Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK

“DARAH”

OLEH :
NAMA : ARIDHOFFA RAIZA FADHILA
NIM : D1A019187
KELOMPOK : 5B
ASISTEN : TIARA UTAMI YUNIAR

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK TERAPAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PEMBAHASAN

I.1 Menghitung Sel Darah Merah (SDM) dan Sel Darah Putih (SDP)

Darah merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi
manusia. Di dalam darah terkandung berbagai macam komponen, baik komponen
cairan berupa plasma darah, maupun komponen padat berupa sel-sel darah.
Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
darah dan jaringan pembentuk darah (Firani, 2018).

Darah adalah cairan yang terkandung dalam sistem kordiovaskular. Darah


merupakan jaringan ikat khusus yang beredar di seluruh tubuh. Darah berperan
dalam pengangkutan gas – gas pernafasan, hasil pencernaan, komponen –
komponen fungsional seperti enzim, hormone, dan berbagai molekul lainnya, serta
pembuangan limbah dan metabolisme. Disfungsi darah dapat ,memiliki efek buruk
pada aktifitas fisiologis dari seluruh tubuh (Noercholis dkk, 2013).
Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel yang berbeda yaitu eritrosit, leukosit,
dan trombosit yang terendam dalam cairan kompleks plasma. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Fitria, dkk (2016) bahwa sel - sel darah terdiri dari eritrosit,
leukosit, dan trombosit masing – masing memiliki fungsi yang pering untuk
menunjang aktivitas tubuh. Darah berwarna merah karena adanya sel sel darah
merah (eritrosit). Eritrosit berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya
cekung, bentuknya seperti cakram. Eritrosit tidak memiliki inti dan mengandung
hemoglobin serta berfungsi mengikat oksigen dan karbondioksida dalam darah
(Tahir dkk, 2012).
Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel dan berbetuk bikonkaf
sebagai memiliki luas permukaan yang besar. Pria rata – rata memiliki erotrosit +
5 juta per mm3 darahnya, sedangkan pada wanita eritrosit + 4,5 juta per mm3
darahnya. Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin yaitu
sebuah molekul kompleks dan protein dan molekul besi (Fe) (Ferdinand, 2007).
Sel darah putih (leukosit) memiliki jumlah sel yang lebih sedikit
dibandingkan dengan eritrosit yaitu berkisar antara 20.000 / mm 3 hingga
150.000 / mm3 . Bentuk sel darah putih adalah lonjong hingga bulat. Leukosit
terdiri dari agranulosit (monosit, limfosit) dan granulosit ( heterofil, eosinophil,
dan bosofil). Leukosit mempunyai bermacam – macam fungsi, erat kaitannya
untuk menghilangkan benda asing (termasuk mikroorganisme patogen)
(Noercholis dkk, 2013). Proses pembentukan sel darah putih juga memerlukan
nutrisi (Fachrurozy dkk, 2013).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini banyak diantaranya larutan
hayem dan larutan turk. Larutan hayem digunakan untuk mengencerkan eritrosit,
sedangkan larutan turk digunakan untuk mengencerkan leukosit. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Maysa, dkk (2016) bahwa perhitungan sel darah putih
atau leukosit menggunakan larutan turk dalam pengencerannya, sedangkan
perhitungan sel darah merah (eritrosit) menggunakan larutan hayem dalam
pengencerannya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah yaitu kadar
hemogobllin. Menurut Fachrurozy, dkk (2013) kadar hemoglobin berbanding lurus
dengan jumlah sel darah merah. Faktor lain yang mempengaruhi sel darah merah
adalah demografi, umur, jenis kelamin, dan kondisi tubuh. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi sel darah putih adalah usia, kehamilan, dan demografi. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Guyton dan Hall (2010) bahwa jumlah sel darah
merah dipengaruhi oleh umur, aktivitas individu, nutrisi, ketinggian tempat dan
suhu lingkungan. Sedangkan jumlah sel darah putih dipengaruhi oleh stress,
lngkungan, aktifitas fisiologis, status gizi, panas tubuh, dan umur.
Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ayam broiler. Suhu pada
kandang yang berada di atas kisaran suhu normal dapat meyebabkan broiler stress
( Fachrurozy dkk, 2013). Menurut Rangan, dkk (2014) penduduk yang tinggal pada
daerah tinggi dapat mengalami perubahan kadar Hb.
I.2 Pengukuran Kadar Hemoglobin Darah
Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari darah dan hemoglobin
memiliki peranan penting dalam pembentukan sel darah merah atau eritrosit
( Saputro dann Jumaidi, 2015). Hemoglobin juga merupakan senyawa protein
dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dengan rangka
protoporphyrin dan globin (tetra phirin). Menyebabkan warna darah merah
karena adanya Fe ini. Hemoglobin juga dinamakan juga zat warna darah.

