Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK

Oleh:
MUHAMMAD ALIEF BHESARA
D1A019160

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI PETERNAKAN
PURWOKERTO
2020

i
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK

Oleh:
MUHAMMAD ALIEF BHESARA
D1A019160

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikuler pada Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI PETERNAKAN
PURWOKERTO
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


FISIOLOGI TERNAK

Oleh:
MUHAMMAD ALIEF BHESARA
D1A019160

Diterima dan disetujui


Pada tanggal : ………………………..

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

M. Arfan Nur Ardiansyah Tangguh Wicaksana


NIM. D1A017006 NIM. D1A017107

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Mata Kuliah Fisiologi
Ternak.
Dalam penyusunan ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan yang
merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi. Oleh karena itu dengan
segala hormat dan kerendahan hati perkenakanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak/Ibu dosen mata kuliah Fisiologi Ternak.
2. Teman – teman yang telah memberi semangat dan banyak memberikan masukan untuk
Laporan ini.
3. Beserta semua pihak yang telah membantu dan mendukung saya sampai paper ini dapat
terselesaikan khususnya kedua orang tua saya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, laporan ini tidak akan
terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Semoga paper ini menjadi
pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian dirinya.

Purwokerto, 16 Juni 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................v
I. PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2. Tujuan.........................................................................................................................................2
II. PEMBAHASAN.................................................................................................................................3
2.1. Darah..........................................................................................................................................3
2.1.1. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih.................................................................3
2.1.2. Pengukuran Kadar Darah Hemoglobin (Hb) Darah..................................................................4
2.1.3. Mengukur Waktu Pendarahan Dan Penjendalan Darah..........................................................6
2.1.4. Pengukuran Tekanan Darah....................................................................................................7
2.2. Sistem Sirkulasi...........................................................................................................................9
2.2.1. Melihat Asal Mula Denyut Jantung Katak...............................................................................9
2.2.2. Pengaruh Luar Terhadap Jantung Katak................................................................................10
2.2.3. Melihat Perbedaan Darah & Gerakan Silia...........................................................................12
2.3. Sistem Saraf..............................................................................................................................13
2.3.1. Refleks Pada Katak dan Pengaruh Macam-Macam Pacu.......................................................13
2.3.2. Memacu Syaraf Otot.............................................................................................................15
2.4. Suhu Tubuh Dan Uji Kebuntingan.............................................................................................17
2.4.1. Melihat Pengaruh Luar Terhadap Suhu Tubuh Katak dan Hambatan Eliminasi Panas..........17
2.4.2. Melihat Pengaruh Luar Terhadap Suhu Tubuh Manusia.......................................................18
2.4.3. Uji Galli Mainini.....................................................................................................................20
III. PENUTUP...................................................................................................................................24
3.1. Kesimpulan Darah.....................................................................................................................24
3.2. Kesimpulan Sistem Sirkulasi......................................................................................................25
3.3. Kesimpulan Sistem Saraf...........................................................................................................25
3.4. Kesimpulan Suhu dan Uji Kebuntingan.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................27

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Physiology merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dari tubuh dan semua dari bagian-
bagian organ tubuh, termasuk didalamnya sel, jaringan dan organ. Dengan demikian
mempelajari anatomi fisiologi secara umum dapat dibagi kedalam fungsi dan integrasi dari
sepuluh sistem organ tubuh, yaitu: Sistem pembungkus (kulit), sistem kerangka, sistem
perototan, sistem peredaran darah, sistem pencernakan, sistem syaraf, sistem pernafasan,
sistem urinary, sistem hormonal dan sistem reproduksi.
Darah adalah cairan yang terdiri dari plasma dan sel darah.Plasma darah merupakan
komponen darah yang berupa cairan berwarna kuning yang berfungsi sebagai media pada
sel- sel darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan
oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga berfungsi
sebagai pertahanan tubuh manusia terhadap virus atau bakteri.
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena jantung
diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen
dan sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Jantung adalah sebuah rongga,
rongga organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama
yang berulang.
Sistem syaraf adalah sistem yang bekerja mengirim atau menerima implus yang berupa
rangsangan.Rangsangan merupakan perubahan lingkungan yang diterima reseptor. Sistem
Saraf adalah mekanisme yang memungkinkan tubuh bereaksi terhadap perubahan pada
berbagai lingkungan eksternal dan internal yang senantiasa terjadi.Terdapat dua pembentuk
jaringan syaraf yaitu sel syaraf neuron dan sel penunjang yang masing-masing memiliki fungsi
tersendiri
Thermoregulasi regulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi
panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh, pusat termoregulasi ini
berada di hipotalamus otak. Hal ini sependapat dengan Amir dkk (2017) bahwa Proses

1
mempertahankan suhu tubuh tersebut dikenal dengan termoregulasi atau pengaturan
panas. Terdapat tujuan tersendiri untuk terjadinya termoregulasi yaitu untuk menjaga
keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat
mempertahankan suhu tubuh didalam batas-batas normal.
1.2. Tujuan

1. Mengetahui fisiologi pada darah


2. Mengetahui sistem sirkulasi pada makhluk hidup
3. Mengetahui sistem saraf pada katak
4. Mengetahui cara melakukan uji suhu tubuh dan uji kebuntingan

2
II. PEMBAHASAN

2.1. Darah

2.1.1. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih


Darah adalah cairan yang terdiri dari plasma dan sel darah.Plasma darah merupakan
komponen darah yang berupa cairan berwarna kuning yang berfungsi sebagai media pada
sel- sel darah .Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan
oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga berfungsi
sebagai pertahanan tubuh manusia terhadap virus atau bakteri (Zundi dan Sugianto, 2017).
Sel darah merah atau biasa disebut eritrosit adalah komponen esensial pada
manusia.Pada keadaan normal sel darah merah selalu berbentuk bikonkaf atau cekung,tidak
berinti, dan berfungsi sebagai pembawa oksigen seperti halnya yang dikatakan oleh (Wiharto
dkk, 2015) Sel darah merah normal berbentuk cakram dengan kedua permukaannya cekung
atau bikonkaf.Sel darah putih atau biasa disebut leukosit merupakan sebagian dari susunan
sel darah yang memiliki peranan sebagai system imun . Leukosit dibagi menjadi lima yaitu
pasofil, neosinofil, neutrophil, limfosit ,dan monosit.
Trombosit merupakan bagian dari sel-sel besar dari sumsum tulang belakang yang
berbentuk cakram bulat,oval,bikonfex, tdak berinti.Trombosit dapat hidup selama 10
hari.Trombosit berfungsi sebagai pembantu dalam pembentukan darah. Trombosit
mempunyai peranan penting dalam hemostasis yaitu pembentukandan stabilisasi sumbat
trombosit (Tuntun dkk, 2018).
Dalam praktikum ini terdapat 5 larutan yang digunakan yaitu larutan Hcl,larutan
aquades, larutan turk,larutan hayem, dan larutan editera.Fungsi dari larutan Hcl yaitu untuk
menghasilkan warna senyawa hernagen asam yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin.
Aquades berfungsi sebagai larutan pengencer, larutan turk sebagai pengencer
leukosit,hayem pengencera eritrosit,dan editera larutan yang digunakan untuk
mengencerkan darah atau anti kobulan.

3
Hasil praktikum menyatakan ada beberapa faktor-fakor yang mempengaruhi kadar sel
darah merah (SDM) dan sel darah putih (SDP ) yaitu pada sel darah merah terdapat faktor
demografi atau dari ketinggian orang-orang yang tinggal di pegunungan yang cenderung
memiliki jumlah sel darah merah yang lebih banyak dari pada orang orang yang berada di
pesisir, hal tersebut dopengaruhi oleh suhu dan tekanan. Umur mempengaruhi SDM ketika
semakin tua maka jumlah eritrosit akan menurun karena produktifitas selsel tulang belakang
makin rendah. Jenis kelain mempengaruhi sel darah erah yaitu jumlah sel darah erah pria
lebih banyak dari pada sel darah merah pada wanita karena dipengaruhi oleh hormone dan
androgen pada pria. Kondisi tubuh, ketika mengalami pendarahan maka sel darah merah
akan menurun secara drastic teta. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan
mengakibatkan penurunan kadar Hb darah (Rizkiawati, 2012).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi leukositosis, antara adalah faktor Paritas
yaitu disebabkan oleh banyaknya jumlah persalinan yang dialami oleh seseorang akan
menimbulkan kontaminasi pada tubuh khususnya pada organ reproduksi. Leukositosis dapat
terjadi karena peningkatan kadar katekolamin (Khosama, 2016). Kontaminasi yang kurang
bersih akan menyebabkan tumbuhnya bakteri penyebab infeksi yang ditandai dengan
peningkatan kadar leukosit dalam darah, faktor usia karena Orang dewasa memiliki jumlah
leukosit lebih banyak dibanding anak – anak. Kadar leukosit di dalam darah normal pada
wanita dewasa didapati jumlah leukosit rata-rata 5.000- 12.000 sel/µl. Sedangkan pada anak-
anak hanya sekitar 4.000-
10.000 sel/µl , faktor tempat ketinggian orang yang hidup di dataran tinggi cenderung
memiliki jumlah leukosit lebih banyak,Proses inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap
benda asing atau adanya mikroorganisme asing sehingga sebagai reaksi tubuh untuk
mempertahankan kekebalan tubuh maka kadar leukosit dalam darah meningkat, dan Obat-
obatan pada dasarnya bersifat karsinogenik, bahan kimia yang terkandung didalam obat
akan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi salah satunya adalah peningkatan kadar
leukosit dalam darah.
2.1.2. Pengukuran Kadar Darah Hemoglobin (Hb) Darah
Hemoglobin merupakan kompleks protein yang terdiri dari heme yang mengandung

