Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN

Oleh :
Mukti Noor Syam S
D0A018099

LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


BAHAN PAKAN

Oleh:

Mukti Noor Syam S

D0A018099

Diterima dan disetujui

Pada tanggal..............................2018

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

Surya Priyo Utomo Oki Prasetiyo


NIM. D1A015199 NIM. D1B018001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Praktikum Ilmu Bahan Makanan Ternak dengan lancar dan diberi kemudahan.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan bantuan dalam
penyusunan Laporan Akhir Praktikum Ilmu Bahan Makanan Ternak.
Laporan Akhir Praktikum Ilmu Bahan Makanan Ternak merupakan hasil
praktikum yang telah dilaksanakan sebelumnya, untuk menambah wawasan
tentang Ilmu Bahan Makanan Ternak dan sebagai salah satu syarat dalam
penilaian praktikum. Oleh karena itu, diharapkan setelah melakukan serangkaian
acara praktikum, penyusun dapat menerapkan ilmunya dalam masa yang akan
datang.
Meskipun telah disusun dengan cermat, tidak tertutup kemungkinan bahwa
di dalam Laporan Akhir Ilmu Bahan Makanan Ternak ini masih terdapat sejumlah
kekeliruan. Segala kritik dan saran diperlukan demi terwujudnya Laporan Akhir
Praktikum Ilmu Bahan Makanan Ternak yang lebih baik diwaktu mendatang.

Purwokerto, 17 April 2019

Penyusun
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pakan merupakan bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan
hasil industri yang mengandung nutrisi dan layak dipergunakan sebagai pakan,
baik yang diolah maupun belum diolah (SNI, 2013). Bahan pakan ternak sapi
pada pokoknya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pakan hijauan, pakan
penguat, dan pakan tambahan
Bahan pakan memiliki peranan penting dalam suatu usaha peternakan,
karena diperlukan untuk kelangsungan hidup dan proses biologis dalam tubuh
ternak. Bahan pakan terdiri dari dua kelompok, yaitu bahan pakan asal tanaman
dan non tanaman (ternak atau ikan). Bahan pakan mengandung unsur-unsur
nutrisi yang konsentrasinya bervariasi tergantung pada jenis, macam dan keadaan
bahan pakan tersebut yang secara bersamaan akan mempengaruhi tekstur dan
strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum
terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
Nomenklatur juga perlu diketahui untuk memberi penjelasan tentang
identifikasi bahan makan ternak. Pemberian tata nama Internasional didasarkan
atas enam segi atau faset, yaitu: (1) asal mula, (2) bagian untuk ternak, (3) proses
yang dialami, (4) tingkat kedewasaan, (5) defoliasi, (6) grade. Negara Indonesia
merupakan negara agraris karena mempunyai berbagai jenis tanaman yang
melimpah dan berpotensi untuk dijadikan bahan pakan ternak. Nomenklatur yaitu
aturan pemberian nama.Alasan pentingnya pemberian nama di karenakan
Banyaknya bahan pakan yang di alam maka dibutuhkan pencirian dan pedoman
pemberian nama yang baik untuk dipelajari dan menghindari adanya suatu bahan
pakan yang memiliki nilai ganda. Aturan pemberian nama mengacu pada enam
faset yaitu:asal mula,bagian yang diberikan, proses dan perlakuan yang dialami
bagian,tingkat kedewasaan,pemotongan,dan grade.
Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas pakan adalah uji fisik,
kimia, maupun uji mikroskopis. Secara umum sifat fisik bahan tergantung dari
jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada 6 sifat fisik bahan yang
penting yaitu berat jenis, sudut tumpukan, daya ambang, luas permukaan spesifik,
kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan tumpukan. Untuk mengetahui sifat
fisik suatu bahan maka perlu dilakukan uji fisik pada bahan tertentu. Sehingga,
mempermudah penanganan, dalam pengangkutan, mempermudah pengolahan,
menjaga hemoginitas dan stabilitas saat pencampuran.
Penganalisaan bahan pakan perlu adanya pengetahuan tentang alat-alat
yang digunakan.Alat-alat tersebut harus diketahui cara pemakaiannya dan
fungsinya,karena sangat menunjang ketepatan dalam menganalisis bahan pakan
yang akan diuji.Pengujian fisik bahan pakan terdiri dari uji fisik luas permukaan
spesifik,uji fisik sudut tumpukan,uji fisik berat jenis dan uji fisik daya ambang.
Bahan pakan memiliki struktur dan ciri-ciri yang berbeda. Ciri dan struktur
inilah yang menyebabkan adanya sifat fisik dari suatu bahan pakan. Sifat fisik
bahan pakan merupakan suatu keadaan dimana terdapat sifat fisik memiliki
kondisi kimia maupun fisika yang masing-masing bahan pakan berbeda. Uji fisik
dalam bahan bahan pakan sangat penting untuk mengontrol kualitas dalam
produksi pakan, keberhasilan, dan keuntungan suatu usaha peternakan. Sifat-sifat
tersebut akan berubah karena adanya pengaruh tertentu, misal perlakuan,
penambahan bahan pakan lain, dan penyimpanan.

1.2 Waktu Dan Tempat


Praktikum Ilmu Bahan Pakan “Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat”
dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Maret 2019 pukul 15.00 WIB-selesai, bertempat
di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Praktikum Ilmu Bahan Pakan “Uji Fisik dan Pengenalan Alat”
dilaksanakan pada hari Jumat,22 Maret 2019 pukul 15.00 WIB-selesai, bertempat
di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Praktikum Ilmu Bahan Pakan “Silase dan Amoniasi” dilaksanakan pada
hari Jumat, 29 Maret 2019 pukul 15.00 WIB-selesai, bertempat di Green House,
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Praktikum Ilmu Bahan Pakan “Evaluasi Mutu Dan Pembuatan Pakan
Complete Feed” dilaksanakan pada hari Jumat,12 April 2019 pukul 15.00 WIB-
selesai, bertempat di Green House, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

1.3.1Tujuan
1 Mengetahui jenis-jenis hijauan dan konsentrat bahan pakan serta dapat
menentukan nomenklaturnya.
2.Mengetahui jenis-jenis alat di laboratorium dan kegunaan masing-masing alat
tersebut.
3.Mengetahui pembuatan silase dan amoniasi.
4Mengetahui evaluasi mutu dan pembuatan pakan complete feed.

1.3.2Manfaat
1. Praktikan dapat mengetahui alat-alat yang digunakan dalam berbagai analisa
bahan pakan, mengetahui fungsinya dan cara menggunakannya.
2.Praktikan dapat mengetahui nomenklatur bahan pakan beserta pengelompokan
dan kandungan nutriennya.
3.Praktikan dapat mengetahui pembuatan silase dan amoniasi.
4.Praktikan dapat mengetahui evaluasi mutu dan pembuatan pakan complete feed.
5.Praktikan dapat mengetahui tentang wafer dan pelleting
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nomenklatur Hijauan Dan Konsentrat


Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama
bahan pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan
pakan. Setiap pemberian tatanama bahan pakan atas enam faset. Cara pokok
dalam perlakuan umum yang sering dijumpai dalam laboratorium agar
memperoleh hasil analisa yang benar, antara lain dilakukan pengenalan mengenai
alat-alat laboratorium dan cara penggunaannya (Sudarmadji, 2008).
Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari
tanaman dalam bentuk daun – daunan yang dapat dimakan oleh ternak. Termasuk
dalam hijauan makanan ternak adalah rumput-rumputan (graminae), leguminosa
dan hijauan dari tumbuhan lain seperti daun nangka dan waru (Reksohadiprojo,
1992). Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup memegang peranan penting karena
dapat menyumbangkan zat pakan yang baik bagi ternak (Herlinae, 2003).
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau
pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,
dedak halus, bungkil kelapa dan tepung ikan. Kualitas pakan konsentrat komersial
buatan pabrik berupa pellet memiliki kandungan protein yang tinggi Tilman
(2008)Konsetrat adalah bahan pakan yang mengandung SK < 18%. Pakan
kosentrat yang mempunyai protein kasar (PK) > 20% di sebut sumber protein.
Kosentrat yang mempunyai PK < 20% dan diding sel kurang dari 35% disebut
sumber energi (Purbowati, 2009).
Penyediaan pakan yang berkualitas merupakan salah satu faktor
pendukung dalam upaya meningkatkan produktifitas ternak. Ternak yang sedang
tumbuh memerlukan kebutuhan nutrien yang cukup untuk mendukung
pertumbuhannya yang sempurna . Formulasi pakan hijauan (rumput gajah,
kaliandra, dan gamal) diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan
nutrien, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan bobot karkas
Rukmana (2005 ).
2.2 Pengenalan Alat
Laboratorium merupakan tempat terbaik untuk mengetahui teknik-teknik
yang diperlukan untuk analisis yang konsisten dan reproduksibel. Laboratorium
dilengkapi dengan peralatan untuk melangsungkan eksperimen atau melakukan
pengujian dan analisis. Alat laboratorium merupakan benda yang digunakan
dalam kegiatan analisis dan dapat digunakan berulang-ulang (Cairns, 2008).
Alat-alat yang digunakan di dalam analisis kimia atau analisis bahan pakan
yang diperkenalkan di dalam praktikum yang biasa digunakan terdiri dari alat-alat
untuk membuat reagen kimia, alat penunjang dan alat utama yang digunakan
dalam analisis bahan pakan. Sebagian besar alat-alat yang dipakai dalam analisis
kimia baik proses sampai pengukuran terbuat dari gelas, besi, karet dan kayu
(Hartati, 2002).
Pengenalan alat-alat laboratorium bertujuan untuk membuat praktikan
mengetahui fungsi atau kegunaan alat-alat laboratorium. Fungsi dari tiap-tiap alat
akan dijelaskan dengan tujuan agar praktikan dapat memahami secara jelas
kegunaan alat-alat laboratorium yang akan dipakai. Pada dasarnya setiap alat
akan memiliki nama yang menunjukan kegunaan alat tersebut. Prinsip kerja atau
proses yang belangsung ketika alat digunakan (Moningka, 2008).
Cara penggunaan alat harus diketahui sebelum digunakan agar lebih
mudah dalam penggunaannya dan mencegah akibat yang diinginkan. Sebagian
besar alat praktikum analisis bahan pakan terbuat dari porselin, gelas, besi, dan
karet. Pemeliharaan bukan berarti alat disimpan dengan baik sehingga alatnya
selalu utuh, akan tetapi alat tetap dipergunakan dan agar tahan lama, tentunya
perlu dilakukan perawatan sehingga alat-alat tersebut tahan lama atau awet. Jadi
yang dimaksud dengan penelitian atau perawatan alat-alat adalah menyimpan
pada tempat yang aman, perawatan termasuk menjaga kebersihan, penyusunan
penyimpanan alat-alat yang berbentuk set, dan menghindari pengaruh luar
(lingkungan terhadap alat) (Anwar, 2016)

2.3 Uji Fisik


Bahan pakan yang diberikan kepada ternak sangat berpengaruh terhadap
daya produksi ternak tersebut. Uji ini untuk mencegah penggunaan bahan pakan
yang berbahaya bagi ternak. Bahan pakan mempunyai sifat fisik yaitu sudut
tumpukan, berat jenis, daya ambang, luas permukaaan spesifik, kerapatan
tumpukan.
Berat jenis adalah perbandingan antara massa bahan terhadap volumenya,
satuannya adalah kg/m 3 . Berat jenis (BJ) memegang peranan penting dalam
berbagai proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan. Berat jenis
memberikan pengaruh berat terhadap daya ambang dari partikel. Selain itu berat
jenis merupakan faktor penentu dari densitas curah. Berat jenis dan ukuran
partikel bertanggung jawab terhadap homogenitas penyampuran partikel dan
stabilitasnya dalam pencampuran pakan. P dan kerapatan pemadatan tumpukan
(Khalil, 1997).
Salah satu uji fisik menurut Mujnisa (2008), adalah sudut tumpukan, yaitu
sudut yang terbentuk jika suatu bahan dicurahkan pada bidang datar melalui
sebuah corong. Sudut ini merupakan kriteria kebebasan bahan bergerak partikel
dari suatu tumpukan bahan. Besarnya sudut tumpukan dipengaruhi oleh ukuran
partikel bahan, tekstur, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar bahan air. .
Pakan bentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar antara 20° sampai 50°.
Semakin tinggi tumpukan, maka semakin kurang bebas suatu tumpukan.

2.4 Silase
Silase adalah proses pengawetan hijauan pakan segar dalam kondisi
anaerob dengan pembentukan atau penambahan asam. Asam yang terbentuk yaitu
asamasam organik antara lain laktat, asetat, dan butirat sebagai hasil fermentasi
karbohidrat terlarut oleh bakteri sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
derajat keasaman (pH). Turunnya nilai pH, maka pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk akan terhambat (Stefani et al., 2010).
Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan
mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada
musim kemarau Memacu terciptanya kondisi anaerob dan asam dalam waktu
singkat merupakan prinsip dasar pembuatan silase. ada tiga hal penting agar
diperoleh kondisi anaerob yaitu menghilangkan udara dengan cepat,
menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya
oksigen ke dalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
Pembuatan silase tidak tergantung dengan musim
Prinsip dasar pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba
yang banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang paling dominan adalah dari
golongan bakteri asam laktat homofermentatif yang mampu melakukan fermentasi
dari keadaan aerob sampai anaerob. Asam laktat yang dihasilkan selama proses
fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan
dari bakteri pembusuk (Ridwan, 2008).

2.5 Jerami Amoniasi


Amoniasi adalah salah satu metode pengolahan pakan secara kimia dengan
cara penambahan alkali dan asam yang difermentasi secara aerob atau anaerob.
Prinsip amoniasi menurut Wijaya (2008) yaitu suatu proses perombakan dari
struktur keras menjadi struktur lunak dengan bantuan bahan kimia sumber amonia
atau NH3 agar dapat meningkatkan daya cerna dan kandungan nitrogen (protein)
bahan pakan. Tujuan dari proses amoniasi menurut Retnani., (2011) adalah
melarutkan mineral silikat, menghidrolisis ikatan lignoselulosa dan
lignohemiselulosa, meningkatkan kecernaan, meningkatkan kandungan protein
kasar, serta menekan pertumbuhan jamur. Ditambahkan oleh Rahardi (2009),
bahwa manfaat amoniasi yaitu merubah tekstur bahan menjadi lebih lunak dan
rapuh, meningkatkan energi bruto tetapi menurunkan kadar BETN dan dinding
sel, meningkatkan bahan organik, energi tercerna, dan konsumsi pakan.
Manfaat dari pengolahan amoniasi adalah memotong ikatan rantai tadi
dan membebaskan selulosa dan hemiselulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh
ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi,
dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti mengikat NH3, dan selulosa serta
hemiselulosa lepas, untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka
dibutuhkan bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami
amoniasi ini adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. (Shieddiqi,
2008).
Kandungan serat kasar pada jerami amoniasi semakin menurun sejalan
dengan bertambahnya level molases. Hal ini disebabkan proses amoniasi jerami
mampu meregangkan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa. Suasana asam
fermentasi molases oleh bakteri asam laktat mempermudah renggangnya ikatan
tersebut Komar(1984).
2.6 Waffer
Pakan komplit adalah suatu jenis pakan ternak yang terdiri dari bahan
hijauan dan konsentrat dalam imbangan yang memadai. Bentuk penyediaan
pakan komplit ini dinilai lebih efektif dan efisien. Wafer merupakan pakan
sumber serat alami yang dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan
dengan tekanan dan pemanasan sehingga mempunyai bentuk ukuran panjang dan
lebar yang sama (Retnani dkk, 2011)
Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari
pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah 1) pemberian kepada ternak
harus disesuaikan dengan kebutuhan agar ternak tidak mengalami kelebihan berat
badan maupun gangguan pencernaan; 2) gudang penyimpanan wafer memerlukan
area dan penanganan khusus untuk menghindari kelembaban udara; 3) pengolahan
bahan pakan menjadi wafer membutuhkan biaya tambahan yang akan
mempengaruhi biaya produksi.

