NPM : 2105101050061
Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan nasional yang harus
diupayakan ketersediaannya tercukupi sepanjang tahun. Kebutuhan yang selalu meningkat atas
bahan pangan beras perlu diimbangi dengan perluasan areal pertanian dan pengusahaan
pengelolaan lahan yang lebih intensif. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo)
yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting
adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut. Budidaya tanaman padi di lahan kering
misalkan padi gogo yang dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah. Sedangkan
persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor
iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi
gogo. Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan. Padi
gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan
curah hujan.
Kegiatan budidaya tanaman padi di lahan kering dimulai dengan penanaman yang dapat
dilakukan pada musim kemarau, penanaman dilakukan secara tugal (3 biji/lubang), jarak tanam 20
x 20 cm dengan penggunaan dosis pupuk per hektar Urea 150 kg, SP-36 250 kg, KCl 75 kg. Pupuk
Urea diberikan 3 kali, masing-masing 1/3 bagian pada saat tanam umur 4 minggu dan saat tumbuh
2 primordial. Pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam. Penyiangan dilakukan
pada umur 45 hari atau disesuaikan keadaan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
bila telah menunjukkan gejala serangan. Lalat bibit dan ulat tanah dicegah dengan Furadan 17
kg/ha. Panen dilakukan bila 85% tanaman telah menguning dengan tanda sebagian daun bendera
mengering, kerontokan gabah 25- 30% bila malai diremas dengan tanah, dan kadar air gabah 22-
25%.
Sistem budidaya tanaman pangan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pertanian
lahan sawah dan pertanian lahan kering. Pertanian lahan sawah memberikan sumbangan cukup
besar terhadap subsektor tanaman pangan dengan usaha intensifikasi pertanian. Pertanian lahan
kering merupakan salah satu alternatif solusi dan berpotensi dalam usaha pengembangan tanaman
pangan. Potensi ini ditunjukkan dengan pemanfaatan lahan kering untuk memproduksi bahan
pangan beras berupa budidaya padi gogo. Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi
yaitu penanaman padi di lahan kering. Padi gogo umumnya ditanam sekali setahun pada awal
musim hujan. Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut
hanya mengandalkan curah hujan. Padi gogo dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga
jenis tanah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo.
Budidaya padi gogo di lahan kering berpotensi untuk mendukung peningkatan produksi
padi nasional, Perkembangan luas tanam padi gogo di kabupaten-kabupaten melalui program-
program ekstensifikasi maupun intensifikasi untuk mengantisipasi kekurangan pangan di Provinsi
Riau belum optimal (±25.335 ha), padahal potensi lahan kering yang tersedia cukup luas 306.507
ha, dengan sentra pertanamannya adalah Kabupaten Rokan Hulu, Kuantan Singingi dan Kampar.
Produksi padi gogo di Provinsi Riau tahun 2010 sebesar 67.494 ton/tahun, dengan tingkat
produktivitas 2,72 ton/ha, dan kontribusi produksi padi gogo baru mencapai 5 – 6 %. Lahan-lahan
marginal kering yang ditanami padi gogo ini sebahagian besar adalah jenis tanah Ultisol dan
Inceptisol yang memiliki daya pegang air yang rendah sehingga ketergantungan pada intensitas,
distribusi curah hujan dan jumlah hari hujan sangat tinggi.
Ketersedian air dalam tanah sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo di lahan
kering. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah waktu tanam, dimana merupakan masalah
pada keadaan tadah hujan karena keragaman dari awal musim. Berbagai upaya perbaikan dan
peningkatan budidaya padi gogo telah dilakukan pada tanah marginal (suboptimal) kering, ternyata
tanaman padi gogo berpeluang ditingkatkan produktifitasnya melalui adopsi varietas unggul dan
perbaikan teknik budidaya.
Penggunaan varietas unggul dapat menjadi teknologi paling murah dan efisien untuk
meningkatkan produktifitas padi lahan kering, Seleksi padi gogo varietas unggul sangat berguna
untuk mendapatkan varietas adaptif pada kondisi marginal. Sedangkan teknologi untuk
membenahi permasalahan lahan marginal kering, ada 3 pilihan dasar, yaitu pemberian kapur
(CaCO3); bahan organik; dan batuan fosfat alam (BFA). Dari tiga pilihan dasar diramu menjadi
beberapa kombinasi tindakan. Dengan upaya ameliorasi ini, lahan marginal kering mencapai
kesiapan menuju ke produktif. Memanfaatkan dan merawat adalah kiat kesuksesan mengelola
lahan marginal kering.