4
besi dan globin dengan interaksi diantara heme dan globin menyebabkan hemoglobin (Hb)

5
merupakan perangkat yang ireversibel untuk mengangkut oksigen Karena hemoglobin
mempunyai fungsi salah satunya adalah Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa
ke seluruh jaringan - jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar (Mustaqim, 2013).
Apabila kadar hemoglobin tidak normal maka akan mempengaruhi kesehatan seseorang
serta mengganggu proses sirkulasi darah yang ada di dalam tubuh.
Kadar Hb yang normal bagi pria umumnya sekitar 13,8 sampai 17,2 g/dL. Sedangkan
untuk wanita adalah 12,1 sampai 15,1 g/dL, dan jika lebih dari itu, maka dinyatakan memiliki
jumlah Hb tinggi. Proses deteksi atau pencarian hemoglobin pada darah manusia dilakukan
dengan menghitung jumlah piksel area cincin darah yang berwarna putih (Anamisa, 2015).
Area sentral putih dalam cicin darah menunjukkan besarnya kadar hemoglobin dalam darah.
Kadar hemoglobin pada ternak sapi dan ayam adalah sebagai berikut. Jumlah eritrosit
pada sapi adalah 6-8 juta sedangkan leukositnya terdapat sekitar 7-10 ribu. Adapun jumlah
eritrosit pada ayam yaitu 2,5-3 juta dan leukositnya 20-30 ribu. Apabila ternak merasa
tertekan atau adanya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim, maka ternak akan menjadi
tidak tenang dan akan menimbulkan aktivitas berlebih. Hal ini dapat diperlihatkan dengan
adanya perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh perubahan hematologis ternak, antara
lain perubahan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Ternak yang banyak
melakukan aktivitas akan memiliki jumlah eritrosit yang banyak pula, karena ternak akan
mengonsumsi banyak oksigen. Pembentukan eritrosit dirangsang oleh hormon glikoprotein
dan eritroprotein yang terdapat pada ginjal (Rosita, 2015).
Beberapa kelainan dapat merusak hemoglobin lebih cepat dibandingkan kemampuan
tubuh dalam membuatnya. Kondisi kelainan tersebut dapat berupa Porfiria, Splenomegali
atau pembengkakan limpa, Vaskulitis atau radang pada pembuluh darah, Anemia hemolitik.
Thalassemia, dan Anemia sel sabit. apabila kadar hemoglobin yang tidak normal maka akan
mempengaruhi kesehatan seseorang serta mengganggu proses sirkulasi darah yang ada di
dalam tubuh. Selain penyakit infeksi, hemoroid (ambien) dan perdarahan juga dapat
mempengaruhi kadar Hb dalam darah (Rizkiawati, 2012).
Kekurangan hemoglobin dapat disebabkan oleh sejumlah penyakit yang
mengakibatkan kadar sel darah merah dalam tubuh berkurang. Beberapa kondisi atau

6
penyakit yang dapat

7
menyebabkan produksi Hb dalam tubuh berkurang antara lain yaitiu disebabkan oleh Anemia
defisiensi besi,Anemia aplastik,Kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan sel
darah merah, seperti vitamin B12 atau asam folat,Gagal ginjal kronis atau kerusakan hati
berat,Kanker darah,Hipotiroidisme,dan Efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat
kemoterapi dan obat antiretroviral (ARV) untuk infeksi HIV.Kadar hb dapat ditingkatkan
dengan beberapa cara seperti yang dikatakan oleh (Dewi dan Sajiman.2018) bahwa snack bar
yang terbuat dari daging ikan gabus dan kacang Nagara mempunyai pengaruh yang sama
terhadap peningkatan kadar Hb dengan pemberian suplemen Fe. Kandungan daging ikan
pada Snack bar dan vitamin C pada sangobion mempunyai fungsi sebagai factor yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi. Daging Ikan sebagai bahan pembuatan snack bar
merupakan sumber zat besi.
2.1.3. Mengukur Waktu Pendarahan Dan Penjendalan Darah
Pendarahan adalah terjadinya kehilangan produk darah baik di dalam maupun di luar
tubuh. Pada tubuh sebenarnya ada suatu proses pembekuan darah yang
mencegah perdarahan terus terjadi. Proses pembekuan darah yang disebut dengan koagulasi
yang bisa merupakan perubahan bentuk darah dari cair menjadi gumpalan yang disebut
trombus. Terjadinya pendarahan itu disebabkan oleh sobeknya kapiler atau pembuluh darah.
Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa saat darah akan berhenti mengalir (Susanti
dkk, 2016)
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi
perdarahan primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir,
sisa sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Penyebab utama perdarahan post
partum sekunder biasanya disebabkan sisa plasenta (Hariyati dan Satriyandari, 2017).
perdarahan postpartum muncul karena faktor tunggal,tetapi teori juga mengatakan bahwa
salah satu faktor predisposing terjadinya perdarahan postpartum adalah ibu dengan anemia
(Wardani, 2017).
Proses pembekuan darah adalah bagian penting dari hemostasis, yaitu upaya

8
tubuh mencegah terjadinya pendarahan dari pembuluh darah yang terluka. roses

9
pembekuan darah bisa terjadi berkat adanya faktor koagulasi, yaitu protein dalam
plasma darah yang mendorong terjadinya koagulasi.Faktor koagulasi tersebut
diproduksi oleh hati dengan menggunakan vitamin K yang diperoleh dari makanan dan
diproduksi oleh bakteri baik di usus.
Estrogen memengaruhi proses pembekuan darah dengan menghambat respon lokal
peradangan melalui macrophage inhibitor factor (MIF) sehingga mengakibatkan peradangan
berlebihan dan waktu yang diperlukan darah untuk membeku menjadi lebih lama (Anindita
dkk, 2018). Penurunan kadar kalsium dalam darah dapat juga menyebabkan terganggunya
proses pembekuan darah yaitu darah tidak dapat membeku pada saat terjadi luka.
Permeriksaan waktu pembekuan darah dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode
slide untuk mendapatkan hasil waktu yang lebih akurat.
Pembekuan darah terbentuk saat trombosit dan protein plasma yang menebal,
membentuk massa semisolid. Proses ini kemungkinan dipicu oleh luka atau terkadang dapat
terjadi dipembuluh darah yang tidak memiliki luka. Bekuan darah yang terbentuk dapat
berpindah ke bagian atau organ lain sehingga menyebabkan kerusakan. Mekanisme respon
yang diberikan pertama adalah pecahnya trombosit yang mempu menghasilkan
trombokinase kemudian dihasilkan protombin. Dengan bantuan Ca2+ dan vitamin K akan
membentuk trombin. Kemudian dibentuk fibrinogen yang akan menjadi benang-benang
fibrin dan menutup luka. Kekurangan vitamin K dapat juga disebabkan oleh penggunaan obat
kolestiramin yang efek kerjanya mengikat garam empedu sehingga akan megurangi absorpsi
vitamin K yang memerlukan garam empedu pada proses absorpsinya (Ismy, 2017).
2.1.4. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda-tanda vital yang digunakan seorang
dokter sebagai landasan untuk mendiagnosa dan melakukan therapy pada pasien.
Pengukuran darah yang akurat sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi status hemodinamik
pasien dan mendiagnosa penyakit. Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke
dinding arteri pada saat darah dipompa keluar dari jantung yang akan tersebar ke seluruh
tubuh. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Pada saat suhu tubuh tinggi,
pusat pengaturan panas tubuh akan bekerja lebih keras. Untuk menjaga keseimbangan

