OLEH :
ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
D1A019137
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
OLEH :
ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
D1A019137
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
D1A019137
Oleh :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
3.1. Alat
1. Pisau
2. Cangkul
3. Sabit
4. Tali Rafia
5. Meteran
6. ATK
3.2. Bahan
1. Tanah/lahan seluas ±20 – 50 m2 tiap regu.
2. Bibit tanaman pakan (stek dan anakan rumput), diantaranya rumput gajah,
gamal dan sorgum merah.
3. Air sumur atau air irigasi atau air hujan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Perhitungan Stek
Perhitungan stek menggunakan rumus sebagai berikut :
lebar lahan 470
Kebutuhan = = = 15,67 ≈ 16 stek
jarak tanam 30
16 stek / parit, maka
16 x 5 = 80 stek
4.1.2. Pengolahan Lahan
4.1.3. Penanaman
4.2. Pembahasan
Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan
oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang dimilikinya. Manajemen tanaman pakan adalah suatu
metode untuk membudidayakan tanaman pakan dengan tujuan memperoleh
tanaman yang baik. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Akbar dkk. (2017)
bahwa pentingnya meningkatnya lahan hijauan tanaman pakan akan berimplikasi
pada meningkatnya produksi tanaman hijauan untuk memenuhi kebutuhan
produksi ternak, karena pakan hijauan berfungsi sebagai kebutuhan dan juga
sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
Tanaman yang ditanam dapat berupa stek, biji ataupun sobekan daun. Stek
merupakan metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan potongan tubuh
tanaman (akar, daun, batang). Pemotongan saat membuat stek mempunyai
standarnya dimana bagian bawah tanaman harus di potong lancip sedangkan
bagian atasnya di potong datar. Hal ini sesuai dengan pendapat Darwo dan Irma
(2018) bahwa pada bagian pangkal disayat dengan kemiringan 45°.
Penanaman merupakan salah satu langkah dalam budi daya tanaman yang
sangat berpengaruh pada hasil produksi. Stek juga ditaman dengan kemiringan 30-
45 ͦ agar tunas tumbuh bukan hanya dibagian ujung saja tetapi di bagian batang
juga, serta akan membuat tanaman tersebut nantinya akan menjadi kokoh karna
memiliki akar yang kuat. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Isa, dkk. (2015)
yang menyatakan bahwa stek yang ditanam vertikal akan membentuk akar secara
merata dan dapat lebih banyak mengambil unsur hara untuk pertumbuhan tunas
dan panjang tanaman yang membuat jumlah umbi meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah tunas.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Akbar, R., Liman, dan Agung KW. 2017. Evaluasi Komposisi Botani dan Nilai Nutrient
pada Rumput di Rawa Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 5(3): 72-76.
Budiasa, I Putu. 2005. Peran Serta Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) dalam
Perubahan Karkas pada Kambing Kacang Akibat Pemberian Soya Hall
sebagai Pakan Tambahan. Jurnal Stindo Profesional. 5(1) : 64-72.
Darwo dan Irma Y. 2018. Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh
Terhadap Keberhasilan Stek Masoyi. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 15
(1) : 1-66.
Isa, M., H. Setiado., L.A.P. Putri. 2015. Pengaruh Jumlah Ruas dan Sudut Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar
(Ipomea batatas L.) Lamb. Jurnal Agroekoteknologi. 4(1): 1945-1952.
Nita, CE., Bambang S., dan Wani HU. 2015. Pengaruh Pengolahan Tanah dan
Pemberian Bahan Organik (Blotong dan Abu Ketel) Terhadap Porositas
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Tebu pada Ultisol. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. 2(1): 119-127.
Nurlaha, Agus S., dan Nur S.A. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di
Lahan Persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 1(1): 54-62.
OLEH :
NAMA : ABHIPRAYA FAUZAN NUGRAHA
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : RENI SYADATINA
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenali jenis pupuk secara visual.
2. Mahasiswa mampu mengenali kandungan mineral dan aplikasi berbagai jenis
pupuk.
Pupuk adalah materi yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Materi pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan
membantu kelancaran proses metabolisme (Novita R. dan Novita Sari, 2015)..
Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan
atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Pupuk
organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dewanto dkk, 2013).
Perkembangan ilmu pertanian dan jumlah populasi manusia maka
kebutuhan pangan juga meningkat. Revolusi hijau di Indonesia yang memberikan
hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk
sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety),
penggunaan pestisida, intensifikasi lahan mengalami peningkatan. Perkembangan
jaman tersebut membuat ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan
manajemen di lahan pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk kimia dan pestisida
kimia akibat pemakaian bahan – bahan tersebut secara berlebihan dan berdampak
terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat
tercemarnya bahan–bahan sintesis tersebut (Roidah, 2013).
III. PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
1. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
dari bahan organik, sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses
rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis dan merupakan hasil industri
atau pabrik pembuat pupuk.
2. Pupuk berdasarkan jenis kandungan unsur haranya, yaitu pupuk tunggal
dan pupuk majemuk.
3. Pupuk NPK termasuk dalam pupuk majemuk karena memiliki unsur hara
yang lebih dari satu.
4. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu
mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal.
5. Ketepatan dosis, cara dan waktu pemupukan yang tepat sangat penting
agar produksi optimum.
4.2 Saran
Dewanto, Frobel G., J.J.M.R. Londok, R.A.V. Tuturoong dan W. B. Kaunang. 2013.
Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik terhadap Produksi
Tanaman Jagung sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek. 32(5): 158 - 171.
