat

segar 19,3 gr, berat kering 5 gr, ketinggian 48 cm, dan jumlah anakan sebayak 41.

Untuk petak II (10 cm) menghasilkan berat segar 33,8 gr, berat kering 7gr,

ketinggian 46 cm, dan jumlah anakan sebanyak 98. Untuk petak III (15 cm)

menghasilkan berat segar 12,6 gr, berat kering 9 gr, ketinggian 30 cm, dan jumlah

anakan 30. Untuk petak ke- IV karena hanya sebagai control maka tidak diberikan

perlakuan sehingga tidak di defoliasi namun setelah interval 10 hari ketinggiannya

menjadi 98 cm dengan jumlah anakan sebanyak 49 buah.

Jumlah anakan berbeda tiap perlakuan. Dari table diatas, kita dapat melihat

bahwa jumlah anakan terbanyak dihasilkan pada petak ke-II yaitu sebanyak 98 yang
kemudian disusul dengan petak III (15 cm) dan yang paling sedikit adalah petak I

(5 cm). Sehingga ketinggian defoliasi mempengaruhi jumlah anakan yang tumbuh.

Hal ini sesuai dengan pendapat R.R Ningalo Dkk (2017) yang mengatakan bahwa

Defoliasi meningkatkan jumlah filokron dan jumlah anakan serta merangsang

perkembangan akar, kebutuhan nitrogen untuk menghasilkan anakan lebih banyak

dari pada untuk menghasilkan filokron.

Ketinggian tiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda juga, dapat

dilihat dari table diatas bahwa pada petak I (5cm) memiliki ketinggian 48 cm yang

merupakan hasil tertinggi dibandingkan petak II (10 cm) yang memiliki ketinggian

46 cm, hasil yang cukup jauh pun diperoleh dari petak ke III (15 cm) yang hanya

memiliki ketinggian 30 cm. Dapat disimpulkan bahwa ketinggian pemotongan akan

mempengaruhi ketinggian pertumbuhan tanaman. Jika semakin tinggi jarak

pemotongan dari permukaan tanah, maka akan semakin lambat laju

pertumbuhannya.

Berat segar yang dihasilkan pada tiap petak pun beragam. Pada petak

pertama yang memiliki berat segar seberat 19,3 gr memiliki selisih yang cukup jauh

dibandingkan petak II yang memiliki berat segar 33,8 gr. Tentu pada petak III pun

memiliki berat yang cukup jauh perbedaannya yaitu hanya 12,6 gr saja sehingga

dapat kita simpulkan bahwa perlakuan pada petak II(10 cm) lebih menghasilkan

daun dengan berat segar yang cukup banyak

Pada parameter berat kering pun juga menunjukkan hasil yang berbeda yang

dimana pada petak I menghasilkan 5 gr berat kering, petak II 7 gr, dan petak III

seberat 9 gr. Pada table I dapat kita lihat bahwa petak II memiliki berat segar yang
jauh lebih berat dibandingkan petak III. Ada beberapa variable yang membuat berat

kering petak III lebih berat dibanding petak II, diantaranya adalah tingkat kering

yang berbeda, dan tempat pengeringan yang berbeda sehingga menghasilkan berat

yang berbeda pula.

Penyebab perbedaan berat dan jumlah anakan yang tumbuh adalah

perbedaan ketinggian pada saat pemotongan sehingga akan mempengaruhi ukuran

tanaman yang akan tumbuh. Pada praktikum ini didapatkan pada perlakuan 10 cm

memiliki tingkat regrowth, dan jumlah anakan yang lebih tinggi dan banyak

dibandingkan perlakuan 5 cm dan 15 cm. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa

pemotongan yang optimal pada rumput dengan interval 10 hari yaitu 10 cm.

Anda mungkin juga menyukai