1
(homeostasis), frekuensi denyut jantung meningkat akibatnya terjadi penurunan isi sekuncup
jantung karena berkurangnya tekanan darah pada vena (Sani dkk, 2015).
Terdapat 2 (dua) pengukuran penting dalam tekanan darah, yaitu tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Tekanan sistolik (Systolic Pressure) adalah tekanan darah saat jantung
berdetak dan memompakan darah. Tekanan diastolik (Diastolic) adalah tekanan darah saat
jantung beristirahat diantara detakan. Terdapat 2 uji tekanan darah sama halnya yang
dikatakn oleh (Sunarno dan Arwani, 2010) bahwa Dari dua uji yang telah dilakukan, jelas
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran tekanan darah pada
lengan kanan dengan hasil pengukuran tekanan darah pada lengan kiri. Akan tetapi hal ini
hanya dipakai untuk menunjukkan parbedaan dari rata-rata tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik secara kelompok.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh,tekanan darah bergantung kepada volume darah dan compliance atau daya
regang dinding pembuluh darah.Besarnya tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan
tahanan pembuluh darah tepi terhadap aliran darah yang mengalir Tekanan darah
dinyatakan dengan dua besaran tekanan darah yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik
dalam satuan mmHg (Adrianto dkk, 2016). Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan
darah adalah tergantung kekuatan jantung pada saat memompa.Semakin kuat jantung
memompa maka semakin tinggi tekanan pada darah. Begitu juga sebaliknya jika kekuatan
memompa jantung lemah maka tekanan darah pun juga lemah.
Volume darah yang tinggi akan menyebabkan tingkatan denyut jantung semakin cepat
yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah, viskositas atau kekentalan. Semakin kental
darah maka aliran darah semakin ditekankan sehingga tekanan darah meningkat. Pria lebih
tinggi dari wanita, kualitas tidur yangn buruk mengakibatkan system syaraf otak menjadi
hiper aktif. Makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Noviany, 2013). Faktor yang
mempengaruhi tekanan darah salah satunya adalah penyakit,seperti halnya yang
disampaikan oleh (Hafid, 2017) bahwa pembebanan CPT kepada responden yang memiliki
riwayat Hiperetensi nampak memiliki fluktuasi yang tajam,peningkatan tertinggi pada saat
detik ke 90

1
pada tekanan darah sistol mencapai 22 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastol
mencapai 15 mmHg.
2.2. Sistem Sirkulasi

2.2.1. Melihat Asal Mula Denyut Jantung Katak


Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena jantung
diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen
dan sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Menurut Hindarto dkk (2016)
mengatakan bahwa Jantung adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang memompa
darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Denyut jantung atau
detak jantung adalah debaran yang dikeluarkan oleh jantung dan akibat sirkulasi darah yang
melalui jantung. Jantung normal terletak diatas diafragma, miring kedepan kiri dan berada
paling depan rongga dada yang tertutup oleh jaringan paru (Sulaksono dan darsono, 2015).
Jantung terbagi atas 2 bagian yaitu separuh bagian kanan dan separuh bagian kiri serta
memiliki empat ruang. Bilik bagian atas dan bawah pada bagian kanan dan kiri jantung. Bilik
bagian atas disebut atrium yang berfungsi untuk menerima yang kembali ke jantung lalu
memindahkannya kebagian bilik bawah yaitu ventrikel yang berfungsi untuk memompa
darah dari jantung. Pembuluh yang mengembalikan darah daru jaringan ke atrium biasa
disebut vena, sedangkan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel yang menuju
ke jaringan disebut arteri. Kedua bagian jantung memiliki sekat pemisah yang bernama
septum, seperti halnya yan dikatakan oleh Taylor (2010) bahwa pemisahan ini sangat penting
karena separuh jantung kanan menerima dan memompa darah beroksigen rendah
sedangkan sisi jantung sebelah kiri memompa darah berokdigen tinggi.
Jantung memiliki dua tipe yaitu neurogenic dan neogenik.Neurogenik adalah kondisi
ketika saluran diputuskan maka jantung tidak berdenyut, sedangkan tipe neogenik akan
tetap berdenyut ketika saluran diputuskan. Membran yang membungkus dan melindungi
jantung disebut pericardium.Perikardium berfungsi untuk menahan posisi jantung agar tetap
berada di dalam mediastinum, namum tetap memberikan cukup kebebasan untuk kontraksi
jantung yang cepat dan kuat. Perikardium terdiri dari dua bagian, yaitu perikardium
fibrosa dan

1
perikardium serosa. Perikardium fibrosa terdiri dari jaringan ikat yang kuat, padat, dan tidak
elastis. Sedangkan perikardium serosa lebih tipis dan lebih lembut dan membentuk dua
lapisan mengelilingi jantung (Laily dkk, 2018).
Asal mula denyut berasal dari 2 hal yaitu kontraksi miogenik dan hormon,syaraf
autonom. Kontraksi miogenik adalah kontraksi yang berasal dari jantung itu sendiri,
sedangkan syaraf autonomy dan hormone kontraksi yang tidak melibatkan atau bukan dari
syaraf. Menurut Pane,dkk (2018) bahwa Pemberian magnesium sulfat dapat menyebabkan
peningkatan minimal pada frekuensi denyut jantung yang kemungkinan disebabkan oleh
penghambatan dari pelepasan asetilkolin. Hewan Amphibia seperti katak mempunyai
jantung yang beruang tiga yaitu dua ruang atrium dan satu ruang vertikel. Darah yang keluar
dari ventrikel merupakan darah campuran antara darah kaya oksigen (teroksigenasi) dan
kurang oksigen (terdeoksigenasi). Darah akan mengalir melalui aorta lalu menuju arteri lalu
arteriol, kapiler , venula , vena , vena cava dan atrium dextrum jantung. Percobaan denyut
jantung katak akan menunjukkan bahwa walaupun jantung sudah terpisah tubuh, namun
masih dapat berdenyut terus secara ritmis untuk beberapa waktu lamanya (automasi
jantung). Bagian- bagian yang nampak berdenyut adalah sinus venosus, atrium kanan dan kiri
serta ventrikel. Setelah diastol, jantung akan beristrirahat sesaat (refrakter) sebelum
melakukan sistol berikutnya.
2.2.2. Pengaruh Luar Terhadap Jantung Katak
Pada praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa anatomi atau cabang ilmu yang
mempelajari struktur dan organisasi dari makhluk hidup dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu ventalis dan dorsalis. Secara pengertiannya Ventralis merupakan pembedahan
dilakukan dari perut yaitu kirinya katak adalah kanannya orang yang membedah dan
sebaliknya, sedangkan dorsalis merupakan pembedahan dilakukan dari belakang atau
punggung yaitu kirinya katak sama dengan kirinya orang yang membedah. Anatomi hewan
juga disebut sebagai anatomi perbandingan atau morfologi hewan jika mempelajari struktur
berbagai hewan, dan disebut anatomi khusus jika hanya mempelajari satu jenis hewan saja
(Nasrullah dan Setiyo, 2015).

1
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung diantara lainnya yaitu
usia, aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, waktu saat penghitungan, suhu udara
disekitar, posisi tubuh, tingkat emosi, fluktuasi hormon,asupan kafein,merokok, ukuran
tubuh dan obat yang sedang dikonsumsi. Faktor umur pun mempengaruhi dalam denyut
jantung
,semakin tua umur maka denyut jantungnya akan semakin lemah sehingga frekuensi denyut
jantungnya semakin rendah.Faktor suhu yang mempengaruhi denyut jantung yaitu semakin
tinggi suhu tubuh maka akan menyebabkan tekanan jantung semakin tinggi.
Faktor yang dapat mempengaruhi denyut jantung adalah berat badan dan ukuran
badan, Ukuran badan yang semakin kecil maka akan menyebabkan denyut jantung akan
semakin cepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purwaningsih (2016) yang menyatakan
bahwa temperatur lingkungan kerja, berat badan, dan tingkat pembebanan kerja
berpengaruh secara simultan terhadap denyut nadi. Faktor yang lainnya adalah sirkulasi
Oksigen dan karbondioksida.Faktor yang mempengaruhi denyut jantung meliputi aktivitas
biroreseptor, tekanan intrakranial, kadar O2 dan CO2 di dalam darah (Ningsih, 2015).
Beberapa jenis larutan dapat digunakan untuk melihat pengaruh tekanan
jantung.Terdapat tiga jenis larutan yang digunakan Antara lain adalah larutan ringer,larutan
adrenalin, dan larutan acetil Collin. Larutan ringer bersifat hipertonis sehingga berfungsi
untuk menstabilkan denyut jantung, jika denyut jantung terlalu tinggi maka akan
direndahkan oleh larutan ringer, begitu pula sebaliknya, jika denyut jantung terlalu rendah
maka akan di peningkatan denyut jantung. Larutan adrenalin berfungsinya untuk
menimbulkan vas kontraksi pada pembuluh darah dan memicu tekanan jantung semakin
tinggi. Hormon adrenalin meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, dan
dan pasokan energi (Arieski, 2018). Terdapat larutan untuk melambatkan denyut jantung
yaitu Larutan achetylcolin yang berfungsi untuk meningkatkan permeabilitas membran sel
sehingga dapat melambatkan tekanan jantung. Acetylcholine adalah pengantar saraf yang
berada pada seluruh sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom (simpetik dan parasimatik) dan
sistem saraf somatic (Marisa dan Pratuna, 2018).