Novita, Rice dan Novita Sari. 2015. Sistem Informasi Penjualan Pupuk Berbasis E-
Commerce. Jurnal TEKNOIF. 3(2) : 1 - 6.
Roidah, Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan
Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO. 1 (1) : 30 – 42.
Syafruddin, Nurhayati, dan Ratna Wati. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. J. Floratek. 7 :
107 – 114.
Wijana, I Nyoman Yogi Supartha Gede dan Gede Menaka Adnyana. 2012. Aplikasi
Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Agroekoteknologi. 1(2) : 99 - 106.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pemupukan Tanaman Pakan”
OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A0192137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Hijauan adalah semua jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan. Hijauan sangat penting untuk ternak ruminansia, hal tersebut dikarenakan
hijauan adalah sumber pakan utama bagi ruminansia. Pertumbuhan hijauan
dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah pupuk.
Komponen dan kandungan dalam pupuk juga mempengaruhi kondisi ternak,
apabila hijauan kurang bagus, maka ternak akan kekurangan nutrisi. Pemberian
pupuk yang kurang tepat juga akan membuat kualitas hijauan menurun, karena itu
diperlukan pengenalan jenis pupuk agar tidak salah dalam pemberian pupuk. Hara
mineral yang ada pada pupuk akan mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan, dan
produktivitas tanaman pakan.
Praktikum pemupukan tanaman pakan kali ini merupakan suatu ilmu penting,
karena ilmu tanaman tidak jauh dari pupuk. Baik pupuk organik maupun anorganik,
keduanya mempunyai kekurangan dan keunggulan masing-masing. Pupuk
merupakan komponen penting terhadap tanah maupun tanaman, nutrisi yang
tercukupi didalam hijauan, akan mempengaruhi kesehatan ruminansia. Teknik
pemupukan sangat penting karena merupakan suatu teknik yang dasar untuk
mengembangkan sekaligus membudidayakan tanaman pakan
1.2 Tujuan
Pupuk adalah materi yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Materi pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan
membantu kelancaran proses metabolisme (Novita R. dan Novita Sari, 2015)..
Perkembangan ilmu pertanian dan jumlah populasi manusia maka
kebutuhan pangan juga meningkat. Revolusi hijau di Indonesia yang memberikan
hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk
sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety),
penggunaan pestisida, intensifikasi lahan mengalami peningkatan. Perkembangan
jaman tersebut membuat ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan
manajemen di lahan pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk kimia dan pestisida
kimia akibat pemakaian bahan – bahan tersebut secara berlebihan dan berdampak
terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat
tercemarnya bahan–bahan sintesis tersebut (Roidah, 2013).
Mikroorganisme (bakteri) menguntungkan yang hidup di dalam tanah sangat
penting dalam pertumbuhan tanaman sebagai percepatan penyediaan hara dan
juga sebagai sumber bahan organik tanah, proses dekomposisi sisa tumbuhan
dirombak menjadi unsur yang dapat digunakan tanaman untuk tumbuh dan
kembang. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan dibumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agens penyebab infeksi dan penyakit,
sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat di bidang pangan,
pengobatan, danindustri seperti Azospirillum sp., Azotobacter, dan Pseudomonas.
Selain memiliki kemampuan menambat nitrogen, Azospirillum sp. mampu
menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti auksin, IAA, giberelin, serta
senyawa yang menyerupai sitokinin (Firmansyah dkk, 2015).
III. PEMBAHASAN
Ada beberapa cara pemberian pupuk atau penempatan pupuk antara lain ialah
ditabur di atas tanah atau di pinggir rumpun tanaman, ditanamkan atau ditugalkan
kedalam tanah, dan disemprotkan melalui permukaan daun, yang telah dibahas
dalam praktikum kali ini. Pupuk yang ditabur diatas tanah atau dipinggir rumpun
tanaman biasanya adalah pupuk TSP dan KCL. Menurut Adinugraha (2012),
berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan olehnya menunjukkan
bahwa perlakuan cara penyemaian dan bentuk pupuk tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan bibit mahoni daun lebar sampai umur 3 bulan di
pesemaian, hal tersebut tidak sesuai dengan pelaksanaan praktikum yang telah
dilaksanakan karena mahoni berbeda dengan tanaman pakan.
Pupuk dalam praktikum kali ini mengandung banyak unsur, salah satunya yaitu
nitrogen. Menurut Istina (2016), nitrogen mampu meningkatkan jumlah daun dan
anakan karena nitrogen merupakan salah satu unsur makro dibutuhkan tanaman
sebagai bahan dasar utama membangun protein untuk pertumbuhan. Hal tersebut
sesuai dengan praktikum yang telah dilaksanakan karena merupakan hal penting
dalam pemupukan tanaman pakan.
Teknik pemupukan tanaman pakan sangat penting guna memaksimalkan
pemupukan itu sendiri. Praktikum kali ini menjelaskan tiga cara memupuk pupuk
terhadap tanaman, salah satunya yaitu disemprotkan. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Harris dkk (2018), yang mengungkapkan bahwa Pupuk hayati
diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada permukaan tanah dan permukaan
tanaman secara merata sesuai perlakuan dengan menggunakan handsprayer.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pemupukan tanaman pakan ada 3 cara yaitu ditabur di atas tanah atau di pinggir
rumpun tanaman, ditanamkan atau ditugalkan kedalam tanah, dan disemprotkan
melalui permukaan daun.
