OLEH:
NAMA : Risky Isma Febrian
NIM : D1A020157
KELOMPOK : 1C
ASISTEN : Regita Indriana
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
4.2 Pembahasan
Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati
dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi. Jenis rumput-
rumputan asal tropis dan subtropis umumnya lebih banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk pati daripada fruktan dan umumnya disimpan dalam
bagian daun. Kandungan nutrisi hijauan tersebut perlu diperhatikan pada
pengawetan hijauan baik berupa pengawetan kering (hay) maupun pada proses
silase. Salah satu contoh hijauan adalah rumput. Menurut Rohmaniah (2017),
produktivitas rumput tergantung pada faktor-faktor seperti persistensi,
agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin,
penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah, dan iklim.
Pengaruh produktivitas hijauan pakan juga dipengaruhi oleh faktor dari luar
seperti pemberian pupuk organik pada hijauan yang didalam pupuk itu sendiri
mengandung nutrisi yang tidak tersedia oleh tanah atau tidak didapat oleh
tanaman tersebut jika penanaman tanpa pupuk. Hal itu sesuai dengan
pernyataan Lasamardi (2017) bahwa kesuburan tanah masih perlu ditingkatkan
guna memperbaiki pertumbuhan tanaman dengan cara penambahan pupuk
organik. Pupuk organik sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan, antara lain; membuat daun tanaman lebih
hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (klorofil) yang mempunyai
peranan sangat penting dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan
serta menambah kandungan protein tanaman.
Lahan memiliki peranan penting dalam penyediaan pakan ternak seperti
rumput dan limbah pertanian. Ketersediaan pakan menjadi prioritas utama
dalam memenuhi kebutuhan ternak. Pada lahan tempat penyediaan pakan
ternak, lahan ditanami dengan rumput unggul berupa rumput gajah sebagai
rumput potongan dan rumput bede sebagai rumput gembala yang relative tahan
injakan ternak. pemberian pakan hijauan berbasis gamal waru pada sapi bunting
dapat meningkatkan konsumsi bahan kering dibandingkan dengan pemberian
pakan hijauan berbasis rumput saja.
Rumput raja merupakan persilangan antara P. purpureum dan P.
americanum (Amerika tropis). Rumput dapat tumbuh dari dataran rendah hingga
dataran tinggi. Sehingga produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan
rumput lainnya. Kualitas rumput raja lebih tinggi dibandingkan rumput gajah
terutama protein kasarnya 25% lebih tinggi dari rumput gajah (Dwinarto dkk,
2013).
Rumput gajah berasal dari Arika Tengah, kemudian menyebar dan
diperkenalkan ke daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia
Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim panas
yang panjang. Nilai pakan rumput gajah dipengaruhi oleh perbandingan (rasio)
jumlah daun terhadap batang dan umurnya. Batang-batangnya kurang begitu
disukai ternak (karena keras) kecuali yang masih muda dan mengandung cukup
banyak air (Dwinarto dkk, 2013).
Rumput setaria sangat disukai oleh ternak. Panjang daun bisa mencapai 70
cm dengan lebar 12-20 mm. Komposisi nutrien rumput setaria adalah sebagai
berikut: 13,8% abu, 34,5% serat kasar, 8,6% protein kasar, dan 41% BETN
(Dwinarto dkk, 2013). Rumput bede atau rumput signal berasal dari Afrika
daerah timur yaitu Uganda, Rwanda, Tanzania dan lain-lain. Rumput bede tidak
tahan pada lingkungan yang ternaungi, sehingga tidak cocok untuk
dikembangkan berintegrasi dengan perkebunan. Serat kasarnya bisa mencapai
37%.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hijauan dibagi menjadi empat jenis yaitu rerumputan, leguminosa,
rambanan, dan limbah pertanian. Hijauan yang dipakai umumnya berasal dari
marga Gramineae seperti rumput gajah, rumput bede, rumput setaria, rumput
raja, dan rumput odot. Setiap rumput memiliki kandungan protein dan serat
kasar yang berbeda. Hijauan pakan rumput dapat disediakan kepada ternak
melalui silase ataupun segaran. Dalam pemberian pakan rerumputan kepada
ternak harus diperhatikan kandungannya, karena terdapat beberapa rerumputan
yang memiliki tingkat serat kasar yang tinggi. produktivitas rumput tergantung
pada faktor-faktor seperti persistensi, agresivitas, kemampuan tumbuh kembali,
sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan
tanah, dan iklim.Pengaruh produktivitas hijauan pakan juga dipengaruhi oleh
faktor dari luar seperti pemberian pupuk organik pada hijauan yang didalam
pupuk itu sendiri mengandung nutrisi yang tidak tersedia oleh tanah atau tidak
didapat oleh tanaman tersebut jika penanaman tanpa pupuk.
