Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN

OLEH :
ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
D1A019137

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN

OLEH :
ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
D1A019137

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikuler


Mata Kuliah Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN

OLEH :
ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
D1A019137

Diterima dan disetujui


Pada tanggal ……………………..

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

DWI PUTRA WIBOWO RENI SYAIDATINA


NIM. D1A018022 NIM. D1A018013
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Manajemen Tanaman Pakan”

Oleh :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ternak, hewan ternak atau rajakaya di dalam istilah bahasa Jawa
adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber
bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha
pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok
hewan tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum.
Hijauan dalam bidang peternakan sangat dibutuhkan dapat dikatakan
bahwa kebutuhan untuk ternak ruminansia itu muklak. Hijauan pakan ternak
merupakan kelompok tanaman yang unggul dan berkualitas, sebagai kebutuhan
utama pakan ternak yang mengandungan nutrient (gizi-gizi) yang lebih efisien dan
bermanfaat terhadap ternak. Hijauan pakan ternak berasal daripada 2 bagaian
komunitas besar yaitu kelompok rumput-rumputan (Graminae) dan kacang-
kacangan (Leguminosa).
Penyediaan bahan pakan pada hakikatnya adalah bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan ternak. Agronomi tanaman pakan adalah suatu usaha cocok
tanam yang akan menghasilkan hijauan sebagai sumber pakan. Pertumbuhan dan
produksi hijauan sangat bergantung pada media yang digunakan untuk bercocok
tanam. Lingkungan juga mempunyai peran yang sangat penting.
Komponen tanah yang berbeda akan mengakibatkan kondisi dan proporsi tekstur,
struktur, tingkat keasaman dan kandungan hara yang berbeda yang akan
berdampak kepada pertumbuhan dan produksi hijauan pakan yang berbeda pula.
Budi daya hijauan pakan diperlukan untuk memenuhi ketersediaan hijauan
pakan ternak yang tetap sepanjang tahun, baik dengan usaha perbaikan
manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman
rumput unggul. Secara umum di Indonesia ketersediaan hijauan pakan juga
dipengaruhi oleh iklim, sehingga pada musim kemarau terjadi kekurangan hijauan
pakan ternak dan sebaliknya di musim hujan jumlahnya melimpah. Berdasarkan
hal tersebut, maka praktikum manajemen hijauan pakan perlu dilaksanakan guna
mempelajari manajemen tanaman pakan yang tepat.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa pada kesuburan tanah yang berbeda
akan memberikan respon yang berbeda terhadap produksi tanaman pakan.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum Manajemen Tanaman Pakan dilaksanakan pada Senin, 9 Maret
2020 dan Senin, 16 Maret 2020 pukul 14.30-17.30 WIB di Experimental Farm,
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Rumput atau hijauan merupakan kebutuhan pokok untuk ternak yang


wajib terpenuhi, karena hijauan merupakan makanan bagi ternak yang berperan
sebagai faktor penunjang kelangsungan hidup ternak itu sendiri. Kemajuan usaha
peternakan membutuhkan keajuan usaha tani padang rumput, karena rumput
merupakan makanan termurah bagi ternak herbivora secara umum dan ternak
ruminansia pada khususnya. Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan
pakan berasal dari tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum
dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar (Nurlaha
dkk,2014)

Menurut Rahmat dkk. (2005), Hijauan makanan ternak adalah rerumputan,


legum herba, dan legum pohon/semak yang dapat digunakan untuk memberi
makan hewan. Hijauan juga dapat digunakan untuk pengelolaan sumber daya alam
yang lebin baik, termasuk pencegahan erosi, peningkatan kesuburan tanah, dan
pencegahan tanaman liar/gulma. Sebagian besar petani di Indonesia,
memanfaatkan hijauan sebagai pakan ternak pokok

Menurut keberadaannya, hijauan pakan ternak terdiri dari hijauan yang


tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia seperti pastura alami dan
hijauan yang sengaja ditanam oleh petani seperti rumput gajah, gamal, lamtoro,
dan waru (Budiasa, 2005). Hijauan segar dan hijauan kering dapat dibudidayakan
dengan memperhatikan mutu hijauan tersebut yaitu sifat genetik dan lingkungan
(keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan manusia) agar dapat memenuhi
kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak mengatasi kesulitan
dalam pengadaan makanan ternak. pemilihan lokasi, pemetaan wilayah,
pengolahan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen
dan usaha-usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu (pascapanen)
sampai dengan penanganan hijauan sebelum dikonsumsi ternak adalah tahapan
yang sangat penting untuk menghasilkan pakan yang baik untuk ternak.
III. MATERI

3.1. Alat
1. Pisau
2. Cangkul
3. Sabit
4. Tali Rafia
5. Meteran
6. ATK
3.2. Bahan
1. Tanah/lahan seluas ±20 – 50 m2 tiap regu.
2. Bibit tanaman pakan (stek dan anakan rumput), diantaranya rumput gajah,
gamal dan sorgum merah.
3. Air sumur atau air irigasi atau air hujan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Perhitungan Stek
Perhitungan stek menggunakan rumus sebagai berikut :
lebar lahan 470
Kebutuhan = = = 15,67 ≈ 16 stek
jarak tanam 30
16 stek / parit, maka
16 x 5 = 80 stek
4.1.2. Pengolahan Lahan
4.1.3. Penanaman

4.2. Pembahasan
Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan
oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang dimilikinya. Manajemen tanaman pakan adalah suatu
metode untuk membudidayakan tanaman pakan dengan tujuan memperoleh
tanaman yang baik. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Akbar dkk. (2017)
bahwa pentingnya meningkatnya lahan hijauan tanaman pakan akan berimplikasi
pada meningkatnya produksi tanaman hijauan untuk memenuhi kebutuhan
produksi ternak, karena pakan hijauan berfungsi sebagai kebutuhan dan juga
sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.

Tanaman yang ditanam dapat berupa stek, biji ataupun sobekan daun. Stek
merupakan metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan potongan tubuh
tanaman (akar, daun, batang). Pemotongan saat membuat stek mempunyai
standarnya dimana bagian bawah tanaman harus di potong lancip sedangkan
bagian atasnya di potong datar. Hal ini sesuai dengan pendapat Darwo dan Irma
(2018) bahwa pada bagian pangkal disayat dengan kemiringan 45°.

Tujuh tahapan manajemen tanaman pakan yaitu land clearing, penggaruan,


pembuatan bedengan, pembuatan parit/irigasi, penanaman, pemupukan,
pemanenan. Tahapan-tahapan tersebut mempunyai hubungan yang erat satu sama
lain. Land clearing berfungsi untuk membersihkan rumput liar , gulma-gulma, serta
untuk mengetahui sifat fisik tanah. Penggaruan berfungsi untuk menggemburkan
tanah. Penggaruan tanah yang baik akan memudahkan kita pada proses
selanjutnya. Hal tersebut sependapat dengan Nita, dkk. (2015) bahwa pengolahan
tanah akan berdampak pada pemadatan tanah dan berlanjut pada penurunan
porositas tanah.

Pembuatan bedengan berfungsi sebagai media tanam hijauan,


mempermudah irigasi, serta mempermudah pemantauan petani. Pembuatan irigasi
yaitu untuk memberikan jalan aliran air sehingga mencukupi kebutuhan dari
tanaman. Hal tersebut sependapat dengan Rondhi, dkk. (2015) bahwa irigasi
merupakan faktor penunjang penting dalam meningkatkan produksi produk
pertanian terutama produk pangan. Irigasi terbagi menjadi irigasi permukaan
(surface irrigation), irigasi curah (sprinkler irrigation), irigasi tetes, dan irigasi bawah
permukaan (sub surface).

Penanaman merupakan salah satu langkah dalam budi daya tanaman yang
sangat berpengaruh pada hasil produksi. Stek juga ditaman dengan kemiringan 30-
45 ͦ agar tunas tumbuh bukan hanya dibagian ujung saja tetapi di bagian batang
juga, serta akan membuat tanaman tersebut nantinya akan menjadi kokoh karna
memiliki akar yang kuat. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Isa, dkk. (2015)
yang menyatakan bahwa stek yang ditanam vertikal akan membentuk akar secara
merata dan dapat lebih banyak mengambil unsur hara untuk pertumbuhan tunas
dan panjang tanaman yang membuat jumlah umbi meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah tunas.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Manajemen tanaman pakan sangat berpengaruh dalam proses penanaman serta


pertumbuhan tanaman. Tanah yang baik, pembuatan lahan yang benar,
pembuatan stek yang benar, metode penanaman yang benar, akan memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan hijauan.

5.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya di harapkan Asisten memberi materi terlebih dahulu


sebelum ke lahan dan Praktikan diharapkan lebih kondusif ketika pemaparan
materi dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R., Liman, dan Agung KW. 2017. Evaluasi Komposisi Botani dan Nilai Nutrient
pada Rumput di Rawa Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 5(3): 72-76.

Budiasa, I Putu. 2005. Peran Serta Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) dalam
Perubahan Karkas pada Kambing Kacang Akibat Pemberian Soya Hall
sebagai Pakan Tambahan. Jurnal Stindo Profesional. 5(1) : 64-72.

Darwo dan Irma Y. 2018. Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh
Terhadap Keberhasilan Stek Masoyi. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 15
(1) : 1-66.

Isa, M., H. Setiado., L.A.P. Putri. 2015. Pengaruh Jumlah Ruas dan Sudut Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar
(Ipomea batatas L.) Lamb. Jurnal Agroekoteknologi. 4(1): 1945-1952.

Nita, CE., Bambang S., dan Wani HU. 2015. Pengaruh Pengolahan Tanah dan
Pemberian Bahan Organik (Blotong dan Abu Ketel) Terhadap Porositas
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Tebu pada Ultisol. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. 2(1): 119-127.

Nurlaha, Agus S., dan Nur S.A. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di
Lahan Persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 1(1): 54-62.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metode penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pengenalan Jenis Pupuk”

OLEH :
NAMA : ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : RENI SYADATINA

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hijauan adalah semua jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan. Hijauan sangat penting untuk ternak ruminansia, hal tersebut dikarenakan
hijauan adalah sumber pakan utama bagi ruminansia. Pertumbuhan hijauan
dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah pupuk.
Pupuk merupakan unsur hara yang sengaja diberikan pada media tanaman.
Keberadaan pupuk sangat diperlukan untuk pertumbuhan, kualitas dan produksi
hijauan. Hijauan yang bagus adalah hijauan yang kebutuhan unsur haranya
terpenuhi.
Komponen dan kandungan dalam pupuk juga mempengaruhi kondisi ternak,
apabila hijauan kurang bagus, maka ternak akan kekurangan nutrisi. Pemberian
pupuk yang kurang tepat juga akan membuat kualitas hijauan menurun, karena itu
diperlukan pengenalan jenis pupuk agar tidak salah dalam pemberian pupuk. Hara
mineral yang ada pada pupuk akan mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan, dan
produktivitas tanaman pakan.
Praktikum pengenalan jenis pupuk kali ini merupakan suatu ilmu penting,
karena ilmu tanaman tidak jauh dari pupuk. Baik pupuk organik maupun anorganik,
keduanya mempunyai kekurangan dan keunggulan masing-masing. Pupuk
merupakan komponen penting terhadap tanah maupun tanaman, nutrisi yang
tercukupi didalam hijauan, akan mempengaruhi kesehatan ruminansia.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenali jenis pupuk secara visual.
2. Mahasiswa mampu mengenali kandungan mineral dan aplikasi berbagai jenis
pupuk.

1.3 Waktu Pelaksanaan


Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Pengenalan Jenis Pupuk”
dilaksanakan pada hari rabu, 9 April 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode
daring melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk adalah materi yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Materi pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan
membantu kelancaran proses metabolisme (Novita R. dan Novita Sari, 2015)..
Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan
atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Pupuk
organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dewanto dkk, 2013).
Perkembangan ilmu pertanian dan jumlah populasi manusia maka
kebutuhan pangan juga meningkat. Revolusi hijau di Indonesia yang memberikan
hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk
sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety),
penggunaan pestisida, intensifikasi lahan mengalami peningkatan. Perkembangan
jaman tersebut membuat ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan
manajemen di lahan pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk kimia dan pestisida
kimia akibat pemakaian bahan – bahan tersebut secara berlebihan dan berdampak
terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat
tercemarnya bahan–bahan sintesis tersebut (Roidah, 2013).
III. PEMBAHASAN

Hijauan pakan ternak produksinya dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk.