4.2 Saran
Harris, R., Kantikowati, E., & Agustian, W. H. 2018. Karakteristik Pertumbuhan dan
Hasil Pakchoy (Brasica rappa L.) Akibat Pemberian Pupuk Hayati. AGRO
TATANEN| Jurnal Ilmiah Pertanian. 1(1): 1-8.
Novita, Rice dan Novita Sari. 2015. Sistem Informasi Penjualan Pupuk Berbasis E-
Commerce. Jurnal TEKNOIF. 3(2) : 1 - 6.
Firmansyah, I., Lukman, L., Khaririyatun, N., & Yufdy, M. P. 2016. Pertumbuhan dan
hasil bawang merah dengan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati
pada tanah alluvial. Jurnal Hortikultura. 25(2): 133-141.
Roidah, Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan
Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO. 1 (1) : 30 – 42.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pengenalan Jenis Tanaman Rumput”
Oleh :
Nama : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
Kelompok :5D
Asisten : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Rumput seringkali ditanam sebagai tanaman hias, tanaman obat, dan pakan
ternak. Di Indonesia rumput banyak digunakan sebagai pakan untuk hewan ternak
seperti sapi, kambing, dan kerbau.Rumput juga bisa ditanam untuk membuat
lanskap taman dan berfungsi sebagai karpet taman, warna daunnya yang hijau
bisa menarik perhatian dan dapat menyejukkan mata orang yang melihat. Rumput
yang tumbuh di tanah yang lapang pertumbuhannya dibiarkan liar karena bisa
dimanfaatkan peternak untuk melepas hewan ternaknya.
1.2 Tujuan
3.1 Alat
1. Kaca pembesar
2. Meteran
3. Alat tulis
4. Kamera
3.2 Bahan
4.1 Hasil
3
Daun dan batang
Rumput Napier Grass halus tidak berbulu
Odot Batang lunak mudah
dimakan ternak.
6 Permukaan bulu
daun jarang. Semakin
ke atas, daun-
Rumput Megathyrsus daunnya semakin
Benggala maximus kecil. Daun-daun agak
lurus, dan memita.
Perbungaannya
berbentuk malai,
berbentuk piramid
7 Daun hijau segar,
Rumput Digitaria perkembangan dan
ceker ayam ciliaris pertumbuhannya
sering menjalar.
4.2 Pembahasan
Penanaman Rumput Raja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu stek dan
sobekan. Menurut Siregar (1988) batang yang digunakan untuk stek sebaiknya yang
berumur cukup tua yaitu yang sudah berumur delapan bulan, panjang stek kira-kira
25-30 cm dan memiliki dua mata tunas. Bila menggunakan sobekan rumpun, maka
dipilih rumput yang muda yang tingginya 20-25 cm. Penanaman Rumput Raja
dengan menggunakan stek harus diperhatikan yaitu tunas jangan sampai terbalik.
Stek dapat langsung ditancapkan setengahnya ke dalam tanah tegak lurus atau
miring dengan jarak tanamnya 1 x 1 m, untuk penanaman dengan menggunakan
sobekan rumpun, perlu dibuat lubang sedalam 20 cm (Rukmana, 2005). Waktu
tanam yang baik adalah pada awal sampai pertengahan musim hujan. Dengan
perlakuan yang baik, maka rumput raja dapat dipanen 8-9 kali setahun dan akan
terus berproduksi selama 10 tahun.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Mufarihin, A., Lukiwati, D. R., & Sutarno, S. (2012). Pertumbuhan dan Bobot Bahan
Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang
Berbeda. Animal Agriculture Journal, 1(2), 1-15. A
Nurlaha, Agus S., dan Nur S.A. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di
Lahan Persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 1(1): 54-62.
Sirait, J., Tarigan, A., & Simanihuruk, K. 2017. Rumput Gajah Mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) sebagai hijauan pakan untuk ruminansia. 27(4): 167-
176.
Siregar ME. 1988. Apa Itu King Grass. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Bogor.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pengenalan Jenis Tanaman Kacang dan Ramban”
Oleh :
Nama : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
Kelompok :5D
Asisten : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Pemanfaatan legum pohon pun bila digunakan sebagai bahan pakan juga
memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah didapat dan mampu hidup pada musim
kemarau. Pemanfaatan legum pohon (gamal, lamtoro, sengon,) sebagai sumber
pakan ruminansia sangat memungkinkan, mengingat tanaman legum dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang kurang subur, tahan terhadap kekeringan, produksi
hijauan tinggi, dan kandungan protein tinggi.( Suardin dkk,2014)
3.1 Alat
1. Kaca pembesar
2. Meteran
3. Alat tulis
4. Kamera
3.2 Bahan
4.1 Hasil
4.1.1 Kacang-kacangan
• Tipe daun : Bipinpinnatus Lamtoro (Leucaena glauca)
• Tipe bunga : Mimosoidea
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutrisi : Mimosin
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Lamtoro
• Tipe daun : Bipinpinnatus Kaliandra (Calliandra callottothyrsus)
• Tipe bunga : Caesalphinioideae
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutrisi : Tannin
Sumber :
http://pasardombadankambingonlinei
ndonesia.blogspot.com/2016/02/dafta
r-jenis-tanaman-yang-seharusnya.html
• Tipe daun : Tripinpinnatus Kelor (Moringa oleifera)
• Tipe bunga: Faboideae
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutrisi : Tannin, saponin
http://indonesiadalamtulisan.blogspot.
com/2012/07/foto-dan-gambar-daun-
kelor.html
Sumber :
https://apakabartani.blogspot.com/20
17/09/membuat-pestisida-organik-
dari-daun-gamal.html
• Tipe daun : Paripinnatus Indigofera (Indigofera sp.)