2.7 Pellet
Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa
dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat
keambaan pakan. Putra (2014) menjelaskan keuntungan pakan bentuk pelet
adalah meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi
metabolis pakan, membunuh bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang
tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat
nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin.
Pemberian ransum dalam bentuk pellet dapat mensuplai nutrient dalam
jumlah yang cukup (kuantitif) dan seimbang. Keuntungan lain dari pembuatan
pellet yaitu dapat mengurangi waktu dan biaya penyediaan pakan, meningkatkan
skala usaha peternak (jumlah ternak yang dipelihara meningkat) dan
meningkatkan produktivitas ternak serta efisiensi usaha peternakan. Hal ini akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Suparjo dkk, 2014).
Pellet adalah bahan baku pakan yang telah dicampur, dikompakkan dan
dicetak dengan mengeluarkan dari die melalui proses mekanik Pengolahan pakan
bentuk pellet dapat dijadikan pilihan karena mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya: 1) meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan,
mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan
penanganan dan penyajian pakan; 2) densitas yang tinggi akan meningkatkan
konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer; 3) mencegah “de-mixing”
yaitu penguraian kembali komponen penyusun pellet sehingga konsumsi pakan
sesuai dengan kebutuhan standar
III. MATERI DAN CARA KERJA

3.1 Materi
3.1.1 Nomenklatur Bahan Pakan Dan Pengenalan Alat
3.1.1.1Nomenklatur Hijauan
1. Rumput Gajah(Pennisetum purpureum)
2. Rumput Raja(Pennisetum purpuroides)
3. Rumput Odot(Pennisetum purpureum cv.mott)
4. Setaria Lampung(Setaria splendida)
5. Daun Waru (Hibiscus tilleaceus)
6. Daun Nangka (Arthocarpus integra)
7. Daun Singkong (Manihot utillisima)
8. Daun Gamal (Glirisidia macullata)
9. Jerami Padi (Oryza sativa)
10. Daun Pepaya (Carica papaya)
11. Daun Lamtoro (Leucaena glauca)
12. Daun Kaliandra (Calliandra calothyrcus)
13. Tebon/Jerami Jagung (Zea mays)
14. Indigofera (Indigofera sp.)
15. Daun Dadap (Eritrina litospermae)
16. Daun Rami (Boehmeria mivea)
17. Daun Murber (Morus indica lineus)
18. Daun Pisang ( Musa parasidiaka)

3.1.1.2Nomenklatur Konsentrat
1. Millet (Pennisetum glaucum)
2. Onggok (Manihot utillisima)
3. Dedak Padi (Oryza sativa)
4. Bungkil Kedelai (Glycine max)
5. Bungkil Kelapa (Cocos nucifera)
6. Bungkil Nyamplung (Calophyllum inophylum)
7. Bungkil Sawit (Elalies guineensis)
8. CGM (Corn Gluten Mill) (Zea mays)
9. Tepung Ikan (Animalia)
10. CuSO4 / Tembaga sulfat
11. Molases/Tebu (Saccharum officinale)
12. Kapur Dolomit (CaCo3)
13. EM4
14. Tepung Jagung (Zea mays)
15. Tepung Limbah Soun (Manihot utilisima)
16. Urea CO(NH2)2
17. Vita Chick

3.1.2Pengenalan Alat
1. Spatula
2. Pengaduk
3. Erlenmeyer
4. Gelas Ukur
5. Cawan Porselin
6. Tang Penjepit
7. Pipet Tetes
8. Pipet Volume
9. Filler
10. Oven
11. Bom Callory Meter
12. Tanur

3.1.3 Uji Fisik


3.1.3.1 Sudut Tumpukan
1. Bahan Pakan 200 gram
2. Corong Besi
3. Penggaris
4. Timbangan Analitik

3.1.3.2 Berat Jenis


1. Bahan Pakan 100ml
2. Gelas ukur 100ml
3. Timbangan Analitik
3.1.3.3 Daya Ambang
1. Bahan Pakan ± 1 gram
2. Nampan
3. Stopwatch
4. Timbangan Analitik
5. Penggaris

3.1.3.4 Luas Permukaan Spesifik


1. Bahan Pakan ± 1 gram
2. Kertas Milimeter Blok
3. Spidol atau Bolpoin
4. Timbangan Analitik

3.1.4 Silase dan Amoniasi


3.1.4.1 Silase
1. Ares Pisang
2. Molases
3 .Dedak Padi
4. Toples
5.Lakban
3.1.4.2 Jerami Amoniasi
1.Bagase Tebu
2.Urea
3.Plastik laundry
4.Lakban
3.1.5 Pembuatan Pakan Complete Feed
3.1.5.1 Waffer
1.Silase rumput/amoniasi 700 g
2.Konsentrat Sapi Perah 500 g
3.Plastik
4.Mesin cetak pakan ternak
3.1.5.2 Pellet
1.Kulit Nanas 300 gram
2.Daun Ketela Rambat 200 gram
3,Dedak 200 gram
4.Kulit Nopia 100 gram
5.Ampas Kecap 150 gram
6.Tulang Kambing 25 gram
7.Molases 25 gram

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Nomenklatur Bahan Pakan.
Hijauan dan Konsentrat diamati jenis, klasifikasi ilmiah, asal kedewasaan,

defoliasi, dan grade nya

Hasil Pengamatan dicatat dan di foto

3.2.2 Pengenalan Alat


Alat disiapkan

Difoto, dicatat fungsi nya dan di tabulasikan

3.1.3Uji Fisik
3.1.3.1Sudut Tumpukan
Disiapkan alat dan bahan

Dipasang corong pada besi penyangga

Bahan ditimbang 200gr

Bahan dituang melalui corong

Diameter bahan diukur


Tinggi bahan diukur

Dicatat dan dihitung dengan rumus

3.1.3.2 Berat Jenis

Gelas ukur ditimbang

Dimasukkan sampel ke gelas ukur sampai 100 ml

Gelas ukur yang berisi sampel ditimbang

Dihitung berat jenis tersebut dengan rumus

3.1.3.3 Daya Ambang

Bahan di timbang 1 gram

Nampan dan stopwatch disiapkan

Bahan dijatuhkan dengan ketinggian 1 m

Waktu tempuh dicatat ,dan dihitung daya ambang sampel dengan rumus

3.1.3.4 Luas Permukaan Spesifik

Bahan ditimbang 1gram dan diratakan di atas kertas millimeter blok


Luas bahan pakan diukur dan dihitung luas permukaan spesifik dengan rumus

3.2.4 Silase dan Amoniasi


3.2.4.1 Silase

Siapkan ares pisang

Siapkan gunting/pisau dan toples

Ares pisang dipotong/dicacah dan dicampur dengan molasses

Masukkan potongan ares pisang ke dalam toples sampai toples


sampai terisi penuh

Tutup toples dan lapisi dengan lakban agar kedap udara

Disimpan selama 14 hari dan diamati

3.2.4.2 Jerami Amoniasi


Siapkan bagase tebu

Siapkan gunting/pisau dan kantong plastik

Masukkan tebu kedalam plastik dan dicampur dengan 3 % urea dan air

300 ml

Kantong plastik selanjutnya diikat dengan tali sampai kuat


Dilakukan pengamatan pada hari 3,7,dan 14

3.2.5 Pembuatan Pakan Complete Feed

3.2.5.1 Waffer

Siapkan konsentrat sebanyak 300 g

Konsentrat diberi air agar meresap

Masukkan ampas tebu lalu ratakan

Masukkan konsentrat lalu diratakan

Ditumpuk secara bergantian

Ditutup lalu dipress menggunakan mesin sampai keluar air

3.2.5.2 Pellet

Campur semua komposisi bahan pakan dengan air

Aduk sampai homogen

Nyalakan mesin pelleting

Dimasukkan bahan tadi kedalam mesin pelleting


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Nomenklatur Bahan Pakan
4.1.1.1 Nomenklatur Hijauan
Tabel 1.Nomenklatur Hijauan