Menurut Mustaqim & Wahyuni (2013) hemoglobin darah adalah suatu


protein majemuk yang mengandung unsur non protein yaitu heme yang terdapat
pada sel darah merah dan yang memberi warna merah pada darah yang berfungsi
untuk mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh. Kadar hemoglobin adalah kadar normal hemoglobin yang telah
ditentukan World Health Organization (WHO). Hb tidak normal akan mengganggu
proses sirkulasi darah.

Pembentukan hemoglobin dalam darah dapat dipengaruhi oleh zat besi .


Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ma’shumah, dkk (2014) bahwa
pembentukan hemoglobin dalam darah dapat dipengaruhi oleh zat besi, zat besi
dalam dalam bahan makanan berbentuk besi heme dan non heme yaitu senyawa
besi yang berkaitan dengan protein. Heme mengandung zat besi (asam amino)
yang menyebabkan darah menjadi merah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Mallo, dkk (2012) bahwa warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernafasan yang mengandung besi dalam bentuk heme yang merupakan
tempat terikatnya molekul – molekul oksigen. Ketika oksigen dilepas maka warna
eritrosit akan berwarna lebih gelap (Mallo dkk, 2012).

Kekurangan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil merupakan salah satu


permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan. Kadar Hb yang
kurang dari 11 gr/dl mengindikasikan ibu hamil menderita anemia. Anemia pada
ibu hamil meningkatkan resiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal ini
tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka kematian ibu
bersalin maupun angka kematian bayi, angka tersebut masih cukup tinggi, yaitu
angka kematian ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup (Mardiana, 2019).

Warna merah pada sel darah merah disebabkan karena adanya


hemoglobin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Furqonita (2007) bahwa warna
merah pada sel darah merah berasal dari hemoglobin. Kadar hemoglobin dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kadar hemoglobin yaitu penyakit, kekurangan asupan, jenis kelamin, umur, gaya
hidup, dan demografi. Menurut Saputro dan S. Junaidi (2015) faktor – faktor yang
mempengaruhi Hb dan sel darah merah pada seseorang adalah makanan, usia,
jenis kelamin, aktivitas, merokok, dan penyakit yang menyertainya seperti
leukemia, athalasemia dan tuberkolosi. Jenis kelamin perempuan lebih mudah
mengalami penerapan daripada laki – laki, terutama pada saaat menstruasi
( Juanda, 2013).
Pemeriksaan kadar hemoglobin bertujuan untuk mengetahui kadar
hemoglobin dalam darah. Kadar hemoglobin darah pada laki – laki dan perempuan
berbeda – beda. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Asmadi (2008) bahwa nilai
normal kadar hemoglobin pada laki – laki sekitar 14 – 18 gram/dl, sedangkan pada
wanita yaitu 12 – 16 gram/dl. Anemia merupakan penyakit akibat kurangnya sel
darah merah. Sel darah merah tersusun dari hemoglobin. Dengan demikian
anemia didefinisikan sebagai status keadaan kadar hemoglobin darah rendah
daripada normal. Wanita lebih mudah menderita anemia dibandingkan pria,
karena wanita mengalami kehilangan darah setiap bulan saat menstruasi
(Wirawan, 2013).
Pengaruh kadar hemoglobin pada ternak dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor internal maupun eksternal. Hal ini seperti pendapat yang dikemukakan
Kusumasari Y.F.Y., dkk (2012) bahwa konsentrasi hemoglobin dalam darah
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu umur, jenis kelamin, nutrisi pakan,
aktivitas otot, kondisi psikis, musim, tekanan udara, dan kebiasaan hidup spesies.
Kadar hemoglobin menggambarkan kemampuan dalam mengangkut oksigen.
I.3 Mengukur Waktu Perdarahan Dan Penjedalan Darah
Trombosit merupakan salah satu keping darah yang juga terbentuk
disumsum tulang merah dari bahan pluripotensial stem cell. Trombosit berperan
dalam sistem penjedalan atau penggumpalan darah. Trombosit juga mengandung
bahan – bahan berupa protein yaitu fibrinogen dalam membantu pada sistem
penjedalan serta penggumpalan darah (Hartina dkk, 2018)
Peristiwa terjadinya luka akan menyebabkan trombosit pecah yang
mengaktifkan enzim trombokinase sehingga membentuk protombin, dengan
adanya bantuan vitamin K akan menjadi thrombin dan dikatalis sehingga menjadi
fibrinogen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tri (2014) bahwa reaksi
mendasar penggumpalan darah diawali dengan konversi protein plasma
fibrinogen menjadi fibrin tidak larut. Homogenisasi sampel darah dengan anti
koagulasi atau pencampuran yang kurang kuat juga dapat meyebabkan agregasi
trombosit bahkan dapat terjadi bekuan (Gandasoebrata, 2010).

