Anda di halaman 1dari 41

KARYA TULIS ILMIAH

PENELITIAN TENTANG JAMUR PADA ROTI, TEMPE, KUKU DAN


URINE

Oleh:

Nida An Khofiyya EAK10150019

Siti Noorhalimah EAK10150033

Sri Suhartati EAK10150035

Syarifah Rizki Hanina Al-atas EAK10150036

Prodi : Analis Kesehatan

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN

BANJARMASIN

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini yang dapat selesai pada waktunya, meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Dan kami berterima kasih pada Ibu Wiwik Purwanti
yang telah memberikan tugas ini kepada kami yang berjudul PENELITIAN
TENTANG JAMUR PADA ROTI, TEMPE, KUKU DAN URINE .
Karya Tulis Ilmiah ini berisi informasi tentang bagaimana jamur roti,
jamur tempe, jamur, jamur kuku, jamur candida sp. Diharapkan Karya Ilmiah ini
dapat memberikan informasi bermanfaat dan dapat berguna bagi pembaca.
Kami sebagai penulis masih menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah yang kami buat
ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mendukung
usaha yang telah kita lakukan.

Banjarmasin, 28 April 2016

Peneliti

i
ABSTRAK

PENELITIAN TENTANG JAMUR PADA ROTI, TEMPE, KUKU DAN


URINE

Latar Belakang : Jamur tempe merupakan kelompok jamur zygomicotina yang


banyak bermanfaat bagi tubuh manusia jika dikonsumsi sebagaimana mestinya.
Roti sebagai makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan seringkali
dijadikan pengganti nasi, juga dianggap sebagai alternatif konsumsi karbohidrat
yang rendah glukosa dan tidak menyebabkan terserangnya diabetes dini. Tinea
unguium (dermatophytic onychomycosis) adalah infeksi jamur dermatofita pada
kuku. Sedangkan onikomikosis adalah infeksi pada kuku yang disebabkan oleh
jamur dermatofita, jamur non-dermatofita atau yeast. Candida sp adalah flora
normal pada manusia yang dapat dijumpai pada kulit, saluran cerna, dan saluran
genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai pada saluran
pernapasan. Candida dijumpai pula di lingkungan (Eggimann et al., 2003).
Candida terdiri dari banyak spesies. Saat ini sudah lebih dari 200 spesies jamur
yang diidentifikasi termasuk di dalam genus ini (Gray dan Roberts, 1988).
Tujuan :Untuk mengetahui bagian-bagian jamur, Mengetahui struktur tubuh
jamur, Untuk memenuhi tugas mata kuliah mikologi.
Klasifikasi Jamur : Acrasiomycetes, Myxomycetes, Phychomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes, Deuteromycetes
Tinjauan Jamur : Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, Rhizopus oligosporus,
Rhizopus nigrican, Tinea Unguium, Candida sp
Kesimpulan : Pada sampel roti ditemukan jenis jamur Rhizopus oryzae , pada
sampel tempe ditemukan jenis jamur Rhizopus stolonifer, Pada sampel kuku
ditemukan jamur Tinea unguium dan pada sampel urine ditemukan jamur candida
albicans.

Kata Kunci : Jamur, Rhyzopus, Tempe, Roti, Candida

ii
ABSTRACT

RESEARCH ON MUSHROOMS ON BREAD , TEMPE , NAILS AND


URINE

Background: Mushrooms tempeh is a group of mushrooms The Many


zygomicotina helpful For Human Body if consumed as it should. Food The bread
as it contains carbohydrates high and often used as Substitute rice, Also
considered as an alternative to the consumption of carbohydrates The Low
Glucose and do not cause terserangnya early diabetes. Tinea unguium
(onychomycosis dermatophytic) is a fungal infection of the nail dermatophytes
ON. While onychomycosis is Infections Caused by at nail fungus dermatophytes,
non-dermatophyte fungi or yeast. Candida sp is normal flora on human can be
found on the skin, digestive tract, and genitourinary channel. In fact, mushrooms
Singer sometimes encountered on respiratory tract. Candida found also in the
Environment (Eggimann et al., 2003). Candida species consists of many. When
Singer already More Than 200 fungal species were identified, including in the
hearts Its genus Singer (Gray and Roberts, 1988).
Objective: to determine Parts of mold, mildew Knowing Body Structure, to meet
telecom mycological subjects.
Mushrooms Classification: Acrasiomycetes, Myxomycetes, Phychomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes, Deuteromycetes
Overview Mushrooms: Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, Rhizopus
oligosporus, Rhizopus nigrican, Tinea unguium, Candida sp
Conclusions : On bread samples found Operates Rhizopus oryzae fungus,
soybean samples found types of stolonifer Rhizopus fungi, at nail samples found
fungus Tinea unguium and at urine samples found the fungus candida albicans.