Tingkat
No Asal Mula Bagian Proses Defoliasi Sumber Grade Gambar
Kedewasaan

1. Tebon/Jera Pk:8,6
Aerial Segar Dewasa 90 hari Energi
mi Jagung %

Jerami Padi di PK:


2. (Oryza Aerial fermentasi Dewasa 90 hari Energi 6.5%
sativa) /Amoniasi

Setaria
PK:
Lampung
3. Aerial Segar Dewasa 45 hari Energi 7,8%
(Setaria
splendid)

Rumput Raja PK:


4. (Pennisetum Aerial Segar Dewasa 40 hari Energi 13,5%
purpuroides)

Rumput
PK:
Gajah
5. Aerial Segar Dewasa 40 hari Energi 8,3%
(Pennisetum
purpureum)
Daun PK:
Pepaya 16-
6. Daun dilayukan Dewasa - Energi
(Carica 17%
papaya)
Daun
PK:
Singkong
7. Daun Dilayukan Dewasa - Energi 24,1%
(Manihot
utilisima)
Daun
Pisang
PK
8. (Musa Daun Dilayukan Dewasa - Energi
10%
parasidiaca
)

Daun Waru Daun PK:


9. (Hisbiscus dan Dilayukan Dewasa - Protein 18,5%
tiliaceus) ranting

Daun
Dadap PK:
10. (Eritrina Daun dilayukan Dewasa - Protein 29%
litospermae
)
Daun PK:
Murbei 23,26
11. Daun Segar Dewasa - Protein
(Morus %
indica L.)

Daun Rami
SK:
12. (Boehmeria Daun Segar Dewasa - Protein
24%
nivea)
Daun
PK:
Gamal
13. Daun Segar Dewasa - Protein 26%
(Glisirida
maculate)

Lamtoro Daun PK:


14. (Leucauna dan Dilayukan Dewasa - Protein 27%
glauca) batang

Kaliandra Daun
PK:
15. (Caliandra dan Dilayukan Dewasa - Protein
25%
caloticus) batang

Daun
Nangka PK:
16. (Artho Daun Dilayukan Dewasa - Energi 11%
Carpus
integra)

Indigofera PK:
17. (Indigofera Daun Segar Dewasa 60 hari Protein 27%
sp)

Rumput
Odot PK:
18. (Penisetum Aerial Segar Dewasa 35 hari Energi 14%
purpureum
cvmoot)
4.1.1.2 Nomenklatur Konsentrat
Tabel 2. Nomenklatur Konsentrat
Nama
No. Asal Mula Bagian Proses Sumber Grade Gambar
Bahan
Dikeringkan,
Tepung
1. Animal Daging Digiling Protein PK 40%
Ikan
Dihaluskan
Bungkil Cocus Daging buah Sisa ekstrak
2. Protein PK 20%
Kelapa nucivera kelapa minyak

CGM
(Corn Sisa ekstrak
3. Zea mays Biji Protein PK 45%
Gluten minyak
Meal)

Bungkil Sisa ekstrak


4. Gaycine max Biji Protein PK 45%
Kedelai minyak

Sisa
5. Dedak Padi Oryza sativa Biji penggilingan Energi PK 11,5%
padi
Sisa
Manihot Umbi tanpa
6. Onggok pembuatan Energi PK 0,8%
kutilisima kulit
tepung

Pennisetum
7. Millet Biji Dikeringkan Energi PK 8,4%
glaucum

Bungkil Calophylnum Sisa ekstrak


8. Biji Protein PK 45%
Nyamplung inophylium minyak

Tepung
9. Zea mays Biji Dihaluskan Energi PK 8,3%
Jagung

Bungkil Ellois Sisa ekstrak


10. Daging buah Protein PK 21%
Sawit guineasis minyak

Sisa
Saccharum
11. Molases Batang tebu pembuatan Adiktif -
oficinale
gula
Kapur
12. CaCO3 Butiran Dihaluskan Mineral Ca 40%
Dolomid

Nitrogen:
13. Urea Co (NH2)2 Butiran - Adiktif
46%

Tembaga
14. CUSO4 Butiran Dihaluskan Mineral Cu 34%
Sulvat

Tepung Sisa
Manihot Umbi tanpa
15. Limbah pembuatan Energi PK 10%
kutilisima kulit
Soun soun

mikroorganis Feed
16. EM4 - - -
me Adictive

17. Vita Chick - - - Vitamin -

4.1.2 Pengenalan Alat


Tabel 3. Pengenalan Alat Laboratorium

Nama Alat Fungsi Gambar

1. Gelas Ukur Mengukur larutan atau sampel

2. Erlenmeyer Untuk mencampur larutan


3. Pengaduk Untuk mengaduk sampel

4. Scapula Untuk mengambil sampel

Untuk mengambil larutan dalam


5. Pipet Tetes
jumlah sedikit / tetes

Untuk mengambil larutan dalam


6. Pipet Volume
volume tertentu

Untuk menyedot dan


7. Filler
mengeluarkan larutan

8. Tang Penjepit Untuk menjepit tabung reaksi.

Untuk menampung sampel saat


9. Cawan Porselin
dioven

10. Oven Untuk memanaskan sampel

11. Tanur Untuk membakar sampel


12. Bom Kalorimeter Untuk analisis gross energi

4.1.3Uji Fisik
4.1.3.1Sudut Tumpukan
Tabel 4. Sudut Tumpukan
Kelompok Naman Bahan Pakan STo

1,2 Bungkil Kedelai 36,38o

3,4 Bungkil Sawit 36,384o

5,6 Bungkil Kelapa 45o

7,8 Daun Singkong 39,28o

9,10 CGK 27,14o

4.1.3.2Berat Jenis
Tabel 5. Berat Jenis
Kelompok Nama Bahan Pakan BJ g/m

1,2 Bungkil Kedelai 0,57

3,4 Bungkil Sawit 0,592

5,6 Bungkil Kelapa 0,367

7,8 Daun Singkong 0,236

9,10 CGK 0,513

4.1.3.3Daya Ambang
Tabel 6. Daya Ambang
Kelompok Nama Bahan Pakan DA m/s
1,2 Bungkil Kedelai 0,85

3,4 Bungkil Sawit 0,83

5,6 Bungkil Kelapa 0,68

7.8 Daun Singkong 0,72

9,10 CGK 0,89

4.1.3.4 Luas Permukaan Spesifik


Tabel 7. Luas Permukaan Spesifik
Kelompok Nama Bahan Pakan LPS cm2/g

1,2 Bungkil Kedelai 12,08

3,4 Bungkil Sawit 16

5,6 Bungkil Kelapa 20

7,8 Daun Singkong 36

9,10 CGK 20,25

4.1.4 SILASE DAN AMONIASI


4.1.4.1 Silase
Tabel 8. Pengamatan Silase
Hari Karakteristik Gambar
Warna = Cokelat alami
Bau = Tidak ada
3
Jamur = Tidak ada

Warna = Cokelat agak kekuningan


7 Bau = Agak keasaman
Jamur = Tidak ada
Warna = Cokelat kekuningan

14 Bau = Asam
Jamur = Sedikit

5.1.3.2 Pengamatan Jerami Amoniasi


Tabel 9. Pengamatan Jerami Amoniasi
No Hari Karakteristik Gambar
Warna = Kuning

1 3 Bau = Tidak ada


Jamur = Tidak ada
Tekstur=Kaku atau keras
Warna = Kuning sedikit kecoklatan
Bau = Asam
2 7
Jamur = Tidak ada