5.2 Saran
Jaringan sering putus-putus diharapkan kedepannya dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dwinarto, B., Bogassara, E., Wida A.A., Sunarwan, dan Amarudin, I. 2013. Hasil
Uji Bahan Pakan dan Hijauan Pakan Ternak. BPMPT Bekasi. Bekasi
Dwinarto, B., Bogassara, E., Wida A.A., Sunarwan, dan Amarudin, I. 2013. Hasil
Uji Bahan Pakan dan Hijauan Pakan Ternak. BPMPT Bekasi. Bekasi
Lasamadi, R. D., Malalantang S. S., dan Anis S. D. 2017. Pertumbuhan dan
Perkembangan Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv.
Mott) yang Diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi
EM4”. ZOOTEC. 32(5):158-171.
Rohmaniah, S. 2017. Pengaruh Jenis dan Dosis Penggunaan Pupuk Kandang
terhadap Kandungan Air, Protein Kasar, dan Serat Kasar Hijauan
Sorgum. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“PENGENALAN JENIS TANAMAN KACANG DAN RAMBAN (BROWSE)”
OLEH:
NAMA : Risky Isma Febrian
NIM : D1A020157
KELOMPOK : 1C
ASISTEN : Regita Indriana
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
4.1 Hasil
4.1.1 Leguminosa
No Nama Nama Latin Ciri-ciri /Karakteristik Gambar
Tanaman
1. Kaliandra Calliandra tumbuh rata-rata 3-5 m,kulit
merah callothyrsus batang berwarna merah atau
abu-abu, panjang daun 20 cm
dan lebar 15 cm melipat ke arah
batang pada malam hari.
Kandungan PK : 24%
2 Lamtoro / Leucaena Tumbuh rata-rata 2-10m ,daun
Petai Cina glauca menyirip berhambut halus dan
tepinya berjumbai, bunga
berbentuk bongkol dan berwarna
putih atau kekuningan, buah
berbentuk bulathijau . Kandungan
PK : 34%
3 Indigofera Indigofera sp. Tipe daun: parinpinnatus
/Tarum Tipe bunga: faboideae
Tipe batang: Tegak (perdu)
Anti nutrisi: Tannin (sangat
rendah)
4.1.2 Rambanan
1 Pohon Arthocarpus Tumbuh 20 m, mengeluarkan
Nangka heterophyllus getah putih diseluruh tumbuhan
apabila dilukai, daun penumpu
bulat lancip, bunga berbentuk
bongkol dan terdapat cincin
dipangkal bongkol, buah
berbentuk gelondong
memanjang.
Kandungan PK : 12,73%
2 Pohon Talipariti Tumbuh 5-15 m, batang bulat
Waru tiliaceum berwarna coklat, daun berbentuk
bulat telur,bungawaru berwana
kuning dan tengahnya merah
coklat.
Kandungan PK : 21,83%
3 Tumbhan Acalypha Tumbuh bercabang dan
Tetean siamensis membentuk semak, bentukdaun
sedang dan membentuk
rumpun,cara memperbanyak
tetean dengan stek batang.
4 Kembang Hibiscus rosa Tumbuh 2-5 m, daun berbentuk
Sepatu sinensis bulat telur lebar, bunga
berbentuk terompet dengan
diameter 6-20 cm, berkembang
biak dengan cara stek.
Kandungan PK : 21,21%
4.2 Pembahasan
4.2.1 Leguminosa
Leguminosa merupakan salah satu alternatif yang dapat diusahakan sebagai
pakan ternak. Kandungan proteinnya rata-rata di atas 20 % (Firdus, 2010).