Keywords : Mushroom , Rhyzopus , Tempe , Bread , Candida

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

ABSTRACT .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
I.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4

II.1 Tinjauan Tentang Jamur................................................................................. 4


II.2 Tinjauan Tentang Jamur Tempe dan Roti (Rhyzopus sp.) ............................. 6
II.3 Tinjauan Tentang Jamur Kuku ..................................................................... 11
II.4 Tinjauan Tentang Jamur Candida sp ............................................................ 12
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN....................................................... 15

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 15


III.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 15
III.3 Cara Kerja ................................................................................................... 16
A. Pengamatan Jamur Tempe ........................................................................ 16
B. Pengamatan Jamur Roti ............................................................................. 16
C. Pengamatan Jamur Kuku ........................................................................... 16
D. Pengamatan Jamur Candida sp ................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 18

IV.1 Data Hasil Penelitian .................................................................................. 18


A. Jamur pada tempe ..................................................................................... 18
B. Jamur Pada Roti ......................................................................................... 18
C. Jamur Pada kuku ........................................................................................ 19

iv
D. Jamur Pada Candida sp.............................................................................. 19
IV.2 Pembahasan ................................................................................................ 20
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 24

V.I Kesimpulan ................................................................................................... 24


V.2 Saran........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

LAMPIRAN ......................................................................................................... 28

Lampiran 1 Prosedur Skematis Identifikasi Jamur Secara Mikroskopis ............. 28


Lampiran 2 Gambar Alat Dan Bahan .................................................................. 29
Lampiran 3 Gambar Penelitian............................................................................ 31

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Jamur sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian
eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Di dunia ini diperkirakan
terdapat lebih dari seratus ribu spesies jamur (Wed, 2004). Ada yang
menguntungkan ada pula yang merugikan. Beberapa jamur bermanfaat bagi
kehidupan kita, antara lain untuk makanan, minuman beralkohol, dan antibiotik.
Namun sebagai fitopatogen, beberapa jamur dapat menimbulkan penyakit jamur
pada tanaman pertanian sehingga terjadi gagal panen. Selain itu, beberapa spesies
jamur juga terlibat dalam penyakit manusia.
Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak berklorofil, berupa
sel atau benang yang bercabang-cabang, dengan dinding dari selulosa atau dari
kitin atau dari keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan
aseksual. Jamur ini tergolong tumbuhan thallus karena belum bisa dibedakan
antara bagian batang, daun, maupun akarnya (Dwijeseputro, 2003)
Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik di tempat yang lembab. Jamur
juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga jamur dapat
ditemukan di semua tempat (FKUI, 2008: 307). Kulit adalah lapisan jaringan yang
terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada
permukaan kulit bermuara kelenjar keringat (Syaifuddin, 2006: 311).
Tempe adalah produk fermentasi yang dikenal oleh masyarakat Indonesia dan
mulai digemari pula oleh berbagi kelompok masyarakat barat. Tempe dapat dibuat
dari berbagai bahan. Namun demikian yang biasa dikenal sebagai tempe oleh
masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai. Percobaan jamur
tempe ini dilatar belakangi oleh rasa keingin tahuan kami terhadap jamur yang
terdapat pada tempe. Selain itu, untuk mengetahui berbagai manfaat jamur yang
terdapat pada tempe dan juga untuk menyadarkan masyarakat bahwa tempe
mengandung gizi yang tinggi. Dan bukan sekedar makanan tingkat rendah.
Jamur tempe merupakan kelompok jamur zygomicotina yang banyak
bermanfaat bagi tubuh manusia jika dikonsumsi sebagaimana mestinya.

1
Roti sebagai makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan seringkali
dijadikan pengganti nasi, juga dianggap sebagai alternatif konsumsi karbohidrat
yang rendah glukosa dan tidak menyebabkan terserangnya diabetes dini. Jenis roti
ada banyak salah satunya adalah roti kukus. Roti memiliki masa kadaluarsa yang
sebentar. Oleh karena itu, roti tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lama
karena ketahanan sebuah roti tidak bisa lebih dari sepekan atau bahkan tiga hari
lamanya. Itu sebabnya penampilan roti cepat sekali berubah. Yang mulanya
memiliki warna seputih susu, berubah menjadi berbintik hitam hingga ditumbuhi
jamur. Karena penampilan roti berubah seekstrim itu, maka roti sudah tak layak
konsumsi lagi.
Tinea unguium (dermatophytic onychomycosis) adalah infeksi jamur
dermatofita pada kuku. Sedangkan onikomikosis adalah infeksi pada kuku yang
disebabkan oleh jamur dermatofita, jamur non-dermatofita atau yeast .Dermatofita
dibagi menjadi 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.
Golongan jamur ini mempunyai kemampuan mencerna keratin. Patogen
laingolongan non-dermatofita yang menyebabkan tinea unguium adalah S.
Dinidiatum, S. Hyalinum dan kadang-kadang Candida spp
Candida sp adalah flora normal pada manusia yang dapat dijumpai pada kulit,
saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang
dijumpai pada saluran pernapasan. Candida dijumpai pula di lingkungan
(Eggimann et al., 2003). Candida terdiri dari banyak spesies. Saat ini sudah lebih
dari 200 spesies jamur yang diidentifikasi termasuk di dalam genus ini (Gray dan
Roberts, 1988). Dari banyak spesies Candida, Candida albicans adalah yang
paling dominan dijumpai pada manusia. Meskipun demikian Candida juga
bertanggungjawab pada berbagai penyakit, dari yang ringan hingga yang
mengancam jiwa (Eggimann et al., 2003).