• Tipe bunga : Faboideae
• Tipe batang : Tegak (pohon)
• Anti-nutirisi : Tannin (sangat
rendah)
Sumber :
https://paktanidigital.com/artikel/daun
-indigofera-pewarna/#.XnxP3XLgrIU
4.1.2 Rambanan
Sumber :
http://galeridaun.blogspot.com/2013/09/
galeri-daun-semua-tentang-daun.html
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Kersen (Muntingia calabura)
• Anti-nutrisi : Saponin
Sumber :
https://khasiatq.blogspot.com/2016/07/8
-khasiat-daun-talok-atau-kersen-
untuk.html
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Waru (Hibiscus tiliaceus)
• Anti-nutrisi : Saponin
Sumber :
https://azaura.blogspot.com/2016/08/wa
ru-daun-ajaib-yang-memiliki-sejuta.html
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Dadap (Erythrina muculata)
• Anti-nutrisi : Tannin, Saponin
Sumber :
https://www.khasiatsehat.com/khasiat-
dan-manfaat-daun-dadap/
• Tipe batang : Tegak (Pohon) Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
• Anti-nutrisi : Saponin
Sumber :
http://omahtenunku.blogspot.com/2014/
06/pengolahan-tanaman-rami-menjadi-
serat.html
4.2 Pembahasan
14.1. Kesimpulan
6. Mengenali jenis hijauan sangat penting dalam Fakultas Peternakan.
7. Tekstur hijauan dapat diketahui dari karakteristik hijauan tersebut.
8. Prediksi produksi serta prioritas pemanfaatannya merupakan hal terpenting
dalam Ilmu Tanaman dan Hijauan Pakan.
14.2. Saran
3. Praktikum selanjutnya di harapkan Asisten memberi pembelajaran sebelum
kuis
4. Praktikum selanjutnya diharapkan mencari acara terbaik untuk
kelangsungan praktikum online
5. Asisten dan praktikan diharapkan sehat selalu dan terhindar dari virus
COVID-19
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, R. F., & Hartadi, H. 2011. Kecernaan in sacco hijauan leguminosa dan hijauan
non-leguminosa dalam rumen sapi Peranakan Ongole. Buletin
Peternakan. 35(2): 79-85.
Saventri, O., Sri M dan Fridarti. 2018. Introduksi Beberapa Jenis Leguminosa Perdu
Dan Pemberian Pupuk Urea Terhadap Produksi Dan Kualitas Rumput
Lapangan. Jurnal Embrio. 10(2): 1-14
Suardin, Natsir S, Rahim A. 2014. Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik
Campuran Rumput Mulato ( Brachiaria hybrid.cv.mulato) Dengan Jenis
Legum Berbeda Menggunakan Cairan Rumen Sapi. Jurnal JITRO. 1(1): 12-
15.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Pengenalan Jenis Hijauan Limbah Pertanian”
Oleh :
Nama : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
Kelompok :5D
Asisten : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Limbah pertanian adalah sisa atau hasil ikutan dari produk utama pertanian
seperti tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, dan kotoran
ternak. Limbah pertanian diartikan sebagai bagian tanaman pertanian di atas tanah
atau bagian pucuk, batang yang tersisa setelah dipanen dan diambil hasil utamanya.
Limbah pertanian merupakan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan,
khususnya ruminansia (Yunita dkk, 2016).
Limbah pertanian merupakan bahan pakan lokal sumber serat yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan sapi.Potensi bahan pakan dihitung
berdasarkan produksi bahan pakan dikalikan dengan luas panen dan dinyatakan
dalam bahan kering (BK).Limbah tanaman pangan adalah jerami padi sawah, jerami
jagung, jerami padi ladang, jerami kacang hijau, jerami kacang tanah, jerami ubi
kayu dan jerami ubi jalar.Hasil limbah pertanian atau limbah pakan berserat (jerami)
adalah komponen penting untuk menyediakan pakan ternak ruminansia (Samadi
dkk,2010).
III. MATERI
3.1 Alat
1.Kaca pembesar
2. Meteran
3. Alat tulis
4. Kamera
3.2 Bahan
4.1 Hasil
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Jerami
• Nama Latin : Zea mays Jerami Jagung
• Protein kasar : 8,6%, Sumber energi
Sumber :
http://idejuragan.blogspot.com/2017/
04/cara-membuat-silase-jerami-
jagung-untuk.html
• Nama latin : Sorghum spp. Jerami Sorgum
• Protein kasar : 12,8%, Sumber
energi
Sumber :
http://aryazones.blogspot.com/2014/1
0/destilator-jerami-padi-yang-
berhasil.html
Sumber :
http://cicakgenit.blogspot.com/2015/0
3/pengaruh-pengolahan-tanah-dan-
pemberian.html
• Nama latin : Vigna unguiculata spp. Hijauan Kacang Panjang
Sesquipedalis
• Protein kasar : 36%, Sumber protein
Sumber :
http://rabbittrylovers.blogspot.com/20
15/03/hai-para-penghobby-
pemelihara-ataupun.html
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_t
unggak
Sumber :
https://fermentasipakanternaksoc.wor
dpress.com/2015/06/25/fermentasi-
pakan-ternak/
4.1.3 Limbah Umbi-umbian
• Nama latin : Ipomea batatas Hijauan Ketela Pohon
• Protein kasar : 24-29%, Sumber protein
Sumber :
http://infinitybarrel.blogspot.c
om/2018/03/manfaat-
tumbuhan-ketela-pohon-yg-
kurang.html
• Nama latin : Manihot utilissima Hijauan Daun Ubi Jalar
• Protein kasar : 20-27%, Sumber energy dan
protein
Sumber :
http://fafayosfa.blogspot.com/
4.2 Pembahasan
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar
jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan.Produksi jerami padi dalam satu
hektar sawah setiap kali panen mampu menghasilkan sekitar 10-12 ton jerami
(berat segar saat panen), meskipun bervariasi tergantung pada lokasi, jenis varietas
tanaman padi, cara potong (tinggi pemotongan) dan waktu pemotongan, seperti
pada varietas Sintanur dengan tinggi pemotongan 8 cm dari tanah dapat
menghasilkan 8-10 ton jerami segar per ha. Jerami padi yang dihasilkan ini dapat
digunakan sebagai pakan sapi dewasa sebanyak 2-3 ekor sepanjang tahun sehingga
pada lahan yang mampu panen 2 kali setahun akan dapat menunjang kebutuhan
pakan tersebut untuk 4-6 ekor (Awaluddin, 2010).