Tekstur=Sedikit remah

Warna = Kuning kecoklatan


Bau = Manis
3 14
Jamur = Muncul jamur diatas
Tekstur=Remah

4.1.1 Pembuatan Pakan Complete Feed


4.1.1.1 Wafer
Gambar 1. Wafer
Nama Produk : Wafer
Bentuk : Padat dan kompak
Tekstur : Remah
Warna : Coklat
Bau : Khas karamel
Tingkat kerapatan : Cukup tinggi, kadar air rendah
4.1.1.2 Pellet
Gambar 2. Pellet
Nama produk : Pellet
Tekstur : Keras
Warna : Hitam

4.2 Pembahasan

4.2.1 Nomenklatur Bahan Pakan

4.2.1.1 Nomenklatur Hijauan

Hijauan merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat


diperlukan dan besar manfaat bagi kelangsungan dan populasi ternak.Hijauan
yang jelaskan waktu praktikum meliputi empat jenis hijauan yaitu
rambanan,garminae,leguminosa,dan limbah pertanian.Hijauan tersebut terdiri dari
rumput gajah,rumput raja,rumput odot,setaria lampung,jerami padi,jerami
jagung,lamtoro,kaliandra, indigovera, dadap,gamal,rami,daun nangka,daun
papaya,daun waru,daun singkong,daun murbei,dan daun pisang.Hal tersebut
sependapat dengan Novyta(2017) yang menyatakan bahwa ketersediaan hijauan
pakan ternak terdiri dari hasil sisa pertanian/limbah pertanian seperti jerami padi,
jerami jagung, daun singkong, daun umbi jalar, leguminosa pohon seperti
Gliricidia sepium (gamal), Leucaena leucocephala (lamtoro) yang cukup untuk
menyediakan hijauan pakan serta didukung oleh hijauan yang tumbuh ditegalan-
tegalan sawah, kebun, saluran irigasi, pekarangan dan hijauan yang tumbuh ditepi
jalan yang kesemuanya merupakan sumber penyediaan hijauan pakan ternak
Bahan pakan hijauan dibedakan menjadi dua yaitu sumber energy dan
sumber protein.sumber energy yaitu bahan pakan yang memiliki protein kasar
dibawah 18% sedangkan sumber protein yaitu bahan pakan yang memiliki
protein kasar diatas 18 %.Hal tersebut sependapat dengan Saking(2017) yang
menyatakan bahwa Kualitas dari hijauan dicerminkan dari nilai nutrisi yang
terkandung di dalamnya. Hijauan mengandung protein kasar, lemak, serat kasar,
bahan ekstrak tanpa nitrogen dan mineral. Protein kasar merupakan nutrisi yang
sangat penting bagi ternak. Hijauan yang mengandung protein kasar yang tinggi
dimiliki oleh sebagian besar leguminosa. Sumber protein memiliki pk >20% dan
sk < 18%.diperjelas lagi oleh Bahri(2008) Hijauan pakan merupakan bahan pakan
yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bahan
pakan yang dimanfaatkan sebagai sumber energi di antaranya jagung, gandum,
bekatul molases Bahan pakan hijauan sebagai sumber protein antara lain
kaliandra, lamtoro, dan gamal.
Hijauan juga memiliki kandungan HCN,Tanin,dan juga Nimosin.hijauan yang
termasuk memiliki kandungan tersebut yaitu lamtaro,glirisida,dan
kaliandra.Lamtaro memiliki kandungan HCN, dan tanin,.sedangkan kaliandra
memili kandungan nimosin dan tannin.Hal tersebut sependapat dengan
Tambak(1996) yang menyatakan bahwa rendahnya nutrisi disebabkan oleh
pengaruh negative zat tanin yang terdapat pada hijaun lamtaro dan
kaliandra.Tanin dapat menghambat kerja enzim protease dan selulase dan dalam
jumlah yang terlalu banyak dapat menurunkan kecernaan.Kadar tanin hijauan
kaliandra yaitu 1,58%,lamtoro 0,74%,dan glirisida 0,07% yang mengakibatkan
hijauan kaliandra lebih sulit dicerna di dalam saluran pencernaan

4.2.1.2 Nomenklatur Konsentrat


Konsentrat merupakan bahan pakan yang kaya akan zat-zat makanan terutama
protein dan energi, memiliki kadar serat kasar yang rendah sehingga kecernaannya
dalam saluran pencernaan cukup tinggi.Macam konsentrat pada waktu praktikum
terdiri dari tepung ikan,CGM,millet,bungkil kedelai,bungkil nyamplung,bungkil
sawit,bungkil kelapa.Hal ini sependapat dengan Nugroho (2001) mengatakan
bahwa konsentrat sebagai bahan energi adalah semua nahan pakan yang
mengadung PK kurang dari 20 % bahan pakan tersebut banyak mengadung
karbohidrat/ gula yang dapat digunakan sebagai sumber energy.
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha penggemukan sapi
potong, karena tanpa memperhatikan faktor ini usaha penggemukan sapi tidak
akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Sapi seperti halnya ternak
ruminansia lainnya seperti kerbau, kambing dan domba, pakan utamanya adalah
hijauan. Namun, jika pakannya hanya mengandalkan hijauan saja khususnya di
daerah tropis rendah kualitasnya. Hal ini senada dengan Guntoro(2008) bahwa
penggemukan sapi akan tercukupi jika kebutuhan nutriennya terutama energinya.
Pakan berenergi tinggi hanya dapat dicapai apabila komponen dalam ransumnya
sebagian besar adalah konsentrat.
Bahan pakan yang termasuk kedalam nomenklatur konsentrat adalah
pakan yang mengandung serta kasar rendah dan mudah dicerna oleh ternak. Pakan
konsentrat antara lain jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, onggok
dan lain-lain. Hal tersebut sesuai dengan Agus (2008) bahwa konsentrat adalah
bahan pakan yang serat kasarnya rendah, contohnya dedak padi, bungkil kelapa,
minyak jagung, urea, garam dan zat serat. Pakan konsentrat merupakan campuran
bahan pakan yang mengandung protein lebih dari 12-16%. Pakan konsentarat
komplit dari pabrikan yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan
berperan sebagai pakan penguat

4.2.2 Pengenalan Alat


Pengenalan alat dilakukan dilaboratorium.Laboratium yaitu suatu ruang
atau tempat dilakukannya suatu percobaan dan juga penelitian.Pada waktu
praktikum alat-alat yang dijelaskan yaitu gelas ukur, erlenmeyer, penganduk,
scapula, pipet tetes, pipet volume, filler, tang penjepit, cawan proselin, oven,
tanur, dan bom calorimeter. Hal tersebut sependapat dengan Sutardi (2009) yang
menyatakan bahwa Alat-alat laboratorium mikrobiologi seperti lemari pengeram
(inkubator), autoklav, rak dan tabung reaksi, beker glass, pipet hisap, pipet ukur,
pinset, cawan petri, lidi kapas steril, lampu spritus,
Oven dalam praktikum dijelaskan memiliki fungsi untuk memanaskan
sampel.Hal ini sependapat dengan Hartadi(2012) yang menyatakan bahwa Oven
mempunyai fungsi yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan kadar air dan
menurunkan suhu bahan pakan dari tanur. Saat sampel bahan pakan dikeringkan
dalam oven maka kadar air sampel tersebut akan diketahui. banyaknya air yang
terkandung di dalam bahan pakan/sampel dapat diketahui jika bahan
pakan/sampel dipanaskan.
Timbangan analitik merupakan salah satu alat laboratorium yang
berfungsi untuk menimbang sampel dengan ketelitian 0,0001 kg. Saat
menimbang sampel harus dipastikan posisi timbangan 0 (nol). Hal tersebut
sependapat dengan Sudarmadji (2008) bahwa setiap menambahkan atau
mengambil sampel atau beban dari papan penimbangan, timbangan harus dalam
keadaan tidak bergerak atau nol. Selama menimbang harus digunakan alat
penjepit untuk mengambil sesuatu agar tidak mempengaruhi beratnya.zat kimia
bisa diambil denga spatula atau pipet(untuk bahan cair). Setiap menambah atau
mengambil beban dari pan penimbang,timbangan harus dalam keadaan tidak
bergerak atau nol. Apabila selesai menimbang,alat timbangan dibersihkan dan
dikembalikan dalam keadaan terkunci
Bom kalorimeter memiliki fungsi sebagai analisis gross energy.Hal ini
sependapat dengan Damayanti (2010) yang menyatakan bahwa bom kalorimeter
adalah alat yang digunakan pada analisis energi bruto karena proses yang terjadi
didalamnya adalah proses pembakaran seperti pada proses metabolism dalam
tubuh.Bom kalorimeter juga terdiri dari beberapa bagian yang digunakan untuk
menghitung total energy suatu bahan pakan .

