Anda di halaman 1dari 8

Tpt kacang tanah

Fase pertumbuhan tanaman kacang tanah

Fase vegetatif tanaman kacang tanah terjadi pada pertumbuhan akar, daun, dan batang baru.
Fase ini terkait dengan tiga proses kritis: (1)pembelahan sel , (2)pemanjanagn sel, dan (3)
tahap awal dalam proses diferensiasi (Suketi, 2010 : safei, 2017). Fase vegetatif di kacang
tanah dimulai pada kecambahan 13 dan berakhir pada awal periode pembungaan, yang
berlangsung antara 26 dan 31 hari setelah tanam. Fase berikutnya disebut fase reproduksi.
Tiga tahap yang terdiri dari fase vegetatif ini adalah kecambahan, kotiledon, dan daun
bertangkai empat. (tetrafoliate) ( Trustinah 1993 : Safei, 2017)

Tahap reproduksi terjadi dalam perkembangan dan pertumbuhan kuncup-kuncup bunga,


buah, dan biji, atau dalam pembentukan dan disintegrasi struktur makanan, akar-akar, dan
batang. (Suketi, 2010: Safei, 2017). Fase regenerasi didasarkan pada keberadaan bunga, buah,
dan biji. Menurut Boote (1982 : Safei, 2017), fase regeneratif tanah liat dibagi menjadi
delapan tahap: (1) mulai berbunga (R1) pada 27–37 hari setelah tanam (HST); (2)
pembentukan ginofor (R2) pada 32–36 HST; (3) pembentukan polong (R3) pada 40–45 HST,
(4) polong penu h/maximum (R4) pada 44–52 HST dan (5) pembentukan biji (R5) pada 52–
57 HST.

Fase vegetatif tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan
antara 26 sampai dengan 31 hari setelah tanam dan selebihnya adalah fase reproduktif. Fase
vegetatif terdiri dari 3 stadia yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon, dan perkembangan
daun bertangkai empat (tetrafoliate). Proses perkecambahan hingga munculnya kotiledon ke
permukaan tanah berlangsung selama 4-6 hari. Keesokan harinya kotiledon tersebut terbuka
(Trustinah, 1986 dalam Subantoro, 2016). Setelah pemunculan dan terbukanya kotiledon,
batang akan memanjang dan tunas pucuk akan berkembang diikuti oleh perkembangan dua
tunas (lateral). Daun kacang tanah muncul dari buku pada batang utama atau cabang (Lubis
A,. 2008: subantoro, 2016).

Subantoro, R. (2014). Pengaruh cekaman kekeringan terhadap respon fisiologis


perkecambahan benih kacang tanah (Arachis hypogaea L). Mediagro, 10(2).

SAFEI, M. A. (2017). PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK CAIR


BIOSLURRY TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG
TAN
AH (Arachis hypogaea L.).

Tekbik budidaya kacang tanah

1. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan merupakan salah-satu upaya yang dapat dilakukan untuk


memeprmudah proses penanaman dan pertumbuhan serta perkembangan tanaman
yang akan dibudidayakan. Pengolahan lahan sendiri mempunyai dua tujuan yaitu,
memperbaiki kondisi fisik lahan agar menjadi lebih gembur setelah penanaman
sebelumnya. Dan mengurangi populasi gulma yang dapat menganggu pertumbuhan
dan perkembangan dari tanaman yang akan dibudidayakan.

Pengolahan tanah sempurna merupakan pengolahan tanah yang lazim dilakukan


secara intensif yaitu dua kali dibajak dan digaru dengan tujuan agar tanah menjadi
gembur, remah, bersih dari sisa-sisa tanaman sebelumnya serta bersih dari gulma.
Dengan demikian tanaman mampu membentuk sistem perakaran yang lebih dalam,
leluasa, dan mempengaruhi penyerapan unsur hara dan air. Kandungan air tanah
dipengaruhi oleh perbedaan sistem pengolahan tanah yaitu kandungan air tanah lebih
tinggi terdapat pada tanah tanpa diolah diikuti pengolahan tanah terbatas (Girsang,
1999).