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambar struktur jamur pada tempe, roti, kuku dan candida sp
yang tampak di mikroskop ?
2. Proses metodologi pemeriksaan jamur ?
3. Penyebab jamur pada kuku dan jamur candida sp ?

2
I.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagian-bagian jamur pada tempe, roti, kuku dan
candida sp.
2. Mengetahui struktur tubuh jamur pada tempe, roti, kuku dan candida sp.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah mikologi

I.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam
penelitian. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Mikologi,
terutama mengenai jamur pada tempe, roti, kuku dan candida sp
2. Bagi pembaca
Penelitian dapat dipakai sebagai bahan masukan apabila melakukan
penelitian sejenis.
3. Bagi Masyarakat
Untuk memberi informasi dan wawasan kepada masyarakat tentang jamur
patogen dan non-patogen

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Tentang Jamur


A. Definisi Jamur
Jamur adalah mikrooganisme yang termasuk golongan eukariotik tidak
termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan
mempunyai dinding sel yang sebagian besar terdiri dari kitin dan glukan. Jamur
mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak
mempunyai klorofil dan berkembang biak secara aseksual, seksual, atau
keduanya (FKUI, 2008: 307).

B. Morfologi Jamur
a) Khamir
Yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong, ogival yaitu bulat panjang
dengan salah satu ujung runcing yang berkembang biak secara pertunasan.
b) Kapang
Yaitu terdiri atas selsel memanjang dan bercabang yang disebut hifa
(FKUI, 2008: 308)

C. Sifat Hifa
1) Hifa udara, yaitu berfungsi mengambil oksigen.
2) Hifa reproduktif, yaitu berfungsi membentuk spora
3) Hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan untuk pertumbuhan
(FKUI, 2008: 308)

D. Perkembang Biakan Jamur


Jamur berkembang biak dengan membelah diri, bertunas, atau dengan spora.
Spora dapat dibentuk secara seksual dan aseksual .

4
1) Spora yang termasuk aseksual ialah :
a) Blastospora
Konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang terbentuk langsung pada
hifa atau dari sel pembentuk konidia yang langsung duduk pada hifa.
b) Arthrokonidia
Sel reproduksi aseksual yang terbentuk dari hifa bersepta yang terputus-
putus, sehingga kompartemenkompartemen berdiri sendiri dan dapat
menjadi hifa baru.
c) Khlamidospora
Sel hifa yang membesar karena mendapat nutrisi extra berdinding tebal.
Sel ini terbentuk apabila lingkungan di sekitar kurang menguntungkan.
d) Konidia
Suatu propagil yang non motil dan tidak terbentuk melalui proses
pembelahan.
e) Sporangispora
Suatu kantung tertutup pada ujung hifa fertile atau cabang hifa, kantung
tersebut dinamakan sporangium dan dapat berbentuk bulat, semibulat,
atau panjang
2) Spora yang temasuk seksual :
a) Basidiospora
Spora seksual yang terbentuk dalam basidium, dan terdapat pada
basidiomycetes.
b) Askospora
Spora seksual yang terbentuk dalam askus, dan terdapat pada
ascomycetes.
c) Zigospora
Spora seksual pada zygomycetes, merupakan hasil fusi dari gamatangia,
sel berdinding tebal, dan berpigmen gelap ( Gandjar, 2000: 6).

E. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur antar lain, yaitu Kebutuhan air,
suhu pertumbuhan, kebutuhan oksigen dan pH, nutrisi, komponen penghambat
(Waluyo, 2004: 251 -252).

5
F. Penyakit yang disebabkan oleh jamur
1) Mikosis superfasial
Penyakit yang disebabkan oleh jamur dan penyebarannya terjadi pada
permukaan tubuh.
2) Mikosis sistemik
Penyakit yang disebabkan jamur patogen yang menghasilkan mikrokonidia
yang penyebarannya melalui peredaran darah ke jaringan dalam tubuh.
3) Mikosis dalam
Penyakit yang disebabkan oleh jamur yang membentuk mikrokonida dan
oleh khamir, serta tumbuh di bagian jaringan yang dalam yang akan
membengkak (Gandjar, 2006: 92).

G. Keuntungan dan kerugian jamur


1) Keuntungan dari jamur yaitu vitamin, Aneka enzim, senyawasenyawa asam
amino, antibiotik, fermentasi makanan dan minuman.
2) Kerugian dari jamur yaitu kerusakan pada bahan pangan karbohidrat,
kerusakan daging dan olahan, kerusakan pada sayuran dan buah-buahan
segar, kerusakan pada kayu dan bahan kertas, kerusakan pada tekstil
(Gandjar, 2006: 116-128).

II.2 Tinjauan Tentang Jamur Tempe dan Roti (Rhyzopus sp.)


A. Definisi Rhizopus sp
Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum zygomycota
ordo mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang
membentuk rhizoid untuk menempel ke subtract. Ciri lainnya adalah memiliki
hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus
sp yang juga disebut stolon menyebar di atas subtratnya karena dari hifa
vegetative. Rhizopus sp berproduksi secara aseksual dengan memproduksi
banyak sporangifor yang bertangkai. Sporangifor ini biasanya dipisahkan dari
hifa lainya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya
adalah Rhizopus stolonifer yang biasanya tumbuh pada roti basi.
(Postlethwait dan Hopson, 2006 http://monruw.wordprees.com).

