Anda di halaman 1dari 14

1

SOP Penanaman Baby Buncis (Kenya) CALAKAN FARM


Mata Kuliah Rekayasa Usaha Tani 2014, 5 SKS
Modul Kuliah Lapangan
PENDAHULUAN
Buncis Phaseolus vulgaris L. (Gambar I) merupakan
sayuran buah yang termasuk famili Leguminosae.
Tanaman buncis cocok dibudidayakan dan berproduksi
baik pada dataran medium maupun dataran tinggi.
Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu
tipe merambat (bersifat indeterminate) dan tipe tegak
(berbentuk semak dan bersifat determinate). Kultivar
merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan
jumlah buku bunga yang lebih banyak, tetapi tumbuhnya
tidak serempak sehingga mempunyai potensi hasil yang
lebih besar. Tipe buncis rambat panjangnya dapat
mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga
memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan

Gambar 1. Morfologi Buncis


Phaseolus vulgaris L.var. Kenya

baik. Tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi tidak


lebih dari 60 cm.
PROSES BUDIDAYA BUNCIS
A. Syarat Tumbuh Tanaman Buncis
Tanaman buncis dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25 0C di ketinggian 1.0001.500 mdpl (dataran tinggi), dengan pH tanah 5,8-6. Buncis rentan terhadap kekeringan
dan genangan air, sehingga sebaiknya ditanam pada daerah dengan irigasi dan drainase
yang baik. Tanaman ini sangat cocok di tanah lempung ringan.

B. Tahap Pengolahan Lahan


Pengolahan lahan bertujuan untuk menyediakan kondisi lahan yang ideal dalam
budidaya buncis agar dapat tumbuh dengan baik. Proses untuk pengolahan lahan
dipaparkan sebagai berikut :
1. Pembersihan lahan (Gambar 2)
dari gulma (sanitasi lingkungan)
menggunakan

herbisida

(Rondup). (Dosis 1,8 ml (3 Tutup


botol)/17 liter air). Penggunaan
herbisida dalam hal ini dilihat
dari jumlah pertumbuhan gulma
pada lahan yang akan digunakan
untuk menanam buncis. Apabila
pertumbuhan berbagai jenis gulma sudah
menyebar dengan merata dan padat,

Gambar 2. Sterilisasi Lahan untuk


persiapan pengolahan tanah

maka cara membersihkan lahan dengan


herbisida merupakan salah satu solusi yang menghemat waktu dibandingkan dengan
membersihkan lahan secara manual. Gulma dibersihkan dari lahan bertujuan untuk :
a. Pertumbuhannya tidak menghalangi pertumbuhan tanaman utama,
b. Gulma merupakan faktor penyebab kompetisi unsur hara dengan tanaman utama,
c. Berpotensi sebagai inang hama dan penyakit tanaman, dan
d. Bekas gulma keras (yang memiliki akar rimpang) dapat menggangu pertumbuhan
akar tanaman utama.
2. Pencangkulan (Pembalikan tanah) lahan dengan kedalaman 20-30 cm. Kedalaman
ini merupakan standar

dalam proses budidaya buncis

atau

cukup

untuk

pertumbuhan dan persebaran

akar

tanaman

buncis

agar mampu menyerap nutrisi

dan air dari dalam tanah


3. Pembuatan Bedengan.

secara optimal.
Ukuran bedengan lebar 1 m x

panjang 5 m (Luas : 5

m2), tinggi bedengan 20-30

cm.

bedengan 40 cm. Bedengan

Jarak

antar

dengan tinggi 20-30 cm

dari

untuk

tergenangnya tanaman oleh

air

menghindari
hujan

atau

permukaan

tanah

ini

penyiraman yang berlebihan.