1
2.2.3. Melihat Perbedaan Darah & Gerakan Silia
Sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup dan ganda.
Peredaran darah tertutup merupakan darah yang dialirkan dari dan keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah dan darah akan mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga
disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari perdaran darah besar dan
peredaran darah kecil (Tambayong, 2016). Pada peredaran darah ganda, darah melalui
jantung sebanyak dua kali dalam sekali peredarannya. Peredaran darah terdapat di
Mesentrium atau penggantung usus.
Peredaran darah terdapat dua jenis yaitu diapendensis dan deformasi. Peredaran
darah diapendesis yaitu aliran yang berada di luar pembuluh darah hanya dibeberapa titik
saja dan sebagai celah bagi leukosit untuk dapat keluar dan dapat menembus pembuluh
darah kapiler. Diapedesis merupakan kemampuan sel darah putih untuk menembus dinding
pembuluh darah untuk menuju ke jaringan dimana sel darah putih dapat bertahan hidup
lebih lama dalam jaringan (Hajirah dan Intan, 2019). Kemudian Peredaran darah deformasi
yang merupakan aliran darah yang mengalir dengan berlawanan arah secara bergantian.
Deformasi disebabkan oleh perubahan yang tidak searah pada sel darah merah.
Pada aliran darah terdapat arteri dan vena. Arteri merupakan aliran darah yang
berfungsi untuk meninggalkan darah dari jantung, sedangkan vena adalah aliran darah yang
masuk/menuju jantung. Arteri dan arteriol adalah yang membawa darah keluar dari jantung,
dan selalu membawa darah segar berisi oksigen (Pearce, 2008). Silia merupakan kumpulan-
kumpulan sitoplasma sel yang berbentuk rambut . Silia dapat bergerak sehingga silia sering
disebut dengan rambut getar yang biasa terdapat pada selaput luar pada trakea. Silia
merupakan organel yang dapat ditemukan pada organism eukariotik. Silia memiliki peran
bermacam-macam sesuai dengan tempatnya. Pada saluran pencernaan rambut getar atau
silia yang berperan dalam tranportasi bahan makanan. Rambut getar (silia) berperan dalam
transportasi bahan makanan di saluran pencernaan (Wahyuningsih dan Kusmiyati,
2017). Aktivatas rambut getar atau silia terbatas hanya pada medium yang basah, dan oleh
karena itu, hanya ditemukan pada permukaan yang terendam atau paling tidak pada
permukaan yang berlapis selaput basah seperti pada katak. Pada katak, aktivitas rambut

1
getar

1
pada epitel rongga mulut bergerak dari mulur ke anus, sambil menyapu bersih segala
kotoran (debris) yang ada di sepanjang saluran pencernaan.Gerakan silia adalah gerakan
yang menuju ke dalam. Seperti halnya yang dikatakan oleh Desitasari(2018) bahwa Lapisan
terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang menghasilkan banyak lendir. Lendir ini
berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk saat menghirup udara yang
selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia menuju bagian
belakang mulut.
Ketika dalam keadaan normal, rambut getar biasanya diam saja dan akan mulai
bergerak apabila diberi rangsangan, seperti peletakan partikel benda asing, dan beru akan
berhenti bergerak setelah pertikel tersebut tersapu habis oleh gerakan rambut getar. Untuk
memudahkan proses pencernaan pada katak maka dipergunakan dua macam ludah yaitu
yang berbentuk cair dan yang berbentuk lendir pada pallatum terdapat sum-sum rambut
getar yang berfungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan saluran mulut dan pada
permulaan dinding cavum oris. Semakin tinggi suhu katak, maka pergerakan rambut getar
semakin lambat.
2.3. Sistem Saraf

2.3.1. Refleks Pada Katak dan Pengaruh Macam-Macam Pacu


Reflek merupakan suatu aktifitas gerakan yang tidak disadari, yang timbul akibat
adanya rangsang. Gerak refleks ini ada yang monosinaptik (multipolar neurons) dan ada
yang polisinaptik (bipolar neurons). Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Suharto
(2012) bahwa refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon
segera setelah adanya rangsang. Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf
sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan
perintah ke saraf motorik sehingga terjadilah gerakan. Faktor yang mempengaruhi gerak
reflek yaitu dengan memperhatikan ada atau tidaknya rangsangan atau stimulus dan
rangsangan dalam dan luar. System syaraf adalah sistem yang bekerja mengirim atau
menerima implus yang berupa rangsangan.Rangsangan merupakan perubahan lingkungan
yang diterima reseptor.Hal ini sesuai dengan pendapat dari Waseso dan Ratna (2015) yang
menyatakan bahwa Sistem Saraf adalah mekanisme yang memungkinkan tubuh bereaksi

1
terhadap perubahan pada berbagai

1
lingkungan eksternal dan internal yang senantiasa terjadi.Terdapat dua pembentuk jaringan
syaraf yaitu sel syaraf neuron dan sel penunjang yang masing-masing memiliki fungsi
tersendiri. Fungsi dari sel syaraf neuron yaitu untuk mengingat, berfikir, dan mengontrol
semua aktivitas tubuh, sedangkan sel penunjang berfungsi untuk memberi support,
melindungi, merawat, dan mempertahankan homeostasis cairan di sekeliling sel neuron.
Sistem syaraf meliputi otak, sumsum tulang belakang, serta syaraf – syaraf ferifer.
Melalui pembedaan dan penyatuan, sel akan berkembang dan membesar dilapisi jaringan
lemak berwarna putih yang disebut myline yang memiliki fungsi untuk meningkatkan
efektifitas transmisi rangsang syaraf dan juga sekaligus sebagai insulator terhadap
rangsangan syaraf yang salah (Risyanto, 2018). Sistem syaraf dibagi sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom.Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatik dan sistem
parasimpatik. Sedangkan sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan
yang otomatis, misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler, dan gairah seksual. Fungsi
saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan
tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sedangkan sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan
gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler, dan gairah
seksual. Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yang kerjanya saling berlawanan
yaitu sistem saraf simpatetis yang bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-
organ tubuh, memacu meningkatnya denyut jantung dan pernafasan,serta menimbulkan
penyempitan pembuluh darah tepi (pheripheral) dan pembesaran pembuluh darah pusat
serta menurunkan temperatur kulit dan daya tahan kulit, dan juga akan menghambat proses
digestif dan seksual, sistem saraf parasimpatetis menstimulasi turunnya semua fungsi yang
dinaikkan oleh saraf simpatetis, dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan
oleh saraf simpatetis .
Rangsangan merupakan perubahan lingkungan yang diterima reseptor.Komponen yang
harus dimiliki oleh syaraf untuk menerima rangsangan Antara lain yaitu reseptor, penghantar
rangsangan, dan efektor.Reseptor merupakan alat penerima rangsangan, penghantar
rangsangan adalah syaraf itu sendiri karena syaraf tersusun atas akson, dan efektor adalah
bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar rangsang

1
(Fayeldi dan Nurhakim, 2012). Jenis jenis rangsangan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu dengan
sentuhan,

2
kimia, dan fisik. Pada jenis sentuhan akan memberikan rangsangan kepada reseptor, jenis
kimia dapat mempengaruhi rangsangan karena efek dari bahan bahan kimia, dam jenis fisik
dapat mempengaruhi rangsangan melalui suhu dan udara. Alur gerak reflek yang pertama
yaitu rangsangan menuju reseptor lalu syaraf sensorik yang akan menuju syaraf pusat lalu
syaraf pusat akan mengirim rangsangan menuju syaraf motorik dan akan diterima oleh
reflector yang akan menimbulkan terjadinya gerakan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Satria dan Mira (2017) yang menyatakan bahwa saraf dan mekanisme gerak refleks adalah
gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang sederhana. Jalur saraf ini terbentuk hubungan
antara neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik.
Deselebrasi adalah penghilangan otak dari tubuh yang tidak berpengaruh pada
sumsum tulang belakang.Fungsi sumsum tulang belakang adalah untuk sebagai respon
rangsangan sampai 0,2-0,5 detik. Cara dalam menghambat kerja impuls yaitu dengan
menistasi atau pembiusan.Syaraf krinel berada di penghubung kepala dan leher dengan
jumlah 12 syaraf dan syaraf spinal berhubungan langsung dengan tulang belakang dengan
jumlah 31 syaraf. Jika medula spinalis rusak dapat terjadi kelumpuhan pada organ tertentu.
2.3.2. Memacu Syaraf Otot
Pada dasarnya impuls saraf memilki empat konsep dasar yaitu polarisasi, depolarisasi,
hiperpolarisasi, dan repolarisasi (Ichsan dkk, 2017). Sel jaringan saat istirahat mengalami
polarisasi. Polarisasi yaitu keadaan saat sel syaraf tidak mendapatkan rangsangan.Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Irawati (2015) yang menyatakan bahwa Suatu saraf atau
membran otot pada keadaan istirahat (tidak adanya proses konduksi impuls listrik),
konsentrasi ion Na+ lebih banyak di luar sel dari pada dalam sel sehingga di dalam sel akan
lebih negatif dibanding luar sel. Apabila potensial diukur dengan galvanometer akan
mencapai – 90 mVolt, membran sel ini disebut dalam keadaan polarisasi, dengan suatu
potensial membran istirahat – 90 mVolt.
Depolarisasi adalah perubahan keadaan listrik serat saraf yang disebabkan oleh
rangsangan kimia, mekanis, ataupun termal. Salah satu sifat neuron adalah permukaan
luarnya bermuatan positif, sedangkan bagian dalamnya bermuatan negatif. Terdapat adanya
perbedaan potensial antara bagian luar dengan bagian dalam neuron tersebut. Neuron yang