6
Gambar 2.1 Struktur Jamur
B. Klasifikasi
Kingdom Fungi
Divisio Zygomycota
Class Zygomycetes
Ordo Mucorales
Familia Mucoraceae
Genus Rhizopus
Spesies Rhizopus sp
(Robert, 2005).

C. Ciri Morfologi dan Struktur Tubuh


1) Terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk
miselium.
2) Hifa tak bersekat (bersifat senositik).
3) Septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel reproduksi
terbentuk.
4) Dinding selnya tersusun dari kitin.
5) Rhizopus sp mempunyai tiga tipe hifa, yaitu :
Stolon : hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat
(misalnya roti).
Rhizoid : hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai
jangkar untuk menyerap makanan
Sporangiopor : hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan
memiliki sporangia globuler (berbentuk bulat) diujungnya.

7
6) Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu
7) Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning
kecoklatan.
8) Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau
dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora).
9) Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan
sporangiofora.
10) Sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak.
11) Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar.
12) Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder (Robert, 2005).

D. Habitat Rhizopus sp
1) Rhizopus oryzae
Spesies ini tersebar terutama di daerah tropis dan sub tropis. Spesies ini
dapat di isolasi dari tanah, tempe, biji-bijian, kacang tanah, air terpolusi,
sayur-sayuran dan buah yang membusuk.

Gambar 2.2 Rhizopus oryzae

2) Rhizopus stolonifer
Spesies ini terdapat pada daerah yang lebih hangat, dapat di isolasi dari
tanah, roti, biji-bijian, sayuran, buah, kacang-kacangan, dan juga dari udara.

8
Gambar 2.3 Rhizopus stolonifer

3) Rhizopus oligosporus
Spesies ini telah di isolasi dari tempe, dan diketahui dari Negara Jepang,
China dan Indonesia.

Gambar 2.4 Rhizopus oligosporus

4) Rhizopus nigrican
Spesies ini dapat merusak makanan, roti, sayur-sayuran dan buah-buahan
(Gandjar, 2000: 103-107).

Gambar 2.5 Rhizopus nigrican

9
E. Reproduksi Jamur Rhizopus sp
Jamur Rhizopus sp. melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual.
Reproduksi aseksualnya dengan fragmentasi miseliumnya atau dengan spora
aseksual.
Reproduksi seksualnya dengan perkawinan atara hifa berbeda jenis, yaitu
hifa (+) dan hifa (-), menghasilkan zigospora.
Zigospora merupakan spora seksual (spora generatif), yaitu spora yang
dihasilkan oleh reproduksi seksual (Robert, 2005).

F. Tahapan Proses Reproduksi


1) Tahap proses reproduksi aseksual (spora vegetatif)
a) Pada fase aseksual, sporangium bulat berwarna hitam berkembang pada
ujung hifa yang tegak.
b) Di dalam masing-masing sporangium, ratusan spora haploid berkembang
dan tersebar melalui udara.
c) Spora yang jatuh pada makanan yang lembab akan berkecambah, tumbuh
menjadi miselia baru. Jika kondisi lingkungan semakin memburuk,
misalnya makanan sudah habis dan terdapat kehadiran miselia dari tipe
perjodohan yang berlawanan (dengan nukleus yang secara genetik
berbeda), spesies Rhizopus bereproduksi seksual (robert, 2005).
2) Tahap proses reproduksi seksual (perkawinan antara dua hifa)
a) Miselia dengan tipe perjodohan (mating tipe) yang berlawanan yaitu
hifa (+) dan hifa (-) berdekatan.
b) Hifa (+) dan hifa (-) membentuk cabang hifa atau perluasan hifa yang
disebut gametangia. Kedua gametangia tersebut mengandung banyak
inti haploid yang dibatasi oleh suatu septum.
c) Dinding kedua gametangia tersebut pecah dan terjadi penyatuan
sitoplasma (plasmogami). Inti haploid hifa (+) dan hifa (-) bergabung
membentuk zigosporangium (2n) yang dikariotik. Sel ini membentuk
suatulapisan berdinding kasar dan tebalyang dapat menahan kondisi
kering dan lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya selama
beberapa bulan.

10
d) Ketika kondisi menjadi lebih baik kariogami terjadi, nukleus yang
berpasangan tersebut menyatu dan secara cepat diikuti dengan
pembelahan meiosis.
e) Zigospora ini kemudian mengakhiri dormansinya, bekecambah sebagai
suatu sporangium pendek yang menyebarkan spora haploid yang secara
genetik beraneka ragam.
f) Spora tersebut berkecambah dan tumbuh menjadi miselia baru (Robert,
2005).