Jarak antar bedengan 40 cm ini telah mempertimbangkan lebar yang cukup untuk
dilewati saat proses menanam dan untuk efisiensi penggunaan lahan agar dapat
dibuat bedengan lebih banyak.
Ctt: Dalam 1/2 shading (block) dapat dibuat 72
bedengan (36 sebelah kanan dan 36 sebelah kiri

Gambar 3. Proses pengolahan lahan,


agregat tanah digemburkan

dipotong oleh jalan)


4. Bedengan diratakan (Gambar
4)

(Untuk

keseragaman

pertumbuhan dan memudahkan


dalam membuat lubang tanam
serta

menghitung

jumlah

tanaman yang ditanam setiap


bedengannya secara apik)
5. Pemberian pupuk kandang (1
karung (50 kg)) untuk 4 bedeng;
1 block dibutuhkan 18 karung)
standar kebutuhan pupuk kandang

Gambar 4. Bedengan yang sudah diratakan

untuk budidaya baby buncis kenya


adalah 1-1,5 kg/m2.
Ctt: Pastikan pupuk kandang yang dipakai sudah matang. (Gambar 5)
Kendala yang akan terjadi
apabila menggunakan pupuk
kandang yang belum matang
(dengan ciri kondisi pupuk
masih basah atau lunak) yaitu
masih terbawanya benih-benih
gulma

yang

mengganggu
Dengan

dapat
pertanaman.

kondisi

pupuk

kandang yang matang atau sudah


kering, benih-benih gulma pun

Gambar 5. Pupuk kandang yang sudah matang

telah kehilangan kadar airnya sehingga tidak memungkinkan untuk tumbuh.

6. Bedengan didiamkan selama 1 minggu agar unsur hara terserap kedalam tanah.
Selain itu fungsi mendiamkan bedengan sebelum ditanami ini agar terjadi pertukaran
udara dan membiarkan proses agar bibit penyakit (soil borne) mati. Untuk persiapan
lahan yang menggunakan pupuk kandang, mendiamkan bedengan ini berfungsi untuk
menstabilkan suhu tanah karena pupuk kandang bersifat panas. Apabila kondisi suhu
tanah naik dari suhu normal, hal ini akan membuat perkecambahan atau pertumbuhan
tanaman setelah pindah tanam terhambat.
Ctt: Penyiraman rutin 2x dalam satu hari
C. Tahap Persiapan Tanam
1. Pembuatan lubang tanam

dengan

sistem

tugal

dengan

jarak

tanam

30x30/30x40/40x40 cm, dengan kedalaman 2-3 cm. Ketiga jarak tanam ini adalah
variasi jarak tanam yang ideal untuk pertanaman buncis, setiap jarak tanam akan
mempengaruhi hasil pada aplikasi sesuai musim. Umumnya jarak tanam lebih rapat
saat kemarau dan lebih renggang saat musim hujan. Kedalaman saat pembuatan
lubang tanam sedalam 2-3 cm cukup untuk menutupi benih yang ditanam agar tidak
terlalu dalam juga tidak terlalu dekat ke permukaan. Dikhawatirkan apabila ditanam
terlalu dalam maka benih akan sulit berkecambah (daun kecambah tidak muncul ke
permukaan tanah), atau terlalu dangkal yang juga menghambat perkecambahan karena
bisa terbuang atau benih tidak mampu berimbibisi dengan maksimal.
2. Pemberian herbisida (Gramoxone) untuk pengendalian gulma. (dosis yang dibutuhkan
1,8 ml (3 Tutup botol)/17 liter air)
Ctt: Pemberian herbisida dilakukan ketika musim hujan saja karena saat musim
hujan benih-benih gulma di tanah (seed bank) menemukan kondisi ideal untuk
berkecambah karena imbibisi maksimal.
D. Tahap Penanaman
1. Setiap lubang tanam ditanami dua atau tiga butir benih baby buncis kenya. Tutup
kembali lubang yang sudah ditanami dengan tanah tipis tidak ditekan atau
dipadatkan. Setiap lubang tanam terdiri atas 2 atau 3 butir benih saat penanaman
bertujuan untuk mengantisipasi benih yang tidak berkecambah setelah ditanam,
sehingga dipastikan setiap lubang tanam akan tumbuh tanaman.