2
istirahat bagaikan sebuah baterai dengan potensial sebesar -70 milivots. Dalam keadaan

2
demikian, neuron dapat disebut dalam keadaan polarisasi.Hal ini sesuai dengan pernyataan
Irawati (2015) bahwa Apabila suatu rangsangan terhadap membran dengan mempergunakan
listrik, mekanik atau zat kimia, maka butir-butir membran akan berubah dan beberapa ion
Na+ akan masuk dari luar sel ke dalam sel. Di dalam sel akan menjadi kurang negatif dari
pada di luar sel dan potensial membran akan meningkat. Keadaan membran ini di katakan
menjadi depolarisasi. Depolarisasi mengubah distribusi ion-ion di dalam sel sehingga ion
natrium dan klorida mengalir ke dalam sel dan ion kalium mengalir keluar (Apriani, 2014).
Depolarisasi dapat terjadi melalui interaksi Antara aktin dan myosin sehingga menghasilkan
kontraksi.
Berdasarkan kegiatan praktikum, kami menggunakan katak sebagai media percobaan
untuk mengetahui berbagai rangangan pada otot saraf yang mana terlebih dahulu katak
dimatikan dengan menusuk kepala sehingga katak akan mengalami deserebrasi dan spinal.
Kemudian otot saraf katak di uji dalam berbagai rangsangan seperti osmotis, galvanis,
kimiawi, panas dan dingin. Pada percobaan kali ini, katak diuji dengan berbagai macam
rangangan, dan pada setiap perlakuan katak harus dicuci dengan larutan fisiologis, ini juga
berguna untuk menjaga agar sediaan otot saraf tidak kering. Larutan fisiologis adalah larutan
isotonis yang terbuat dari NaCl 0,9 % yang sama dengan cairan tubuh atau darah,
digunakan karena mengndung unsur elektrolit yang dapat mempertahankan tekanan
osmotik dan isotonis plasma sel. Larutan tersebut mengandung ion Na+ yang dapat
mempertahankan daya hidup katak secara invitro.
Percobaan rangsangan osmosis, dilakukan dengan sediaan otot saraf diberikan
beberapa butir garam dapur yang akan memberikan respon kuat dan cepat. Pada rangsangan
galvanis, respon yang diberikan adalah kuat dan cepat. Sifat Zn yang lebih negative dari Cu
mengakibatkan adanya aliran ion yang memacu potensial aksi, sehingga kontraksi
berlangsung. Untuk rangsangan panas, respon yang diberikan adalah lemah dan cepat. panas
dapat memberikan perbedaan potensial pada membran. Asam sulfat pekat (H2SO4)
digunakan pada praktikum untuk menimbulkan panas atau luka bakar. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat dari Aura dan Rahardian (2019) yang menyatakan bahwa Reaksi antara
asam sulfat dengan logam biasanya akan menghasilkan hydrogen, hal ini karena asam pekat

2
panas berperan sebagai oksidator. Sedangkan untuk rangsangan dingin, respon yang
dihasilkan

2
adalah lemah dan cepat. Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia
mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis,
dingin dan lain-lain (Atradinal dan Sepriani, 2017).
2.4. Suhu Tubuh Dan Uji Kebuntingan

2.4.1. Melihat Pengaruh Luar Terhadap Suhu Tubuh Katak dan Hambatan Eliminasi Panas
Thermoregulasi regulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi
panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh, pusat termoregulasi ini
berada di hipotalamus otak. Hal ini sependapat dengan Amir dkk (2017) bahwa Proses
mempertahankan suhu tubuh tersebut dikenal dengan termoregulasi atau pengaturan
panas. Terdapat tujuan tersendiri untuk terjadinya termoregulasi yaitu untuk menjaga
keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat
mempertahankan suhu tubuh didalam batas-batas normal.
Pusat regulasi pada makhluk hidup dibagi menjadi dua golongan yaitu poikiloterm dan
homoiterm. Poikiloterm adalah hewan berdarah dingin dimana suhu tubuh dipengaruhi oleh
lingkungan. Contoh hewan poikiloterm diantaranya adalah ikan, amfibi dan reptilia. Hal ini
sesuai dengan pendapat Moro dkk (2017) bahwa Pola tingkah laku reptilia merupakan
perilaku yang terorganisir dengan fungsi tertentu karena reptilia termasuk kelompok hewan
poikiloterm. Mereka memanfaatkan kegiatan seperti pindah kedaerah yang teduh untuk
mendinginkan diri dan Perilaku adaptasi reptilia untuk menghangatkan diri, dilakukan
dengan berjemur langsung di bawah sinar matahari. Hewan yang mampu mempertahankan
suhu tubuhnya disebut homoiterm seperti contohnya adalah itik. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Maulidina dkk (2016) bahwa Itik adalah golongan unggas air dan itik merupakan hewan
homoiterm yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke
dalam hewan berdarah panas, itik dapat melakukan aktivitas pada suhu lingkungan berbeda
akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuhnya. Proses pelepasan panas pada katak
dilakukan dengan ditelentangkannya katak pada papan kemudian diikat, suhu tubuh katak
diukur melalui esofagus selama 5 menit. Katak dimasukkan ke dalam air selama 5 menit dan
diukur suhu tubuh melalui esophagus, katak dimasukkan ke dalam air panas 400C selama 5

2
menit dan kemudian diukur suhu tubuhnya. Katak termasuk hewan poikiloterm dimana suhu
tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan, pada suhu dingin kata akan menurunkan suhu,
sedangkan pada suhu panas suhu katak juga akan naik. Selain itu menurut Ariza dkk (2014)
bahwa suhu udara berpengaruh secara nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan
amfibi, serta seringkali mengatur siklus perilaku dan reproduksi.
Macam-macam perpindahan panas ada 4 yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi. Konduksi yaitu penghantaran pans yang terjadi karena adanya sentuhan benda
yang lebih rendah suhunya. Konveksi yaitu gerakan molekul gas atau cairan dengan suhu
tertentu ke tempat lain yang suhuhya berbeda. Radiasi yaitu panas yang dikeluarkan atau
dibebaskan dengan pemanasan, perpindahan panas terjadi tanpa sentuhan. Evaporasi yaitu
proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas. Hal ini sesuai dengan pendapat Lestari,
dkk (2014) bahwa perpindahan panas pada ada empat cara yaitu evaporasi yang merupakan
kehilangan panas dengan cara penguapan, konduksi yaitu dari molekul tubuh suatu benda
atau dari kontak langsung yang bersentuhan dengan tubuh, setiap benda mempunyai
konduktivitas thermal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang dapat mempengaruhi
panas yang dihantarkan dari sisi yang panas ke yang lebih dingin. radiasi yaitu dalam bentuk
gelombang elektromagnetik ke permukaan benda lain, dan konveksi yaitu kehilangan panas
dari molekul tubuh yang disebabkan karena perpindahan udara.
2.4.2. Melihat Pengaruh Luar Terhadap Suhu Tubuh Manusia
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi panas dan
hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh. Hal ini sesuai pernyataan Iswanti, et al.
(2014) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa termoregulasi adalah kemampuan
untuk menyeimbangkan antara produksi panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga
suhu tubuh bayi baru lahir dalam keadaan normal. Pengaturan temperatur atau regulasi
termal ialah suatu pengaturan secara komplek dari suatu proses fisiologis dimana terjadi
kesetimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Panas dapat hilang dan masuk ke lingkungan dengan cara
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Menurut Desmira et al (2020) dalam tulisannya menyatakan
bahwa tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan temperatur tubuh tetap konstan