Dalam tanah bertekstur liat atau dengan banyak abu dan lempung, bedengan harus
berukuran dua meter, dengan lima jalur tanaman di atasnya. Ini bertujuan untuk
mempercepat drainase dan pengatusan tanah. Jika kacang tanah ditanam tanpa
bedengan dan dengan tanah yang diolah secara dangkal, ini akan berdampak negatif
pada hasil karena pertumbuhan tanaman akan kurang baik. Pengolahan tanah sedalam
25 cm dan lebar bedengan 4 m menghasilkan polong kering 1,68 ton/ha lebih banyak
dibandingkan dengan pengolahan tanah sedalam 15 cm dan tanpa bedengan, yang
menghasilkan 1,34 ton/ha lebih sedikit (Adisarwanto dan Rahmianna, 1991). Saluran
ini digunakan untuk irigasi apabila ada kelebihan air dan juga dipakai untuk saluran
irigasi apabila diperlukan tambahan air. Saluran patusan ini dibuat dengan lebar ±25
cm dengan kedalaman ±25 cm (Balitkabi, 2015).

Pertumbuhan vegetatif, generatif, dan fenologi tanaman dipengaruhi oleh cara


pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang sempurna menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman seperti luas daun, jumlah bunga, berat kering, dan jumlah
polong isi, bobot kering polong, dan bobot biji per tanaman) lebih baik dibandingkan
dengan pengolahan tanah terbatas dan tanpa pengolahan tanah. Selain itu, tanaman
yang ditanam pada lahan tanpa pengolahan tanah kurang mempercepat pembungaan
dan panen.

2. Daya tumbuh benih yang baik adalah lebih dari 90%, dan sebelum benih ditanam,
sangat disarankan untuk melakukan uji daya tumbuh. Biji kacang tanah yang dipilih
untuk benih harus tua, bernas, dan tidak sakit. (tidak kotor). Pertanaman yang akan
menghasilkan hasil polongnya untuk benih harus dipanen ketika polong sudah masak
secara fisiologis—paling tidak 80% dari jumlah polong bernas dan kulit bagian
dalamnya berwarna coklat kehitaman. Karena perbedaan musim tanam dan iklim di
setiap wilayah, umur panen tidak dapat digunakan sebagai standar yang pasti dan
tidak dapat diterapkan untuk semua wilayah.

3. Penanaman dengan meletakkan benih mengikuti jalur bajak juga dapat dilakukan,
asalkan benih kacang tanah diletakkan pada jarak teratur. Benih dimasukkan ke dalam
lubang tanam sedalam kira-kira ±3-5 cm, dua biji per lubang. Kemudian, tanah halus
digunakan untuk menutup lubang tanam untuk memastikan bahwa benih tetap
terhubung dengan air tanah, yang mengurangi serangan hama dan kerusakan benih
karena banyaknya air di dalam lubang tanam. Tajuk tanaman atau jarak tanam yang
semakin rapat dapat mengurangi kualitas cahaya yang diterima, jarak tanam dalam
baris yang semakin rapat meningkatkan tinggi tanaman kacang tanah. Signal Sinar
hijau dipantulkan atau diteruskan, sedangkan biru dan infra merah banyak diserap.
Pemanjangan batang disebabkan oleh peningkatan sinar infra merah saat cahaya
menutup tajuk tanaman (Supriyadi et al., 1986).
4. Kacang tanah lebih tahan kekeringan. Namun, tanaman memerlukan jumlah air yang
cukup selama fase penting pertumbuhan, yaitu fase perkecambahan, pembungaan, dan
pengisian polong. Pada fase-fase kritis ini, apabila air tidak tersedia, pertumbuhan
tanaman terhambat, yang mengakibatkan penurunan hasil polong. Ketika kacang
tanah ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi dan tanaman hanya
bergantung pada air yang tersisa dari pertanaman padi, hasil polong sangat rendah. Ini
ditunjukkan dengan rendahnya indeks panen per hektar dan hasil polong kering. Hasil
polong meningkat secara signifikan ketika pengairan terbatas baik pada fase vegetatif
maupun generatif (Prastowo et al., 1992). Akibatnya, pengairan tanaman harus
dilakukan pada waktu yang tepat dan air tidak harus menggenang dalam petakan
terlalu lama.
5. Karena pertumbuhan kanopi yang lambat dan jarak tanam antar baris yang lebar (40
cm) sehingga kacang tanah lebih mudah tumbuh gulma pada fase awal
perkecambahan dan selama pertumbuhan vegetatif. ruang antara tanaman Ini
menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan gulma, terutama spesies
gulma yang tahan terhadap naungan. Jumlah perkecambahan yang rendah dan
populasi kacang tanah yang rendah juga dapat menjadi penyebab besarnya investasi
gulma di lahan kacang tanah. Karena gulma tidak mengalami persaingan yang
signifikan terhadap unsur hara, cahaya, dan air, tanaman dengan kerapatan yang lebih
rendah dapat tumbuh lebih cepat (Balitkabi, 2015). Saat penyiangan gulma yang tepat
sebenarnya tergantung pada populasi gulma di lapang. Penyiangan seyogyanya
dilaksanakan sebelum tanaman berbunga. Manfaat dari penyiangan antara lain: a)
Menekan persaingan unsur-unsur hara antara tanaman dengan gulma. b)
Memperkecil/mengurangi sumber serangan hama-penyakit. c) Mempermudah
pemeliharaan dan panen. d) Menggemburkan tanah.
6.