Kandungan protein yang rendah dengan daya cerna yang hanya 40%
menyebabkan rendahnya komsumsi bahan kering (kurang dari 2% berat badan
ternak).Hal tersebut jelas, tanpa penambahan konsentrat tidak mungkin dapat
meningkatkan produksi ternak, bahkan mungkin dapat menurunkan produksi.
Kendala lain yang mempengaruhi kualitas jerami adalah tingginya kandungan lignin
dan silika sehingga menyebabkan daya cerna jadi rendah (Yunilas, 2009).
5.1 Kesimpulan
Keady, T.W.J. 2005. Ensiled maize and whole crop wheat forages for beef and dairy
cattle: Effects on animal performance. In: Silage production and
utilization. Park, R.S. and M.D. Stronge (Eds.). Wageningen Academic
Publ. The Netherlands. pp. 65 – 82.
Rauf, J dan Rasbawati. 2015. Kajian Potensi Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak
Sapi Potong Di Kota Pare. Jurnal Galung Tropika . 4 (3): 173-178
Samadi., Y. Usman dan M. Delima. 2010. Kajian Potensi Limbah Pertanian sebagai
Pakan Ternak Ruminansia di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agripet. 10 (2)
: 45-53.
Yunilas, Ir. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Yunita, L., Edy M, Suryanti K. 2016. Pola Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk
Usahatani Di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Jurnal mahasiswa pertanian
unsyiah.1 (1) : 1-9
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Analisis Rumput Potongan”
OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A0192137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Pakan adalah pakan/asupan yang di berikan kepada hewan ternak, istilah ini
berasal dari bahasa jawa, pakan merupakan sumber energi dan materi bagi
pertumbuhan dan perkembangan hewan ternak. Pakan mempunyai peranan sangat
penting sebagai sumber enegi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
pekembangan hewan ternak. Fungsi lain dari pakan yaitu sebagai pengobatan,
reproduksi, perbaikan metabolisme lemak dll.
Industri pada peternakan masa kini, pakan yang diberikan biasanya berupa
campuran dari bahan alami dan bahan buatan (komposisi) yang telah ditingkatkan
kandungan gizinya, salah satunya yaitu yang berasal dari limbah perkebunan. Waktu
sekarang ini, pada pakan ditambahkan pula hormon dan vitamin tentu untuk
memacu pertumbuhan hewan ternak dan membebaskannya dari stress. Pakan yang
berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohodrat, mineral dan
vitaminnya seimbang.
Praktikum analisis rumput potongan kali ini merupakan suatu ilmu penting.
Supaya diperoleh usaha yang efektif dan efisien, maka diperlukan analisis antara
kebutuhan dan produksi hijauan yang seimbang. Pengetahuan tentang pengenalan
dan potensi sebagai jenis tanaman serta kebutuhan hijauan pakan pada berbagai
jenis ternak akan sangat membantu perencanaan kebutuhan pakan hijauan. Hal
tersebut yang sudah dibahas dalam praktikum kali ini.
1.2 Tujuan
Pertanyaan dalam praktikum kali ini mengapa kita mempelajari analisis rumput
potongan. Banyak faktor yang menghambat produksi rumput dengan banyaknya
peternakan ruminansia yang membutuhkan banyak sekali produksi hijauan.
Menurut Sesekay dkk (2013), kendala dalam penyediaan pakan hijauan yang
berkualitas dan berkelanjutan adalah lahan subur atau produktif untuk penanaman
pakan hijauan ternak, karena penggunaan lahan produktif biasanya digunakan
untuk tanaman bernilai ekonomis tinggi. Hal tersebut sesuai dengan mengapa ilmu
hijauan sangat perlu bagi peternak, terutama mahasiswa fakultas peternakan.
Vitalnya rumput dalam peternakan menjadikan produksi rumput yang harus
sesuai dengan lahan dan kualitas rumput itu sendiri. Menurut Delima dkk (2015)
rumput adalah salah satu jenis tanaman multiguna, selain berfungsi sebagai pakan
pokok ternak ruminansia, juga memiliki fungsi sebagai tanaman pencegahan erosi.
Hal ini dimungkinkan karena rumput memiliki perakaran yang kuat, dapat tumbuh
pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah, dan juga tahan terhadap genangan
air. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam praktikum, sehingga kita
ketahui bahwa rumput harus diproduksi dengan benar dan baik.