Pendarahan merupakan suatu proses keluarnya darah dari pembuluh darah


akibat rusaknya dinding pembuluh darah karena trauma atau penyakit.
Pendarahan memerlukan penanganan khusus, sebab pendarahan yang
berlangsung lama dan tidak segera ditangani dapat menyebabkan syok, sinkop
dan bila lebih lanjut dapat menyebabkan kematian. Pendarahan yang lama
merupakan salah satu komplikasi umum pasca ekstraksi gigi dan terjadi sebagai
pendarahan yang primer, reaksioner dan sekunder (Wuisan dkk, 2015).

Perhitungan waktu pendarahan dimulai saat darah pertama kali keluar


sampai darah berhenti keluar, yaitu ketika sudah tidak ada noda darah pada
kapas. Darah yang keluar dihapus setiap 10 detik tanpa menekan bagian luka
karena dapat mempengaruhi pembentukan bekuan darah (Kainde dkk, 2016).
Jika pendarahan terjadi dalam jangka waktu yang lama maka tahapan selanjutnya
juga akan berlangsung lama (Langenecker et al.,2013). Pernyataan ini sesuai
dengan yang dialami probandus ketika pendarahan berlangsung lama,
penejdalannya pun lebih lama. Menurut Putri, dkk (2014) waktu perdarahan
merupakan waktu mulainya keluarnya darah sampai tidak terdeteksi lagi pada
kertas saring.
Faktor – faktor yang mempengaruhi diantaranya besar luka, penyakit, dan
asupan nutrien. Besarnya luka dapat mempengaruhi lamanya waktu penjedalan,
semakin besar luka maka semakin lama juga darah itu membeku. Faktor kedua
yaitu penyakit. Orang yang terkena hemophilia maka darahnya akan sukar
membeku sehingga pendarahan akan berlangsung lama dan sulit dihentikan.
Faktor ketiga yaitu asupan nutrient. Nutrien yang dibutuhkan sebagai bahan dasar
essensial darah (trombosit) sebagian tidak tersedia di dalam tubuh oleh karena itu
diperlukan nutrient yang berasal dari makanan yang harus dipenuhi misalnya
vitamin K, vitamin B9, vitamin D, vitamin C dan lainnya. Kekurangan trombosit
akan menyebabkan perdarahan dan penutupan luka menjadi semakin lama.
Menurut Puspita, dkk (2011) sejumlah kondisi fisik memang dapat mempengaruhi
penyembuhan luka. Status gizi sangat penting untuk proses penyembuhan luka
pasca operasi serta perbaikan status gizi dapat diperlakukan dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang.
Pemendekan waktu pendarahan juga terjadi pada beberapa variasi dosis
konsentrasi yaitu pada dosis 5%,10%,20%, dan 40%. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Ryan B.G., dkk (2016) bahwa mekanisme efek flanoid yang terkandung
dalam daun kembang sepatu dapat menghentikan pendarahan melalui
vasokontraksi yang akan menyebabkan penurunan aliran darah menuju tempat
luka sehingga akan berhenti.

I.4 Pengukuran Tekanan Darah


Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubu
manusia. Darah yang dengan lancer beredar ke seluruh tubuh berfungsi penting
sebagai media pengangkut oksigen serta zat – zat lain yang diperlukan bagi
kehidupan sel – sel tubuh. Darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa
hasil metabolisme yang tidak berguna lagi bagi jaringan tubuh (Gunawan, 2001).
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi
arteri jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit. Pada kondisi
istirahat (duduk atau berbaring) darah di pompa menuju darah melalui arteri.
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung jantung berdetak atua
berkentraksi memompa darah disebut tekanan sistolik (Fitriani dan Nilamsari,
2017).
Tekanan darah terbagi menjadi 2 yaitu tekanan sistolik dan tekanan
distolik. Hal ini sejalan dengan Amirudin, dkk (2015) bahwa tekanan darah diukur
dalam millimeter air raksa (mmHg) dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda
yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah distolik. Tekanan darah penting
karena merupakan kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar ke seluruh
tubuh untuk memberikan darah segar yang mengandung O 2 dan nutrisi ke organ –
organ tubuh (Amirudin, dkk. 2015).

Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai
hipertensi atau tekanan darah tinggi atau hipotensi tekanan darah rendah.
Hipertensi telah menjadi penyakit yang menjadi perhatian di banyak negara di
dunia, karena hipertensi sering kali menjadi penyakit tidak menular nomor satu
dibanyak negara (Anggara & Prayitno, 2013).

Kekuatan memompa jantung sangat mempengaruhi tekanan, karena


jantung merupakan organ terpenting yang berfungsi untuk memompa darah ke
seluruh tubuh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Erliyanto, dkk (2010) bahwa
jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, karena jantung
merupakan organ utama dalam mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh. Dalam
kondisi normal, jantung memompakan darah ke seluruh tubuh sebesar 300% s/d
400% lebih banyak yang dibutuhkan oleh tubuh, dan nantinya darah yang kembali
ke jantung lagi sebanyak 75%.
Tekanan darah mempengaruhi kecepatan aliran darah yang melalui
seluruh sistem sirkulasi sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung yakni,
sama dengan curah jantung. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan
mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh, karena tekanan darah merupakan
kekuatan untuk mendorong darah untuk beredar ke seluruh tubuh. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat dari Manembu, dkk (2015) bahwa tekanan darah
merupakan kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar ke seluruh tubuh
untuk memberikan darah segar yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ-
organ tubuh.
Tekanan darah dapat berubah – ubah karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi yaitu kekuatan memompa darah,
volume darah, viskositas darah, jenis kelamin, aktifitas fisik, umur dan stress fisik
dan psikis. Menurut pendapat Kusumastuty, dkk (2016) pola makan dapat
mempengaruhi tekanan darah. Asupan kalium dari makanan dapat menghambat
pengeluaran renin sehingga tekanan darah dapat menjadi normal kembali.

Tekanan darah yang didapatkan probandus tidak konstan, berubah-ubah


antara systole dan diastole. Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting
pada sistem sirkulasi peningkatan atau penurunan tekanan sarah akan
mempengaruhi homoestatis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak
memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen,
karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya (Anggara & Prayitno, 2013).

Orang dengan kebiasaan olahraga yang rendah beresiko terkena


hipertensi. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (Kusumastuty, dkk. 2016). Laki – laki
cenderung lebih tinggi resiko terkena hipertensi daripada perempuan. Tekanan
darah probandus lebih tinggi ketika setelah melakukan aktivitas dan lebih rendah
pada saat beristirahat atau dalam keadaan duduk. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Sigerlaki (2006) bahwa tekanan darah dalam kehidupan seseorang
bervariasi secara alami. Bayi dan anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat.
II. PENUTUP
II.1 Kesimpulan
1. Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel yang berbeda yaitu eritrosit, leukosit, dan
trombosit yang terendam dalam cairan kompleks plasma.
2. Darah berperan dalam pengangkutan gas – gas pernafasan, hasil pencernaan,
komponen – komponen fungsional seperti enzim, hormone, dan berbagai
molekul lainnya, serta pembuangan limbah dan metabolism.
3. Faktor lain yang mempengaruhi sel darah merah adalah demografi, umur, jenis
kelamin, dan kondisi tubuh. Sedangkan faktor yang mempengaruhi sel darah
putih adalah usia, kehamilan, dan demografi.
4. Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari darah dan hemoglobin memiliki
peranan penting dalam pembentukan sel darah merah atau eritrosit.
5. Fungsi hemoglobin yaitu untuk mengatur pertukaran oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) di dalam jaringan tubuh. Fungsi lainnya yaitu mengambil
O2 dari paru – paru dibawa ke seluruh tubuh untuk dipakai sebagai bahan
bakar, dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme.
6. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah suatu tindakan
pembedahan.
7. Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Pembekuan adalah
kemampuan darah untuk berubah dari cair menjadi massa semi padat.
Pembekuan ini melibatkan perubahan fibrinogen, makrofag yang dapat larut
yang terdiri dari rantai-rantai polipeptida, menjadi monomer fibrin dengan
kerja trombin enzim proteolitik.
8. Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia
9. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai
hipertensi atau tekanan darah tinggi atau hipotensi tekanan darah rendah.
10. Tekanan darah dapat diukur menggunakan alat yaitu Sfigmomanometer.
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin M.A., V.R. Danes dan F.Linton. 2015. ANALISA HASIL PENGUKURAN
TEKANAN DARAH ANTARA POSISI DUDUK DAN POSISI BERDIRI PADA
MAHASISWA SEMESTER VII (TUJUH) TA. 2014/2015 FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Jurnal e-Biomedik. 3(1) :
125 – 129.