Hal tersebut sesuai dengan Wijana dan Gede (2012) yang menyatakan bahwa salah
satu upaya meningkatan produktivitas tanaman adalah dengan mencukupkan
kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman, sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak
selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal.
Pupuk organik adalah salah satu pupuk yang dapat meningkatkan produksi
tanaman dan juga dapat mencegah degradasi tanah. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Prasetyo (2014) yang menyatakan bahwa pupuk organik sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
Pupuk juga dapat dibedakan berdasarkan jenis kandungan unsur haranya, yaitu
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk NPK termasuk dalam pupuk majemuk
karena memiliki unsur hara yang lebih dari satu. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Syafruddin, dkk (2012) yang menyatakan bahwa pupuk NPK disebut juga
sebagai pupuk majemuk karena mengandung unsur hara utama lebih dari 2 jenis,
dengan kandungan unsur hara N (15%) dalam bentuk NH3 , P (15%) dalam bentuk
P2O5 dan K (15%) dalam bentuk (K2O). Unsur fosfor (P) yang berperan penting
dalam transfer energi di dalam sel tanaman, mendorong perkembangan akar dan
pembuahan lebih awal, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah, serta
meningkatkan serapan N pada awal pertumbuhan. Unsur kalium (K) juga sangat
berperan dalam pertumbuhan tanaman misalnya untuk memacu translokasi
karbohidrat dari daun ke organ tanaman.
Pemberian pupuk pada tanaman, medium tanahnya harus diolah terlebih
dahulu. Hal tersebut selaras dengan pendapat Anindyawati (2010) yang
menjelaskan bahwa pengolahan tanah harus diperhatikan dalam aspek pemupukan.
Dalam pemupukan ketepatan dosis, cara dan waktu pemupukan yang tepat sangat
penting agar produksi optimum.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
dari bahan organik, sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses
rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis dan merupakan hasil industri
atau pabrik pembuat pupuk.
2. Pupuk berdasarkan jenis kandungan unsur haranya, yaitu pupuk tunggal
dan pupuk majemuk.
3. Pupuk NPK termasuk dalam pupuk majemuk karena memiliki unsur hara
yang lebih dari satu.
4. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu
mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal.
5. Ketepatan dosis, cara dan waktu pemupukan yang tepat sangat penting
agar produksi optimum.

4.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan mencari acara terbaik untuk


kelangsungan praktikum daring.
2. Sebaiknya mahasiswa dapat melihat secara langsung jenis pupuk agar lebih
mudah untuk memahami.
DAFTAR PUSTAKA

Anindyawati, Trisanti. 2010. Potensi Selulase Dalam Mendegradasi Lignoselulosa


Limbah Pertanian Untuk Pupuk Organik. Berita Selulosa. 45(2) : 70 – 77.

Dewanto, Frobel G., J.J.M.R. Londok, R.A.V. Tuturoong dan W. B. Kaunang. 2013.
Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik terhadap Produksi
Tanaman Jagung sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek. 32(5): 158 - 171.

Novita, Rice dan Novita Sari. 2015. Sistem Informasi Penjualan Pupuk Berbasis E-
Commerce. Jurnal TEKNOIF. 3(2) : 1 - 6.

Prasetyo, Rendy. 2014. Pemanfaatan Berbagai Sumber Pupuk Kandang sebagai


Sumber N dalam Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Tanah
Berpasir. Journal of Agro Science. 2(2): 125 – 132

Roidah, Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan
Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO. 1 (1) : 30 – 42.

Syafruddin, Nurhayati, dan Ratna Wati. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. J. Floratek. 7 :
107 – 114.

Wijana, I Nyoman Yogi Supartha Gede dan Gede Menaka Adnyana. 2012. Aplikasi
Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Agroekoteknologi. 1(2) : 99 - 106.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pemupukan Tanaman Pakan”

OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A0192137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hijauan adalah semua jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan. Hijauan sangat penting untuk ternak ruminansia, hal tersebut dikarenakan
hijauan adalah sumber pakan utama bagi ruminansia. Pertumbuhan hijauan
dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah pupuk.
Komponen dan kandungan dalam pupuk juga mempengaruhi kondisi ternak,
apabila hijauan kurang bagus, maka ternak akan kekurangan nutrisi. Pemberian
pupuk yang kurang tepat juga akan membuat kualitas hijauan menurun, karena itu
diperlukan pengenalan jenis pupuk agar tidak salah dalam pemberian pupuk. Hara
mineral yang ada pada pupuk akan mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan, dan
produktivitas tanaman pakan.
Praktikum pemupukan tanaman pakan kali ini merupakan suatu ilmu penting,
karena ilmu tanaman tidak jauh dari pupuk. Baik pupuk organik maupun anorganik,
keduanya mempunyai kekurangan dan keunggulan masing-masing. Pupuk
merupakan komponen penting terhadap tanah maupun tanaman, nutrisi yang
tercukupi didalam hijauan, akan mempengaruhi kesehatan ruminansia. Teknik
pemupukan sangat penting karena merupakan suatu teknik yang dasar untuk
mengembangkan sekaligus membudidayakan tanaman pakan

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui teknik pemupukan tanaman pakan.

1.3 Waktu Pelaksanaan

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Pemupukan Tanaman Pakan”


dilaksanakan pada hari senin, 4 April 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode
daring melalui aplikasi google classroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk adalah materi yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Materi pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan
membantu kelancaran proses metabolisme (Novita R. dan Novita Sari, 2015)..
Perkembangan ilmu pertanian dan jumlah populasi manusia maka
kebutuhan pangan juga meningkat. Revolusi hijau di Indonesia yang memberikan
hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk
sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety),
penggunaan pestisida, intensifikasi lahan mengalami peningkatan. Perkembangan
jaman tersebut membuat ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan
manajemen di lahan pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk kimia dan pestisida
kimia akibat pemakaian bahan – bahan tersebut secara berlebihan dan berdampak
terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat
tercemarnya bahan–bahan sintesis tersebut (Roidah, 2013).
Mikroorganisme (bakteri) menguntungkan yang hidup di dalam tanah sangat
penting dalam pertumbuhan tanaman sebagai percepatan penyediaan hara dan
juga sebagai sumber bahan organik tanah, proses dekomposisi sisa tumbuhan
dirombak menjadi unsur yang dapat digunakan tanaman untuk tumbuh dan
kembang. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan dibumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agens penyebab infeksi dan penyakit,
sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat di bidang pangan,
pengobatan, danindustri seperti Azospirillum sp., Azotobacter, dan Pseudomonas.
Selain memiliki kemampuan menambat nitrogen, Azospirillum sp. mampu
menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti auksin, IAA, giberelin, serta
senyawa yang menyerupai sitokinin (Firmansyah dkk, 2015).
III. PEMBAHASAN

Ada beberapa cara pemberian pupuk atau penempatan pupuk antara lain ialah
ditabur di atas tanah atau di pinggir rumpun tanaman, ditanamkan atau ditugalkan
kedalam tanah, dan disemprotkan melalui permukaan daun, yang telah dibahas
dalam praktikum kali ini. Pupuk yang ditabur diatas tanah atau dipinggir rumpun
tanaman biasanya adalah pupuk TSP dan KCL. Menurut Adinugraha (2012),
berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan olehnya menunjukkan
bahwa perlakuan cara penyemaian dan bentuk pupuk tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan bibit mahoni daun lebar sampai umur 3 bulan di
pesemaian, hal tersebut tidak sesuai dengan pelaksanaan praktikum yang telah
dilaksanakan karena mahoni berbeda dengan tanaman pakan.
Pupuk dalam praktikum kali ini mengandung banyak unsur, salah satunya yaitu
nitrogen. Menurut Istina (2016), nitrogen mampu meningkatkan jumlah daun dan
anakan karena nitrogen merupakan salah satu unsur makro dibutuhkan tanaman
sebagai bahan dasar utama membangun protein untuk pertumbuhan. Hal tersebut
sesuai dengan praktikum yang telah dilaksanakan karena merupakan hal penting
dalam pemupukan tanaman pakan.
Teknik pemupukan tanaman pakan sangat penting guna memaksimalkan
pemupukan itu sendiri. Praktikum kali ini menjelaskan tiga cara memupuk pupuk
terhadap tanaman, salah satunya yaitu disemprotkan. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Harris dkk (2018), yang mengungkapkan bahwa Pupuk hayati
diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada permukaan tanah dan permukaan
tanaman secara merata sesuai perlakuan dengan menggunakan handsprayer.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pemupukan tanaman pakan ada 3 cara yaitu ditabur di atas tanah atau di pinggir
rumpun tanaman, ditanamkan atau ditugalkan kedalam tanah, dan disemprotkan
melalui permukaan daun.

4.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih aktif menanyai materi dari


praktikum karena merupakan suatu hal yang penting.
2. Sebaiknya mahasiswa dapat melihat dan melaksanakan secara langsung teknik
pemupukan karena merupakan hal penting, namun COVID-19 menghalangi hal
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A. 2012. Pengaruh cara penyemaian dan pemupukan NPK terhadap


pertumbuhan bibit mahoni daun lebar di pesemaian. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan. 6(1): 1-10.

Harris, R., Kantikowati, E., & Agustian, W. H. 2018. Karakteristik Pertumbuhan dan
Hasil Pakchoy (Brasica rappa L.) Akibat Pemberian Pupuk Hayati. AGRO
TATANEN| Jurnal Ilmiah Pertanian. 1(1): 1-8.

Istina, I. N. 2016. Peningkatan produksi bawang merah melalui teknik pemupukan


NPK. Jurnal Agro. 3(1): 36-42.

Novita, Rice dan Novita Sari. 2015. Sistem Informasi Penjualan Pupuk Berbasis E-
Commerce. Jurnal TEKNOIF. 3(2) : 1 - 6.

Firmansyah, I., Lukman, L., Khaririyatun, N., & Yufdy, M. P. 2016. Pertumbuhan dan
hasil bawang merah dengan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati
pada tanah alluvial. Jurnal Hortikultura. 25(2): 133-141.

Roidah, Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan
Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO. 1 (1) : 30 – 42.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pengenalan Jenis Tanaman Rumput”

Oleh :
Nama : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
Kelompok :5D
Asisten : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumput adalah tumbuhan monokotil yang mempunyai daun berbentuk


sempit meruncing yang tumbuh dari dasar batang, rumput berasal dari keluarga
poacae. Daun rumput yang biasa ada di pekarangan rumah kita panjangnya antara
5 – 10 cm dan tumbuhnya tidak beraturan dan sulit di kontrol
pertumbuhannya.Beberapa contoh rumput yang biasa ditanam di Indonesia
antara lain rumput manila, rumput teki, rumput kucai, rumput jepang, rumput
gajah mini, rumput peking, dan rumput ilalang.

Rumput seringkali ditanam sebagai tanaman hias, tanaman obat, dan pakan
ternak. Di Indonesia rumput banyak digunakan sebagai pakan untuk hewan ternak
seperti sapi, kambing, dan kerbau.Rumput juga bisa ditanam untuk membuat
lanskap taman dan berfungsi sebagai karpet taman, warna daunnya yang hijau
bisa menarik perhatian dan dapat menyejukkan mata orang yang melihat. Rumput
yang tumbuh di tanah yang lapang pertumbuhannya dibiarkan liar karena bisa
dimanfaatkan peternak untuk melepas hewan ternaknya.

Budi daya hijauan pakan diperlukan untuk memenuhi ketersediaan hijauan


pakan ternak yang tetap sepanjang tahun, baik dengan usaha perbaikan
manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman
rumput unggul. Secara umum di Indonesia ketersediaan hijauan pakan juga
dipengaruhi oleh iklim, sehingga pada musim kemarau terjadi kekurangan hijauan
pakan ternak dan sebaliknya di musim hujan jumlahnya melimpah. Berdasarkan
hal tersebut, maka praktikum pengenalan jenis rerumputan hijauan pakan perlu
dilaksanakan guna mempelajari manajemen tanaman pakan yang tepat.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengenali jenis hijauan.