Persiapan lahan merupakan langkah krusial dalam budidaya padi, terutama di lahan kering
yang memiliki karakteristik berbeda dengan sawah. Persiapan yang tepat akan menentukan
pertumbuhan dan hasil panen padi..Padi adalah tanaman yang tangguh dan dapat tumbuh di hampir
semua jenis tanah. Selama teririgasi dengan cukup (baik dengan irigasi atau curah hujan), padi
bisa tumbuh baik di lahan basah atau kering. Namun, karena kita mengharapkan hasil yang baik
dari sawah kita, kita harus mempersiapkan lahan, sehingga dapat menyambut baik tanaman padi
muda (metode transplantasi) atau benih pra-kecambah dan yang diinkubasi (metode pembenihan
langsung).
Langkah-langkah yang harus dipersiapkan untuk menanam padi di lahan kering :
1. Pemilihan Lahan
Lahan kering yang ideal untuk padi memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tekstur tanah: lempung berpasir atau lempung berdebu dengan struktur remah
Kadar pH tanah: 6-7
Drainase: baik, tidak tergenang air
Ketersediaan air: cukup, dapat diakses melalui irigasi atau curah hujan
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi dan
drainase, serta mengendalikan gulma. Berikut langkah-langkahnya:
1. Pembersihan lahan: Membuang sisa tanaman, gulma, dan batu dari lahan.
2. Pengolahan tanah primer: Melakukan pembajakan atau pencangkulan untuk membalik
tanah sedalam 20-30 cm.
3. Pengolahan tanah sekunder: Melakukan penggaruan untuk memecah bongkahan tanah dan
meratakan permukaan tanah.
4. Pembentukan bedengan: Membuat bedengan dengan tinggi 20-30 cm dan lebar 100-120
cm untuk memudahkan pengaturan air dan pemupukan.
3. Pengelolaan Air
Lahan kering seringkali memiliki tantangan dalam pengelolaan air. Oleh karena itu, sistem
irigasi yang efisien sangat penting. Metode irigasi tetes atau irigasi permukaan dapat digunakan
untuk mengoptimalkan pemberian air sesuai kebutuhan tanaman padi. Pengaturan jadwal
penyiraman yang tepat juga perlu diperhatikan untuk menghindari kelebihan atau kekurangan
air.
4. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan sebelum tanam untuk menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan
awal padi. Pupuk yang digunakan umumnya berupa pupuk kandang, pupuk NPK, dan pupuk
organik.
5. Konservasi Tanah
Pada lahan kering, pengelolaan erosi dan pemeliharaan kelembaban tanah adalah kunci.
Penanaman penutup tanah, seperti legum atau tanaman hijau penutup, dapat membantu
mengurangi erosi dan meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
6. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat pada bedengan dengan jarak 20-25 cm antar lubang dan 10-15 cm
antar baris. Kedalaman lubang disesuaikan dengan panjang akar bibit padi.
7. Penanaman Padi
Penanaman padi dapat dilakukan dengan dua cara:
Tanam benih langsung (TBL): Menanam benih padi yang telah berkecambah langsung ke
lubang tanam.
Tanam pindah (TP): Menanam bibit padi yang telah disemai terlebih dahulu ke lubang
tanam.
Sumber Literatur :
1. Hafif, B. 2016. Optimasi Potensi Lahan Kering Untuk Pencapaian Target Peningkatan
Produksi Padi Satu Juta Ton Di Provinsi Lampung. Jurnal Litbang Indonesia, 35(1), pp :
81-88.
2. Idwar., A. Hamzah., dan B. Nasrul. 2019. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Marginal
Kering untuk Budidaya Padi Gogo di Riau. Unri Conference Series: Agriculture and Food
Security, (1)1, pp : 190-198.
3. Sahara, D., dan Ekaningtyas, K. 2019. Kajian Sistem Tanam Usaha Tani Padi Gogo di
Lahan Kering Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian Indnesia, 24 (1)
pp : 6572.