Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS INTRUMENTASI II

ANALISIS LIMBAH PERTANIAN

Oleh:

Kelompok 6

Alma Tindi B 170332614554

Binti Lazimatul 170332614526

Digwanggi Arum 170332614579

Hamidah 170332614555

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian belum mampu dilakukan penduduk untuk menjadi icon
Indonesia sebagai negara agraris yang saat ini digencarkan pembangunan pada
sektor industry. Salah satu sektor penyumbang sebagian besar limbah di Indonesia
adalah sektor pertanian. Limbah merupakan sisa hasil sampingan dari suatu usaha/
kegiatan manusia yang tidak bermanfaat dan/atau tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah dapat berasal dari mana saja termasuk pemukiman penduduk atau
domestik, industri, pertanian, pertambangan dan pariwisata. Adapun limbah
pertanian sendiri adalah sisa atau buangan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian
maupun industri pengolahan hasil pertanian.
Secara umum limbah pertanian dibagi menjadi limbah pra panen, pasca
panen dan limbah industri hasil pertanian. Limbah pertanian pra panen meliputi
sebelum hasil utamanya diambil seperti daun, ranting, atau daun yang gugur.
Limbah pertanian pasca panen meliputi sisa tanaman dari hasil panen seperti
daun, batang atau jerami. Sedangakan sisa atau buangan dari pabrik atau industri
pengolahan hasil pertanian adalah limbah industri pengolahan hasil pertanian.
Limbah pertanian tersebut bila tidak ditangani secara baik pasti akan
menimbulkan polusi lingkungan.
Limbah pertanian ditimbulkan dari adanya penggunaan bahan kimia yang
menyebabkan pencemaran lingkungan seperti contoh penggunaan pestisida dan
pupuk sintetik. Selain itu, juga ada limbah cocok tanam seperti jerami yang
berlimpah dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah. Kegiatan
petani yang selama ini lebih banyak membakar sisa hasil pertanian seperti jerami
dan gulma yang akan menyumbang cukup banyak karbondioksida yang menjadi
salah satu penyebab pemanasan global.
Limbah pertanian bila tidak ditangani dengan baik maka dapat
mencemari lingkungan. Pencemaran limbah tersebut akan berdampak pada air,
tanah, maupun udara. Pencemaran oleh limbah pertanian dapat diatasi/dicegah
dengan cara mengelola atau mendaur ulang limbah tersebut. Upaya pengelolaan
limbah dapat meminimalisir adanya pencemaran sehingga lingkungan menjadi
sehat.
Secara umum wujud limbah dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu
limbah padat, cair, dan gas. Ketiga jenis limbah ini dapat dikeluarkan sekaligus
oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada di industri
pertanian.
.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahi berbagai karakteristik limbah pertanian
2. Untuk mengetahui cara menganalisis kandungan limbah pertanian
dengan instrumentasi kimia
3. Untuk memahami cara mengolah limbah pertanian
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Limbah merupakan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi dari industri maupun domestik yang tidak dikehendaki lingkungan dan
tidak memiliki nilai ekonomis. Karakteristik limbah secara fisik dapat dilihat dari
warna, bau, tingkat kekeruhan, bentuk, temperatur, total solid (TS) dan total
dissolved solid (TDS). Karakteristik limbah secara kimia dapat dilihat dari
biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), dissolved
oxygen (DO), ammonia, sulfida, fenol, pH, dan logam berat. Adapun karakteristik
limbah secara biologi dapat diketahui dari banyaknya mikroorganisme yang
terkandung dalam limbah. Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat
digolongkan menjadi limbah cair, limbah padat, dan limbah gas (Wikana dan
Lautloly, 2008).
Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau
dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan
ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada
dalam fase cair. Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas
atau berada dalam fase gas (Rinekso dkk, 2013). Adapun di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah
B3. Limbah B3 merupakan semua limbah baik yang berbentuk padat, cair maupun
gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia dan juga
lingkungan akibat dari sifat-sifat yang dimiliki oleh senyawa tersebut (Setiowati
dan Furqonita, 2007). Abdurrahman (2008) menambahkan bahwa limbah
berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok diantaranya
yaitu limbah mudah meledak, limbah mudah terbakar, limbah beracun, limbah
penyebab infeksi, dan limbah korosif.
Limbah memiliki dampak negatif bagi lingkungan hidup baik pada
kesehatan maupun kelangsungan hidup masyarakat. Limbah yang di hasilkan oleh
industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah tersebut tidak
diolah dengan baik. Limbah tersebut dapat menimbulkan pencemaran seperti
timbulnya gas beracun (asam sulfida (H 2S), amoniak (NH3), methan (CH4), CO2
dan lain-lain), dapat menimbulkan penurunan kualitas udara dan kualitas air serta
terjadi kerusakan permukaan tanah (Arief, 2012). Air limbah yang berasal dari
buangan domestik atau buangan limbah cair klinis biasanya mengandung senyawa
pencemar organik yang cukup tinggi. Adapun air limbah yang berasal dari
laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat. Oleh karena itu, air
limbah tersebut perlu dilakukan pengolahan awal secara kimia dan fisika sebelum
dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah agar tidak mencemari lingkungan
(Aldy, 2011).
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Limbah Pertanian