2. Mahasiswa dapat mengenali tekstur hijauan.
3. Mahasiswa dapat mengenali prediksi produksi serta prioritas
pemanfaatannya.
1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “pengenalan Jenis


Tanaman Rumput” dilaksanakan pada Selasa, 24 Maret 2020 16.00 WIB s/d selesai
di Experimental Farm, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Rumput atau hijauan merupakan kebutuhan pokok untuk ternak yang


wajib terpenuhi, karena hijauan merupakan makanan bagi ternak yang berperan
sebagai faktor penunjang kelangsungan hidup ternak itu sendiri. Kemajuan usaha
peternakan membutuhkan keajuan usaha tani padang rumput, karena rumput
merupakan makanan termurah bagi ternak herbivora secara umum dan ternak
ruminansia pada khususnya. Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan
pakan berasal dari tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum
dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar (Nurlaha dkk,
2014)

Pengembangan rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)


merupakan salah satu alternatif dalam penyediaan hijauan pakan, karena rumput
ini merupakan jenis rumput unggul. Produksi yang tinggi disertai rasio daun batang
yang tinggi membuat rumput ini cocok diolah menjadi silase utamanya di saat
produksi hijauan melimpah sehingga dapat memperpanjang masa simpannya.
Pemberian rumput gajah mini dalam keadaan segar untuk ruminansia cukup praktis
karena dengan ukurannya yang mini dapat langsung diberikan kepada ternak tanpa
dicacah terlebih dahulu (Sirait, 2017)

Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus hidup annual dan


perennial. Rumput mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun,
tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal tetapi
batang tumbuh ke atas dan rumput membelit. Bentuk rumput sederhana,
perakaran silindris, menyatu dengan batang, lembar daun berbentuk pelepah yang
muncul pada buku-buku dan melingkari batang (Reksohadiprodjo, 2000).
III. MATERI

3.1 Alat

1. Kaca pembesar
2. Meteran
3. Alat tulis
4. Kamera
3.2 Bahan

1. Tanaman yang tersedia di Experimental Farm


2. Lahan tanaman pakan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Nama Nama Latin Ciri-Ciri/Karakteristik Gambar


Tanaman
1 Tumbuh tegak lurus,
merumpun lebat,
tinggi mencapai 7 m,
Rumput Pennisetum berbatang tebal dan
Gajah purpureum keras, daun panjang
daun lebih halus
dibandingkan raja.
2 Tumbuh membentuk
rumpun dan warna
daun hijau tua dengan
Rumput Pennisetum bagian dalam
Raja purpupoides permukaan daun
kasar, tulang daun
lebih putih daripada
rumput gajah.

3
Daun dan batang
Rumput Napier Grass halus tidak berbulu
Odot Batang lunak mudah
dimakan ternak.

4 Daunnya lebar warna


hijau gelap ,
Rumput Setaria berbatang lunak
Setaria spachelata warna merah ungu,
pelepah daun
tersusun seperti kipas
5 Rumput memiliki daun kaku
Brachiaria Brachiaria dan pendek dengan
atau decumbens ujung daun yang
Rumput runcing, dan mudah
Bede berbunga

6 Permukaan bulu
daun jarang. Semakin
ke atas, daun-
Rumput Megathyrsus daunnya semakin
Benggala maximus kecil. Daun-daun agak
lurus, dan memita.
Perbungaannya
berbentuk malai,
berbentuk piramid
7 Daun hijau segar,
Rumput Digitaria perkembangan dan
ceker ayam ciliaris pertumbuhannya
sering menjalar.

4.2 Pembahasan

Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk


dapat bertahan hidup, berproduksi serta berkembangbiak. Produksi ternak yang
tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Sumber
utama hijauan pakan adalah berasal dari rumput, leguminosa dan sisa hasil
pertanian. Pemenuhan kebutuhan rumput segar saat ini belum menjamin
ketersediaannya setiap saat. Hal ini disebabkan antara lain oleh semakin sempitnya
lahan dan ketidaksuburan lahan yang tersedia untuk menanam rumput. Untuk
mengatasi kekurangan rumput tersebut maka perlu ditanam suatu jenis rumput
yang mempunyai produksi tinggi dan berkualitas baik seperti rumput gajah
(Kusuma,2013).

Daya tumbuh dan kecepatan tumbuh rumput gajah lebih tinggi


dibandingkan rumput raja. Faktor yang menyebabkan diantaranya adalah fase
pertumbuhan rumput gajah lebih cepat dibandingkan rumput raja. Takaran auksin
dan sumber auksin juga mempengaruhi kecepatan tumbuh tanaman. Apabila
ketersediaan auksin dapat terdeteksi tepat, maka kemungkinan berhasil akan lebih
besar. Kebalikannya apabila dosis yang diberikan itu kurang atau berlebih, maka
akan mengganggu kecepatan tumbuh tanaman (Mufarihin ., A. 2012).

Penanaman Rumput Raja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu stek dan
sobekan. Menurut Siregar (1988) batang yang digunakan untuk stek sebaiknya yang
berumur cukup tua yaitu yang sudah berumur delapan bulan, panjang stek kira-kira
25-30 cm dan memiliki dua mata tunas. Bila menggunakan sobekan rumpun, maka
dipilih rumput yang muda yang tingginya 20-25 cm. Penanaman Rumput Raja
dengan menggunakan stek harus diperhatikan yaitu tunas jangan sampai terbalik.
Stek dapat langsung ditancapkan setengahnya ke dalam tanah tegak lurus atau
miring dengan jarak tanamnya 1 x 1 m, untuk penanaman dengan menggunakan
sobekan rumpun, perlu dibuat lubang sedalam 20 cm (Rukmana, 2005). Waktu
tanam yang baik adalah pada awal sampai pertengahan musim hujan. Dengan
perlakuan yang baik, maka rumput raja dapat dipanen 8-9 kali setahun dan akan
terus berproduksi selama 10 tahun.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Mengenali jenis hijauan sangat penting dalam Fakultas Peternakan.

2. Tekstur hijauan dapat diketahui dari karakteristik hijauan tersebut.

3. Prediksi produksi serta prioritas pemanfaatannya merupakan hal terpenting


dalam Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan.

5.2 Saran

1.Praktikum selanjutnya di harapkan Asisten memberi pembelajaran sebelum


kuis
2. Praktikum selanjutnya diharapkan mencari acara terbaik untuk kelangsungan
praktikum online
3. Asisten dan praktikan diharapkan sehat selalu dan terhindar dari virus COVID-
19
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, M. E. (2013). Pengaruh pemberian bokashi terhadap pertumbuhan


vegetatif dan produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Ilmu
Hewani Tropika. 2(2): 40-45.

Mufarihin, A., Lukiwati, D. R., & Sutarno, S. (2012). Pertumbuhan dan Bobot Bahan
Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang
Berbeda. Animal Agriculture Journal, 1(2), 1-15. A

Nurlaha, Agus S., dan Nur S.A. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di
Lahan Persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 1(1): 54-62.

Reksohadiprodjo, S. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE-Yogyakarta.


Yogyakarta.

Rukmana. 2005. Budidaya Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.


Yogyakarta

Sirait, J., Tarigan, A., & Simanihuruk, K. 2017. Rumput Gajah Mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) sebagai hijauan pakan untuk ruminansia. 27(4): 167-
176.

Siregar ME. 1988. Apa Itu King Grass. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Bogor.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pengenalan Jenis Tanaman Kacang dan Ramban”

Oleh :
Nama : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
Kelompok :5D
Asisten : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hijauan yang merupakan sumber makanan ternak terutama ternak


ruminansia selain merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan sumber
tenaga, juga merupakan komponen yang sangat menunjang bagi produksi dan
reproduksi ternak. jenis hijauan seperti rumput maupun kacang-kacangan
(leguminosa) dalam bentuk segar atau kering haruslah tersedia dalam jumlah yang
cukup sepanjang tahun karena jenis hijauan ini umum dikonsumsi oleh ternak.
pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada ternak perlu memiliki sifat-sifatyaitu
disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu yang
pendek maupun tumbuh kembali. hijauan pakan ternak dibagi kedalam dua bagian
yaitu bangsa rumput-rumputan dan leguminosa (semak dan pohon).
Legum merupakan tanaman yang cocok untuk makanan ternak terutama
sebagai makanan penambah konsentrat. Sebagian besar legum ditanam guna
memenuhi gizi dari ternak tersebut. Salah satu legum yang digunakan sebagai
penambah konsentrat adalah kacang kedelai. Kedelai merupakan salah satu
sumber protein nabati dengan kandungan 39%, dan 2% dari seluruh rakyat
indonesia memperoleh sumber kalori dari kedelai, kedelai telah menjadi bagian
makanan sehari-hari bangsa Indonesia selama lebih dari 200 tahun dan diakui
mempunyai nilai gizi tinggi oleh dunia internasional.
Leguminosa sering digunakan oleh peternak untuk tujuan tertentu,
disamping sebagai sumber zat–zat pakan. Apabila dicampur dengan graminae
akan baik karena merupakan gabungan antara bahan pakan yang kaya akan zat–
zat pakan dan sifat mengisi dari graminae. Legum mengandung serat yang
dibutuhkan ternak dan juga protein dan zat hijau

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengenali jenis hijauan.


2. Mahasiswa dapat mengenali tekstur hijauan.
3. Mahasiswa dapat mengenali prediksi produksi serta prioritas
pemanfaatannya.
1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “pengenalan Jenis


Tanaman Rumput” dilaksanakan pada Selasa, 24 Maret 2020 16.00 WIB s/d selesai
di Experimental Farm, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Introduksi legum pada padang rumput dapat memberikan pasokan pupuk


nitrogen optimal terhadap rumput, tanpa melepaskan sumbangan fiksasi nitrogen
dari leguminosa. Leguminosa akan meningkatkan penyediaan protein bagi
pengembalaan dan menyediakan nitrogen untuk pertumbuhan rumput.Peranan
legum pada padang rumput adalah memberikan tambahan nitrogen kepada rumput
dan memperbaiki kandungan hara secara menyeluruh pada padang pengembalaan,
terutama protein, fosfor dan kalsium. ( Saventri dkk, 2018).