Ctt: Menutup lubang tanam tidak perlu dipadatkan, hal ini bertujuan untuk memberi
ruang pada benih untuk berkecambah dengan baik dan saat plumula keluar dapat
muncul ke permukaan tanah.
2. Melakukan proses penyiraman sampai tanah lembab untuk mempercepat proses
perkecambahan (buncis berkecambah pada hari ke 4-5)
3. Penyulaman pada hari ke 10, mengamati kerusakan/tanaman yang tidak tumbuh.
Gambar 6 menunjukan buncis
yang sudah dilakukan penyulaman
untuk menjaga produktivitasnya.
Beberapa faktor dapat menjadi
penyebab
berkecambah
sehingga

benih
setelah
perlu

tidak
10

hari

dilakukan

penyulaman. Faktor tersebut dapat


dikarenakan kurangnya jumlah air
yang diberikan saat penyiraman
karena

pada

proses

Gambar 6. Buncis yang sudah dilakukan


penyulaman

perkecambahan benih hanya memerlukan air untuk proses imbibisi. Faktor lain yang
tidak dapat dipungkiri adalah daya kecambah benih itu sendiri tergantung dari
varietas benih yang dijual oleh produsen benih yang juga bervariasi. Persentase daya
kecambah benih pun menentukan sebaik apa perkecambahan benih saat pertama
ditanam dan perlu atau tidaknya penyulaman setelah 10 hari.
E. Tahap Pemupukan dan Pemeliharaan
1. Pemupukan awal NPK 25:7:7 dilakukan setelah keluar daun 4-5 helai ( 10 HST)
dengan cara ditugal (membuat lubang) 5 cm sebelah kanan tanaman, sebanyak 5
gr/lubang. Kemudian disiram.
Ctt: Pemupukan berikutnya dilakukan setiap minggu ke 4-5 dengan menggunakan
NPK 16:16:16 sebanyak 4 kg/200 liter air dengan cara di cor sampai panen.
2. Pemberian pupuk daun (Atonik 6,5 L) (dosis 0,75 ml atau 3 tutup botol/17 liter air),
insektisida (Calicron 1,2 ml atau 2 tutup botol/17 liter), Pupuk cair (Hi-Tech 0,5 ml
atau 3 tutup botol/17 liter air) dilakukan setelah 12 HST.

Ctt: Aplikasi pemupukan dan pemeliharaan bisa dicampur dalam satu waktu
penyiraman; siklus pemeliharaan dilakukan setiap 12 hari sekali sampai masa
generatif (30 HST)
3. Pada masa generatif (30 HST) Pupuk daun 6,5 L) diganti dengan Ganasil B untuk
mempercepat pembungaan dan pembentukan polong (dosis 15 gram atau 3 sendok
makan/17 liter air), penambahan fungisida (Antracol) Dosis 15 gram atau 3 sendok
makan/17 liter air.
Ctt: Aplikasi Pemupukan dan pemeliharaan bisa dicampur dalam satu waktu
penyiraman; siklus pemeliharaan dilakukan setiap 12 hari sekali sampai panen 4560 HST.
4. Penyiraman dilakukan 2x dalam satu hari dengan sistem pompa yang membutuhkan
1 liter bensin/hari. Untuk melakukan satu kali penyiraman dibutuhkan 1000 liter air
5. Pemasangan turus dilakukan pada minggu ketiga dengan jarak 1meter/batang turus
dan dipasang tali rafia; standar panjang turus untuk tanaman buncis adalah 1 m
(kebutuhan turus/block 1200 batang dan tali rafia 5 kg untuk 1 block); kegunaan
pemasangan tali pada lanjaran untuk mencegah rebahnya tanaman buncis.
F. Tahap Pengendalian OPT
Berikut ini ditampilkan beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang
pertanaman buncis
Hama