4.2.3 Uji Fisik


4.2.3.1 Sudut Tumpukan
Sudut tumpukan yaitu sudut yang terbentuk dari bahan pakan yang
dijatuhkan pada bidang datar.Hal tersebut sependapat dengan Winarno(1997)
yang menyatakan bahwa Sudut tumpukan adalah sudut yang terbentuk jika suatu
bahan di curahkan pada bidang datar melalui sebuah corong. Sudut ini merupakan
kriteria kebebasan bahan bergerak partikel dari suatu tumpukan bahan. Ukuran
partikel kecil maka akan membentuk sudut tumpukan yang semakin besar
Semakin tinggi suatu nilai sudut tumpukan sudut yang akan terbentuk
yaitu tumpul.Hal ini diperjelas oleh Khalil (2009), semakin tinggi tumpukan
maka semakin kurang bebas suatu partikel bergerak dalam tumpukan. Saenab
(2010), menambahkan bahwa sudut tumpukan akan mempengaruhi flowability
atau kemampuan mengalir suatu bahan, efisiensi pada pangangkutan atau
pemindahan secara mekanik, ketepatan dalam penimbangan dan kerapatan
kepadatan tumpukan
Pengukuran sudut tumpukkan dilakukan dengan cara menjatuhkan bahan
yang telah disediakan sebanyak 200 gram . di curahkan melalui corong.Diameter
dan tinggi bahan pakan diukur menggunakan penggaris dan kemudian di
masukkan kedalam rumus.Hal tersebut sependapat dengan Retnani(2011)
yang menyatakan bahwa Pengukuran dilakukan dengan cara menjatuhkan bahan
melalui corong pada bidang datar. Sudut tumpukan bahan ditentukan dengan
mengukur diameter dasar (d) dan tinggi tumpukan (t).
Sudut tumpukkan bisa untuk mempermudah ungas dalam memperoleh
pakan dan menimalisir pakan yang tercecer,efisiensi tempat penampungan
pakan,dan efisiensi gudang curah. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil (2009)
yang menyatakan besarnya sudut tumpukan dipengaruhi oleh ukuran partikel
bahan, bentuk, berat jenis, kepadatan tumpukan dan kadar air bahan pakan.
Semakin kecil ukuran partikel maka semakin tinggi sudut tumpukannya.

4.2.3.2 Berat Jenis


Berat jenis adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang
yang terisi oleh bahan tersebut.Hal ini sependapat dengan Sutardi (2003)
yang menyatakan bahwa Berat jenis merupakan perbandingan antara massa bahan
terhadap volumenya. Berat jenis memegang peranan penting dalam proses
pengolahan, penanganan dan penyimpanan.Berat jenis juga berperan untuk
menentukan kecepatan bahan.
Besarnya berat jenis pakan penting diketahui karena apabila suatu bahan
pakan mempunyai nilai densitas yang rendah yaitu perbandingan antara berat
bahan dengan volume lebih besar berarti intake untuk ternak hanya sedikit atau
sebaliknya. Intake merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam
pakan ternak. Berat jenis dapat dihitung dengan selisih berat gelas ukuran yang
diisi sampel dengan berat gelas ukur kosong kemudian dibagi dengan volume
berat sampel yang digunakan (Jaelani, 2010).
Besarnya berat jenis pakan penting diketahui karena apabila suatu bahan
pakan mempunyai nilai densitas yang rendah yaitu perbandingan antara berat
jenis dengan volume lebih besar berarti feed intake untuk ternak hanya sedikit
atau sebaliknya. Menurut Retnani (2011), bahan pakan yang baik yaitu bahan
pakan yang memiliki berat jenis lebih dari 1 sehingga feed intake pakan
meningkat. Semakin kecil nilai berat jenis suatu bahan pakan maka kualitas
bahan pakan pun semakin jelek.
Pengangkutan bahan pakan diperlukan pengaplikasian untuk
mempermudah hal ini karena efisiensi ruang penyimpanan bila semakin besar
berat jenis maka kapasitas ruang penyimpanan akan semakin meningkat,untuk
homogenitas pencampuran bahan pakan dan formulasi bahan pakan.Rumus untuk
menghitung berat jenis dilakukan dengan cara,berat gelas disi bahan dikurangi
berat jenis kosong dibagi volume.Satuannya untuk hasil berat jenis adalah
gram/ml.Prinsip berat jenis apabila semakin halus bahan pakan maka semakin
besar.Nurlina (2008)

4.2.3.3 Daya Ambang


Daya ambang adalah jarak yang ditempuh bahan pakan yang dijatukan
pada ketinggian tertentu.Aplikasi daya ambang untuk efisiensi pengosongan silo
serta untuk efisiensi pencampuran bahan pakan dalam mixer vertikal.Menurut
Rahardjo (2004) daya ambang yaitu jarak yang ditempuh suatu partikel bahan
jika dijatuhkan dari atas kebawah pada bidang datar selama jangka waktu tertentu
dengan satuan m /detik. Lama waktu yang ditempuh itulah yang dijadikan
sebagai daya ambang.
Penentuan daya ambang suatu bahan pakan bertujuan untuk efisiensi
pemindahan atau pengangkutan yang menggunakan alat penghisap, efisiensi
terhadap perataan pakan ketika pemberian ke ternak, efisiensi waktu dan efisiensi
pengisian silo yang menggunakan gaya gravitasi dan daya ambang yang berbeda
akan partikel, pemisahan partikel (Noviagama, 2012).Semakin tinggi nilai daya
ambang berarti waktu yang digunakan untuk pencurahan dan pencampuran
semakin cepat.Hal yang memengaruhinya yaitu berat jenis ,homogenitas,dan
kandungan air dalam pakan.
Hasil praktikum menunjukan daya ambang bungkil sawit yaitu 0,83 DA
m/s.Menurut Jaelani (2010), jika berat jenis tinggi maka berarti daya ambang
yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses pencurahan bahan karena
dibutuhkan waktu yang lebih lama. perhitungan daya ambang akan
mempengaruhi untung atau ruginya perusahaan pakan, karena terkait proses
pencurahan pakan yang dimasukkan pada suatu tempat.

4.2.3.4 Luas Permukaan Spesifik


Luas permukaan spesifik adalah bahan pakan pada berat tertentu yang
memiliki luas permukaan.Prinsipnya semakin kecil atau halus bahan pakan maka
luas spesifiknya semakin besar.Hal ini sependapat dengan Mujnisa (2010) yang
menyatakan bahwa semakin kecil partikel bahan ,maka semakin luas permukaan
spesifiknya dan sebaliknya.Kegunaan dari perhitungan luas permukaan spesifik
yaitu untuk penyimpanan pakan dan transportasi menjadi lebih mudah dalam
menempatkan bahan pakannya.Hasil praktikum diperoleh perhitungan luas
permukaan spesifik bungkil sawit yaitu 36,384o. Hal ini berarti partikel yang
semakin halus akan menutupi seluruh permukaan hingga tertutup rapat. Kadar
sampel yang semakin halus akan semakin meningkatkan daya cerna oleh ternak
(Retnani, 2011).
Luas permukaan spesifik sangat besar pengaruhnya terhadap keefisienan
suatu proses pengadaan seperti packaging, transportasi, dan penyimpanan.
Apabila luas permukaan spesifik besar atau tingkat kehalusan tinggi maka suatu
packaging dan memuat bahan pakan akan berkurang, Khalil (2009), menyatakan
bahwa tingkat kehalusan suatu bahan pakan berpengaruh pada proses penanganan
pakan di tempat pengolahan pakan. Tingkat kehalusan ini tergantumng dari
bessar kecilnya partikel bahan pakan. Semakin kecil partikel maka permukaannya
akan semakin halus sehingga nilai luas permukaan spesifiknya semakin tinggi.
Hal-hal yang mempengaruhi besar luas permukaan spesifik adalah jenis
sampel, berat sampel dan perlakuan saat meratakan sampel pada bidang datar.
Karena jika ada daerah yang masih kosong berarti nilai luas permukaan
spesifiknya akan berubah kembali. Begitu pula jika sampel berbentuk butiran
kasar yang sulit untuk diratakan (Wijaya, 2008).