Pemanfaatan legum pohon pun bila digunakan sebagai bahan pakan juga
memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah didapat dan mampu hidup pada musim
kemarau. Pemanfaatan legum pohon (gamal, lamtoro, sengon,) sebagai sumber
pakan ruminansia sangat memungkinkan, mengingat tanaman legum dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang kurang subur, tahan terhadap kekeringan, produksi
hijauan tinggi, dan kandungan protein tinggi.( Suardin dkk,2014)

pemanfaatan leguminosa sebagai sumber protein, karena tanaman


leguminosa dapat tumbuh dimana saja dan belum termanfaatkan secara maksimal.
Potensi leguminosa begitu besar sehingga leguminosa dapat dimanfaatkan sebagai
bahan penyusun pakan konsentrat ruminansia. Leguminosa sebagai pakan ternak
umumnya dibatasi karena leguminosa mengandung zat antinutrisi yang dapat
mengakibatkan kematian, oleh karena itu sebelum daun leguminosa diberikan ke
ternak perlu dilakukan pelayuan dan pengeringan. ( Prayitno dkk, 2018)
III. MATERI

3.1 Alat

1. Kaca pembesar
2. Meteran
3. Alat tulis
4. Kamera
3.2 Bahan

1. Tanaman yang tersedia di Experimental Farm


2. Lahan tanaman pakan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kacang-kacangan
• Tipe daun : Bipinpinnatus Lamtoro (Leucaena glauca)
• Tipe bunga : Mimosoidea
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutrisi : Mimosin

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Lamtoro
• Tipe daun : Bipinpinnatus Kaliandra (Calliandra callottothyrsus)
• Tipe bunga : Caesalphinioideae
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutrisi : Tannin

Sumber :
http://pasardombadankambingonlinei
ndonesia.blogspot.com/2016/02/dafta
r-jenis-tanaman-yang-seharusnya.html
• Tipe daun : Tripinpinnatus Kelor (Moringa oleifera)
• Tipe bunga: Faboideae
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutrisi : Tannin, saponin

http://indonesiadalamtulisan.blogspot.
com/2012/07/foto-dan-gambar-daun-
kelor.html

• Tipe daun : Paripinnatus Gamal (Gliricidia sepium)


• Tipe bunga : Mimosoideae
• Tipe batang : Semi tegak (perdu)
• Anti-nutrisi : Tannin

Sumber :
https://apakabartani.blogspot.com/20
17/09/membuat-pestisida-organik-
dari-daun-gamal.html
• Tipe daun : Paripinnatus Indigofera (Indigofera sp.)
• Tipe bunga : Faboideae
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutirisi : Tannin (sangat
rendah)

Sumber :
https://paktanidigital.com/artikel/daun
-indigofera-pewarna/#.XnxP3XLgrIU
4.1.2 Rambanan

• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Nangka (Arthocarpus integra)


• Anti-nutrisi : Tannin

Sumber :
http://galeridaun.blogspot.com/2013/09/
galeri-daun-semua-tentang-daun.html
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Kersen (Muntingia calabura)
• Anti-nutrisi : Saponin

Sumber :
https://khasiatq.blogspot.com/2016/07/8
-khasiat-daun-talok-atau-kersen-
untuk.html
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Waru (Hibiscus tiliaceus)
• Anti-nutrisi : Saponin

Sumber :
https://azaura.blogspot.com/2016/08/wa
ru-daun-ajaib-yang-memiliki-sejuta.html
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Dadap (Erythrina muculata)
• Anti-nutrisi : Tannin, Saponin

Sumber :
https://www.khasiatsehat.com/khasiat-
dan-manfaat-daun-dadap/
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
• Anti-nutrisi : Saponin

Sumber :
http://omahtenunku.blogspot.com/2014/
06/pengolahan-tanaman-rami-menjadi-
serat.html

4.2 Pembahasan

Hijauan pakan yang diidentifikasi dan di-evaluasi ada 7 jenis, dimana


hijauan tersebut merupakan hijauan yang sering diberikan peternak baik
berupa leguminosadan hijauan lain (non-leguminosa) yang diperoleh dari
vegetasi alam maupun yang dibudidayakan. Jenis hijauan leguminosa yang
digunakan seperti daun gamal, daun turi putih, dan daun kaliandra, sedangkan
jenis non-leguminosa seperti daun beringin, daun nangka, daun sawo, dan daun
coklat. Hasil analisis bahan pakan hijauan (leguminosadan non-leguminosa) yang
digunakan mempunyai kandungan nutrienyang berbeda-beda baik nutrien BK,
BO, PK, NDF, ADF,dan hemiselulosa (Hadi dan Hartandi, 2011).

Perkembangan suatu usaha peternakan dipengaruhi oleh ketersediaan


pakan. Pakan merupakan biaya produksi terbesar dalam usaha peternakan,
mengingat 60 hingga 70 % biaya dikeluarkan untuk penyediaan pakan. Pakan
sumber protein yang diberikan pada ternak umumnya mahal harganya, khususnya
yang berasal dari produk hewan, biji-bijian dan hasil sampingnya karena
pemanfaatannya pada ternak ruminansia bersaing dengan pakan ternak non
ruminansia. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan
leguminosa sebagai sumber protein, karena tanaman leguminosa dapat tumbuh
dimana saja dan belum termanfaatkan secara maksimal (Prayitno dkk, 2018)

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, menurut Marhaeniyanto


dan Susanti (2011) maka perlu diteliti tentang suplementasi gamal dan lamtoro
pada pakan basal jerami padi dalam upaya meningkatkan konsumsi dan kecernaan
pakan. Tujuan tersebut adalah untuk mengetahui tingkat suplementasi leguminosa
yang optimal pada pakan basal jerami padi terhadap konsumsi, kecernaan nutrien
dan pertambahan bobot badan domba. Hal tersebut merupakan pengaruh yang
sangat vital karena fakultas peternakan (mahasiswa) wajib mengetahui isi dari
kandungan leguminosa.
V. PENUTUP

14.1. Kesimpulan
6. Mengenali jenis hijauan sangat penting dalam Fakultas Peternakan.
7. Tekstur hijauan dapat diketahui dari karakteristik hijauan tersebut.
8. Prediksi produksi serta prioritas pemanfaatannya merupakan hal terpenting
dalam Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan.
14.2. Saran
3. Praktikum selanjutnya di harapkan Asisten memberi pembelajaran sebelum
kuis
4. Praktikum selanjutnya diharapkan mencari acara terbaik untuk
kelangsungan praktikum online
5. Asisten dan praktikan diharapkan sehat selalu dan terhindar dari virus
COVID-19
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, R. F., & Hartadi, H. 2011. Kecernaan in sacco hijauan leguminosa dan hijauan
non-leguminosa dalam rumen sapi Peranakan Ongole. Buletin
Peternakan. 35(2): 79-85.

Marhaeniyanto, E., & Susanti, S. 2011. Strategi suplementasi leguminosa untuk


meningkatkan penampilan domba. Buana Sains. 11(1): 7-16.

Prayitno, R.S., Wahyuni F, Pangestu E. 2018. Pengaruh Suplementasi Sumber


Protein Hijauan Leguminosa Terhadap Produksi Amonia dan Protein Total
Ruminal Secara In Vitro. Jurnal peternakan indonesia. 20 (2): 116-123.

Saventri, O., Sri M dan Fridarti. 2018. Introduksi Beberapa Jenis Leguminosa Perdu
Dan Pemberian Pupuk Urea Terhadap Produksi Dan Kualitas Rumput
Lapangan. Jurnal Embrio. 10(2): 1-14

Suardin, Natsir S, Rahim A. 2014. Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik
Campuran Rumput Mulato ( Brachiaria hybrid.cv.mulato) Dengan Jenis
Legum Berbeda Menggunakan Cairan Rumen Sapi. Jurnal JITRO. 1(1): 12-
15.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pengenalan Jenis Hijauan Limbah Pertanian”

Oleh :
Nama : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
Kelompok :5D
Asisten : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga


untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan
penyediaan hijauan yang cukup baik dalam kuantitas maupun kualitas. Beberapa
faktor yang menghambat penyediaan hijauan, yakni terjadinya perubahan fungsi
lahan yang sebelumnya sebagai sumber tumbuhnya hijauan pakan menjadi lahan
pemukiman, lahan untuk tanaman pangan, dan tanaman industri. Salah satu
langkah untuk mengurangi keterbatasan hijauan dan pakan adalah dengan
pemanfaatan limbah pertanian dan hijauan yang tumbuh di lahan perkebunan.
Dengan demikian, perlu dicari potensi hijauan asal limbah pertanian dan hijauan
yang tumbuh di lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan ternak ruminansia.
Keterbatasan pakan dapat menyebabkan daya tampung ternak pada suatu
daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi.
Hal ini dapat diatasi bila potensi pertanian/industri maupun limbahnya dapat
dioptimalkan penggunaannya sebagai bahan pakan ternak. Penggunaan bahan
pakan alternatif sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, antara lain bahan
pakan tersebut tersedia dalam satu tempat dalam jumlah yang banyak, sehingga
untuk memperolehnya tidak membutuhkan biaya yang besar.
Sumber limbah pertanian diperoleh dari komoditi tanaman pangan, dan
ketersediaanya dipengaruhi oleh pola tanam dan luas areal panen dari tanaman
pangan di suatu wilayah. Jenis limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pakan adalah jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacang
tanah, pucuk ubi kayu, serta jerami ubi jalar. Untuk mendukung pengembangan
ternak ruminansia maka potensi limbah pertanian sebagai sumber pakan perlu
diketahui. Dalam makalah ini dianalisis dan dibahas sumberdaya pakan limbah
pertanian yang berkaitan dengan potensi, daya dukung dan kemampuan masing-
masing wilayah di Indonesia.
1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengenali jenis hijauan.


2. Mahasiswa dapat mengenali tekstur hijauan.
3. Mahasiswa dapat mengenali prediksi produksi serta prioritas pemanfaatannya.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan acara “pengenalan Jenis


Tanaman Rumput” dilaksanakan pada Selasa, 24 Maret 2020 16.00 WIB s/d
selesai di Experimental Farm, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Limbah pertanian adalah sisa atau hasil ikutan dari produk utama pertanian
seperti tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, dan kotoran
ternak. Limbah pertanian diartikan sebagai bagian tanaman pertanian di atas tanah
atau bagian pucuk, batang yang tersisa setelah dipanen dan diambil hasil utamanya.
Limbah pertanian merupakan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan,
khususnya ruminansia (Yunita dkk, 2016).

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif adalah salah satu


solusi penyediaan pakan untuk usaha pengembangan ternak sapi potong, karena
petani umumnya membakar limbah tanaman pangan agar secepatnya dapat
dilakukan pengolahan tanah.Limbah pertanian ini dapat dimanfaatkan sebagai
pakan pengganti hijauan yang ketersediaannya terbatas pada ternak sapi
potong.Tanaman padi merupakan komoditi tanaman pangan dengan produksi
limbah terbesar, karena memiliki areal panen yang lebih luas dari tanaman pangan
yang lain (Rauf dan Rasbawati, 2015).

Limbah pertanian merupakan bahan pakan lokal sumber serat yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan sapi.Potensi bahan pakan dihitung
berdasarkan produksi bahan pakan dikalikan dengan luas panen dan dinyatakan
dalam bahan kering (BK).Limbah tanaman pangan adalah jerami padi sawah, jerami
jagung, jerami padi ladang, jerami kacang hijau, jerami kacang tanah, jerami ubi
kayu dan jerami ubi jalar.Hasil limbah pertanian atau limbah pakan berserat (jerami)
adalah komponen penting untuk menyediakan pakan ternak ruminansia (Samadi
dkk,2010).
III. MATERI

3.1 Alat

1.Kaca pembesar
2. Meteran
3. Alat tulis
4. Kamera
3.2 Bahan

1. Tanaman yang tersedia di Experimental Farm


2. Lahan tanaman pakan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Limbah Serelia


• Nama latin : Oryza sativa Jerami Padi
• Protein kasar : 6,5%, Sumber energi

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Jerami
• Nama Latin : Zea mays Jerami Jagung
• Protein kasar : 8,6%, Sumber energi

Sumber :
http://idejuragan.blogspot.com/2017/
04/cara-membuat-silase-jerami-
jagung-untuk.html
• Nama latin : Sorghum spp. Jerami Sorgum
• Protein kasar : 12,8%, Sumber
energi

Sumber :
http://aryazones.blogspot.com/2014/1
0/destilator-jerami-padi-yang-
berhasil.html

4.1.2 Limbah Kacang


• Nama latin : Arachis hypogea Jerami Kacang Tanah
• Protein Kasar : 4,9%, Sumber energi

Sumber :
http://cicakgenit.blogspot.com/2015/0
3/pengaruh-pengolahan-tanah-dan-
pemberian.html
• Nama latin : Vigna unguiculata spp. Hijauan Kacang Panjang
Sesquipedalis
• Protein kasar : 36%, Sumber protein

Sumber :
http://rabbittrylovers.blogspot.com/20
15/03/hai-para-penghobby-
pemelihara-ataupun.html

• Nama latin : Vignaunguiculata Hijauan Kacang Tunggak


subsp. Unguiculata
• Protein kasar : 37,7%, Sumber
protein

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_t
unggak

• Nama latin : Glycine max Jerami Kacang Kedelai


• Protein kasar : 20%, Sumber protein

Sumber :
https://fermentasipakanternaksoc.wor
dpress.com/2015/06/25/fermentasi-
pakan-ternak/
4.1.3 Limbah Umbi-umbian
• Nama latin : Ipomea batatas Hijauan Ketela Pohon
• Protein kasar : 24-29%, Sumber protein

Sumber :
http://infinitybarrel.blogspot.c
om/2018/03/manfaat-
tumbuhan-ketela-pohon-yg-
kurang.html
• Nama latin : Manihot utilissima Hijauan Daun Ubi Jalar
• Protein kasar : 20-27%, Sumber energy dan
protein

Sumber :
http://fafayosfa.blogspot.com/

4.2 Pembahasan

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar
jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan.Produksi jerami padi dalam satu
hektar sawah setiap kali panen mampu menghasilkan sekitar 10-12 ton jerami
(berat segar saat panen), meskipun bervariasi tergantung pada lokasi, jenis varietas
tanaman padi, cara potong (tinggi pemotongan) dan waktu pemotongan, seperti
pada varietas Sintanur dengan tinggi pemotongan 8 cm dari tanah dapat
menghasilkan 8-10 ton jerami segar per ha. Jerami padi yang dihasilkan ini dapat
digunakan sebagai pakan sapi dewasa sebanyak 2-3 ekor sepanjang tahun sehingga
pada lahan yang mampu panen 2 kali setahun akan dapat menunjang kebutuhan
pakan tersebut untuk 4-6 ekor (Awaluddin, 2010).