Anggara, F. H. D & Prayitno, N. 2013 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1) : 20-25.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Erliyanto, M., Sumaryo, S., & Rizal, A. 2010. Perancangan Perangkat Monitoring
Denyut Jantung (Heart-beat Monitoring) dengan Visualisasi Lcd Grafik
Berbasis Atmel at89c51. Konferensi Nasional Sistem dan Informatika: Bali.

Fachrurozy N., S. Tantalo, dan P.E. Santosa. 2013. PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT
DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH
PADA BROILER. Universitas Lampung, Lampung.

Ferdinand, F.P., M. Ariewibowo. 2007. Praktis Belajar Biologi 2. Jakarta : Visindo


Media Persada.

Feriyanto. 2010. Volume Oksigen Maksimal Bandung : Studio Press.

Firani, N. K. 2018. Mengenali Sel Sel Darah dan Kelainan Darah. UB Press. Malang.

Fitria, L., L.L. Illiy, dan I.R. Dewi. 2016. “Pengaruh Antikoagulan dan Waktu
Penyimpanan terhadap Profil Hematologis tikus (Ratus nonugeicus
Berkenhout, 1769) Colur Wistar.” Jurnal Biofera. 33 (1) : 22-30.

Fitriani. N, dan N. Nilamsari, 2017. “Faktor – faktor yang berhubungan dengan


Tekanan Darah Pada Pekerja Shift dan Pekerja Non Shift di PT. X Gresik.”
Journal of Industrial Hegiene and Occupational Heoleh. 2(1) : 57-75.
Furqonita, D., dan M. Blomed. 2007. Seri IPA Biologi SMP Kelas VIII. Bogor :
Quadra.

Gunawan. L., 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius.

Gandasoebrata. 2010. Peraturan Laboratorium Klinik Dan Rakyat : Jakarta.


Guyton A.C., dan J.E.Hall. 2010. Textbook Of Medical Physologi 12th Ed. W.B.
Saunders Company, Philadelpia.

Hartina, A. Garni, dan M.I Tarmizi. 2018. PERBANDINGAN TEKNIK HOMOGENISASI


DARAH EDTA DENGAN TEKNIK INVERSI DAN TEKNIK ANGKA DELAPAN
TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT. Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang.
13 (2) : 150-153.

Juanda M. 2013. Perbedaan Kadar Hemoglobin antara Mahasiswa yang Rutin


Berolahraga Futsal Pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesenian IKIP
dengan Mahasiswa yang Jarang Berolahraga Pada Fakultas Kejuruan Ilmu
Pengetahuan IKIP Periode Januari 2013/Oktober 2013.Skripsip.
Universitas IKIP Mataram.

Kainde, A.R., D.H.C. Panyemona, dan B.S.P. Hutagalung. 2016. “ Uji Efektovitas
Ekstrak Daun Sendok (Plantinga Major L.) terhadap Waktu Perdarahan
pada Tikus Vistar Jantan ( Rattus Norvogicus). Jurnal e-Gigi (eG). ” 4 (2) :
271-276.

Kusumasari Y.F.Y., V.D.Yunianto, E. Suprijatna. PEMBERIAN FITOBIOTIK YANG


BERASAL DARI MAHKOTA DEWA ( Phaleria macrocarpa) TERHADAP KADAR
HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT PADA AYAM BROILER. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 1(4) : 129-132.

Kusumastuty I., D. Widyani, dan E.S. Wahyuni. 2016. Asupan Protein dan Kalium
Berhubungan dengan Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rawat
Jalan. Indonesian Journal of Human Nutrition. 3(1) : 19-28.

Langenecker, S. A. K., Afshari, A., Albaladejo. P, Santullano, C. A. A., Robertis, E. D.,


Fillipescu, D. C., Fries, D., Gorlinger. K, Haas. T., Imberger. G, Jacob. M,
Smith, A, Solomon, C, Linden. P. V, Wikkelso. A. J, Wouters. P, & Wyffels. P.
2013. Management of Severe Perioperative Breeding Guidellness from The
European Society of Anaesthesiology. Eur I Anaesthesiol. 30 : 270-392.