II.3 Tinjauan Tentang Jamur Kuku


A. Definisi Dermatofitosis
Dermatofitosis (Tinea Unguium) adalah infeksi jamur dermatofit yang
menyerang kuku. Penyakit ini bersifat menahun dan sangat resisten terhadap
pengobatan. Penyakit ini sering dijumpai dinegara tropis karena udara yang
lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi perkembangan penyakit
jamur.
Tinea unguium kadang-kadang muncul sebagai akibat tinea pedis,
dengan karakteristik onikolisis dan penebalan, perubahan warna (putih, kuning,
coklat, dam hitam), rapuh, dan kuku kekurangan nutrisi. Walaupun inflamasi
jarang terjadi, beberapa pasienmerasakan nyeri.
Tinea unguium pada kuku kaki dapat menyebabkan nyeri dan sebagai
predisposisi infeksi sekunder bakteri dan ulserasi pada dasar kuku.
Komplikasi ini banyak terjadi pada individu dengan immunocompromised dan
diabetes.

Gambar 2.6 Kuku berjamur

11
B. Gejala klinis
Ada tiga bentuk gejala klinis dari tinea unguium :
1) Bentuk subungual distal
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini
menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisi kuku yang rapuh.
Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal
akan hancur dan yang terlihathanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.
2) Leukonikia trikofita atau leukonikia mikotika
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau
keputihandipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya
elemen jamur.Oleh kelainan ini dihubungkan dengan Trichophyton
mentagrophytes sebagai penyebabnya.
3) Bentuk subungual proksimal
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama
menyerangkuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat
kuku dibagiandistal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.
Biasanya penderita tineaunguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain
yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang
daripada kuku tangan.

II.4 Tinjauan Tentang Jamur Candida sp


A. Definisi Candida sp
Candida albicans adalah spesies cendawan patogen dari golongan
deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi
oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam
manusia. Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti
telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 m dan dapat memproduksi
pseudohifa. Spesies C. albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk
seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan
mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi
kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan

12
tidak tembus cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel
pada sel inang dan melakukan kolonisasi.
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena
kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai
sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan
kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini
tergantung pada 13actor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi
(blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5
x 3-6 hingga 2-5,5 x 5-28 .
Infeksi karena jamur Candida sp paling banyak ditemukan adalah
infeksi karena Candida albicans. Jamur ini dapat ditemukan dalam keadaan
normal dengan jumlah kecil pada mulut, vagina saluran pencernaan, dan
kulit.

Gambar 2.7 Candida


B. Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
(C.P. Robin) Berkhout 1923

13
C. Ciri Morfologi Candida Albicans.
Candida Albicans ini adalah golongan dari jamur dimorfik yang dapat
tumbuh sebagai Sel tunas yang kemudian akan memanjang dan berubah
menjadi hifa semu. Hifa semu ini terdiri dari banyak blastospora yang memiliki
bentuk bulat atau lonjong.

D. Daur Hidup Candida Albicans.


Candida albicans dapat ditemukan dimana-mana sebagai mikroorganisme
yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan liar
manusia (rektum, rongga mulut dan vagina)

14
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di laboratorium IMSER SMK Unggulan
Husada Banjarmasin.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu, 7 April 2016 pukul 15.00
18.00 WITA

III.2 Alat dan Bahan


A. Alat
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Cover glass
4. Bilah Lidi
5. Pipet tetes
6. Cawan disposable
7. Bisturi

B. Bahan
1. Jamur tempe
2. Jamur roti
3. Sampel kuku
4. Urine
5. Eosin
6. KOH 10%
7. Spritus
8. Tisu

15
III.3 Cara Kerja
A. Pengamatan Jamur Tempe
1. Disiapkan dua buah object glass, dua buah cover glass, api spritus, dan bilah
lidi
2. Diambil jamur tempe menggunakan bilah lidi
3. Dioleskan jamur tempe pada permukaan object glass
4. Diteteskan eosin sebanyak satu tetes tepat diatas olesan jamur pada salah
satu objek glass
5. Diteteskan KOH % sebanyak satu tetes tepat diatas olesan jamur pada objek
glass yang lainnya
6. Diletakkan cover glass di atas olesan jamur tempe pada masing masing
objek glass
7. Diamati menggunakan mikroskop

B. Pengamatan Jamur Roti


1. Disiapkan dua buah object glass, dua buah cover glass, api spritus, dan bilah
lidi
2. Diambil jamur roti menggunakan bilah lidi
3. Dioleskan jamur roti pada permukaan object glass
4. Diteteskan eosin sebanyak satu tetes tepat diatas olesan jamur pada salah
satu objek glass
5. Diteteskan KOH 10% sebanyak satu tetes tepat diatas olesan jamur pada
objek glass yang lainnya
6. Diletakkan cover glass di atas olesan jamur roti pada masing masing objek
glass
7. Diamati menggunakan mikroskop

C. Pengamatan Jamur Kuku


1. Disiapkan dua buah object glass, dua buah cover glass, api spritus, dan
bisturi
2. Diambil sampel kuku menggunakan bisturi
3. Dioleskan sampel kuku pada permukaan object glass

16
4. Diteteskan eosin sebanyak satu tetes tepat diatas olesan sampel pada salah
satu objek glass
5. Diteteskan KOH 10% sebanyak satu tetes tepat diatas olesan sampel pada
objek glass yang lainnya
6. Diletakkan cover glass di atas olesan sampel kuku pada masing masing
objek glass
7. Diamati menggunakan mikroskop