Peternak di Indonesia masih kurang dalam pemahaman analisis rumput
potongan. Menurut Suarna dan Suryani (2018) dibutuhkannya ketersediaan pakan
hijauan yang berkualitas sebagai sumber pakan utama ternak ruminansia.
Sementara, selama ini perhatian terhadap keberadaan tumbuhan penghasil hijauan
pakan masih sangat kurang. Hal tersebut sejalan dengan pentingnya produksi yang
berkualitas untuk pakan ruminansia, agar ketahanan pangan untuk manusia sendiri
terpenuhi dengan jalannya kualitas pakan untuk pangan sendiri.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Analisis rumput potongan merupakan hal penting guna produksi rumput agar
terpenuhi pakan ruminansia.
5.2. Saran
Delima, M., Karim, A., & Yunus, M. 2015. Kajian potensi produksi hijauan pakan
pada lahan eksisting dan potensial untuk meningkatkan populasi ternak
ruminansia di kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agripet. 15(1): 33-40.
Koten, B. B., Soetrisno, R. D., Ngadiyono, N., & Soewignyo, B. 2013. Penampilan
Produksi Hijauan Hasil Tumpangsari Arbila (Phaseolus lunatus)
Berinokulum Rhizobium dan Sorgum (Sorghum bicolor) pada Jarak Tanam
Arbila dan Jumlah Baris Sorgum. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu
Peternakan. 11(1): 26-33.
Novianti, J., Purwanto, B. P., & Atabany, A. 2017. Efisiensi produksi susu dan
kecernaan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada sapi perah FH
dengan pemberian ukuran potongan yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi
dan Teknologi Hasil Peternakan. 2(1): 243-250.
Satata, B., & Kusuma, M. E. 2015. Pengaruh tiga jenis pupuk kotoran ternak (sapi,
ayam, kambing) terhadap pertumbuhan dan produksi rumput Brachiaria
humidicola. JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA (JOURNAL OF TROPICAL
ANIMAL SCIENCE). 3(2): 5-9.
Seseray, D. Y., & Santoso, B. 2013. Produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum)
yang diberi pupuk N, P dan K dengan dosis 0, 50 dan 100% pada devoliasi
hari ke-45. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. 11(1): 49-
55.
Suarna, I. W., & Suryani, N. N. 2018. Potensi Produksi Hijauan Mikania cordata
Sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Provinsi Bali. Pastura. 7(2): 74-77.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Analisis Rumput Alam”
OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A0192137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Istilah padang rumput kiranya bukanlah hal yang asing untuk masyarakat.
Mendengar istilah itu kiranya akan timbul imajinasi tentang suatu area luas dan
datar yang ditumbuhi rumput-rumputan serta, mungkin, dilengkapi segerombolan
sapi yang sedang merumput. Dokumentasi sejarah memang menyebutkan bahwa
hewan ruminansia, sebelum dijinakkan dan diternakkan oleh manusia untuk diambil
hasil-hasilnya adalah hidup dengan bebas merumput di padang rumput.
Terdapat dua jenis rumput yang bisa diberikan untuk sapi, yaitu rumput
potongan dan rumput alam (lapangan). Rumput potongan adalah rumput yang
dipanen dengan cara dipotong, umumnya rumput jenis ini memiliki panjang kurang
lebih sekitar 2-3 meter. Rumput lapangan adalah rumput yang tertanam di tanah
dengan ketinggian kurang dari setengah meter tumbuh liar tanpa dibudidaya.
Rumput-rumputan dan berbagai bentuk padang rumput selain mempunyai
peran sebagai sumber pakan/nutrisi untuk mendukung kehidupan ternak
ruminansia juga merupakan faktor penyebab perubahan budaya pertanian
diberbagai belahan dunia. Salah satu pusat perkembangan budaya pemeliharaan
sapi pada berbagai wilayah dunia, termasuk Eropa, adalah kawasan padang rumput
alam yang disebut stepa Eroasia (Eurasia steppes). Ribuan tahun sebelum masehi,
kawasan stepa itu didiami suku bangsa Kurga yang bersifat nomadik. Setelah
mampu menjinakkan kuda sehingga dapat ditunggangi dan
mengembangbiakkannya kemudian maka suku bangsa Kurga mulai menjinakkan
kawanan sapi.
1.2 Tujuan
Rumput alam merupakan rumput liar yang tidak ada proses budidaya. Menurut
Nuhuyanan (2010) mengungkapkan bahwa pada daerah yang padat penduduk dan
padat ternak yang disertai adanya pemanfaatan lahan untuk pembangunan di
berbagai sektor terutama industri dan perumahanturut pula mempenga-ruhi
berkurangnya lahan sebagai sumber pakan ternak. Untuk itu pembangunan di
sektorpeter-nakan diarahkan pengembangannya pada daerah-daerah yang
memiliki potensi dan sumberdaya yang cukup tersedia bagi perkembangan
ternak ruminansia terutama Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal tersebut sangat
logis karena pembangunan di Indonesia sendiri banyak terjadi di daerah jawa dan
bagian barat Indonesia, sedangkan daerah timur masih kurang dengan
pembangunan sehingga rumput liar atau rumput alam masih banyak.
Praktikum kali ini membahas tentang rumput alam yang biasa dimanfaatkan
sebagai padang pengembalaan saja, juga bagaimana kondisi rumput tersebut
(kualitas) terhadap pencernaan ruminan. Menurut Kleden dkk (2015) menerangkan
bahwa produksi dan kualitas hijaun pakan terutama rumput alam yang tersebar
dalam areal perkebunan kopi yang tumbuh dan berkembang di bawah naungan
tanaman kopi serta hamparan padang penggembalaan umumnya sangat tergantung
pada interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan. Penurunan kualitas
hijauan pakan berfluktuasi mengikuti perubahan musim. Konsekuensinya
ketersediaan hijauan baik jumlah maupun kualitas menjadi sangat terbatas dan
sekaligus menjadi faktor pembatas pengembangan ternak selama musim kemarau.