Kumbang daun (Epilachna signatipennis)

Kumbang

Henose-pilachna

signatipennis atau Epilachna signatipennis


(Gambar 7), sering disebut kumbang daun
epilachna yang termasuk kedalam famili
Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval,
warna merah atau coklat kekuningan,
panjang antara 6-8 mm. Pengendalian: (1)
bila sudah terlihat adanya telur, larva,
maupun

kumbangnya,

maka

dapat

langsung dibunuh dengan tangan; (2)

Gambar 7. Kumbang Daun (Epilachna


signatipennis)

dengan insektisida Lannate L dan Lannate


25 WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/liter air atau 300-600 liter setiap hektar; (3)
rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.

Penggerek daun (Etiella zinckenella)


Ulat Etiella zinckenella (Gambar 8) (famili Pyralidae). Penyebarannya
meliputi

daerah

tropis

subtropis.

Gejala

ditimbulkan

akibat

dan
yang

serangan

hama ini adalah polong yang


masih

muda

mengalami

kerusakan, serta bijinya banyak


yang
Gambar 8. Etiella zinckenella

mengalami

Kerusakan
mematikan

ini

keropos.

tidak

sampai

tanaman

buncis.

Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Atabron 50EC dengan konsentrasi


12-15 cc/10 liter air. Setiap satu hektar diperlukan 500 liter larutan semprot. Waktu
penyemprotan dilakukan segera setelah diketahui adanya serangan dan dapat
diulangi beberapa kali menurut keperluan. Selain Atrabon dapat pula dipilih
insektisida lain, seperti Agrothion 50 EC,

Lalat Agromyza

Lalat Agromyza phaseoli (Gambar 9) (famili Agromyzidae). Lalat betina dan


jantan
berbeda.

mempunyai
Lalat

ukuran

betina

yang

mempunyai

panjang tubuh kurang lebih 2,2 mm,


sedang yang jantan hanya 1,9 mm.
Gejala
serangan
Gambar 9. Lalat Agromyza
phaseoli

yang
hama

ditimbulkan
ini

yaitu

akibat
daun

berlubang-lubang dengan arah tertentu,


dari tepi daun menuju tangkai atau
tulang daun. Gejala lebih lanjut yaitu

pangkal batang yang membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu,
berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Apabila tanaman
tidak mati tanaman akan tumbuh kerdil, sehingga produksinya sedikit. Pengendalian:
hendaknya dilakukan sedini mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah. Setelah bijibiji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami daun pisang.
Penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat,
maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Namun, apabila
serangan masih kecil, disarankan agar menggunakan insektisida. Penyemprotan yang
lebih baik dilakukan pada saat buncis baru mulai tumbuh, yaitu saat mulai kelihatan
kepingnya. Insektisida yang digunakan seperti Basminon 60 EC dengan konsentrasi
formulasi 1,5-2 cc/liter air dan Azordin 60 dengan konsentrasi 2-3 cc/liter air

Kutu daun (Aphis gossypii)


Penyebab kutu daun ini adalah Aphis gossypii (Gambar 10) (famili Aphididae).
Sifat serangga ini polifag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman/
menyerang berbagai jenis tanaman. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara
lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini
hijau tua sampai hitam atau kuning coklat. Gejala yang terjadi akibat serangan kutu
daun adalah pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin),
daun menjadi keriting dan berwarna kuning. Pengendalian: (1) secara alami, yaitu
dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing, lalat dan jenis
Coccinellidae; (2) menggunakan insektisida Orthene 75 SP dengan konsentrasi 0,50,8 gram/liter air. Bila setelah disemprotkan masih terdapat hamanya, maka

penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari


sekali. Selain Orthene dapat juga digunakan
Sevidan 70 WP atau Supracide 40 EC.