D. Pengamatan Jamur Candida sp


1. Disiapkan dua buah object glass, dua buah cover glass dan api spritus
2. Diambil sampel urin menggunakan pipet tetes
3. Diteteskan sampel urin pada permukaan object glass
4. Diteteskan eosin sebanyak satu tetes tepat diatas olesan sampel pada salah
satu objek glass
5. Diteteskan KOH 10% sebanyak satu tetes tepat diatas olesan sampel pada
objek glass yang lainnya
6. Diletakkan cover glass di atas olesan sampel urin pada masing masing objek
glass
7. Diamati menggunakan mikroskop

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Hasil Penelitian


A. Jamur pada tempe

Gambar 4.1 Jamur tempe


Perbesaran : 10 x 40
Menggunakan : Eosin dan KOH 10%
Jenis Jamur : Rhizopus oryzae

B. Jamur Pada Roti

Gambar 4.2 Jamur roti

18
Perbesaran : 10 x 40
Menggunakan : Eosin dan KOH 10%
Jenis Jamur : Rhizopus stolonifer

C. Jamur Pada kuku

Gambar 4.3 Jamur kuku


Perbesaran : 10 x 40
Menggunakan : KOH 10%
Jenis Jamur : Tidak ada ditemukan / Negatif (-)

D. Jamur Pada Candida sp

Gambar 4.4 Jamur candida

19
Perbesaran : 10 x 10
Menggunakan : -
Jenis Jamur : Candida albicans

IV.2 Pembahasan
Pada praktikum Pengamatan Jamur Mikroskopis ini, jamur yang diamati adalah
jamur tempe, jamur roti, jamur kuku dan jamur candida sp.
1. Jamur Pada Tempe
Berdasarkan hasil pengamatan di mikroskop pada sampel tempe ditemukan
jenis jamur Rhyzopus oryzae berupa cabang cabang yang berupa hifa hifa yang
banyak, dan diujung hifa ada songarium yaitu sebagai kotak spora, hifa dari jamur
tempe ini berbentuk serabut panjang dengan panjang yang bervariasi dan
berwarna bening, sedangkan spora jamur ini berbentuk bulat berantai yang
terbungkus dalam satu kantung, jamur termasuk kedalam kelomok zygomicotina.
Rhizopus oryzae merupakan spesies yang termasuk dalam Kingdom Fungi ,
Divisio Zygomycota, Class Zygomycetes, Ordo Mucorales, Family Mucoraceae,
dan Genus Rhizopus. Adanya jamur pada tempe disebabkan oleh tingkat
ketahanan tempe terhadap pertumbuhan mikroba yang menghasilkan jamur yang
didukung oleh lingkungan sekitar seperti kelembaban, suhu, ph, dll. Oleh karena
itu tempe cepat dikomsumsi agar tidak ditumbuhi oleh jamur. Jamur tersebut juga
data menyebabkan penyakit apabila jamur tersebut masuk kedalam tubuh manusia
dengan cara manusia tersebut mengkonsumsi tempe/makanan yang berjamur.
Ciri-ciri :
- Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu
- Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan,
- Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau
dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora)
- Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan
sporangiofora sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa
(duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak
- Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar
- Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder.

20
Cara Reproduksi
Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual
adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan konjugasi.

2. Jamur Pada Roti


Berdasarkan hasil pengamatan di mikroskop pada sampel roti ditemukan jenis
jamur Rhyzopus stolonifer. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-
cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap
zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa
yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya
terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang
berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Rhizophus Stolonifer termasuk dalam kelas Zygomycotayang dikenal sebagai
jamur zigospora (bentuk spora berdinding tebal). Ciri-ciri dari jamur yang masuk
kedalam kelas ini adalah :
1. Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik
2. Dinding sel tersusun dari kitin
3. Reproduksi aseksual dan seksual
4. Hifa berfungsi untuk menyerap makanan, disebut rhizoid (akar semu)
Adanya jamur pada roti di disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu, ph,
kelembaban dll. Dan daya tahan roti memang tidak terlalu lama sehingga roti
cepat dikonsumsi agar tidak ditumbuhi jamur.
Rhizopus Stolonifer mempunyai beberapa karakteristik diantaranya : dapat
tumbuh pada suhu 5oC 37oC, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu
25oC. AW berkisar pada 0,93 tetapi di laboratorium telah terjadi pertumbuhan
pada MY50G agar mudah (0,89 aw) seperti beberapa lainnya mucorales,
R.stolonifer dapat tumbuh di bawah kondisi anaerobik.
Rhizopus Stolonifer dapat hidup / tumbuh pada roti atau buah-buahan lunak.
Dalam hal ini Rhizopus Stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan
menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Hal tersebut dikarenakan spora

21
tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh
pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat.
Reproduksi seksual terjadi hanya antara tegangan kawin yang berbeda, yang
biasanya berlabel + dan -. Meski tegangan yang kawin secara analisis yang tak
dapat dibedakan, mereka sering ditunjukkan dalam hidup diagram siklus sebagai
bendera yang berbeda. Ketika tegangan keduanya di dalamsudah dekat,
menghasilkan hormone-hormon yang menyebabkan ujung hyphal memasang
bersama-sama dan mengembangkan ke dalam gametangia, yang menjadi terpisah
dari sisa tubuh fungal oleh pembentukan septa. Tembok kota antara keduanya
menyentuh dan memecahkan gametangia, dan kedua protoplas-protoplas
multinucleate datang berkumpul. + dan - nucleus bergabung untuk membentuk
suatu zigospora yang muda dengan beberapa nucleus diploid. Zigospora lalu
mengembangkan suatu tebal, mantel hitam keras dan menjadi tidur, sering kali
untuk beberapa bulan-bulan. Meiosis terjadi pada waktu perkecambahan.
Zigospora membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang serupa
menghasilkan sporangium dengan tidak berkelamin, dan daur hidup mulai
kembali lagi.