Mardiana, E. A. S. (2019). GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI


RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas
Setia Budi Surakarta).

Ma’shumah, N., S. Bintanah, dan G. Handarsari. 2014. “Hubungan Asupan Protein


dengan Kadar Ureum, Kreatin dan Kadar Hemoglobin Darah pada
Penderita Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa Rawat Jalan di RS Tugarejo
Semarang.”Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. 3(1) : 22-32.

Mallo P.Y., S.R.U.A. Sompie, B.S. Narasiang, dan Bahrun. 2012. Rancang Bangun
Alat Ukur Kadar Hemoglobin dan Oksigen dalam Darah dengan Sensor
Oximeter Secara Non Invasive. Jurusan Teknik Elektro, UNSRAT, Manado.
Manembu, M., Rumampuk, J., & Danes, V. R. 2015. Pengaruh Posisi Duduk dan
Berdiri Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada Pegawai
Negeri Sipil Kabupaten Minahasa Utara. eBiomedik, 3(3).
Maysa A., E.L. Widiastuti, N. Nurcahyani, dan H. Busman. 2016. Uji Senyawa
Tausin sebagai Antikanker Terhadap Jumlah Sel-Sel Leukosit dan Sel-
Sel Eritrosit Menat (Mus musculus L.) yang diinduksi Benzo (A) Pyren
Secara In Vivo. Jurnal Penelitian Pertanisan Terapan. 16(2) : 68-75.

Mustaqim, E. Y. & Wahyuni, E. S. 2013. Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan


Kebugaran Jasmani pada Siswa Ekstrakurikuler SMA Negri 1 Bangsa. Jurnal
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. 1(3) : 637-640.

Noercholis, A., M.A. Muslim, dan Maftuch. 2013. “Ekstraksi Fitur Roundness untuk
Mengitung Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah Ikan.” Jurnal Eccis. 7(1) :
35-40.

Putri, R.R.R.F., E.U. Ulfa, dan R.Riyanti. 2014. “Uji Aktivitas Antiplatet Ekstrak
Etanol Kubis Merah ( Brassica oleracea vor capitata L.). Antiplatelets
Activity of Red Cabbage Ethanolic Extract ( Brassica oloracea vor capitate
L.)”. e-jurnal Pustaka Kesehatan. 2(1) : 111-114.

Puspita H.A., H.B.A. Ummah, dan T. Sumarsih. 2011. FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO
CAESAREA (SC). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 7(1) : 50-59.

Rangan, Andy Abraham, Supit, Siantan, dan Engka. 2014. Kadar Hemoglobin pada
Petani Terpapar Pestisida di Kelurahan Rekukan Kecamatan Tomohon
Timur. Jurnal e-Biomedik. 2(2) : 15-25.

Ryan B.G., dkk.2016. EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KEMBANG SEPATU
(Hibiscus rosa-sinensis L.) DALAM MEMPERPENDEK WAKTU PENDARAHAN
DAN WAKTU PEMBEKUAN PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS.
Biomedika. 8(1) : 23-29.

Saputro D.A., dan S. Junaidi.2015. PEMBERIAN VITAMIN C PADA LATIHAN FISIK


MAKSIMAL DAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN DAN JUMLAT
ERITROSIT. Jurnal of Sport Sciences and Fisitess. Universitas Negeri
Semarang.

Sigerlaki, H.J.O. 2006. “ Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi


di Desa Bacor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah, Tahun 2006.” Jurnal Kesehatan. 10(2) : 78- 88.
Tahir Z., E. Warni, Indrabayu, A. Sayuti. 2012. Analisa Metode Radial Basis
Functron Jaringan Saraf Tiruan untuk Penentuan Morfologi Sel Darah
Merah (Eritrosit) Berbasis Pengolahan Citra. FORTEI. Jurusan Teknik
Elektro. Universitas Hassanudin. Indonesia.

Tri P.M. 2014. Cara Mudah Belajar Fisiologi Kedokteran. Nusa Medika. Yogyakarta.

Wirawan, I. M. C. 2013. Mengenal Beragam Penyakit I. Penerbit Nuura Books.


Jakarta.
Wuisan. J, Hutagalung. B, & Lino, W. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pisang
terhadap Waktu Pendarahan Pasca Ekstraksi Gigi pada Tikus Janian Wistar.
Jurnal Ilmiah Sains. 15(2) : 129-134.

Anda mungkin juga menyukai