2
yaitu temperatur normal tubuh manusia sebesar 37°C walaupun terjadi perubahan
temperatur lingkungan.
Termoregulasi dikendalikan oleh pusat pengaturan panas di hipotalamus. Pusat
pengaturan panas itu berada di hipotalamus yang sangat peka terhadap suhu. Suhu normal
pada manusia yaitu 36,5 - 37,5 0 C. Hal ini sependapat dengan Wangean, et al. (2016) bahwa
untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feedback) yang
diperankan oleh pusat pengaturan di hipotalamus, apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, maka tubuh akan melakukan mekanisme umpan
balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas dari
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu yang disebut titik tetap (set point).
Penyakit-penyakit yang menyerang thermoregulasi tediri dari damam, hipertermia, dan
hipotermia. Demam merupakan mekanisme pengeluaran panas yang tidak mampu
mengeluarkan kelebihan produksi panas sehingga panas dalam tubuh menjadi berlebih. Hal
ini sesuai dengan pendapat Cahyaningrum dan Diannike (2017) bahwa demam adalah suatu
keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu
penyakit. Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (set point)
lebih dari 370 C, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Demam
merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Demam dapat disebabkan oleh
paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi
maupun dikarenakan gangguan sistem imun. Dampak positif demam yaitu memicu
pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan fungsi interferon yang membantu
leukosit memerangi mikroorganisme. Dampak negatif dari demam yang dapat
membahayakan anak antara lain dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan neurologis, dan
kejang demam / febrile convulsions. Hipertermia merupakan kondisi dimana tubuh tidak
dapat mengontrol pengeluaran panas satu tingkat diatas demam. Hal ini sependapat
dengan Gobel (2017) bahwa hipertermia merupakan peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun

2
mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena

2
adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas
yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipotermia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin,
akibatnya tubuh mengalami kedinginan yang sangat hebat. Hal ini sependapat dengan
Fridely (2017) bahwa hipotermia terjadi karena penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh
berbagai keadaan, terutama karena tingginya kebutuhan oksigen dan penurunan suhu
ruangan. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan
pengeluarannya, sedangkan produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan
aktifitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat.
Faktor yang mempengaruhi termoregulasi terdiri dari umur, olahraga, hormon,
manephaus, dan waktu. Menurut Kapti dan Azizah (2017) bahwa seorang individu sehat,
suhu tubuhnya bervariasi karena hubungan dengan beberapa faktor biologis tubuh maupun
lingkungan, misal suhu tubuh pada saat pagi atau sore atau malam, tempat pengukuran suhu
tingkat aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, dan ras. Suhu tubuh sebenarnya diregulasi secara
ketat dalam rentang konstan atau poin keseimbangan suhu tubuh melalui proses
termoregulasi.
2.4.3. Uji Galli Mainini
Kebuntingan adalah keadaan janin atau fetus sedang berkembang di dalam uterus
hewan betina. Periode kebuntingan adalah interval waktu dari fertilisasi sampai terjadinya
fertus. Periode kebuntingan terdiri dari fertilisasi perkembangan dan pertumbuhan fetus. Hal
ini sependapat dengan Budisatria, et al. (2018) bahwa selama periode kebuntingan, dengan
berkembangnya fetus maka uterus induk mengalami perubahan anatomi dan fisiologi secara
nyata. Lama kebuntingan penting untuk memprediksi atau memprakirakan kapan seekor
induk beranak. Hal ini juga ditegaskan oleh Arman (2011) bahwa kebuntingan terjadi ketika
sperma dan sel telur menyatu atau mengalami pembuahan. Sel telur yang telah dibuahi
maka terjadi serangkaian pembelahan sel dari 2-4-8-16 dan seterusnya, kemudian akan
terbentuk embrio dan disekitar embrio yang baru akan terbentuk selaput ketuban korionik
dan bagian korion yang menempel pada rahim.

2
Non-return to estrus (NR) adalah ketika selama kebuntingan, konseptus menekan
regresi corpus luteum (CL) dan mencegah hewan kembali estrus. Oleh sebab itu, apabila
hewan tidak kembali estrus setelah perkawinan maka diasumsikan bunting. Hal ini
sependapat dengan Rianto dan Hudaya (2012) bahwa hewan betina dianggap bunting jika
tidak menunjukkan gejala berahi kembali setelah perkawinan. Jika ternak bunting setelah
inseminasi, CL tidak regresi, konsentrasi progesteron tetap tinggi, dan ternak tidak
memperlihatkan gejala estrus. Ternak dikatakkan tidak bunting apabila setelah inseminasi, CL
regresi, konsentrasi plasma progesteron menurun, dan ternak memperlihatkan estrus
kembali kira-kira 18-24 hari setelah inseminasi. Kelebihannya non-return to estrus (NR) yaitu
murah dan sederhana. Kekurangannya non-return to estrus (NR) yaitu kecepatan benda
tergantung dari ketepatan deteksi estrus nya ada.
Palpasi rektal adalah uterus melalui dinding untuk pembesaran yang terjadi selama
kebuntingan pada ternak besar seperti kuda, kerbau, dan sapi. Palpasi rektal hanya bisa
dilakukan pada ternak besar. Kelebihan palpasi rektal yaitu dapat digunakan pada tahap awal
kebuntingan dengan hasilnya dapat langsung diketahui cukup akurat dan murah. Hal ini
sependapat dengan Kuswati dan Susilawati (2016) bahwa metode palpasi rektal relatif
memiliki tingkat akurasi mencapai 100% dalam mendiagnosa. Palpasi rektal pada sekitar hari
ke-60 pasca IB merupakan pemeriksaan kebuntingan yang praktis mudah dilaksanakan dan
dapat diyakini kebenarannya. Kekurangan palpasi rektal yaitu tempatnya rongga pelvis pada
kambing, domba, dan babi tidak dapat dilakukan, dan dibutuhkan pengalaman dan training
bagi petugas yang akan melakukannya dan teknik palpasi rektal dapat dilakukan pada usia
diatas 30 hari.
Ultrasonografi merupakan alat yang cukup modern yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kebuntingan lebih dini. Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi adanya
perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk
dan ukuran cornua uteri. Hal ini sependapat dengan Rianto dan Hudaya (2012) bahwa
ultrasonografi (USG) merupakan alat pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara
ultra. Gelombang tersebut kemudian akan diubah menjadi gambar. Hasil pencitraan dapat
dilihat melalui layar monitor. Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk menentukan usia

3
kebuntingan, melihat kondisi kebuntingan, termasuk kelainan janin. Pemeriksaan USG dapat
mendeteksi kebuntingan pada umur 25 hari setelah IB pada ternak. Kelebihan ultrasonografi
dapat dilakukan pemeriksaan pada usia dini yaitu usia 20 - 32 hari, namun lebih jelas pada
usia kebuntingan di atas 30 hari. Kekurangannya ultrasonografi yaitu harga alat sangat mahal
diperlukan operator terlatih dan dapat terjadi resiko kehilangan embrio akibat trauma pada
saat dimasukkan probe.
Metode diagnosa imunologi berdasarkan pada pengukuran level cairan yang berasal
dari konseptus, uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin, dan air susu.
Pregnancy specific yangg hadir dalam peredaran darah maternal yaitu eCG dan EPF.
Pregnancy not specific merupakan perubahan-perubahan selama kebuntingan, konsentrasi
dalam darah maternal, urin dan air susu yaitu progesteron dan estrone sulfate. Hal ini
sependapat dengan Azhar, et al. (2017) bahwa HCG (human chorionic gonadotropin)
berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-
hormon steroid terutama pada masa kehamilan awal, juga memiliki fungsi imunologik.
Kelebihan metode diagnosa imunologi yaitu hasil lebih akurat. Kekurangan metode diagnosa
imunologi adalah prosedur rumit.
Metode punyakoti adalah metode kebuntingan yang menggunakan urine, karena
didalam urine terhadap terdapat hormon ABA (abscisic acid) yang mendormankan atau
menghambat pertumbuhan padi, gandum, dan kacang hijau. Pada praktikum menggunakan
kacang hijau. Jika urine positif bunting maka kacang hijau tidak akan numbuh karena pada
ternak yang bunting memiliki kandungan hormon ABA yang tinggi. Kelebihannya dari metode
punyakoti yaitu unik, murah dan sederhana. Hal ini sependapat dengan Syaiful, et al. (2017)
bahwa peternak yang ada di daerah terpencil yang akses terhadap dokter hewan begitu
terbatas bias memanfaatkan uji punyakoti untuk mendiagnosis kebuntingan ternaknya.
Diagnosa kebuntingan berdasarkan konsentrasi hormon merupakan metode yang
digunakan dengan pengujian dengan menguji cairan tubuh, yaitu plasma darah dan air susu.
Diakniso dengan berdasarkan konsentrasi hormone memiliki dua metode, yaitu RIA (Radio
immuno assay), dan ELISA (enzim immunosorbent assay). Hal ini sependapat dengan Nova, et
al. (2014) bahwa metode ELISA atau juga disebut metode enzyme immuno assay (EIA) dapat

3
digunakan untuk diagnosis kebuntingan dini pada hewan secara kualitatif. Metode kualitatif

3
hanya dapat menampilkan konsentrasi relatif progesteron sebagai tinggi atau rendah dan
menghasilkan reaksi warna atau reaksi aglutinasi. Kelebihannya metode ini dapat digunakan
pada usia kebuntingan lebih dini dan dapat menentukan kandungan hormon. Kekurangannya
metode ini ialah mahal.