Praktikum ini memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis tumbuhan
kekacangan (legum). Tanaman legum ini umumnya memiliki bentuk daun
majemuk berpasangan. Buah dan bijinya berbentuk polong-polongan. Sistem
akar tunjang dan memiliki bintil pada akarnya. Bentuk batang tanaman ini dapat
berbentuk perdu, pohon, atau menjalar.
Penggunaan daun lamtoro sebagai pakan ternak sudah umum digunakan di
negara tropis seperti Indonesia. Sesuai dengan pernyataan Mandey dkk (2015),
tanaman ini adalah leguminosa pohon yang keras dan tahan kering, mengandung
protein yang tinggi dan biasa digunakan sebagai bahan pakan ruminansia di
daerah tropis. Selain digunakan untuk pakan ruminansia, daun ini juga bisa
diberikan pada ayam. Didukung oleh pernyataan Mandey dkk (2015), bahan
pakan daun lamtoro diharapkan merupakan sumberdaya yang tersedia
sepanjang waktu untuk pakan ayam pedaging. Lamtoro penting sebagai sumber
bahan pakan karena kaya akan protein, asam-asam amino esensial, mineral,
karotenoid dan vitamin.
Tanaman hijauan pakan jenis legum selanjutnya yaitu Kaliandra (Calliandra
callttothyrsus). Kandungan nutrisi pada tanaman ini sangat baik dan cukup bagi
hewan ternak. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Abqoriyah dkk (2015),
Kaliandra merupakan tanaman yang tergolong dalam kelompok leguminosa dan
banyak dimanfaatkan peternak sebagai pakan. Kaliandra cukup potensial sebagai
pakan sumber protein yaitu mengandung 20-25% dan mengandung anti nutrisi
(tanin) sampai 11%. Daun kaliandra berwarna hijau gelap, kanopi melebar ke
samping, dan sangat padat. Tipe daun kaliandra merupakan daun majemuk yang
berpasangan. Umur pemanenan pertama untuk hijauan pakan ternak kaliandra
sebaiknya pada umur 9-12 bulan, dan seterusnya dapat dipanen setiap 4-6 kali
setahun tergantung kondisi tanahnya (Abqoriyah dkk, 2015). Hal tersebut
disebabkan karena kadar protein dari tanaman tersebut akan menurun seiring
dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar serat kasar akan
meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman.
Tanaman legum pakan ternak selanjutnya yaitu Indigofera. Indigofera sp.
sangat potensial sebagai pakan ternak, karena memiliki produksi biomasa dan
kandungan protein yang tinggi, disamping toleran terhadap kekeringan, sehingga
mudah sekali untuk dibudidayakan pada berbagai tipologi lahan (Iqwal dkk,
2018). Berdasarkan pernyataan tersebut maka tanaman ini sangat cocok utnuk
diberikan pada ternak khususnya ruminansia.
4.2.2 Rambanan
Rambanan adalah hijauan pakan ternak yang berbentuk perdu atau pohon.
Tanaman rambanan termasuk kedalam family legume ataupun nonlegume.
Tanaman ramban memiliki daya hidup yang lebih baik terutama pada musim
kemarau. Kambing lebih menyukai daun-daunan atau rambanan dari pada
rumput sehingga diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan yang baik
(Nuraini, dkk. 2014).
Jenis hijauan rambanan yang pertama yaitu daun tanaman nangka
(Arthocarpus
integra). Daun nangka mengandung zat anti-nutrisi berupa Tanin. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Wahyono dkk (2017), bahwa daun nangka adalah
sumber tanin yang potensial digunakan sebagai proteksi protein. Hal tersebut
karena pohon nangka tumbuh subur di daerah tropis dan cukup familiar bagi
para petani peternak. kandungan total tanin dan tanin terkondensasi pada daun
nangka adalah 7,08 dan 5,57%. Adanya zat tanin tersebut membuat daun nangka
kurang baik jika diberikan secara langsung pada ternak, sehingga harus dilayukan
terlebih dahulu.