Hal tersebut sesuai dengan praktikum bahwa iklim atau curah hujan yang termasuk
lingkungan berpengaruh terhadap kualitas rumput liar tersebut.
Proper Used Factor berhubungan dengan tingkat ketegaran atau kerawanan
padang penggembalaan. Menurut Yoku dkk (2014), cara menetap Proper Use Factor
(PUF) tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan, dan kondisi
tanah padang penggembalaan. Penggunaan padang penggembalaan ringan, sedang,
dan berat nilai PUFnya masing-masing 25-30%, 40-45%, dan 60-70%. Hal tersebut
sejalan dengan penjelasan saat praktikum.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Analisis rumput alam merupakan hal penting guna produksi rumput agar
terpenuhi pakan ruminansia.
4.2 Saran
Kleden, M. M., Ratu, M. R. T., & Randu, M. D. 2015. Kapasitas tampung hijauan
pakan dalam areal perkebunan kopi dan padang rumput alam di
Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur. ZOOTEC. 35(2): 340-350.
Novianti, J., Purwanto, B. P., & Atabany, A. 2017. Efisiensi produksi susu dan
kecernaan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada sapi perah FH
dengan pemberian ukuran potongan yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi
dan Teknologi Hasil Peternakan. 2(1): 243-250.
Tas’au, G. V., & Nahak, O. R. 2016. Analisis Nutrisi Rumput Alam (Mexicana grass)
dan Rumput Raja (King grass) Sebagai Pakan Ternak di Kelompok Tani
Nekmese Kecamatan Insana Barat pada Musim Kemarau. JAS. 1(2): 22-23.
OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Peternakan tidak jauh dengan pakan, dimana unsur pakan adalah presentase
terbesar atau yang paling vital dalam peternakan. Indonesia sendiri memiliki lahan
yang luas dalam segi luas lahan, karena pembangunan yang masih sedikit sehingga
tanahnya masih asri dan segar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Selan dkk
(2019), bahwa Padang penggembalaan di Indonesia umumnya merupakan padang
penggembalaan alam yang didominasi oleh tanaman perenial, sedikit atau tidak
terdapat semak belukar, gulma (weed) dan tidak ada pohon, dan tidak ada
pengaruh manusia terhadap susunan floranya.
Perlunya analisis komposisi botani selain untuk mengetahui komposisi
presentase tanaman pakan, juga agar meningkatkan produksi hijauan, memperbaiki
unsur yang ada agar hijauan memiliki komposisi yang baik untuk ternak sendiri. Hal
tersebut sesuai dengan Tana dkk (2015) yang menyatakan bahwa komposisi botani
padang rumput alam, dapat diketahui lewat pendeteksian komposisi komponen
rumput, legum dan gulma. Komposisi botani juga dapat digunakan sebagai
indikator terjadinya gangguan pada komunitas vegetasi dengan cara melakukan
pengamatan terhadap pola-pola persebaran vegetasi di dalam komunitas.
Metode analisis komposisi botani yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu
metode langsung dan metode pendugaan. Metode langsung yaitu pemisahan
dengan menggunakan tangan (manual) dan penimbangan hijauan yang telah
dipotong. Metode ini paling akurat jika jumlah sampel hijauan sedikit, tetapi kurang
efisien waktu. Metode pendugaan yaitu menggunakan estimasi (perkiraan)
persentase berat pada hijauan makanan ternak yang telah dipotong. Tidak
ditimbang tapi hasil belum tentu akurat. Lebih efisien waktu karena jumlah sampel
hijauan yang dianalisis banyak. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rosnah dan Yunus (2018) yang menggunakan metode survey dengan
teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan dan teknik pengukuran
(observasi).
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Putra, R. K., Nastiti, H. P., & Manggol, Y. H. 2018. Komposisi Botani Dan Produksi
Hijauan Makanan Ternak Padang Penggembalaan Alam Di Desa Letneo
Kecamatan Insana Kabupaten Ttu. Jurnal Nukleus Peternakan. 5(1): 42-48.
Rosnah, U. S., & Yunus, M. 2018. Komposisi Jenis Dan Jumlah Pemberian Pakan
Ternak Sapi Bali Penggemukan Pada Kondisi Peternakan Rakyat. Jurnal
Nukleus Peternakan. 5(1): 24-30.
Seran, A. D., Manggol, Y. H., & Temu, S. T. 2019. Komposisi botani dan produksi
hijauan serta kapasitas tampung padang penggembalaan alam di desa
Bena Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Jurnal Peternakan Lahan Kering. 1(1): 136-142.
Tana, D. N., Nastiti, H. P., & Temu, S. T. 2015. Komposisi Botani Dan Produksi
Hijauan Makanan Ternak Musim Hujan Pada Padang Penggembalaan
Alam Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal
Nukleus Peternakan. 2(2): 144-151.
Yoku, O., Supriyantono, A., Widayati, T., & Sumpe, I. 2015. Komposisi Botani Dan
Persebaran Jenis-Jenis Hijauan Lokal Padang Pengembalaan Alam Di
Papua Barat. Pastura. 4(2): 62-65.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Silase”
OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Silase adalah hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan
dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %) melalui proses fermentasi
dalam silo. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ilham dan Mukhtar (2017)
bahwa silase merupakan hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar
di dalam silo dan mengalami proses fermentasi sehingga pakan menjadi awet. Silase
mengandalkan proses fermentasi didalam silo.
