Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Sektor peternakan sejak awal perkembangannya sangat pesat, hal ini dikarenakan
semakin tingginya permintaan daging, susu, telur, dan produk berkualitas lainnya.
Ketersediaan daging sapi memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap kebutuhan
protein hewani masyarakat. Protein hewani memiliki manfaat yang cukup besar dalam
membangun ketahanan pangan maupun menciptakan sumber daya manusia yang cerdas
dan kreatif. Konsumsi protein hewani masyarakat, semakin hari semakin meningkat.
Kualitas protein hewani sangat ditentukan oleh nutrisi pakan yang diberikan kepada
ternak. fungsi pakan sangat penting dalam memelihara kesehatan ternak maupun
perkembangannya sehingga pertumbuhan ternak tersebut sesuai dengan yang
diharapkan.

Permintaan produksi dari sektor peternakan setiap tahun semakin meningkat,


namun dari segi produksi maupun kualitas belum dapat memenuhi permintaan pasar
tersebut. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas dari
ternak dalam usaha peternakan, seperti ternak sapi, kambing, domba, maupun ternak
unggas. Produktivitas ternak juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa secara genetik ternak memiliki potensi yang bagus,
namun lingkungannya tidak mendukung maka produktivitasnya tidak maksimal.

Bioteknologi pengolahan pakan ternak terutama ternak ruminansia sebagai


teknologi pendukung untuk usaha peternakan. Peningkatan penerapan biteknologi pakan
merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
ternak terutama ternak ruminansia. Melalui inovasi bioteknologi pakan ternak, baik
hijauan, limbah pertanian dan agroindustri dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan
yang potensial untuk menunjang produktivitas ternak. Pengolahan dapat dilakukan
melalui proses fisik, kimia, dan biologis. Perlakukan fisik memperkecil ukuran partikel.
Perlakuan secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan asam atau
basa, penambahan urea, ammonia, dan molasses. Perlakkuan secara biologis dapat
dilakukan penambahan enzim (Sari, dkk. 2016).

Limbah pertanian dan agroindustri sebagian besar kaya akan materi lignoselulosa
yang terdiri atas kandungan selulosa (45-50 %), hemiselulosa (35-40 %), dan lignin (10-20
%). Namun, bahan pakan tersebut memiliki nilai nutrisi yang cukup rendah yaitu protein
kasar rendah 3-5 %, serat kasar tinggi (selulosa, hemiselulosa, lignin, silikat sekitar 22-41,5
%). Molekul selulosa dan hemisellulosa merupakan polisakarida dengan ikatan β-1-4
glikosidik yang sulit dicerna oleh bakteri ternak ruminansia. Peningkatann kualitas
memalui fermentasi pakan berserat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme.
Biofermentasi merupakan proses perubahan kimia pada subtrat sebagai hasil kerja enzim
dari mikroorganisme dengan menghasilkan produk tertentu. Selain dapat meningkatkan
kandungan protein dalam ransum, proses fermentasi juga dapat meningkatkan kecernaan
pakan dan dapat melepas ikatan senyawa kompleks menjadi senyawa yang mudah
dicerna (Wibawa, dkk. 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Wibawa, A.A.P., Wirawan, I.W., dan Partama, I.B,G. 2015. Peningkatan Nilai Nutrisi Dedak Padi
Sebagai Pakan Itik Melalui Biofermentasi dengan Khamir. Makalah Ilmiah Peternakan. 18(1) :
11-16.

Sari, A., Limasn, dan Muhtarudin. 2016. Potensi Daya Dukung Limbah Tanaman Palawija Sebagai
Pakan Ternak Ruminansia Di Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 4(2) :
100-107.

Anda mungkin juga menyukai