Daun waru (Hibiscus tiliaceus) merupakan pakan hijauan non leguminosa
satu spesies dengan kembang sepatu (Hibiscus rorasinesis) yang kandungan
proteinnya cukup tinggi, 80% tidak terdegradasi dalam rumen (Trisnadewi dkk,
2013). Kandungan protein yang cukup tinggi ini menyebabkan daun waru cocok
untukdijadikan pakan ternak. Penambahan 10-12% daun waru dalam ransum
(hijauan gamal waru) dapat meningkatkan konsumsi bahan kering. Meningkatnya
konsumsi bahan kering membuat keperluan ternak akan nutrien akan terpenuhi
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ternak itu.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanaman leguminosa merupakan hiajaun pakan yang umumnya
berbentuk kacang-kacangan. Tanaman rambanan merupakan hijauan pakan yang
berbentuk seperti pohon atau perdu. Keduanya memiliki kadar protein yang
tinggi dibandingkan rumput. Untuk penyajiannya harus dilayukan terlebih
dahulu, karena leguminosa dan rambanan memiliki zat anti nutrisi. Bila tanaman
yang memiliki zat nutrisi diberikan kepada ternak dengan porsi yang berlebihan
makan akan berbahaya untuk ternaknya.
5.2 Saran
Jaringan sering putus-putus diharapkan kedepannya dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abqoriyah, Ristianto U, Bambang S. 2015. Produktivitas Tanaman Kaliandra
(Calliandra calothyrsus) Sebagai Hijauan Pakan pada Umur
Pemotongan yang Berbeda. Buletin Peternakan. 39 (2): 103-108.
Firdus. 2010. Pengaruh Formulasi Pakan Hijauan (Rumput Gajah, Kaliandra dan
Gamal) terhadap Pertumbuhan dan Bobot Karkas Domba. Jurnal
Agripet. 10(1) : 42-45.
Mandey J.S , N J. Kumajas, J R Leke, M. N. Regar. 2015. Manfaat Daun Lamtoro
(Leucaena leucocephala) dalam Pakan Ayam Pedaging Diukur dari
Penampilan Produksi. Jurnal Zootek. 35(1) : 72-77.
Trisnadewi, A.A.A. S, I G. L. O. Cakra, I.M. Mudita, I.W. Wirawan, E. Puspani,
I.K.M. Budiasa. 2013. Aplikasi Formulasi Ransum dengan Menggunakan
Hijauan Leguminosa Sebagai Pakan Dasar Penyusunan Ransum Sapi Di
Desa Jungutan Kabupaten Karangasem. Jurnal Udayana Mengabdi.
12(1):35-37.
Wahyono T., Wahidin T.S, Mar’atus S, Megga R.P. 2017. Pengaruh Penambahan
Tanin Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) Terhadap Nilai Biologis
Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Jerami Kacang Hijau (Vigna radiata)
Secara In Vitro. Buletin Peternakan. 41 (1): 15-25.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN
“PENGENALAN JENIS HIJAUAN LIMBAH PERTANIAN”
OLEH:
NAMA : Risky Isma Febrian
NIM : D1A020157
KELOMPOK : 1C
ASISTEN : Regita Indriana
LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
4.2 Pembahasan
Pengertian limbah pertanian adalah sisa-sisa tanaman pertanian setelah
dipanen atau diambil bagian utamanya (Ernawati dan Ketut, 2015). Berdasarkan
pernyataan tersebut maka dapat diartikan bahwa sebenarnya limbah pertanian
yang digunakan untuk pakan ternak bukan tanaman yang masih utuh melainkan
sisa pengolahan tanaman pertanian. Hijauan limbah pertanian dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pakan hijauan segar, atau setelah melalui proses
pengeringan, dilayukan, pengawetan. Tujuan dikeringkan/dilayukan agar terjadi
peningkatan mutu hijauan hal ini bertujuan untuk mengurangi zat anti nutrisi
tanaman tersebut.
Jerami padi adalah hasil samping dari tanaman padi dan digunakan sebagai
sumber pakan untuk ternak ruminansia terutama oleh petani skala kecil di
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Yanuartono, 2017). Pernyataan
tersebut membuktikan bahwa jerami padi dapat dengan mudah ditemukan di
Indonesia. Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanah maupun
sebagai pakan ternak. Jerami padi mempunyai karakteristik kandungan protein
kasar rendah serta serat kasar yang tinggi antara lain selulosa, hemiselulosa,
lignin dan silika. Nilai kecernaan pada jerami padi sangat rendah. Hal tersebut
dibuktikan berdasarkan pernyataan Yanuartono (2017) dalam jurnalnya, bahwa
kandungan protein kasar pada jerami padi sekitar 2-5%. Komposisi fraksi serat
jerami padi terdiri dari 40% selulosa, 30% hemiselulosa, 15% silika dan 15%
lignin.Jerami padi juga mengandung 6,5% Sumber Energi. Pemberian jerami padi
pada ternak masih ampuh sebagai alternatif pakan cadangan walaupun tingkat
kecernaannya rendah.