Kandungan protein yang rendah dengan daya cerna yang hanya 40%
menyebabkan rendahnya komsumsi bahan kering (kurang dari 2% berat badan
ternak).Hal tersebut jelas, tanpa penambahan konsentrat tidak mungkin dapat
meningkatkan produksi ternak, bahkan mungkin dapat menurunkan produksi.
Kendala lain yang mempengaruhi kualitas jerami adalah tingginya kandungan lignin
dan silika sehingga menyebabkan daya cerna jadi rendah (Yunilas, 2009).

Silase limbah perkebunan jagung telah umum digunakan sebagai sumber


hijauan dan dipakai untuk menggantikan sebagian silase rumput.Pengkajian
berbagai bentuk silase tanaman jagung di peternakan sapi potong dan sapi perah
telah dilakukan di berbagai negara.Kandungan NDF yang lebih tinggi menurunkan
konsumsi bahan kering silase jagung pada ternak.Silase seluruh tanaman jagung
yang dipakai menggantikan silase rumput dapat meningkatkan konsumsi hijauan
(1,5 kg BK/hari), PBHH (0,23 kg/hari) dan berat karkas (12 kg). Begitu pula hasil dari
beberapa penelitian pada sapi perah, menghasilkan hasil positif yaitu meningkatnya
konsumsi hijauan (1,5 kg BK/hari), produksi susu (1,4 kg/hari), lemak susu (0,6 g/kg)
dan konsentrasi protein susu (0,8 g/kg) (Keady 2005).
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Mengenali jenis hijauan sangat penting dalam Fakultas Peternakan.


2. Tekstur hijauan dapat diketahui dari karakteristik hijauan tersebut.
3. Prediksi produksi serta prioritas pemanfaatannya merupakan hal terpenting
dalam Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan.
5.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya di harapkan Asisten memberi pembelajaran sebelum


kuis
2. Praktikum selanjutnya diharapkan mencari acara terbaik untuk kelangsungan
praktikum online
3. Asisten dan praktikan diharapkan sehat selalu dan terhindar dari virus COVID-
19
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin.2010. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian


(BPTP) Sulawesi Selatan:Makassar.

Keady, T.W.J. 2005. Ensiled maize and whole crop wheat forages for beef and dairy
cattle: Effects on animal performance. In: Silage production and
utilization. Park, R.S. and M.D. Stronge (Eds.). Wageningen Academic
Publ. The Netherlands. pp. 65 – 82.

Rauf, J dan Rasbawati. 2015. Kajian Potensi Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak
Sapi Potong Di Kota Pare. Jurnal Galung Tropika . 4 (3): 173-178

Samadi., Y. Usman dan M. Delima. 2010. Kajian Potensi Limbah Pertanian sebagai
Pakan Ternak Ruminansia di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agripet. 10 (2)
: 45-53.

Yunilas, Ir. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara: Medan.

Yunita, L., Edy M, Suryanti K. 2016. Pola Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk
Usahatani Di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Jurnal mahasiswa pertanian
unsyiah.1 (1) : 1-9
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Analisis Rumput Potongan”

OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A0192137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan adalah pakan/asupan yang di berikan kepada hewan ternak, istilah ini
berasal dari bahasa jawa, pakan merupakan sumber energi dan materi bagi
pertumbuhan dan perkembangan hewan ternak. Pakan mempunyai peranan sangat
penting sebagai sumber enegi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
pekembangan hewan ternak. Fungsi lain dari pakan yaitu sebagai pengobatan,
reproduksi, perbaikan metabolisme lemak dll.
Industri pada peternakan masa kini, pakan yang diberikan biasanya berupa
campuran dari bahan alami dan bahan buatan (komposisi) yang telah ditingkatkan
kandungan gizinya, salah satunya yaitu yang berasal dari limbah perkebunan. Waktu
sekarang ini, pada pakan ditambahkan pula hormon dan vitamin tentu untuk
memacu pertumbuhan hewan ternak dan membebaskannya dari stress. Pakan yang
berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohodrat, mineral dan
vitaminnya seimbang.
Praktikum analisis rumput potongan kali ini merupakan suatu ilmu penting.
Supaya diperoleh usaha yang efektif dan efisien, maka diperlukan analisis antara
kebutuhan dan produksi hijauan yang seimbang. Pengetahuan tentang pengenalan
dan potensi sebagai jenis tanaman serta kebutuhan hijauan pakan pada berbagai
jenis ternak akan sangat membantu perencanaan kebutuhan pakan hijauan. Hal
tersebut yang sudah dibahas dalam praktikum kali ini.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui produksi rumput potongan.

1.3 Waktu Pelaksanaan

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Analisis Rumput Potongan”


dilaksanakan pada hari senin, 4 April 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode
daring melalui aplikasi google classroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan populasi ternak khususnya ternak ruminansia sangat perlu


didukung oleh ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun, baik kuantitas maupun
kualitasnya, mengingat hijauan pakan secara umum merupakan porsi terbesar
untuk ransum ternak ruminansia. Berbagai jenis hijauan pakan ternak telah
dibudidayakan oleh peternak baik jenis rumput-rumputan maupun jenis
leguminosa. Untuk memenuhi kebutuhan ternak yang dipeliharanya umumnya jenis
rumput-rumputan yang dibudidayakan oleh peternak adalah jenis rumput unggul
yang mempunyai tingkat produksi tinggi dan disukai oleh ternak serta mudah dalam
pengembangannya (Satata dan Maria, 2014).
Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan
yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan. Kombinasi rumput dan
legum sangat dibutuhkan agar dapat saling melengkapi unsur nutrien yang
diperlukan oleh ternak. Budidaya rumput dan legum yang berproduksi tinggi dan
tahan terhadap kekeringan perlu dilakukan (Koten dkk, 2013).
Pemanfaatan sumber daya yang efisien merupakan komponen ekonomi
yang penting. Industri peternakan sapi, pakan merupakan biaya terbesar dari
produksi, oleh karena itu, konversi efisiensi dan pemberian nutrisi pakan ke dalam
susu yang dijual langsung mempengaruhi profitabilitas susu. Efisiensi pakan sebagai
ukuran untuk mengubah nutrisi ke dalam produk hewan telah digunakan dalam
industri daging sapi, babi dan unggas (Novianti dkk, 2017).
III. PEMBAHASAN

Pertanyaan dalam praktikum kali ini mengapa kita mempelajari analisis rumput
potongan. Banyak faktor yang menghambat produksi rumput dengan banyaknya
peternakan ruminansia yang membutuhkan banyak sekali produksi hijauan.
Menurut Sesekay dkk (2013), kendala dalam penyediaan pakan hijauan yang
berkualitas dan berkelanjutan adalah lahan subur atau produktif untuk penanaman
pakan hijauan ternak, karena penggunaan lahan produktif biasanya digunakan
untuk tanaman bernilai ekonomis tinggi. Hal tersebut sesuai dengan mengapa ilmu
hijauan sangat perlu bagi peternak, terutama mahasiswa fakultas peternakan.
Vitalnya rumput dalam peternakan menjadikan produksi rumput yang harus
sesuai dengan lahan dan kualitas rumput itu sendiri. Menurut Delima dkk (2015)
rumput adalah salah satu jenis tanaman multiguna, selain berfungsi sebagai pakan
pokok ternak ruminansia, juga memiliki fungsi sebagai tanaman pencegahan erosi.
Hal ini dimungkinkan karena rumput memiliki perakaran yang kuat, dapat tumbuh
pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah, dan juga tahan terhadap genangan
air. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam praktikum, sehingga kita
ketahui bahwa rumput harus diproduksi dengan benar dan baik.
Peternak di Indonesia masih kurang dalam pemahaman analisis rumput
potongan. Menurut Suarna dan Suryani (2018) dibutuhkannya ketersediaan pakan
hijauan yang berkualitas sebagai sumber pakan utama ternak ruminansia.
Sementara, selama ini perhatian terhadap keberadaan tumbuhan penghasil hijauan
pakan masih sangat kurang. Hal tersebut sejalan dengan pentingnya produksi yang
berkualitas untuk pakan ruminansia, agar ketahanan pangan untuk manusia sendiri
terpenuhi dengan jalannya kualitas pakan untuk pangan sendiri.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Analisis rumput potongan merupakan hal penting guna produksi rumput agar
terpenuhi pakan ruminansia.
5.2. Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih aktif menanyai materi dari


praktikum karena merupakan suatu hal yang penting.
2. Sebaiknya mahasiswa melakukan hitungan yang sederhana untuk mencapai
pengetahuan yang lebih terhadap analisis rumput potongan.
DAFTAR PUSTAKA

Delima, M., Karim, A., & Yunus, M. 2015. Kajian potensi produksi hijauan pakan
pada lahan eksisting dan potensial untuk meningkatkan populasi ternak
ruminansia di kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agripet. 15(1): 33-40.

Koten, B. B., Soetrisno, R. D., Ngadiyono, N., & Soewignyo, B. 2013. Penampilan
Produksi Hijauan Hasil Tumpangsari Arbila (Phaseolus lunatus)
Berinokulum Rhizobium dan Sorgum (Sorghum bicolor) pada Jarak Tanam
Arbila dan Jumlah Baris Sorgum. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu
Peternakan. 11(1): 26-33.

Novianti, J., Purwanto, B. P., & Atabany, A. 2017. Efisiensi produksi susu dan
kecernaan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada sapi perah FH
dengan pemberian ukuran potongan yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi
dan Teknologi Hasil Peternakan. 2(1): 243-250.

Satata, B., & Kusuma, M. E. 2015. Pengaruh tiga jenis pupuk kotoran ternak (sapi,
ayam, kambing) terhadap pertumbuhan dan produksi rumput Brachiaria
humidicola. JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA (JOURNAL OF TROPICAL
ANIMAL SCIENCE). 3(2): 5-9.

Seseray, D. Y., & Santoso, B. 2013. Produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum)
yang diberi pupuk N, P dan K dengan dosis 0, 50 dan 100% pada devoliasi
hari ke-45. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. 11(1): 49-
55.