4.2.4 SILASE DAN AMONIASI


4.2.4.1 Silase
Pembuatan silase hijauan bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi
hijauan. Seperti yang diungkapkan oleh Salim (2008) bahwa, kurangnya
ketersediaan hijauan dan rendahnya kualitas jerami padi melatar belakangi
peningkatan ketersediaan dan kualitas dengan cara pembuatan silase dan
amoniasi jerami.Silase merupakan pengawetan hijauan secara basah bertujuan
untuk mempertahankan kualitas hijaun serta mengatasi kekurangan pakan
dimusim kemarau .Limbah pertanian dan perkebunan dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan silase salah satunya yaitu limbah pisang Wina(2001)
Hasil silase yang sudah dibuat pada saat praktikum menunjukan warna hijau
gelap atau kuning kecoklatan, bau asam, tekstur padat, dan tidak ada jamur.
Munier (2011) menyatakan bahwa jika silase memiliki warna yang terang yakni
dari coklat hingga coklat kemerahan. Hal ini mengindikasikan bahwa
penguraian hijauan pakan oleh mikroba anaerobik berlangsung optimal. Jika
silase berwarna coklat muda mengindikasikan bahwa penguraian dalam proses
pengawetan oleh mikroba anaerobik tidak optimal karena keterbatasan unsur
nutrien pada bahan silase.Tekstur silase yang baik yaitu apabila dipegang terasa
lembut dan empuk tapi tidak berlendir,dan apabila dipegang akan lunak dalam
artian silase bersifat remah ,ringan,dan halus.Hanafi (2008)
Silase yang digunakan pada saat praktikum menggunakan campuran
molases sebanyak 3% dari berat bahan,dedak sebanyak 5% dari berat bahan dan 1 tutup
botol EM4.Hal ini sependapat dengan Schalbroeck (2001) yang menyatakan bahwa
Molases ini merupakan salah satu bahan karbohidrat fermentable yang dapat
digunakan pada saat pembuatan silase dengan biaya yang murah.Dedak dalam
silase merupakam hasil ikutan proses pemecahan gabah yang terdiri dari lapisan
kutikula sebelah luar dan hancuran sekam serta sebagian kecil lembaga yang
masih tinggi kandungan protein ,vitamin,dan mineral.

4.2.4.2 Amoniasi
Amoniasi adalah pengolahan secara kimiawi dengan penambahan urea
untuk memecah ikatan lignoselulosa sehingga kecernaan meningkat dan kadar
protein juga meningkat.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartadisastra (2007)
yang menyatakan bahwa amoniasi merupakan suatu proses perombakan dari
struktur keras menjadi struktur yang lebih lunak atau struktur fisiknya saja dan
penambahan bahan unsur N saja.Proses amoniasi terdapat teknik yaitu
penggunaan urea sebagai sumber ammonia yang dicampurkan kedalam
bahan.Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan
lignin,selulosa,dan silica yang terdapat pada bahan pakan.
Ciri-ciri amoniasi yang baik yaitu memiliki bau seperti amonia, berwarna
kecoklat-coklatan seperti bahan asal, tekstur berubah menjadi lebih lunak dan
kering. Hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan dengan jerami asalnya, tidak
berjamur dan menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan sekitar 8
teknik amoniasi dapat meningkatkan kecernaan pakan. Peningkatan kadar protein
kasar sampai dengan dua kali lipat dan meningkatkan nilai energi sebesar 70% –
80%.(Suprijanto dkk, 2010).
Berdasarkan hasil praktikum amoniasi bagasse tebu dengan
menambahkan urea sebanyak 2-4 %.Selanjutnya bagasse tebu yang telah
tercampur dengan urea ditunggu selama 14-21 hari agar teramoniasi dengan
sempurna.Hal tersebut sependapat dengan Bata (2008) yang menyatakan bahwa
pemberian urea dalam amoniasi yaitu sebesar 5 % untuk meningkatkan
kencernaan bahan kering.Hasil praktikum untuk tekstur bagase tebu pada hari ke-
3 masih bertekstur kasar seperti awal dimasukkan.Pada hari ke-14 tekstur menjadi
remah.Hal ini sependapat dengan Permata (2012) yang menyatakan amoniasi
menyebabkan tekstur menjadi lebih lembut,lunak ,dan akan halus ketika di
pegang dibandingkan sebelum diamoniasi.