3. Jamur Pada Kuku


Dermatofitosis (Tinea Unguium) adalah infeksi jamur dermatofit yang
menyerang kuku. Penyakit ini bersifat menahun dan sangat resisten terhadap
pengobatan.Tinea unguium kadang-kadang muncul sebagai akibat tinea pedis,
dengan karakteristik onikolisis dan penebalan, perubahan warna (putih, kuning,
coklat, dam hitam), rapuh, dan kuku kekurangan nutrisi. Walaupun inflamasi
jarang terjadi, beberapa pasienmerasakan nyeri.
Gejala klinis
Ada tiga bentuk gejala klinis dari tinea unguium :
1) Bentuk subungual distal
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar
ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisi kuku yang rapuh. Kalau
proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan
yang terlihathanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.

22
2) Leukonikia trikofita atau leukonikia mikotika
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau
keputihandipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya
elemen jamur.
3) Bentuk subungual proksimal
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama
menyerang kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat
kuku dibagiandistal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.

4. Jamur Candida sp
Infeksi karena jamur Candida sp paling banyak ditemukan adalah infeksi
karena Candida albicans. Jamur ini dapat ditemukan dalam keadaan normal
dengan jumlah kecil pada mulut, vagina saluran pencernaan, dan kulit.
Ciri Morfologi Candida Albicans
Candida Albicans ini adalah golongan dari jamur dimorfik yang dapat
tumbuh sebagai Sel tunas yang kemudian akan memanjang dan berubah
menjadi hifa semu. Hifa semu ini terdiri dari banyak blastospora yang memiliki
bentuk bulat atau lonjong.
Daur Hidup Candida Albicans
Candida albicans dapat ditemukan dimana-mana sebagai mikroorganisme
yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan liar
manusia (rektum, rongga mulut dan vagina).

23
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Dari hasil Penelitian yang dilakukan di Laboratorium IMSER SMK Unggulan
Husada Banjarmasin dapat disimpulkan bahwa :
Pada sampel tempe ditemukan jamur Rhizopus oryzae yang termasuk dalam
suku Mucoraceae di mana cara hidupnya sebagian besar dengan cara saprofit,
pembiakan generatif hanya akan terjadi jika dua hifa yang berlainan jenis
kelaminnya berjumpa dan bersatu. Koloni berwarna keputihan dan menjadi
abu-abu kecoklatan dengan betambahnya usia biakan, serta berdinding halus
atau agak kasar . Rhizoid berlawanan arah dengan sporangioor atau
sporangiofor muncul langsung dari stolon tanpa adanya rhizoid. Sporangiofor
dapat tunggal atau berkelompok hingga 5 kadang-kadang membentuk struktur
seperti percabangan menggarpu.
Pada sampel roti ditemukan jamur Rhizopus stolonifer yang biasanya
berwarna biru kehitam-hitaman, mempunyai maselium yang luas, bercabang-
cabang, tak bersepta, miselium yang tak bersepta dan berinti banyak disebut
sonosit. Septanya dibentuk pada batas alat-alat reproduksi seperti sporangium,
gametangium, juga terbentuk pada miselium tua. Miselium sering membentuk
rhizoid. Sporangium dari hifa yang mendukungnya terpisah oleh satu sekat,
yang menonjol kedalam sporangium; tonjolon ini dinamakan kolumela.
Pada sampel jamur kuku yaitu negatif (-) tidak ditemukan jamur. Tinea
unguium merupakan bentuk kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi
jamur Dermatofita.
Penyebab dari penyakit ini berupa jamur T.Mentagrophytes dan T.rubrum,
yang dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit ini
lebih sering menyerang orang dewasa, bersamaan tinea pedis dan tinea manus.
Penyakit ini sering menyerang orang yang selalu bersinggungan dengan air
kotor. Lingkungan lembab dan basah dapat mempermudah terjangkitnya
penyakit ini.
Pada sampel Urine ditemukan jamur Candida albicans yang merupakan
golongan dari jamur dimorfik yang dapat tumbuh sebagai sel tunas yang

24
kemudian akan memanjang dan berubah menjadi hifa semu. Hifa semu ini
terdiri dari banyak blastospora yang memiliki bentuk bulat atau lonjong. Dan
berbahaya bagi kesehatan kita. Cara mencegah dari penyakit candida albicans
yaitu dengan cara menjaga kebersihan kita terutama bagi wanita
Gejala-gejala umum terkait candidiasis antara lain adalah:
Kelelahan
Perubahan mood
mudah marah
depresi
sulit belajar dan konsentrasi
hiperaktif
autisme
gangguan pencernaan, dll.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi, yaitu:


1. Substrat, merupakan sumber nutrien utama bagi jamur
2. Kelembaban, fungsi tingkat rendah memerlukan lingkungan dengan
kelembaban nisbi 90%, sedangkan kapang memerlukan lingkungan dengan
nisbi 80%
3. Suhu, secara umum pertumbuhan untuk kebanyakan fungi 25o 30o C.
Beberapa jenis juga tumbuh baik pada suhu (-5)o (-10)o
4. Derajat keasaman (pH), pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi,
karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurangi suatu substrat sesuai
dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di
bawah 7,0
5. Senyawa kimia, merupakan pengaman bagi dirinya terhadap serangan
organisme lain
6. Intensitas cahaya, umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor
penghambat terhadap pembentukkan struktur alat-alat reproduksi dan spora
pada jamur

25
V.2 Saran
1. Dalam pengambilan sampel tempe sebaiknya tempe yang di bungkus
dengan daun pisang.
2. Pada pengambilan sampel sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat
menggumpal saat di lihat di bawah mikroskop dan berdasarkan
pengamatan, jika mengambil jamur terlalu banyak hifa- hifa tersebut tidak
terlalu terlihat.
3. Pada saat meletakkan cover glass jangan sampai ada gelembung udara.
4. Pada fiksasi jangan terlalu lama dan jangan sampai menguap.
5. penggunaan jarum ose atau lidi yang terlalu kuat pada saat pengambilan
jamur pada tempe, sehingga tempe ikut tercungkil.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Dodit Dwi santoso, (2014), IDENTIFIKASI JAMUR Rhizopus sp PADA SWAB


KETIAK PEKERJA KULI BANGUNAN DI KECAMATAN MOJOROTO
KOTA,http://www.slideshare.net/ditwindobundamunyok/dodit-dwi-s
ktimikologi ( 1 april 2016 pukul 20:00 )
2. Putri Dwi Kartini, (2013), Tinea Unguium,
https://id.scribd.com/doc/162214380/Referat-Tinea-Unguium ( 5 april 2016
pukul 21:15 )
3. novachristifani, (2013), Referat Tinea Unguium,
https://id.scribd.com/doc/153565083/Referat-Tinea-Unguinum-Nova ( 10 april
2016 pukul 04 : 30 )
4. Hadir Az-zuhri, (2014), Makalah Candida albicans, http://blogkuhadiraz-
zuhri.blogspot.co.id/2014/05/makalah-candida-albicans.html ( 15 april pukul
20 : 45 )
5. Yosephine Dian Hendrawati, (2008), Candida albicans
https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/yosephine-dian-hendrawati-
078114110.pdf ( 18 april 2016 pukul 19:20 )
6. Imam Budi putra, (2008), Onikomikosis,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3416/1/08E00604.pdf ( 30
april 2016 pukul 22:00 )
7. Atika nursyahbani, (2014), Penyakit yang disebabkan oleh jamur rhyzopus,
http://creatinq.blogspot.co.id/2012/07/penyakit-yang-disebabkan-oleh-
jamur.html (1 mei 2016 01:00 )
8. http://www.alodokter.com/candidiasis
9. http://wikipedia/jamur-kuku
10. http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/79_jamur-kuku.html

27
LAMPIRAN
Lampiran 1

PROSEDUR SKEMATIS IDENTIFIKASI JAMUR SECARA


MIKROSKOPIS

Diambil sampel jamur secukupnya

Ditambahkan 1 tetes Eosin atau KOH 10%

Ditutup dengan cover glass

Difiksasi diatas api spritus, jangan sampai


menguap
Diamkan selama 10-15 menit

Diperiksa dibawah mikroskop dengan


perbesaran 10x dan 40x

28
Lampiran 2
GAMBAR ALAT DAN BAHAN

Mikroskop Objek Glass Cover Glass

Bilah lidi Pipet tetes Cawan disposable

Tissue Bisturi Bisturi

29
KOH 10% Eosin Api Spritus

Sampel Tempe Sampel Roti

30
Lampiran 3
Gambar Penelitian

Jamur Pada Tempe

Jamur Tempe Pengambilan sampel jamur

Saat sampel sudah di atas Saat di tetesi KOH 10 %


objek glass

Saat peletakkan cover glass Saat objek glass dan cover


glass menyatu

31
Saat peletakkan cover glass Saat objek glass dan cover
glass menyatu

Saat fiksasi

Jamur Pada Roti

Saat pengambilan sampel jamur Saat meratakan sampel

32
Saat di tetesi KOH 10% Saat peletakkan cover glass

Saat fiksasi Saat fiksasi

Jamur Pada Kuku

Jamur kuku Pengambilan sampel


(jamur kuku)

33
Saat di tetesi eosin Saat objek glass dan cover
glass menyatu

Saat peletakkan cover glass Saat objek glass dan cover


glass menyatu

Saat sampel sudah siap di periksa Saat sampel kuku dengan eosin
dan KOH 10%

34
Saat pemeriksaan di bawah mikroskop

35

Anda mungkin juga menyukai