Hijauan limbah pertanian yang kedua yaitu Jerami Jagung (Zea mays).
Menurut Trisnadewi (2017), jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung
setelah buahnya dipanen dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk
segar maupun dalam bentuk kering. Jerami jagung umumnya digunakan untuk
pakan ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Kandungan nutrisi
jerami jagung diantaranya protein 5,56%, serat kasar 33,58%, lemak kasar 1,25,
abu 7,28 dan BETN 52,32% (Trisnadewi, 2017). Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa jerami jagung memiliki kandungan serat kasar yang cukup
tinggi. Jerami jagung dapat dijadikan silase untuk diberikan pada hewan ternak.
Daun ubi jalar dapat dijadikan bahan pakan sumber protein karena
mengandung protein kasar 25-29% (Sampul dkk, 2018). Kandungan protein
dalam daun ubi jalar tersebut yang membuat daunnya dapat dimanfaatkan
untuk pakan ternak. Sebaiknya dalam memberikan pakan daun ubi jalar tidak
diberikan secara langsung. Daun ubi jalar mengandung zat anti nutrisi yang dapat
menghambat pertumbuhan hewan ternak. Daun ubi jalar memiliki faktor
pembatas yaitu adanya suatu zat anti nutrisi (tanin) dalam daun(Sampul dkk,
2018).
Daun ketela pohon (Manihot utilissima) tersedia melimpah di negara tropis
seperti Indonesia. Menurut Ndaru dkk (2019), Daun ketela pohon ini tersedia
secara melimpah dan mempunyai kandungan protein kasar yang cukup tinggi
yaitu berkisar 20% serta mempunyai kandungan tanin yang dapat berfungsi
sebagai anti cacing, namun pemanfaatan daun ketela pohon terkendala dengan
zat anti nutrien yang terkandung didalamnya yaitu asam sianida sehingga perlu
adanya teknologi dan upaya pengolahan seperti pembuatan silase atau
pengeringan yang dapat menurunkan kandungan zat anti nutrien pada daun
ketela pohon. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa kandungan protein
kasar yang tinggi menyebabkan tanaman ini cocok untuk dijadikan pakan hewan
ternak.
III. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Limbah hasil pertanian dapat dimanfaatkan untuk menjadi pakan ternak.
Pakan ternak darilimbah pertanian dapat diberikan dengan cara difermentasi
terlebuh dahulu maupun dilayukan. Masing-masing jenis limbah pertanian
memiliki kandungan nutrisi yang berbedabeda.
5.2. Saran
Jaringan sering putus-putus diharapkan kedepannya dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati N.M.L. dan I Ketut N. 2015. Eksplorasi Dan Identifikasi Gulma, Hijauan
Pakan Dan Limbah Pertanian Yang Dimanfaatkan Sebagai Pakan Ternak
Di Wilayah Lahan Kering Lombok Utara. Buletin Peternakan. 39 (2): 92-
102.
Ndaru P.H., Kusmartono, Siti C. 2019. Pengaruh suplementasi berbagai level daun
ketela pohon (Manihot utilissima. Pohl) terhadap produktifitas domba
ekor gemuk yang diberi pakan basal jerami jagung (Zea mays). Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan. 24 (1): 9 – 25.
Sampul B.M., B. Tulung, J. F. Umboh, S. A. E. Moningkey. 2018. Pengaruh
Pemanfaatan Daun Ubi Jalar (Ipomea batatas L) Terhadap Performans
Ternak Kelinci. Jurnal Zootec. 38 (2): 314 – 319.
Trisnadewi, A. A. A. S., I G. L. O. Cakra., I W. Suarna. 2017. Kandungan Nutrisi
Silase Jerami Jagung Melalui Fermentasi Pollard dan Molases. Majalah
Ilmiah Peternakan. 20(2):55-59.
Yanuartono, Hary P., Soedarmanto I., Alfarisa N. 2017. Potensi Jerami Sebagai
Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 27 (1): 40-62.