Ulat jengkal semu (Plusia signata)


Ada

dua

spesies

yang

terdapat

diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata

Gambar 10. Kutu Daun Aphis


gossypii

(Phytometra signata) (Gambar 11) dan P.


chalcites,
Gambar 11. Imago Plusia
signata

keduanya

termasuk

kedalam

famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites


kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan
garis samping berwarna lebih muda.

Gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) daun-daun berlubang; (2) tanaman menjadi
kerdil. Pengendalian: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak
efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan
sebagai tempat persembunyian hama tersebut; (3) dengan insektisida Hostathion 40
EC sangat efektif karena mempunyai cara kerja ganda, yaitu sebagai racun kontak
dan racun lambung. Insektisida ini mempunyai daya basmi 2-3 minggu, Konsentrasi
formulasi yang digunakan 1-1,5 cc/liter air dan volume larutan semprot kira-kira
400-600 liter/ha. Dapat juga menggunakan Lannate 25 WP dan Lebaycid 550 EC.
Penyemprotan dilakukan bila intensitas serangan mencapai 12,5%.

Ulat penggulung daun (Lamprosema indicate)


Penyebab serangan hama ini adalah ulat Lamprosema indicate (Gambar 12) dan
L. diemenalis, keduanya termasuk ke dalam famili Pyralidae. Gejala yang terlihat
akibat serangannya yaitu daun seperti menggulung dan terdapat ulat di dalamnya
yang dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran. Polongan pun sering
dorekatkan bersama dengan daunnya. Gejala yang terlihat lagi yaitu daun tampak

10

berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ke


tulang utama, hingga habis hanya menyisakan uraturat daunnya saja.
Penyakit

Penyakit antraknosa
Penyebab penyakit

ini

adalah

jamur

Collecotrichum lidenmuthianum. Gejala yang


terlihat yaitu terdapat bercak-bercak kecil warna
coklat karat pada polong buncis muda, bercak

Gambar 12. Ulat Lamprosema


indicate

hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua

terdapat pada Gambar 13.


Penyakit embun tepung
Penyebab penyakit

ini

adalah

jamur

Erysiphe polygoni (famili Erysiphaceae) gejala

Gambar 13. Gejala


Antraknosa

serangannya yaitu daun, batang,


bunga, dan buah berubah menjadi
berwarna putih keabuan (seperti
beludru). Pada serangan bunga
ringan,
terbentuk
Gambar 14. Gejala embun
tepung

polong
dapat

masih

dapat

dilihat

pada

Gambar 14. Namun, pada kondisi serangan berat


akan mengagalkan proses pembuahan, bunga
menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong

diserang maka polong tidak akan gugur hanya meninggalkan bekas berwarna cokelat

dan akan mengakibatkan kualitasnya menurun.


Penyakit layu
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pseudomonas sollanacearum (famili
pseudomonadeceae). Gejala serangannya yaitu tanaman akan terlihat layu,
mengunung, dan kerdil. Apabila batang tanaman yang terserang dipotong secara
melintang, akan terlihat warna cokelat dan jika ditekan akan mengeluarkan lender
berwarna putih. Warna cokelat ini terkadang bisa mencapai daun. Akar yang sakit

pun berwarna cokelat.


Penyakit bercak daun

11

Penyakit ini disebabkan oleh jamur


Cercospora

canescens

(famili

dematiaceae) (Gambar 17). Spora jamur


ini disebarkan melalui air hujan, angin,
serangga, alat-alat pertanian, manusia, dan
lain-lain.

Gejala

yang

serangan

penyakit

berbercak-bercak

terlihat

dari

ini

adalah

daun

kecil

warna

cokelat

Gambar 16. Penyakit Bercak


Daun

kekuningan.