3
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan Darah

1. Faktor-fakor yang mempengaruhi kadar sel darah merah (SDM) dan sel darah putih
(SDP) yaitu pada sel darah merah terdapat faktor demografi atau dari ketinggian orang-
orang yang tinggal di pegunungan yang cenderung memiliki jumlah sel darah merah yang
lebih banyak dari pada orang orang yang berada di pesisir.
2. Proses deteksi atau pencarian hemoglobin pada darah manusia dilakukan dengan
menghitung jumlah piksel area cincin darah yang berwarna putih.
3. Terjadinya pendarahan itu disebabkan oleh sobeknya kapiler atau pembuluh darah.
Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa saat darah akan berhenti mengalir.
4. Perdarahan primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya
disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian plasenta dan gangguan
pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
persalinan.
5. Proses pembekuan darah bisa terjadi berkat adanya faktor koagulasi, yaitu protein
dalam plasma darah yang mendorong terjadinya koagulasi.
6. Permeriksaan waktu pembekuan darah dapat juga dilakukan dengan menggunakan
metode slide untuk mendapatkan hasil waktu yang lebih akurat
7. Pada saat suhu tubuh tinggi, pusat pengaturan panas tubuh akan bekerja lebih keras.
Untuk menjaga keseimbangan (homeostasis), frekuensi denyut jantung meningkat
akibatnya terjadi penurunan isi sekuncup jantung karena berkurangnya tekanan darah
pada vena.
8. Besarnya tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan pembuluh darah
tepi terhadap aliran darah yang mengalir Tekanan darah dinyatakan dengan dua besaran
tekanan darah yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik dalam satuan mmHg.

24
3.2. Kesimpulan Sistem Sirkulasi

1. Asal mula denyut jantung yaitu berasal dari kontraksi miogenikdri jantung itu sendiri
kemudian yang kedua yaitu bukan saraf memakai hormon dan saraf otonom.
2. .Terdapat tiga jenis larutan yang digunakan Antara lain adalah larutan ringer,larutan
adrenalin, dan larutan acetil Collin.
3. Jantung memiliki dua tipe yaitu neurogenic dan neogenik.Neurogenik adalah kondisi
ketika saluran diputuskan maka jantung tidak berdenyut, sedangkan tipe neogenik akan
tetap berdenyut ketika saluran diputuskan.
4. Hewan Amphibia seperti katak mempunyai jantung yang beruang tiga yaitu dua ruang
atrium dan satu ruang vertikel
5. Ventralis merupakan pembedahan dilakukan dari perut yaitu kirinya katak adalah
kanannya orang yang membedah dan sebaliknya, sedangkan dorsalis merupakan
pembedahan dilakukan dari belakang atau punggung yaitu kirinya katak sama dengan
kirinya orang yang membedah.
6. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung diantara lainnya yaitu
usia, aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang,waktu saat penghitungan, suhu
udara disekitar, posisi tubuh, tingkat emosi, fluktuasi hormon,asupan kafein,merokok,
ukuran tubuh dan obat yang sedang dikonsumsi.
7. Silia merupakan kumpulan-kumpulan sitoplasma sel yang berbentuk rambut . Silia dapat
bergerak sehingga silia sering disebut dengan rambut getar yang biasa terdapat pada
selaput luar pada trakea.

3.3. Kesimpulan Sistem Saraf

1. Refleks merupakan suati aktivitas jaringan perifer yang tidak disadari sehingga adanya
Pacuan terhadap reseptor atau serabut eferen.
2. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi
mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dalam tubuh.
3. Depolarisasi adalah perubahan keadaan listrik serat saraf yang disebabkan oleh
rangsangan kimia, mekanis, ataupun termal.

2
3.4. Kesimpulan Suhu dan Uji Kebuntingan

1. Peran termogulasi adalah menjaga suhu tubuh tetap seimbang. Pusat termogulasi
berada di hipotalamus otak
2. Faktor yang mempengaruhi termoregulasi terdiri dari umur, olahraga, hormon,
manephaus, dan waktu.
3. Metode menguji kebuntingan hewan dapat dilakukan dengan beberapa metode yang
dapat kita lakukan sesuai kemampuan. Semua metode tersebut meliliki kekurangn dan
kelebihan tersendiri.

2
DAFTAR PUSTAKA

Amir, A., Purwanto, B. P., & Permana, I. G. (2017). Respon Termoregulasi Sapi Perah Pada
Energi Ransum Yang Berbeda (Thermoregulation Response of Dairy Cows on Different
Energy Content). Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan, 5(2), 72-79.
Anamisa, D. R. (2015). Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. S@
CIES, 5(2), 106-110.
Apriani, L. F. (2014). Uji Efek Depresan Ekstrak Kulit Batang Kemuning (Murraya Paniculata
(L.) Jack) terhadap Sistem Saraf Pusat pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster
(Doctoral dissertation, Falkultas MIPA Universitas Islam Bandung (UNISBA)).
Arieski, Y. (2018). Pengaruh Ketamin–Xylazin Terhadap Peningkatan Frekuensi Jantung Dan
Nafas Pada Kucing Lokal (Felis Domestica) Yang Diovariohisterektomi. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 2(4), 593-598
Ariza, Y. S., Dewi, B. B. S., & Darmawan, A. (2014). Keanekaragaman jenis amfibi (ordo anura)
pada beberapa tipe habitat di youth camp desa hurun Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari, 2(1), 21-30.
Arman, C. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama kebuntingan pada sapi hissar
Sumbawa. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan 9 (4): 236-241.
Arwani, A., & Sunarno, S.(2010). Analisis Perbedaan Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara
Lengan Kanan Dengan Lengan Kiri Pada Penderita Hipertensi Di Rsud Dr. H. Abdul
Moeloek Propinsi Lampung. Nurse Media Journal of Nursing, 1(2).49-57.
Atradinal, A., & Sepriani, R. (2017). Pemulihan Kekuatan Otot Pada Atlet Sepakbola. Jurnal
Menssana, 2(2), 99-105.
Aura dan Rahardian.2019.Karakterisasi Dan Interaksi Molekular Asam
Azhar., T. M. Lubis., M. Adam., and Gholib. 2017. Pengantar Fisiologi Veteriner. Syiah Kuala
University Press. Banda Aceh.
Budisatria, I. G. S., panjono, D. Maharani., dan A. Ibrahim. 2018. Kambing Peranakan Etawah.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Cahyaningrum, E. D., and Diannike P. 2017. Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum dan
Setelah Kompres Bawang Merah. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan. 15(2) : 66-74.
Desitasari, M. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Strategipembelajaran Pictureand
Picture Pada Murid Kelas V Sd Negeri 47 Lameroro Kabupaten Bombana (Doctoral
Dissertation, Iain Kendari).
Desmira., Didik Aribowo., Widhi Dwi Nugroho and Sutarti. 2020. Penerapan Sensor Possive
Infrared (PIR) Pada Pintu Otomatis di PT LG Electhgronic Indonesia. Jurnal Prosisko. 7(1)
: 1-7.

