makalah
Oleh :
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga
Makalah Mikrobiologi Pangan “Fermentasi Sauerkraut” kami pada akhirnya bisa
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang
selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat
disusun dengan baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sayur kol atau kubis termasuk sayuran yang kaya akan vitamin B dan C
serta mineral berupa kalsium dan fosfor. Rokayya et al. (2013) menyatakan bahwa
kubis mengandung senyawa fenol dan flavonoid yang berperan sebagai
antioksidan dan aktivitas antioksidan pada kubis hijau sedikit lebih rendah
dibandingkan kubis merah. Umumnya masyarakat di Indonesia mengkonsumsi
kubis sebagai sayur yang dimakan mentah atau telah diolah. Sayuran kol banyak
ditanam di Indonesia dan jumlah produksinya melimpah. Menurut Badan Pusat
Statistik Provinsi Aceh (2013) produksi kol di Aceh mencapai 50,59 ton. Rata-
rata konsumsi sayuran di masyarakat Aceh hanya 22,48 ton sehingga jumlah
produksi tidak termanfaatkan secara optimal dan sering menjadi limbah pasar
Sauerkraut dapat diartikan sebagai kubis asam dan secara luas dikonsumsi
di Eropa Tengah dan Selatan serta Amerika Serikat. Meskipun berarti kubis asam
namun dalam pembuatannya menggunakan garam sehingga sering juga disebut
asinan kubis, hanya saja sayurannya setelah layu diiris tipis-tipis. Dan dalam
1
proses fermentasi ada faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan pembuatan
sauerkraut. Dalam proses fermentasi asinan kubis, garam akan menyebabkan
cairan yang mengandung nutrisi dari sayuran kubis akan keluar dan dapat
dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat. Selain itu garam juga berperan
menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk maupun patogen (Enwa, 2014).
Pandey dan Garg (2013), menyatakan bahwa sauerkraut merupakan salah satu
makanan fermentasi yang mempunyai daya cerna yang lebih baik dan biasanya
dimakan bersama makanan lain untuk meningkatkan selera.
2
1.4 Manfaat Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
per 100 gram
Kalori (kcal) 18
Jumlah Lemak (g) 0,1
Lemak Jenuh (g) 0
Lemak Tak Jenuh Ganda (g) 0,1
Lemak Tak Jenuh Tunggal (g) 0
Kolesterol (mg) 0
Natrium (mg) 661
Kalium (mg) 170
Karbohidrat (g) 4,3
Serat Pangan (g) 2,9
Gula (g) 1,8
Protein (g) 0,9
Vitamin A (IU) 18
Vitamin B6 (mg) 0,1
Vitamin B12 (µg) 0
Vitamin C (mg) 14,7
Vitamin D (IU) 0
Magnesium (mg) 13
Kalsium (mg) 30
5
d. Aquades
e. NaOH
f. Larutan iodin
g. Larutan standar asam askorbat
6
2.3 Metode Pembuatan Fermentasi Sauerkraut
Proses penggaraman
yakni dengan
Masukkan kedalam
melumuri sayur kol
toples kaca lalu tekan Diaduk hingga rata
yang telah diiris tipis-
hingga padat
tipis dengan garam dan
juga merica
7
asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat yang terbentuk saat gula
di dalam sayuran berfermentasi.
Kol yang mengandung gula alami dan komponen nutrisi lainnya dapat
digunakan sebagai substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Sifat
terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk
memfermentasikan gula menjadi asam laktat. Asam laktat dapat menghambat
pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan (mikroba pengganggu). Fermentasi
asam laktat dapat mengilminasi parasit-parasit dan mikrobamikroba pathogen
tinja yang terdapat pada sayur-sayuran apabila tinja manusia atau hewan
digunakan sebagai pupuknya (Koswara, 2013).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sauerkraut memiliki rasa yang khas yaitu rasa masam pada sayur kol yang
telah difermentasi. Proses pembuatan sauerkraut adalah fermentasi
homofermentatif dengan jenis bakteri utamanya Leuconostoc mesenteroides,
Lactobacillus brevis, Pediococcus pentosaceus, dan Lactobacillus plantarum
dengan populasi 108 sampai 109 cfu.
1. Mengandung serat yang baik untuk pencernaan dan daya tahan tubuh
2. Mengandung sumber vitamin C, B, dan K
3. Rendah kalori, tinggi kalsium dan mangan
4. Kaya akan enzim
5. Mengandung asam folat, zat besi, potassium, tembaga dan mangan
yang
baik bagi kesehatan tubuh.
9
10
3.2 Saran
Sebaiknya saat melakukan fermentasi sauerkraut pada sayur kola tau kubis
hendaknya kita dapat memastikan kualitas dan jenis sayuran yang akan digunakan
serta memperhatikan kondisi tempat dan suhu sehingga fermentasi yang dilakukan
dapat berhasil dan memiliki kandungan manfaat yang baik untuk tubuh.
11
DAFTAR PUSTAKA
Susilowati, Sri dan Handini. 2016. Uji Kimia, Mikrobiologi dan Organoleptik
”Indonesia Sauerkraut" Dengan Cabai dan Bawang Putih. Jurnal Seminar
Nasional dan Gelar Produk, 1-10.
Utama, C.S. dan A. Mulyanto. Potensi Limbah Pasar Sayur Menjadi Starter
Fermentasi. Jurnal Kesehatan, 1, 6-13.
Yusmarini, U. Pato, V.S. Johan, S. Fitriani, Rahmayuni dan P.B. Zelviani. 2019.
Karakteristik Asinan Kubis yang Dibuat dengan Penambahan Isolat
Lactobacillus Plantarum 1Ju. Jurnal Teknologi Pangan, 1, 39-47.
12