Lama-kalamaan

bercak akan melebar dan bagian


tepinya terdapat pita berwarna
kuning dapat dilihat pada Gambar
16. Untuk serangan yang parah
daun
Gambar 17. Jamur Cercospora
canescens

akan

menjadi

layu

berguguran. Apabila jamur sudah menyerang


polong, maka polong berbercak kelabu dan

biji yang terbentuk kurang padat dan ringan.


Penyakit hawar daun
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas campestris (famili
Pseudomonaceae). Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20
suhu optimum 30

C dan

C. bakteri ini dapat hidup bertahun-tahun di dalam biji, tanah,

dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Gejala yang ditimbulkan adalah terlihatnya bercak
kuning di bagian tepi daun yang kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun
terlihat layu, kering, dan berwarna coklat kekuningan. Pada serangan lebih lanjut,
daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Gejala seperti ini dapat

meluas ke bagian batang sehingga tanaman akan mati.


Penyakit dumping off
Penyebab penyakit ini ialah jamur Phytium sp (famili phytiaceae) (Gambar
18) penularan penyakit ini dapat melalui tanah atau biji. Serangan akan meningkat
pada kondisi suhu dan kelembaban udara cukup tinggi. Gejala yang ditimbulkan
adalah bagian batang yang terletak dibawah keeping biji (hipokotil) berwarna pucat
akibat kerusakan klorofil. Dampak lebih lanjut adalah terjadinya nekrosa secara
cepat, jaringan yang ada di atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga

12

batang tidak akan kuat menyangga kotiledon


dan kemudian tanaman roboh.
Secara

umum

pengendalian

yang

dapat

dilakukan terhadap hama dan penyakit yang dapat


menyerang pertanaman buncis adalah sebagai
berikut :
1. Menyiangi gulma setiap seminggu sekali atau
dua minggu sekali. Selain merugikan tanaman
karena

kompetisinya,

gulma

pun

dapat

merugikan karena dapat menjadi tempat hidup

Gambar 18. Hifa jamur

Phytium sp

hama dan media berkembangnya penyakit


tanaman. Untuk itu penyiangan gulma (secara manual) harus sering dilakukan untuk
menghindari kerugian-kerugian yang dapat terjadi.
2. Aplikasi Insektisida (Calicron) sesuai dosis yang tertera jika serangan hama sudah
mulai terlihat.
3. Aplikasi fungisida. Adapun merek dagang yang biasa digunakan : Score, Antracole,
Daconil. (Khusus Score jangan dilakukan penyemprotan secara rutin karena
mengandung ZPT yang dapat memperbesar lebar daun).
4. Menyiangi gulma setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali
5. Aplikasi Insektisida (Calicron) sesuai dosis yang tertera jika serangan hama sudah
mulai terlihat.
6. Aplikasi fungisida. Adapun merek dagang yang biasa digunakan : Score, Antracole,
Daconil. (Khusus Score jangan dilakukan penyemprotan secara rutin karena
mengandung ZPT yang dapat memperbesar lebar daun).
G. Tahap Panen
1. Ciri-ciri masa panen :
a. Batang polong lurus tidak bergelombang, biji dalam polong tidak menonjol, dan
berkulit kasar.
b. Bila polong dipatahkan terdengar suara meletup.
c. Panjang polong 6-10 cm
d. Polong bersifat lentur.
2. Cara pemanenan :
a. Dipetik sampai tangkai polong (dipetik menggunakan tangan tidak menggunakan
benda tajam dikhawatirkan dapat melukai kulit polong buncis yang
mengakibatkan buncis rusak dan terinfeksi OPT)

13

b. Hasil panen disimpan di tempat yang sejuk dan terhindar dari cahaya matahari
langsung yang menyebabkan layu pada polong.
3. Polong dapat dipanen mulai 40-45 HST (Panen tidak dilakukan sekaligus karena
tidak semua polong sudah matang dengan interval panen 2 hari sekali)
4.

DENAH SHADING 4 UNTUK PERKULIAHAN REKAYASA USAHA TANI 2014

Anda mungkin juga menyukai