Suarna, I. W., & Suryani, N. N. 2018. Potensi Produksi Hijauan Mikania cordata
Sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Provinsi Bali. Pastura. 7(2): 74-77.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Analisis Rumput Alam”

OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A0192137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah padang rumput kiranya bukanlah hal yang asing untuk masyarakat.
Mendengar istilah itu kiranya akan timbul imajinasi tentang suatu area luas dan
datar yang ditumbuhi rumput-rumputan serta, mungkin, dilengkapi segerombolan
sapi yang sedang merumput. Dokumentasi sejarah memang menyebutkan bahwa
hewan ruminansia, sebelum dijinakkan dan diternakkan oleh manusia untuk diambil
hasil-hasilnya adalah hidup dengan bebas merumput di padang rumput.
Terdapat dua jenis rumput yang bisa diberikan untuk sapi, yaitu rumput
potongan dan rumput alam (lapangan). Rumput potongan adalah rumput yang
dipanen dengan cara dipotong, umumnya rumput jenis ini memiliki panjang kurang
lebih sekitar 2-3 meter. Rumput lapangan adalah rumput yang tertanam di tanah
dengan ketinggian kurang dari setengah meter tumbuh liar tanpa dibudidaya.
Rumput-rumputan dan berbagai bentuk padang rumput selain mempunyai
peran sebagai sumber pakan/nutrisi untuk mendukung kehidupan ternak
ruminansia juga merupakan faktor penyebab perubahan budaya pertanian
diberbagai belahan dunia. Salah satu pusat perkembangan budaya pemeliharaan
sapi pada berbagai wilayah dunia, termasuk Eropa, adalah kawasan padang rumput
alam yang disebut stepa Eroasia (Eurasia steppes). Ribuan tahun sebelum masehi,
kawasan stepa itu didiami suku bangsa Kurga yang bersifat nomadik. Setelah
mampu menjinakkan kuda sehingga dapat ditunggangi dan
mengembangbiakkannya kemudian maka suku bangsa Kurga mulai menjinakkan
kawanan sapi.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui produksi rumput alam.

1.3 Waktu Pelaksanaan


Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Analisis Rumput Alam”
dilaksanakan pada hari senin, 4 April 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode
daring melalui aplikasi google classroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Hijauan makanan ternak atau lazim disebut “hijauan” adalah makanan


pokok ternak ruminansia yang berupa rerumputan dan daun daunan. Bahan hijauan
makanan ternak dapat dikelompokkan menjadi hijauan segar, hijauan limbah
pertanian, hijauan awetan, dan limbah pengolahan pertanian. Pakan yang
berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan berpengaruh baik terhadap
ternak tersebut, yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembang biak dengan baik,
jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak yang mati
atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak yang lahir dan hidup sehat sampai
disapih akan meningkat (Rukmana, 2005).
Pemanfaatan sumber daya yang efisien merupakan komponen ekonomi
yang penting. Industri peternakan sapi, pakan merupakan biaya terbesar dari
produksi, oleh karena itu, konversi efisiensi dan pemberian nutrisi pakan ke dalam
susu yang dijual langsung mempengaruhi profitabilitas susu. Efisiensi pakan sebagai
ukuran untuk mengubah nutrisi ke dalam produk hewan telah digunakan dalam
industri daging sapi, babi dan unggas (Novianti dkk, 2017).
Rumput atau hijauan lainnya memegang peranan penting sebagai pakan
utama ternak ruminansia di Indonesia. Hal ini disebabkan karena rumino-retikulum
ternak ruminansia terdapat mikroba yang membantu proses pencernaan serat kasar
sebagai bahan makanan yang tidak dapat digunakan oleh jenis ternak lain.
Umumnya bahan pakan dasar yang ada seperti rumput alam memiliki kecernaan
yang relatif rendah. Rendahnya kualitas bahan pakan tentunya dapat berpengaruh
terhadap nilai kecernaan bahan pakan dan pada akhirnya berdampak pada
rendahnya pertambahan berat badan dan ukuran linear tubuh ternak (Tas’au dan
Nahak, 2016).
III. PEMBAHASAN

Rumput alam merupakan rumput liar yang tidak ada proses budidaya. Menurut
Nuhuyanan (2010) mengungkapkan bahwa pada daerah yang padat penduduk dan
padat ternak yang disertai adanya pemanfaatan lahan untuk pembangunan di
berbagai sektor terutama industri dan perumahanturut pula mempenga-ruhi
berkurangnya lahan sebagai sumber pakan ternak. Untuk itu pembangunan di
sektorpeter-nakan diarahkan pengembangannya pada daerah-daerah yang
memiliki potensi dan sumberdaya yang cukup tersedia bagi perkembangan
ternak ruminansia terutama Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal tersebut sangat
logis karena pembangunan di Indonesia sendiri banyak terjadi di daerah jawa dan
bagian barat Indonesia, sedangkan daerah timur masih kurang dengan
pembangunan sehingga rumput liar atau rumput alam masih banyak.
Praktikum kali ini membahas tentang rumput alam yang biasa dimanfaatkan
sebagai padang pengembalaan saja, juga bagaimana kondisi rumput tersebut
(kualitas) terhadap pencernaan ruminan. Menurut Kleden dkk (2015) menerangkan
bahwa produksi dan kualitas hijaun pakan terutama rumput alam yang tersebar
dalam areal perkebunan kopi yang tumbuh dan berkembang di bawah naungan
tanaman kopi serta hamparan padang penggembalaan umumnya sangat tergantung
pada interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan. Penurunan kualitas
hijauan pakan berfluktuasi mengikuti perubahan musim. Konsekuensinya
ketersediaan hijauan baik jumlah maupun kualitas menjadi sangat terbatas dan
sekaligus menjadi faktor pembatas pengembangan ternak selama musim kemarau.
Hal tersebut sesuai dengan praktikum bahwa iklim atau curah hujan yang termasuk
lingkungan berpengaruh terhadap kualitas rumput liar tersebut.
Proper Used Factor berhubungan dengan tingkat ketegaran atau kerawanan
padang penggembalaan. Menurut Yoku dkk (2014), cara menetap Proper Use Factor
(PUF) tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan, dan kondisi
tanah padang penggembalaan. Penggunaan padang penggembalaan ringan, sedang,
dan berat nilai PUFnya masing-masing 25-30%, 40-45%, dan 60-70%. Hal tersebut
sejalan dengan penjelasan saat praktikum.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Analisis rumput alam merupakan hal penting guna produksi rumput agar
terpenuhi pakan ruminansia.
4.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih aktif menanyai materi


dari praktikum karena merupakan suatu hal yang penting.
2. Sebaiknya mahasiswa melakukan hitungan yang sederhana untuk
mencapai pengetahuan yang lebih terhadap analisis rumput alam.
DAFTAR PUSTAKA

Kleden, M. M., Ratu, M. R. T., & Randu, M. D. 2015. Kapasitas tampung hijauan
pakan dalam areal perkebunan kopi dan padang rumput alam di
Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur. ZOOTEC. 35(2): 340-350.

Novianti, J., Purwanto, B. P., & Atabany, A. 2017. Efisiensi produksi susu dan
kecernaan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada sapi perah FH
dengan pemberian ukuran potongan yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi
dan Teknologi Hasil Peternakan. 2(1): 243-250.

Nuhuyanan, L. E. (2010). Pengaruh pemupukan dan introduksi legum terhadap


kualitas padang rumput alam di Kebar Kabupaten Manokwari. Jurnal Ilmu
Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and
Veterinary Science), 5(1), 13-19.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius : Yogyakarta.

Tas’au, G. V., & Nahak, O. R. 2016. Analisis Nutrisi Rumput Alam (Mexicana grass)
dan Rumput Raja (King grass) Sebagai Pakan Ternak di Kelompok Tani
Nekmese Kecamatan Insana Barat pada Musim Kemarau. JAS. 1(2): 22-23.

Yoku, O., A. Supriyantono., T. Widayati dan I. Sumpe. 2014. Produksi Padang


Penggembalaan Alam dan Potensi Pengembangan Sapi Bali dalam
Mendukung Program Kecukupan Daging di Papua Barat. Pastura. 3(2):
102-105.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Analisis Komposisi Botani”

OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode analisis komposisi botani mengalami perkembangan, diperkenalkan


metode “rank” atau perbandingan yang memberikan persentase relatif tentang
kedudukan spesies (relative importance percentage). Metode ini digunakan untuk
menaksir komposisi botani pada rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan
pemotongan dan pemisahan spesies hijauan. Namun belum banyak diketahui
masyarakat.
Analisa komposisi botani diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura yang
dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisis
komposisi botani dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung
komposisi botani yang ada di suatu pastura. Hal ini tentu akan menjadi masalah
dalam menentukan akurasi jenis botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat
kondisi botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat kondisi botani yang ada
secara keseluruhan. Perlunya metode analisis komposisi botani hijauan makanan
ternak yang cepat dan tepat.
Rumput-rumputan dan berbagai bentuk padang rumput selain mempunyai
peran sebagai sumber pakan/nutrisi untuk mendukung kehidupan ternak
ruminansia juga merupakan faktor penyebab perubahan budaya pertanian
diberbagai belahan dunia. Salah satu pusat perkembangan budaya pemeliharaan
sapi pada berbagai wilayah dunia, termasuk Eropa, adalah kawasan padang rumput
alam yang disebut stepa Eroasia (Eurasia steppes). Ribuan tahun sebelum masehi,
kawasan stepa itu didiami suku bangsa Kurga yang bersifat nomadik. Setelah
mampu menjinakkan kuda sehingga dapat ditunggangi dan
mengembangbiakkannya kemudian maka suku bangsa Kurga mulai menjinakkan
kawanan sapi.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui analisis komposisi botani.


1.3 Waktu Pelaksanaan

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Analisis Komposisi Botani”


dilaksanakan pada hari senin, 11 mei 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode
daring melalui aplikasi google classroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana


tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang
merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Penjaminan
kelangsungan hidup dan produktivitas ternak sangat ditentukan oleh ketersediaan
hijauan makanan ternak, berkualitas baik dalam jumlah yang cukup tersedia.
Peningkatan produktivitas ternak berkaitan erat dengan ketersediaan pakan yang
berkesinambungan baik jumlah maupun mutu (Putra dkk, 2018).
Komposisi botani oleh pakar padang rumput, sering dipandang sebagai salah
satu indikator kualitas suatu padang penggembalaan. Hal ini dapat diketahui lewat
pendeteksian komposisi komponen rumput, legum dan gulma. Lahan
penggembalaan yang terlalu didominasi oleh jenis rumput-rumputan akan
berkurang kualitasnya (Hawolambani dkk, 2015).
Komposisi hijauan suatu padang penggembalaan turut menentukan
kualitas hijauan pakan. Analisis komposisi botani merupakan suatu metode
yang digunakan untuk menggambarkan adanya spesies-spesies tumbuhan
tertentu serta proporsinya di dalam suatu ekosistem padangan. Komposisi suatu
padangan tidak konstan, hal ini disebabkan karena adanya perubahan susunan
akibat adanya pengaruh iklim, kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh
ternak (Yoku dkk, 2015).
III. PEMBAHASAN

Peternakan tidak jauh dengan pakan, dimana unsur pakan adalah presentase
terbesar atau yang paling vital dalam peternakan. Indonesia sendiri memiliki lahan
yang luas dalam segi luas lahan, karena pembangunan yang masih sedikit sehingga
tanahnya masih asri dan segar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Selan dkk
(2019), bahwa Padang penggembalaan di Indonesia umumnya merupakan padang
penggembalaan alam yang didominasi oleh tanaman perenial, sedikit atau tidak
terdapat semak belukar, gulma (weed) dan tidak ada pohon, dan tidak ada
pengaruh manusia terhadap susunan floranya.
Perlunya analisis komposisi botani selain untuk mengetahui komposisi
presentase tanaman pakan, juga agar meningkatkan produksi hijauan, memperbaiki
unsur yang ada agar hijauan memiliki komposisi yang baik untuk ternak sendiri. Hal
tersebut sesuai dengan Tana dkk (2015) yang menyatakan bahwa komposisi botani
padang rumput alam, dapat diketahui lewat pendeteksian komposisi komponen
rumput, legum dan gulma. Komposisi botani juga dapat digunakan sebagai
indikator terjadinya gangguan pada komunitas vegetasi dengan cara melakukan
pengamatan terhadap pola-pola persebaran vegetasi di dalam komunitas.
Metode analisis komposisi botani yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu
metode langsung dan metode pendugaan. Metode langsung yaitu pemisahan
dengan menggunakan tangan (manual) dan penimbangan hijauan yang telah
dipotong. Metode ini paling akurat jika jumlah sampel hijauan sedikit, tetapi kurang
efisien waktu. Metode pendugaan yaitu menggunakan estimasi (perkiraan)
persentase berat pada hijauan makanan ternak yang telah dipotong. Tidak
ditimbang tapi hasil belum tentu akurat. Lebih efisien waktu karena jumlah sampel
hijauan yang dianalisis banyak. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rosnah dan Yunus (2018) yang menggunakan metode survey dengan
teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan dan teknik pengukuran
(observasi).
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Analisis komposisi botani merupakan cara untuk mendapatkan presentase


suatu padang pengembalaan untuk mengetahui jenis tanaman pakan dalam
suatu padang pengembalaan.
4.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih aktif menanyai materi dari


praktikum karena merupakan suatu hal yang penting.
2. Sebaiknya mahasiswa dapat melihat dan melaksanakan secara langsung teknik
pemupukan karena merupakan hal penting, namun COVID-19 menghalangi
hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hawolambani, Y. U., Nastiti, H. P., & Manggol, Y. H. 2015. Produksi Hijauan


Makanan Ternak Dan Komposisi Botani Padang Penggembalaan Alam
Pada Musim Hujan Di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten
Kupang. Jurnal Nukleus Peternakan. 2(1): 59-65.