27
Fayeldi, T., & Nurhakim, S. (2012). Manusia dan Penemuannya: Ilmu Pengetahuan yang
Merubah Peradaban Dunia (Vol. 10). Zikrul Hakim Bestari.
Fridely, V. 2017. Pentingnya Melakukan Pengukuran Suhu Pada Bayi Baru Lahir Untuk
Mengurangi Angka Kejadian Hipotermi. Jurnal Ilmiah Bidan. 2(2) : 9-12.
Gobel, V. A. K. I. 2017. Studi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Hipertermi
Di Ruang Rawat Inap Blud RSD Liun Kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Sèsebanua. 1 (2) :
64–6
Hafid, M. A. (2017). Perbandingan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Dengan Dan Tanpa
Riwayat Hipertensi Di Keluarga Setelah Melalui Pembebanan Cold Pressor Test.
Journal of Islamic Nursing, 2(2), 1-9.
Hajiriah. T. L, dan P. K. Intan. 2019. Uji Efektifitas Getah Jarak Pagar (Jatropha Curcas)
Sebagai Obat Pengganti Antiseptik Kimia. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian
dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran . 5 (2) :
141-148.
Hindarto, H., & Efiyanti, A. (2016). Aplikasi Pengukur Deteksi Detak dan Suara
Jantung. Volume 13, Nomor 1, Juni 2016, 13(1), 1-4.
Ichsan, I. Z., Rusdi, R., & Sartono, N. (2017). Hasil belajar sistem saraf menggunakan film
pendek. Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi, 10(2), 49-59.
Irawati.2015.Aktifitas Listrik pada Otot Jantung.Jurnal Kesehatan Andalas.4(2) :596-599.
Ismy, J. (2017). Dua Kasus Acquired Prothrombin Complex Deficiency Dengan Perdarahan
Intrakranial: Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(3), 174-178.
Iswanti, Eka Nurul., Setiawati and Iit Imas Masitoh. 2014. Hubungan Berat Badan Lahir
dengan Gangguan Sistem Termoregulasi Pada Neonatus Di Ruang Perinatologi RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung 2013. Jurnal Kesehatan Holistik. 8(3) : 126-
130.
Kusuma, A. M., Sulistyo, A. N., Susanti, S., & Sabikis, S. (2016). Aktivitas Penghentian
Pendarahan Luar Ekstrak Etanol Daun Berenuk (Crescentia cujete L) Secara In-
Vivo. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 1(2), 134-140.
Laily, H., Farikhah, F., & Firmani, U. (2018). Analisis Histologis Ginjal, Hati Dan Jantung Ikan
Lele Afrika Clarias Gariepinus Yang Mengalami Anomali Pada Sirip Pektoral. Jurnal
Perikanan Pantura (JPP), 1(2), 30-38.
Lestari, S. A., C. Septiwi, and N. Iswati. 2014. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru/
Kangaroo Mother Care terhadap Stabilitas Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir Rendah di
Ruang Peristi RSUD Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 10(3): 133-136.
Marhaendra, Y. A., Basyar, E., & Adrianto, A. A. (2016). Pengaruh Letak Tensimeter
Terhadap Hasil Pengukuran Tekanan Darah (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).5(4).1930-1936.

2
Marisa, M., & Pratuna, N. D. (2018). Analisa Kadar Cholinesterase dalam Darah dan Keluhan
Kesehatan pada Petani Kentang Kilometer XI Kota Sungai Penuh. JURNAL KESEHATAN
PERINTIS (Perintis's Health Journal), 5(1), 122-128.
Maulidina, I. (2016). Kondisi Hematologik (Hb, Eritrosit, Leukosit, Dan Hematokrit) Itik
Cihateup Fase Grower Yang Diberi Fructooligosaccharide (Fos) Dalam Kondisi
Pemeliharaan Minim Air. Students e-Journal, 5(1).
Moro, H. K. E. P., Hanifah, N., Tanzilla, R., & Lestariningsih, F. Perilaku Reptilia Ketika Gerhana
Matahari Parsial di PASTY Yogyakarta. Biotropic, 1(2), 37-40.
Nasrullah, Nasrullah, and Setiyo Prihatmoko. Pengembangan Alat Bantu Belajar Anatomi
Tubuh Pada Hewan Berupa Game Puzzle Dengan Metode Used And Gratification
Untuk Siswa Kelas Iv Semester I (Studi Kasus: Mi Depokharjo Temanggung).
Jurnal Ilmiah Komputer Grafis 8.1 (2015).
Ningsih, Dwi Kartikawati. 2015.Penatalaksana Kegawatdaruratan Syok dengan Pendekatan
Proses Keperawatan. UB Pres. Malang.
Noviany, Riska. 2013. “Korelasi albuminuria dengan derajat hipertensi”.Skripsi.Program
Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin.Makassar.
Pane, J. A., Hanafie, A., & Nasution, A. H. (2018). Perbedaan Respon Hemodinamik
Akibat Tindakan Laringoskopi dan Intubasi pada Pemberian Intravena Fentanyl dan
Magnesium Sulfat Dibandingkan dengan Fentanyl danLidokain. Buletin
Farmatera, 3(3), 147-162.
Pearce, Evelyn C.2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia. Bandung.
Penelitian Bidang IPA 2017.
PS, J. M., & Khosama, H. (2016). Hubungan jumlah leukosit dengan gangguan fungsi
eksekutif pada cedera kepala ringan-sedang. Neurona (Majalah Kedokteran Neuro
Sains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia), 33(3).164-170.
Purwaningsih, Ratna dan Aisyah. 2016. Analisis Pengaruh Temperatur Lingkungan, Berat
Badan, dan Tingkat Beban Kerja terhadap Denyut Nadi Pekerja Ground Handling
Bandara. Jurnal Teknik Industri. 11(1) : 15-20.
Rianto, S., and S. Hudaya. 2012. Akurasi Metode Observasi Tidak Kembali Berahi (Non-Return
To Estrus) Dan Ultrasonography (Usg) untuk Diagnosis Kebuntingan Kambing
Peranakan Ettawah. Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian Journal of Veterinary
Sciences. 6(2) : 87-91.
Risyanto, A. (2018). Mengembangkan Keterampilan Gerak Dasar Anak Usia Dini Melalui
Tgmd (Test Of Gross Motor Development). Biormatika: Jurnal ilmiah fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan, 4(01).

2
Rizkiawati, A. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Hemoblobin (Hb)
Dalam Darah Pada Tukang Becak Di Pasar Mranggen Demak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 663-669.
Rizkiawati, A. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Hemoblobin (Hb)
Dalam Darah Pada Tukang Becak Di Pasar Mranggen Demak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 663-669.
Rosita, A. (2015). Status Hematologis (Eritrosit, Hematokrit, dan Hemoglobin) Ayam
Petelur Fase Layer Pada Temperature Humidity Index yang Berbeda. Students e-
Journal, 4(1). Saraf Dan Mekanisme Gerak Refleks 3 Dimensi Plus.Prosiding SEMINAR
Satria dan Mira.2017.Peningkatan Pemahaman Siswa Smp Kelas Ix Melalui Media Sel
Satriyandari, Y., & Hariyati, N. R. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadianperdarahan postpartum. Journal of Health Studies, 1(1), 49-64.
Sugianto, C. A., & Zundi, T. M. (2017). Rancang Bangun Aplikasi Donor Darah Berbasis
Mobile di PMI Kabupaten Bandung. KOPERTIP: Scientific Journal of Informatics
Management and Computer, 1(1), 11-18.
Suharto, A. (2012). Sistem Latihan Gerak Reflek Berbasis Mikrokontroler Studi Kasus Atlet
Bulutangkis. In ESIT (Vol. 8, No. 2, pp. 33-46).
Sulaksono, J., & Darsono, D. (2015). Sistem Pakar Penentuan Penyakit Gagal Jantung
Menggunakan Metode Naive Bayes Classifier. Semnasteknomedia Online, 3(1), 3-6.
Sulfat.Chemistery education,State university of padang.
Suryani, E., Wiharto, W., & Wahyudiani, K. N. (2015). Identifikasi Anemia Thalasemia Betha
(?) M ayor Berdasarkan Morfologi Sel Darah Merah. Scientific Journal of Informatics,
2(1), 15-27.
Syahwal, S., & Dewi, Z. (2018). Pemberian snack bar meningkatkan kadar hemoglobin (Hb)
pada remaja putri. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 3(1), 9- 15.
Syaiful, F., L. Lendrawati., and T. Afriani. 2017. Akurasi Deteksi Kebuntingan Dini Sapi Pesisir
Pada Berbagai Biji-Biji Tanaman Terhadap Metode Uji Punyakoti. UNES Journal of
Scientech Research. 2(2): 121-126.
Tambayong,Mario.O,. Arie S.L., dan Brave A.S. 2016. Implementasi Augmented Reality pada
Sistem Sirkulasi Darah Manusia. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer. 5(3) : 49-57.
Turang, V. K., Tendean, L., & Anindita, P. S. (2018). Perbedaan Waktu Pembekuan Darah
Pasca Pencabutan Gigi pada Pasien Menopause dan Non- menopause. e-GiGi,
6(2).130-135.
Ujiani, S., Tuntun, M., & Hasibuan, T. M. R. (2018). Perbedaan Nilai PDW, MPV, Dan umlah
Trombosit Pada Pre Dan Post Hemodialisa Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Analis
Kesehatan, 7(1), 649-656.
Wahyuningsih, P. H., dan Kusmiyati Y. 2017. Anatomi Fisiologi. Jakarta Selatan :
Badan Pengembangan dan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
3
Wangean, L. Z., F. Lintong., and J. F. Rumampuk. 2016. Pengaruh Lamanya Paparan Energi
Panas Terhadap Suhu Tubuh Dengan Metode Mandi Uap Pada Wanita Dewasa. Jurnal
e-Biomedik (eBm). 4 (1): 238-241
Wardani, P. K. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 51-60.
Waseso dan Ratna. 2015. Aplikasi Pembelajaran Fungsi Sistem Saraf Pada Tubuh Manusia
Berbasis Android .Jurnal Ilmiah FiFO. 7(2) :235-243.
Yanuarto , M. E. K. O. (2013). Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb) Dengan Kebugaran Jasmani
Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola Sma Negeri 1 Bangsal. Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, 1(3).637-640.

Anda mungkin juga menyukai