Teknik budidaya kacang tanah yang perlu dilakukan untuk produksi kacang tanah menurut
kolo dan kune (2016) adalah persiapan benih, pembersihan dan pengolahan lahan,
penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

1. Benih yang digunakan adalah kacang tanah yang kulitnya masih ada dan disimpan setelah
panen tahun sebelumnya dana ada juga benih yang dibeli. Setelah kacang tanah dikupas,
benih yang baik dipilih untuk ditanam. Petani di lokasi penelitian menggunakan benih yang
berbiji besar dan tidak rusak. Setelah disortir sesuai dengan luas lahan yang akan ditanam,
benih dimasukkan kembali ke dalam karung atau bakul dan disimpan di tempat yang kering.
Sebagian besar petani menempatkan kacang tanah di dekat api untuk mencegah benih yang
disiapkan rusak. Satu minggu sebelum ditanam, benih dipersiapkan.

2. Pembersihan dan Pengolahan Lahan: pada tahap ini semua tanaman atau gulma yang
tertinggal dari penanaman sebelumnya dibersikan atau dibakar untuk menghindari adanya
hama atau penyakit yang bisa menyerang tanaman kacang tanah yang akan ditanam.
3. Penanaman: Penanaman dimulai dengan membuat lubang tanam menggunakan sebatang
kayu dengan panjang minimal 1 meter dan ditugal dengan jarak 40 x 20 cm. Dalam setiap
lubang tanam, masukkan 2 biji kacang tanah, dan kemudian tutup kembali dengan tanah.

4. Pemeliharaan: Setelah penanaman, kacang tanah akan mulai tumbuh atau berkecambah
pada umur 4 hingga 7 hari setelah tanam. Pemeliharaan berikutnya dilakukan dua kali.
Penyiangan gulma dilakukan pada usia tanaman dua hingga tiga minggu dengan
menggunakan linggis kecil yang disebut tofa. Tujuan penyiangan pertama adalah untuk
membersihkan gulma dan menggemburkan tanah sehingga akar kacang tanah dapat tumbuh
dengan baik. Penyiangan kedua dilakukan pada usia kacang tanah 40-50 hari dengan tujuan
pembersihan gulma agar tidak mengganggu kacang tanah pada tahap pengisian polong.

5. Panen dan Pasca Panen Pemanenan dilakukan setelah Kacang Tanah berumur 100 hari(3
bulan), kacang tanah digali kemudian dipisahkan dari daun dan batangnya. Hasil dari kacang
yang dipanen kemudian disortir, bagian dari kacang tanah yang rusak dipisahkan dari bagian
kacang tanah yang baik

Kolo, K., & Kune, S. J. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani
Kacang Tanah di Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah
Utara. Agrimor, 1(03), 39-41.