Putra, R. K., Nastiti, H. P., & Manggol, Y. H. 2018. Komposisi Botani Dan Produksi
Hijauan Makanan Ternak Padang Penggembalaan Alam Di Desa Letneo
Kecamatan Insana Kabupaten Ttu. Jurnal Nukleus Peternakan. 5(1): 42-48.

Rosnah, U. S., & Yunus, M. 2018. Komposisi Jenis Dan Jumlah Pemberian Pakan
Ternak Sapi Bali Penggemukan Pada Kondisi Peternakan Rakyat. Jurnal
Nukleus Peternakan. 5(1): 24-30.

Seran, A. D., Manggol, Y. H., & Temu, S. T. 2019. Komposisi botani dan produksi
hijauan serta kapasitas tampung padang penggembalaan alam di desa
Bena Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Jurnal Peternakan Lahan Kering. 1(1): 136-142.

Tana, D. N., Nastiti, H. P., & Temu, S. T. 2015. Komposisi Botani Dan Produksi
Hijauan Makanan Ternak Musim Hujan Pada Padang Penggembalaan
Alam Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal
Nukleus Peternakan. 2(2): 144-151.

Yoku, O., Supriyantono, A., Widayati, T., & Sumpe, I. 2015. Komposisi Botani Dan
Persebaran Jenis-Jenis Hijauan Lokal Padang Pengembalaan Alam Di
Papua Barat. Pastura. 4(2): 62-65.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Silase”

OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan


dalamkantong plastic yang kedap udara atau silo, dan drum. Terjadi proses
fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Proses silase ini melibatkan
bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu, yaitu Lactis Acidi dan
streptococcus yang hidup secara anerob dengan derajat keasaman 4(pH 4).
Melimpahnya hijauan pada musim hujan adalah sauatu kesempatan bagi
peternak untuk menyimpan pakan hijauannyauntuk musim kemarau. Bagaimana
caranya pakan hijauan tersebut yang disimpan tidak kering dan nilai gizi atau
protein tidak berkurang, dan pakan hijauan tersebut dapat disimpan selama 1
bulan, 2 bulan atau 6 bulan bahkan 1 tahun. Diperkenalkan salah satu lagi teknologi
pengewatan pakan hijaun ternak yaitu Silase.
Praktikum acara silase kali ini akan mempelajari tentang pembuatan silase juga
kegunaan daripada silase itu sendiri. pengawetan hijauan merupakan salah satu dari
sistem produksi ternak. Besar harapan kami para praktikan dapat melaksanakan
pembuatan silase dengan cara praktikum asli, agar mengerti dan memahami
bagaimana cara membuat silase.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengawetan silase.

1.3 Waktu Pelaksanaan

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Jerami Amoniasi” dilaksanakan


pada hari senin, 11 mei 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode daring melalui
aplikasi google classroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Musim hujan para peternak umumnya tidak mengalami kesulitan untuk


mencari hijauan pakan bagi ternak peliharaannya, karena rumput dan hijauan lain
dapat tumbuh dengan subur. Apabila menghadapi musim kemarau, maka mereka
akan mengalami kesulitan mencari hijauan untuk pakan ternak. Menanggulangi
masalah tersebut, terdapat salah satu cara yang dapat digunakan para peternak
untuk selalu mendapatkan hijauan untuk ternaknya di segala musim, solusi tersebut
yaitu dengan cara mengawetkan hijauan yang melimpah pada musim penghujan
melalui proses ensilasi, sehingga didapatkan suatu produk yang dinamakan silase
(Ratnakomala, 2015).
Silase hijauan merupakan produk pengawetan pakan hijauan melalui
pengaruh keasaman dengan proses fermentasi secara anaerob. Prinsip pembuatan
silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam
laktat. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai
zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk (Sirait dkk, 2017).
Untuk memperoleh silase yang berkualitas dan proses fermentasi, berbagai
bahan additive telah digunakan. Bakteri asam laktat telah digunakan untuk
mempercepat penurunan pH menurunkan dan proteolisis. Kombinasi
pengkondisian anaerob dan keasaman akan menahan hijauan dari proliferasi
bakteri dan jamur serta meningkatkan palatabilitas yang disebabkan oleh produksi
asam laktat, juga meningkatkan kecernaan bahan kering, bahan organik serta
protein (Hidayat, 2014).
III. PEMBAHASAN

Silase adalah hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan
dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %) melalui proses fermentasi
dalam silo. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ilham dan Mukhtar (2017)
bahwa silase merupakan hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar
di dalam silo dan mengalami proses fermentasi sehingga pakan menjadi awet. Silase
mengandalkan proses fermentasi didalam silo.
Umumnya penyediaan pakan ternak yang berkualitas dan kontinyu menjadi sulit
pada musim kemarau. Produksi ternak ruminansia tidak dapat terlepas dari
produksi dan kualitas hijauan pakan yang dikonsumsinya karena pakan merupakan
faktor penting dalam usaha peternakan. Menurut Herlinae dkk (2015) bahwa pakan
sangat diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi. Pakan
merupakan faktor utama penentu tingkat produksi dan produktivitas ternak karena
biaya pakan menempati 60 – 80% dari total biaya usaha peternakan.
Pemberian bahan pengawet / bahan imbuhan (additif) secara tidak langsung
ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung hidrat arang
(carbohydrate) yang siap diabsorpsi oleh mikroba. Menurut Kojo dkk (2015) proses
pembuatan silase, bahan tambahan sering digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan atau mempertahankan kualitas dari silase. Dedak padi dan tepung
jagung merupakan beberapa bahan tambahan yang dapat digunakan dalam
pembuatan silase sebagai sumber karbohidrat terlarut. Keuntungan dari dedak padi
dan dedak jagung sebagai bahan tambahan yaitu harga yang relatif murah serta
mudah didapat. Hal tersebut sesuai dengan praktikum sendiri dimana menggunakan
bahan yang mengandung hidrat arang seperti yang dijelaskan diatas.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Silase berguna saat musim kemarau.


2. Silase berguna untuk pengawetan kelebihan tanaman pakan saat musim
hujan.
4.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih aktif menanyai materi


dari praktikum karena merupakan suatu hal yang penting.
2. Sebaiknya mahasiswa dapat melihat dan melaksanakan secara langsung
teknik pemupukan karena merupakan hal penting, namun COVID-19
menghalangi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, N. 2014. Karakteristik dan kualitas silase rumput raja menggunakan


berbagai sumber dan tingkat penambahan karbohidrat
fermentable. Jurnal Agripet. 14(1): 42-49.

Herlinae, H., Yemima, Y., & Rumiasih, R. 2015. Pengaruh Aditif EM4 dan
Gula Merah Terhadap Karakteristik Silase Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum). JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA
(JOURNAL OF TROPICAL ANIMAL SCIENCE). 4(1): 27-30.

Ilham, F., & Mukhtar, M. 2017. Perbaikan produktivitas kambing kacang


melalui pelatihan pembuatan pakan silase bagi warga di
Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. ABDIMAS:
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. 10(02).

Kojo, R. M., Rustandi, D., Tulung, Y. R. L., & Malalantang, S. S. (2015).


PENGARUH PENAMBAHAN DEDAK PADI DAN TEPUNG
JAGUNG TERHADAP KUALITAS FISIK SILASE RUMPUT GAJAH
(Pennisetum purpureumcv. Hawaii). ZOOTEC. 35(1): 21-29.

Ratnakomala, S. (2015). Menabung Hijauan Pakan Ternak Dalam Bentuk


Silase. Biotrends. 4(1): 15-18.

Sirait, J., Tarigan, A., & Simanihuruk, K. 2017. Rumput Gajah Mini
(Pennisetum purpureum cv. Mott) sebagai hijauan pakan untuk
ruminansia. Wartazoa. 27(4): 167-176.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Awetan Kering”

OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkan untuk diberikan kepada ternak pada
kesempatan lain. Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air menjadi 15-
20 persen di dalam waktu yang singkat, baik dengan panas matahari maupun
dengan panas buatan. Tujuan menurunkan kadar air adalah agar sel-sel hijauan
tersebut cepat mati dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Hay umumnya berasal dari tanaman rumput dan daun-daunan dari tanaman
leguminosa. Di Indonesia dikenal dengan sebutan hijauan kering. Pengertiannya
sering keliru dengan jerami, yang mana keduanya dapat dipergunakan sebagai
makanan ternak. Jerami adalah sisa-sisa hijauan dari tanaman padi dan leguminosa
setelah buahnya dipetik untuk kepentingan manusia, seperti jerami padi, kacang
kedele, dan lainnya. Jadi jerami dan hay berbeda.
Praktikum awetan kering kali ini akan mempelajari bagaimana unsur yang
terkandung dalam hay, jenis-jenis hay, dan yang sebagainya. Awetan kering ini
termasuk hijauan pakan. Berbeda dengan yang segar, hay adalah kebalikannya,
disimpan dalam jangka waktu tertentu.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai awetan kering.

1.3 Waktu Pelaksanaan

Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Analisis Komposisi Botani”


dilaksanakan pada hari senin, 11 mei 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode
daring melalui aplikasi google classroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemenuhan kebutuhan pakan baik dari segi kualitas maupun kuantitas


sangat diperlukan karena pakan merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang produktifitas ternak kambing kacang. Kondisi ketersediaan hijauan di
Indonesia saat ini berfluktuatif, ketika musim hujan, hijauan melimpah, sedangkan
pada musim kemarau ketersediaan hijauan berkurang (Jaelani dkk, 2014).
Usaha pengawetan hijauan pakan yang sering disebut konservasi hijauan
pakan ada beberapa cara yaitu dengan pembuatan hay, silase dan haylage. Hay
adalah pengawetan hijauan pakan dengan cara pengeringan sehingga hijauan akan
diberikan kepada ternak dalam bentuk kering. Silase adalah pengawetan hiajauan
pakan dalam keadaan segar, sehingga ketika diberikan kepada ternak diupayakan
untuk tetap dalam keadaan segar (Rostini dan Jaelani, 2015).
Jerami padi mempunyai karakteristik kandungan protein kasar rendah serta
kandungan serat kasar tinggi antara lain selulosa, hemiselulosa. Kandungan protein
kasar pada jerami padi sekitar 2-5%, kandungan serat dan lignin (NDF >50%), serta
memiliki kecernaan rendah (<60%). Pemberian pakan jerami padi saja pada ternak
tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk produksi optimum (Lokapirnasari, 2013).
III. PEMBAHASAN