4.2.5 Pembuatan Pakan Complete Feed


4.2.5.1 Wafer
Wafer merupakan salah satu bentuk pakan yang berisi nutrisi yang lengkap.
Menurut Noviagama (2002), wafer ransum komplit adalah suatu produk
pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan
konsentrat dengan komposisi yang disusun berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak
dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan
pemanasan dalam suhu tertentu selama waktu tertentu.
Teknologi complete feed block dalam bentuk fermentasi dibuat untuk
mempermudah pemberian pakan terhadap ternak, transportasi, serta penyediaan
stok pakan. Proses pembuatan komplit dimulai dari menyiapkan formula pakan
yang akan dibuat, dalam bentuk bahan yang sudah halus. Kemudian campur
semua bahan secara merata .Wafer terdiri dari bahan baku sumber serat hijauan
dan konsentrat dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan nutrient. Hartadi,(
2012).
Pembuatan wafer perlu memperhatikan hal yang peting antara lain kadar
air,kadar air yang ada dalam pakan yang sangat berpengaruh terhadap kandungan
nutrisi yang ada didalamnya.Kadar air sangat memengaruhi tingkat kerapatan
karena tingkat kerapatan mempengaruhi palatabilitas ternak.Faktor yang
memengaruhi kerapatan wafer yaitu jenis bahan baku dan pemadatan hamparan
pada mesin pengempaan .Lalitya (2004).
4.2.5.2 Pellet
Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan dari bahan
konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan.
Menurut Patrick dan Schaible (2008), keuntungan pakan bentuk pelet adalah
meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi
metabolis pakan, menumbuhkan bakteri patogen dan menurunkan jumlah pakan
yang tercecer. Selain itu keuntungan pakan pellet yaitu memperpanjang lama
penyimpanan dan menjamin terjaganya keseimbangan zat-zat nutrisi pakan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, bahan baku untuk pembuatan pakan
bentuk pelet yaitu kulit nanas 300 gram,daun ketela rambat 200 gram ,dedak 200
gram,kulit nopia 100 gram,ampas kecap 150 gram,tulang kambing 25 gram,dan
air secukupnya. Bahan baku yang digunakan untuk perekat adalah molases.
Menurut Maryati (2008), molases digunakan sebagai bahan pakan yang
mengandung karbohidrat sebagai sumber energi dan mineral.
Pellet dibuat secara mekanis Menurut Tjokroadikusoemo (1989), umumnya
proses pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu 1) pengolahan pendahuluan
meliputi pencacahan, pengeringan dan penghancuran menjadi tepung, 2)
Pembuatan pelet meliputi pencetakan, pendinginan dan pengeringan, 3) Perlakuan
akhir meliputi sortasi, pengepakan dan penggudangan.Pellet yang memiliki
densitas tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang
tercecer.Pembuatan pellet terdiri dari beberapa komponen sementara ada pilihan
spesifikasi berdasarkan jenis komponennya.Fani (2012)
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan
1.Jenis-jenis hijauan bisa berasal dari rambanan,garminae,leguminosa,dan limbah
pertanian.sedangkan untuk konsentrat yaitu terdiri dari bahan pakan yang
mengandung energi,mineral,protein,dan zat aditif.
2 Alat laboratorium terdiri atas alat laboratorium luar dan alat laboratorium
dalam. Alat-alat yang ada didalam laboratorium memiliki fungsinya masing-
masing sehingga memiliki bentuk, nama, dan spesifikasi yang berbeda
3. Pembuatan silase hijauan bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi hijauan.
Amoniasi yaitu salah satu cara untuk meningkatkan kecernaan protein dalam
ransum ternak
4. Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan dari bahan konsentrat
atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Wafer
merupakan salah satu bentuk pakan yang berisi nutrisi yang lengkap
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam melakukan kegiatan praktikum lebih berhati-hati
2. Selalu menjaga kebersihan pada saat praktikum
3. Teliti pada saat melakukan perhitungan dan diharapkan pengadaan alat
diperbarui agar praktikan dapat melaksanakan semua acara praktikum dengan
tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, Hadi, M., Fadhilah, Risnawan, E. 2016. Pengantar Praktikum Kimia
Organik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. DIKTI. Jakarta.
Bahri, Syaiful. 2008. Evaluasi Energi Metabolisme Pakan Lokal pada Ayam Petelur.
Jurnal Agroland. (15) : hal 75-78
Bata, Muhammad. 2008. Pengaruh Molases Pada Amoniasi Jerami Padi
Menggunakan Urea Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
Organik In Vitro. Jurnal Agribisnis Peternakan. 8 (2).
Cairns. 2008. Applied Animal Nutrition; Feed and Feeding. Third Edition. Prentice-
Hall, Inc : New Jersey
Coleman and Lawrence.2000. Chemical Engineering Handbooks, Me. Graw Hill,
New York
Damayanti,R.2010.Kinerja Alat Bom Kalorimeter Pada Pengukuran Nilai Kalori
Tepung Beras dan Tepung Tapioca.Universitas Diponegoro Semarang
Fani,Fanya.2012.Kriteria Pakan Berkualitas.Universitas Indonesia.Press.Jakarta
Guntoro, Suprio. 2008. Membuat Pakan Ternak Dari Limbah Perkebunan.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Hanafi,ND.2008.Teknologi Pengaweran Pakan Ternak .Universitas Sumatera
Utara.Medan
Hartadi, H., Soedomo R., Dan A.D. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hartadi, H. 2012. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta.
Hartati, Sri. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Jaelani A. 2010. Kualitas Sifat Fisik Dan Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit Dari
Berbagai Proses Pengolahan True Palm. Jurnal Al – Ulum. 33(3)
Kartadisastra, H. R. 2008. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.
Kanisius. Jakarta.
Khalil. 2009. Pengelolaan Sumber Daya Bahan Makanan Ternak Bahan Kuliah
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Khomar,A.1984.Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak.Yayasan
Dian Grahita.Bandung
Lalitya, D. 2004. Pemanfaatan Serabut Kelapa Sawit Dalam Wafer Ransum Komplit
Domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Maryati, B. A. 2008. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Mujnisa, 2010. Pembuatan Pakan Ternak Unggas. Penerbit Amisco. Jakarta
Moningka, Rantan dan Ginting,.S.P. 2008. Penggunaan Solid E Decanter Sebagai
Perekat Pembuatan Pakan Komplit Berbentuk Pelet: Evaluasi Fisik
Pakan Komplit Berbentuk Pelet. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner.
Munier,.F.F,. 2011. Evaluasi Karakteristik Silase Campuran Kulit Jagung Dan Daun
Lamtoro (Leucaena Leucochepala) Tanpa Dan Dengan Molases.
Noviagama, V.R. 2012. Penggunaan tepung gaplek sebagai bahan perekat alternatif
dalam pembuatan wafer ransum komplit. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Novyta C.Thomas,Charles H.L.Kaunang.M.Najoan.2017.Potensi Hijauan Pakan Dan
Kapasitas Tampung Ternak Sapi Di Bawah Pohon Kelapa Di Kecamatan
Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe.Jurnal LPPM Bidang
Sains dan Teknologi .Nomor 2.
Nugroho, F.D. 2001. Performans Sapi Batina Brahman Cross Yang Diberi Wafer
Ransum Komplit Berbahan Baku Jerami Padi. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurlina.Siti.2008.Teknologi Bahan.Bargei Media.Malang
Patrick and Schaible. 2008. Silase Technology, A trainer Manual. PODF for The
Asia and The Pacific. Inc. 15-24
Permata.A,.R .2012.Pengaruh Amoniasi Dengan Urea Pada Ampas Tebu Terhadap
Kandungan Bahan Kering,Serat Kasar,dan Protein Kasar Untuk
Penyediaan Pakan Ternak.Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga.Surabaya
Purbowati E. 2009. Usaha Pengggemukan Domba. Penebar Swadaya. Depok
Putra S. 2014. Perbaikan Mutu Pakan Yang Di Suplementasi Seng Aseat Dalma
Upaya Meningkatkan Populasi Bakteri Dan Protein Mikroba. Jurnal
Nutrisi Ternal. 3(2)
Rahardi, Muhammad. 2009. Uji kualitas Amoniasi Jerami Padi. Jurnal Agribisnis
Peternakan
Rahardjo.2004.Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum.Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman.Purwokerto
Retnani, Y., L. Herawati dan S. Khusniati. 2011. Uji Sifat Fisik Ransum Broiler
Starter Bentuk Crumble Berperekat Tepung Tapioka, Bentonit dan
Onggok. JITP. 1 (2)
Ridwan. 2008. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum
lBL2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum).
Institut Pertanian Bogor
Salim, R., B. Irawan, Amirudin, H. Hendrawan, dan M. Nakatani. 2002.
Produksi dan Pemanfaatan Hijauan. Penerbit Dairy Technology
Improvement Project in Indonesia.
Saking.N,Qamariyah N.2017.Identifikasi Hijauan Makanan Ternak Lokal
Mendukung Produktivitas Sapi Potong Di Sulawesi Selatan.Prosedur
Seminar Nasional.558-565
Schalbroeck.2001.Toxicologikal Evaluation Of Reduksi Mold Rice.DFG-Senate
Comision On Food Savety.Ternak Monogastrik.Karya Ilmiah.Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.Bogor
Shiddieqi, M. I. 2008. Pakan Ternak Jerami Olahan. Departemen Produksi. Ternak,
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung
Sudarmadji. 2008. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta
Suparjo. 2014. Analisi Bahan Pakan Secara Kimiawi. Fakultas Peternakan.
Universitas Jambi. Jambi
Suprijanto., T. Ratnaningsih dan I. Prasetyaningrum. 2010. Biokonversi Selulose dari
Limbah Tongkol Jagung Menjadi Glukosa Menggunakan Jamur
Aspergilus niger. Jurnal Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi
Surabaya
Sutardi, Tri Rahardjo. 2003. Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum. Purwokerto :
Universitas Jenderal Oedirman.
Sutardi. 2009. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto
Tambak Manurung.1999.Penggunaan Hijauan Leguminosa Pohon Sebagai Sumber
Protein Ransum Sapi Potong.Balai Penelitian Ternak,Bogor.Indonesia
Tillman, A.D. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Tjokrokoesoemo, P. S. 1989. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia.
Jakarta.
Wijaya, A. 2008. Pengaruh Imbangan Hijau dengan Konsentrat Berbahan Baku
Limbah Pengolahan Hasil Pertanian dalam Ransum terhadap Penampilan
Sapi PFH Jantan. Universitas Sebelas Maret Solo
Wina.E.2001.Tanaman Pisang Sebagai Ternak Ruminansia.Jurnal Watazoa
11(1):20-27

Anda mungkin juga menyukai