Siahaan, S. H., Saragih, W. M., Siahaan, F., Aruan, Y. G. O., & Tampubolon, J. E. J.
(2021). Kajian Informasi Karakteristik Budidaya Jagung Desa Siboruon Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Indonesian Journal Of
Community Service, 1(3), 626-635.
Jagung merupakan salah-satu komoditas pangan yang paling banyak dibudidayakan setelah
padi di Indonesia, hal ini dikarenakan selain untuk sumber pangan bagi masyarakat, bagian
jagung seperti daun dan batagnya juga banyak digunakan untuk pakan ternak. Untuk itu,
dalam meningkatkan hasil produksi dari tanaman jagung, perlu dilakukan teknik budidaya.
Pada penelitian dari Siahaan et al., (2021) teknik budidaya jagung terbagi atas: pemilihan
Varietas, Penyiapan, Penanaman, Pemupukan, Penyiangan, Pengendalian hama dan penyakit,
Pengairan, serta Panen dan Pasca Panen. sedangkan mengutip dari BTBP kalsel, (2015)
bahwa untuk meningkatkan produksi tanaman jagung perlu dilakukan beberapa hal dibawah
ini, yaitu:

1. Penentuan waktu tanam

Dalam hal penentuan waktu tanam ini, hal yang harus diperhatikan adalah ada atau
tidak nya air yang akan dibutuhkan oleh tanaman jagung selama masa pertumbuhan.
Jika penanaman dilakukan pada musim kemarau dan ketersedian air juga minim maka
pertumbuhan dari tanaman juga gak akan maksimal yang menyebabkan tanaman
kerdil. Dan jika pada musim hujan, jika drainase yang digunakan juga tidak lancar
maka tanaman akan tergenang sehingg tanaman akan mengalami busuk akar.
Sehingga penentuan waktu tanam ini merupakan salah-satu teknik budidaya yang
harus diperhatikan.

2. Persiapan lahan

Persiapan untuk lahan jagung sendiri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
- Lahan tanpa olah (TOT) atau olah tanah minimum. Ini biasanya dilakukan pada
tanah lahan basah atau lahan sawah yang awalnya ditanam padi dan dilakukan
rotasi tanam untuk tanaman yang membutuhkan lahan kering. Lahan tanpa olah
ini, biasanya hanya membersihkan lahan dari gulma-gulma.
- Olah tanah sempurna (OTS), berbalik dari lahan tanpa olah, pengelohan tanah
sempurna ini lebih melibatkan pengolahan tanah menggunakan bajak yang ditarik
oleh traktor, sapi, atau alat lainnya. Setelah itu, tanah digaru dan disisir untuk
lebih meratakan permukaan tanah.

3. Persiapan tanam

Persiapan tanam ini, meliputi: Pemilihan varietas dan biasanya berdasarkan pada
kesesuaian lokasi, ketahanan terhadap OPT dan keinginan petani. Penggunaan
varietas unggul akan memberikan hasil yang tinggi. Pilih varietas dengan benih
berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan lingkungan setempat.
Misalnya, benih bermutu mempunyai tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang
tinggi (>95%) dan berlabel. Benih bermutu akan tumbuh serentak dan lebih cepat,
menghasilkan tanaman yang sehat, tahan rebah, seragam dan berpotensi hasil
tinggi. Keperluan benih 20 kg/ha. Perlakuan benih (seed treatment) menggunakan
metalaksil mencegah penyakit bulai.