Kebutuhan pakan dalam peternakan sangat dibutuhkan. Selain untuk memenuhi


kebutuhan makan, pakan yang baik berpengaruh terhadap kesehatan ternak
sendiri, seperti halnya manusia, ternak pun butuh nutrisi lengkap agar sehat. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Daning dkk (2019) bahwa ketersedian pakan
yang tidak kontinyu ini dikarenakan langkanya bahan pakan terutama di musim
kemarau. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut berbagai terobosan telah
dilakukan, untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak yang umum dilakukan
adalah dengan membuat menjadi hijauan kering (hay), penambahan urea
(amoniasi) dan awetan hijauan (silase).
Petani dan peternak Indonesia sudah seharusnya berkolaborasi menciptakan
kebermanfaatan bagi pertanian maupun peternakan. Petani indonesia sering
membuang limbah pertanian mereka sedangkan sektor peternakan membutuhkan
limbah pertanian untuk pakan ternak. Hal tersebut sesuai dengan aoa yang
dinyatakan oleh Ernawati dan Ngawit (2014) bahwa petani sering membuang
percuma atau membakar gulma, limbah pertanian, dan produk hijauan lainnya pada
waktu musim hujan atau sebelum pengolahan tanah dan sesaat setelah panen. Hal
tersebut terjadi karena petani tidak memiliki pengetahuan untuk pengolahannya
atau desain pemanfaatannya yang bersifat multiguna, seperti untuk pakan ternak
awetan silase dan hay.
Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan pakan temak
ruminansia sering dilakukan terutama dcngan mengawetkan hijauan pakan yang
berlimpah produksinya dimusim hujan agar selalu tersedia sepanjang tahun. Banyak
cara yang digunakan untuk mengawetkan pakan hijauan, umumnya dikenal
pengawetan dalam bentuk segar (Silase) maupun dalam bentuk kering (Hay).
Menurut Nuhuyanan (2010) wafer hijauan merupakan salah satu bentuk
pengawetan dengan cara kering (hay), dimana hijauan segar dipotong dengan
ukuran tertentu, dikeringkan dengan panas buatan hingga 400°C sampai kadar air
15 % selanjutnya dibentuk menjadi blok-blok dan proses ini tidak mempengaruhi
kecernaan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan praktikum bahwa hay dapat
dibuat dengan cara dipanaskan dengan uap panas.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Awetan kering murupakan suatu pakan hijauan kering yang dapat


diawetkan agar pakan tersedia dimusim manapun.
4.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih aktif menanyai materi


dari praktikum karena merupakan suatu hal yang penting.
2. Sebaiknya mahasiswa dapat melihat dan melaksanakan secara langsung
teknik pemupukan karena merupakan hal penting, namun COVID-19
menghalangi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Daning, D. R. A., Utami, K. B., & Riyanto, R. TEKNOLOGI SILASE KOMPLIT


SEBAGAI PAKAN KAMBING PADA KELOMPOK TERNAK REZEKI
DI DESA SEGARAN KECAMATAN PAGEDANGAN KABUPATEN
MALANG. Buletin Udayana Mengabdi. 18(2): 128-135.

Ernawati, N. M. L., & Ngawit, I. K. 2015. Eksplorasi Dan Identifikasi Gulma,


Hijauan Pakan dan Limbah Pertanian yang dimanfaatkan sebagai
Pakan Ternak di Wilayah Lahan Kering Lombok Utara. Buletin
Peternakan. 39(2): 92-102.

Jaelani, A., Rostini, T., Zakir, M. I., & Jonathan, J. (2014). Pengaruh
Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi Terhadap Penampilan
Kambing Kacang (Capra hircus). Sains Peternakan: Jurnal
Penelitian Ilmu Peternakan. 12(2): 76-85.

Nuhuyanan, L. E. 2010. PENGARUH PEMBERIAN WAFER RUMPUT


GAJAH DENGAN PEREKAT FERMENTED MOTER LIQUOR
(FML) DAN TETES (MOLASSES) TERHADAP KONSUMSI
PAKAN, KECERNAAN ZAT-ZAT MAKANAN DAN KENAIKKAN
BERAT BADAN SAPI BALI JANTAN. Jurnal Ilmu Peternakan dan
Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary
Science). 5(2): 111-117.

Rostini, T., & Jaelani, A. 2015. Pemanfaatan Hijauan Rawa Sebagai Pakan
Ternak Pada Kelompok Ternak Banua Raya. Jurnal Pengabdian Al-
Ikhlas Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al
Banjary. 1(1): 30-35.

Widya Paramita, L. 2013. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar pada
Haylase Jerami Padi dengan Inokulum Selulolitik yang
Berbeda. Jurnal Agro Veteriner. 2(1): 8-15.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Jerami Amoniasi”

OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amoniasi adalah cara pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai


bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat
sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya). Cara ini mempunyai keuntungan-
keuntungan yaitu: sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari
urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan dan
efisien. Jerami padi yang diberi perlakuan urea 4% dan disimpan selama 4 minggu
terjadi peningkatan daya cerna dari 35% menjadi 43,6% dan kandungan nitrogen
total dari 0,48% menjadi 1,55%.
Jerami adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan batang
tanaman serealia yang telah kering, setelah biji-bijiannya dipisahkan. Massa jerami
kurang lebih setara dengan massa biji-bijian yang dipanen. Jerami memiliki banyak
fungsi, di antaranya sebagai bahan bakar, pakan ternak, alas atau lantai kandang,
pengemas bahan pertanian (misal telur), bahan bangunan (atap, dinding, lantai),
mulsa, dan kerajinan tangan. Jerami umumnya dikumpulkan dalam bentuk
gulungan, diikat, maupun ditekan. Mesin baler dapat membentuk jerami menjadi
gulungan maupun kotak.
Praktikum jerami amoniasi kali ini akan mempelajari bagaimana pengawetan
hijauan dengan amoiasi. Tanaman hijauan pakan tidak selamanya ada, sehingga
pengawetan seperti amoniasi ini sangat penting dipelajari. Pakan merupakan bagian
vital dalam peternakan manapun, oleh sebab itu praktikum kali ini merupakan
unsur terpenting dalam ilmu peternakan.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui amoniasi jerami.

1.3 Waktu Pelaksanaan


Praktikum Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan “Jerami Amoniasi” dilaksanakan
pada hari senin, 11 mei 2020 pukul 14.30 s/d selesai dengan metode daring melalui
aplikasi google classroom.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Jerami padi mempunyai karakteristik kandungan protein kasar rendah serta


kandungan serat kasar tinggi antara lain selulosa, hemiselulosa. Kandungan protein
kasar pada jerami padi sekitar 2-5%, kandungan serat dan lignin (NDF >50%), serta
memiliki kecernaan rendah (<60%). Pemberian pakan jerami padi saja pada ternak
tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk produksi optimum (Lokapirnasari, 2013).
Masalah mendasar tentang pakan untuk mendukung produksi dan
produktivitas ternak ruminansia di Indonesia pada umumnya dikarenakan
rendahnya kualitas, kuantitas dan kontintuitas pakan hijauan. Kendala penyediaan
pakan hijauan berkualitas diantaranya, luas lahan yang semakin sempit dan
produksi hijauan yang dibatasi oleh musim, sehingga secara kontinyu tidak dapat
tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Masalah penyediaan pakan
teratasi dengan mengefisienkan penggunaan lahan, penanganan pasca panen dan
pemanfaatan limbah pertanian. Produksi limbah pertanian sampai saat ini masih
merupakan produk yang belum dimanfaatkan secara baik, sehingga perlu dikaji
kemungkinan pemanfaatannya sebagai pakan ternak yang optimal (Hanum dan
Usman, 2011).
Proses fermentasi dengan produksi protein mikroba saling ketergantungan.
Tenaga penggerak digambarkan sebagai ATP yang diperoleh dari fermentasi
anaerobik karbohidrat. Hasil akhir fermentasi tersebut berupa VFA dan gas metana
yang kemudian akan bergabung dengan Nitrogen Bukan Protein (NBP) ke dalam sel
mikroba. Pemberian jerami amoniasi sebagai sumber NBP perlu diimbangi dengan
konsentrat sebagai sumber energi agar pertumbuhan mikroba rumen dapat optimal
(Hindratiningrum, 2011).
III. PEMBAHASAN

Faktor penghambat berkembangnya peternakan adalah tersendatnya


kebutuhan pakan ternak sendiri, dimana para peternak memerlukan pakan
alternatif sebagai pengganti pakan disaat panceklik musim kemarau. Menurut
Afrianti dkk (2019) dalam penelitiannya mengharapkan setelah dilakukan
penyuluhan dan pelatihan masyarakat lebih semangat dalam melakukan usaha
ternak potong dan pemanfaatan limbah pertanian untuk diolah menjadi pakan
alternatif dengan metode amoniasi.
Pembuatan Jerami menurut Sriyani dkk (2016) dalam penelitiannya yaitu
Langkah-langkah dalam pembuatan jerami amoniasi yaitu jerami padi ditimbang
sesuai dengan jumlah yang diperlukan dipotong-potong dengan ukuran sekitar 5-10
cm. Urea sebanyak 6 % dari bobot jerami padi di larutkan pada air bersih. Jumlah air
bersih yang diperlukan sebanding dengan jumlah jerami padi yang digunakan,
misalnya jerami padi 50 kg, diperlukan air 50 liter. Selanjutnya jerami padi yang
telah dipotong-potong di sebar sehingga membentuk lapisan setebal 10-20 cm.
Jerami ini selanjutnya disemprot dengan larutan urea secara merata, selanjutnya di
buat lapisan berikut sehingga jerami padi tersusun sedemikian rupa membentuk
tumpukan ke atas. Setelah penumpukan jerami selesai, ditutup dengan rapat
menggunakan plastik dan disimpan selama tiga minggu (21 hari). Setelah
penyimpanan, tutup dibuka, dikering anginkan dan jerami padi amoniasi dapat
digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Hal tersebut sesuai dengan
pembandingan air bersih dengan jerami pada saat praktikum yaitu 1 : 1.
Salah satu faktor penghambat penyediaan hijauan makanan ternak adalah
musim. Menurut Amin dkk (2016) menyatakan bahwa pada musim hujan produksi
hijauan sangat melimpah, sedangkan pada musim kemarau produksi hijauan sangat
berkurang sehingga kepentingan pemanfaatan limbah pertanian oleh ternak tidak
dapat diabaikan. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang terdapat
dalam jumlah yang melimpah dan mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai
makanan ternak. Karakterisitk jerami padi ditandai oleh rendahnya kandungan
nitrogen, kalsium, dan fosfor; sedangkan kandungan serat kasarnya tinggi.
IV. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Amoniasi merupakan suatu pakan dari limbah pertanian.


3.2 Saran

1. Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih aktif menanyai materi


dari praktikum karena merupakan suatu hal yang penting.
2. Sebaiknya mahasiswa dapat melihat dan melaksanakan secara langsung
teknik pemupukan karena merupakan hal penting, namun COVID-19
menghalangi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, T., Syaiful, F. L., & Seftiadi, Y. 2019. PEMBERDAYAAN


MASYARAKATMELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN
ALTERNATIF AMONIASI JERAMI JAGUNG DI NAGARI
PELANGAI KACIAK KECAMATAN RANAH PESISIR, PESISIR
SELATAN. Jurnal Hilirisasi IPTEKS. 2(2): 122-129.

Amin, M., Hasan, S. D., Yanuarianto, O., Iqbal, M., & Karda, I. W. 2019.
Peningkatan kualitas jerami padi menggunakanteknologi amoniasi
fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia
(JITPI), Indonesian Journal of Animal Science and
Technology. 2(1): 96-103.

Hanum, Z., & Usman, Y. 2011. Analisis proksimat amoniasi jerami padi
dengan penambahan isi rumen. Jurnal Agripet. 11(1): 39-44.

Hindratiningrum, N., Bata, M., & Santosa, S. A. 2011. Produk fermentasi


rumen dan produksi protein mikroba sapi lokal yang diberi pakan
jerami amoniasi dan beberapa bahan pakan sumber energi. Jurnal
Agripet, 11(2): 29-34.

Jaelani, A., Rostini, T., Zakir, M. I., & Jonathan, J. 2014. Pengaruh
Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi Terhadap Penampilan
Kambing Kacang (Capra hircus). Sains Peternakan: Jurnal
Penelitian Ilmu Peternakan. 12(2): 76-85.

Sriyani, N. P., Ariana, N. T., Oka, A. A., & Utami, I. A. P. 2016. PELATIHAN
TEKNOLOGI JERAMI AMONIASI UNTUK PAKAN TERNAK SAPI
BALI DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM SIMANTRI
PADA KELOMPOK TERNAK “WIDHYA SEMESTI” DESA
ANTURAN-BULELENG. Buletin Udayana Mengabdi, 15(3): 1-5.

Anda mungkin juga menyukai