Umumnya penyediaan pakan ternak yang berkualitas dan kontinyu menjadi sulit
pada musim kemarau. Produksi ternak ruminansia tidak dapat terlepas dari
produksi dan kualitas hijauan pakan yang dikonsumsinya karena pakan merupakan
faktor penting dalam usaha peternakan. Menurut Herlinae dkk (2015) bahwa pakan
sangat diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi. Pakan
merupakan faktor utama penentu tingkat produksi dan produktivitas ternak karena
biaya pakan menempati 60 – 80% dari total biaya usaha peternakan.
Pemberian bahan pengawet / bahan imbuhan (additif) secara tidak langsung
ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung hidrat arang
(carbohydrate) yang siap diabsorpsi oleh mikroba. Menurut Kojo dkk (2015) proses
pembuatan silase, bahan tambahan sering digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan atau mempertahankan kualitas dari silase. Dedak padi dan tepung
jagung merupakan beberapa bahan tambahan yang dapat digunakan dalam
pembuatan silase sebagai sumber karbohidrat terlarut. Keuntungan dari dedak padi
dan dedak jagung sebagai bahan tambahan yaitu harga yang relatif murah serta
mudah didapat. Hal tersebut sesuai dengan praktikum sendiri dimana menggunakan
bahan yang mengandung hidrat arang seperti yang dijelaskan diatas.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Herlinae, H., Yemima, Y., & Rumiasih, R. 2015. Pengaruh Aditif EM4 dan
Gula Merah Terhadap Karakteristik Silase Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum). JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA
(JOURNAL OF TROPICAL ANIMAL SCIENCE). 4(1): 27-30.
Sirait, J., Tarigan, A., & Simanihuruk, K. 2017. Rumput Gajah Mini
(Pennisetum purpureum cv. Mott) sebagai hijauan pakan untuk
ruminansia. Wartazoa. 27(4): 167-176.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Awetan Kering”
OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkan untuk diberikan kepada ternak pada
kesempatan lain. Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air menjadi 15-
20 persen di dalam waktu yang singkat, baik dengan panas matahari maupun
dengan panas buatan. Tujuan menurunkan kadar air adalah agar sel-sel hijauan
tersebut cepat mati dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Hay umumnya berasal dari tanaman rumput dan daun-daunan dari tanaman
leguminosa. Di Indonesia dikenal dengan sebutan hijauan kering. Pengertiannya
sering keliru dengan jerami, yang mana keduanya dapat dipergunakan sebagai
makanan ternak. Jerami adalah sisa-sisa hijauan dari tanaman padi dan leguminosa
setelah buahnya dipetik untuk kepentingan manusia, seperti jerami padi, kacang
kedele, dan lainnya. Jadi jerami dan hay berbeda.
Praktikum awetan kering kali ini akan mempelajari bagaimana unsur yang
terkandung dalam hay, jenis-jenis hay, dan yang sebagainya. Awetan kering ini
termasuk hijauan pakan. Berbeda dengan yang segar, hay adalah kebalikannya,
disimpan dalam jangka waktu tertentu.
1.2 Tujuan
4.1 Kesimpulan
Jaelani, A., Rostini, T., Zakir, M. I., & Jonathan, J. (2014). Pengaruh
Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi Terhadap Penampilan
Kambing Kacang (Capra hircus). Sains Peternakan: Jurnal
Penelitian Ilmu Peternakan. 12(2): 76-85.
Rostini, T., & Jaelani, A. 2015. Pemanfaatan Hijauan Rawa Sebagai Pakan
Ternak Pada Kelompok Ternak Banua Raya. Jurnal Pengabdian Al-
Ikhlas Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al
Banjary. 1(1): 30-35.
Widya Paramita, L. 2013. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar pada
Haylase Jerami Padi dengan Inokulum Selulolitik yang
Berbeda. Jurnal Agro Veteriner. 2(1): 8-15.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“Jerami Amoniasi”
OLEH :
NAMA : Abhipraya Fauzan Nugraha
NIM : D1A019137
KELOMPOK :5D
ASISTEN : Reni Syaidatina
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
Amin, M., Hasan, S. D., Yanuarianto, O., Iqbal, M., & Karda, I. W. 2019.
Peningkatan kualitas jerami padi menggunakanteknologi amoniasi
fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia
(JITPI), Indonesian Journal of Animal Science and
Technology. 2(1): 96-103.
Hanum, Z., & Usman, Y. 2011. Analisis proksimat amoniasi jerami padi
dengan penambahan isi rumen. Jurnal Agripet. 11(1): 39-44.
Jaelani, A., Rostini, T., Zakir, M. I., & Jonathan, J. 2014. Pengaruh
Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi Terhadap Penampilan
Kambing Kacang (Capra hircus). Sains Peternakan: Jurnal
Penelitian Ilmu Peternakan. 12(2): 76-85.
Sriyani, N. P., Ariana, N. T., Oka, A. A., & Utami, I. A. P. 2016. PELATIHAN
TEKNOLOGI JERAMI AMONIASI UNTUK PAKAN TERNAK SAPI
BALI DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM SIMANTRI
PADA KELOMPOK TERNAK “WIDHYA SEMESTI” DESA
ANTURAN-BULELENG. Buletin Udayana Mengabdi, 15(3): 1-5.