4. Penanaman

Jarak tanam yang disarankan untuk menanam jagung adalah 70-80 cm x 20 cm


dengan 1 tanaman per lubang atau 70-80 cm x 40 cm dengan 2 tanaman per lubang.
Benih dengan daya tumbuh lebih dari 95% dapat menanam 66.000 hingga 75.000
tanaman per ha. Peningkatan hasil masih dapat dilakukan dengan menggunakan
sistem tanam jajar legowo dan pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang dan
Petroganik (Kusnarta dan Sudika, 2017). Sistem tanam jajar legowo menyebabkan
jumlah tanaman per satuan lebih banyak, sehingga hasil lebh tinggi (Wahyudin et al.,
2017). Untuk penanaman sendiri, tahap awal yang biasanya dilakukan adalah,
masukkan benih ke dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah atau pupuk kandang.
Untuk budidaya jagung, tidak disarankan untuk menyulam karena tanaman sulaman
biasanya tidak menghasilkan biji yang optimal. Untuk persiapan penyulaman, benih
ditanam pada polybag pada hari yang sama dengan penanaman di lapangan karena
tanaman harus sama umurnya dengan tanaman yang mati dan harus berumur sekitar
satu minggu.

5. Pemupukan

Dalam peningkatan produksi tanaman jagung, pupuk yang dapat diberikan adalah:
- Pupuk kandang diberikan pada lubang tanam dengan jumlah 1-3 ton/ha.
- Pupuk yang diberikan termasuk urea 450 kg/ha, SP-36 100-150 kg/ha, dan KCL
50-100 kg/ha. Pupuk ini diberikan dua kali, yaitu pada usia 7–10 hari setelah
tanam, 150 kg urea, seluruh dosis SP36 dan KCI, dan sisa urea 300 kg diberikan
pada usia 30–35 hari setelah tanam.
- Jika menggunakan pupuk majemuk, pupuk harus diberikan dua kali per ha, yaitu
300 kg urea, 350 kg phonska, dan 100 kg KCL per ha. Ini dilakukan selama 7–10
hari setelah tanam, dan pada 30–35 hari setelah tanam, sisa urea dan phonska 100
kg diberikan. Pada lahan kering pemberian pupuk P dan K dapat menggunakan
PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering) dan untuk pemberian N (Urea)
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dimulai pada umur tanaman 40-45 hari
setelah tanam.
6. Pemeliharaan tanaman
Pemerliharan tanaman jagung sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,
penyiangan (7-14 HST), penyiangan, pembubunan, dan pengairan (15-30 Hst) dan
pada pengairan sendiri disaat musim kemarau dapat dilakukan hingga 70 hst.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman jagung sendiri itu adalah bulai. Dan
penyakit ini biasanya bisa dkendalikan dengan perendaman benih menggunakan
ridomil. Dan hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung adalha hama
penggerek batang yang dapat dikendalikan dengan pemberian furudan lewat pucuk
kurang lebih 3-4 butir/tanaman.
8. Panen
Ciri-ciri jagung yang diap panen ialah diantaranya, kelobot jagung berwarna cokelat,
kering, rambut hitam dan biji yang mengkilap dan bila ditekan pada bijinya itu tidak
membekas.
Cara panen dari jagung sendiri itu: jika kering di pohon dapat langsung dipanen dan
dimasukkan ke dalam mesin untuk dirontokkan akan tetapi jika masih dalam keadaan
basah dapat dijemur terlebih dahulu kemudian dirontokkan. Kadar air panen biasanya
sekita 28-30% sehingga jika jagung akan disimpan lebih baik dikeringkan samapi
kadar airnya 14%.

Kusnarta dan Sudika. 2017. Kajian Daya Hasil Berbagai Umur Panen Tanaman Jagung Melalui
Pengaturan Teknik Budidaya Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan Di Lahan Kering.
(Laporan Hasil Penelitian Tahun I).

Wahyudin, A., Y. Yuwariah, F.Y. Wicaksono dan R.A.G. Bajri. 2017. Respons jagung (Zea mays
l.) akibat jarak tanam pada sistem tanam legowo (2:1) dan berbagai dosis pupuk nitrogen
pada tanah inceptisol Jatinangor. Jurnal Kultivasi Vol. 16 (3): 507 – 513

Kalsel, B. P. T. P. (2015). BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG. Teknik budidaya jagung

Siahaan, S. H., Saragih, W. M., Siahaan, F., Aruan, Y. G. O., & Tampubolon, J. E. J.
(2021). Kajian Informasi Karakteristik Budidaya Jagung Desa Siboruon Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Indonesian Journal Of
Community Service, 1(3), 626-635.

Anda mungkin juga menyukai