Karakteristik limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu karakteristik fisika,
karakteristik kimia dan karakteristik biologi (Retnosari dan Shovitri, 2013).
Karakteristik fisik dari limbah meliputi warna limbah, bentuk limbah, bau limbah,
asal limbah, sifat limbah dan tingkat kekeruhan dari limbah. Cara
mengidentifikasi warna limbah, bentuk limbah, sifat limbah dan tingkat
kekeruhan limbah dapat dilakukan dengan mengamatinya secara mata telanjang.
Adapun cara untuk mengamati dan mengetahui bau limbah yaitu dengan cara
membuka botol limbah dan menciumnya sambil mengipas-ngipas limbah.
Ada berbagai macam karakteristik limbah pertanian, misalnya limbah
padat tempe yaitu berwarna kuning, berbau kecut, dan berbentuk lunak,
sedangkan karakteristik limbah cairnya meliputi berwarna kuning, baunya seperti
gula merah, bentuknya encer, dan keruh. Karakteristik dari limbah padat tebu
yaitu berwarna hitam pekat, tidak berbau, dan berbentuk berbentu serbuk halus,
sedangkan karakteristik limbah cairnya meliputi berwarna hitam pekat, berbau
busuk, bentuknya cair encer, dan pekat. Karakteristik dari limbah padat tahu yaitu
berwarna putih kekuningan, berbau asam, dan berbentuk serbuk lembek,
sedangkan karakteristik limbah cairnya meliputi berwarna putih kekuningan,
baunya asam, bentuknya cair, dan keruh.

3.3 Cara Menganalisis Kandungan Limbah Pertanian


Ada berbagai macam cara untuk menganalisis kandungan limbah hasil
pertanian, yang tentunya metode-metode tersebeut disesuaikan dengan jenis
limbah yang akan dianalisis. Secara umum untuk mengetahui suatu limbah
pertanian itu berbahaya atau tidak dapat dilakukan dengan cara yang cukup
sederhana yaitu:
1. Mengambil limbah cair sebanyak ± 200 ml dari 3 titik areal yang tercemar atau
dari sumber asal limbah. Menempatkan pada botol tertutup
2. Mengambil limbah padat sebanyak ± 200 g dari 3 titik sumber asal limbah.
3. Mengidentifikasi limbah hingga diperoleh hingga diperoleh karakteristik
limbah yang lengkap (bau, warna, bentuk dll.)
4. Melakukan analisis pH limbah cair dan limbah padat dengan rasio (1:10).
5. Melakukan analisis daya hantar listrik dengan DHL meter.
6. Melakukan analisis TDS.
Manfaat yang diperoleh setelah melakukan analisis kandungan yaitu dapat
mengetahui beberapa karakteristik fisik dari berbagai macam limbah yang telah
diamati. Setiap jenis limbah antara yang satu dengan yang lainnya memiliki
karakteristik tersendiri. Adapun dengan mengetahui karakteristik limbah, kita
dapat mengetahui bahwa limbah tersebut termasuk bersifat berbahaya atau tidak
berbahaya bagi manusia maupun lingkungan, terutama untuk aktivitas pertanian.
Selain itu, kita dapat mengetahui cara pengelolaan limbah yang sesuai
berdasarkan karakteristik limbah yang diamati agar tidak mencemari lingkungan.
Harapannya setelah mengetahui cara pengelolaan limbah yang sesuai, masyarakat
dapat menerapkan cara-cara pengolahan limbah. Ketika masyarakat telah
menerapkan pengolahan limbah dengan baik dan benar maka dampak positif akan
diperoleh oleh masyarakat yaitu lingkungan akan menjadi sehat dan bersih. Hal
tersebut juga berdampak pada pencemaran yang disebabkan oleh limbah dapat
ditekan atau diminimalisir.
Berikut disertakan satu contoh studi kasus tentang analisis dan penanganan
limbah pertanian:
3.3.1

3.2 Pengelolaan Limbah Pertanian


Limbah dapat menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan
apabila tidak dikelola secara tepat. Pengelolaan limbah merupakan kegiatan
terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi
(segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah.
Pengelolaan limbah menjadi salah satu rekomendasi yang dapat dilakukan dalam
menanggulangi masalah pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengelolaan lebih lanjut terhadap limbah baik limbah padat, cair maupun gas agar
limbah tersebut aman bila dibuang ke lingkungan. Menurut Departemen
Perindustrian (2007), pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan
karakteristik bentuknya dintaranya yaitu:
1. Pengelolaan limbah cair
Pengelolaan limbah cair dapat dilakukan dengan cara pengolahan biologi
baik secara aerob maupun anaerob. Proses pengolahan limbah secara aerobik
merupakan proses pengolahan limbah yang memanfaanfaatkan bakteri aerobik
dengan menggunakan oksigen sebagai bahan energi untuk metabolismenya.
Sedangkan proses pengolahan limbah secara anaerobik merupakan salah satu
sistem pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme yang
bekerja pada kondisi anaerob. Adapun beberapa sistem pengolahan limbah cair
diantaranya yaitu:
a. Sistem Lumpur Aktif
Sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama yaitu bioreaktor
(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Limbah cair dan biomassa dicampur secara
sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Suspensi biomassa dalam limbah cair
kemudian dialirkan ke tangki sedimentasi dimana biomassa dipisahkan dari air
yang telah diolah. Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan ke
bioreaktor, dan air yang telah terolah baru dibuang ke lingkungan.

Gambar 1. Skema Sistem Lumpur Aktif


b. Sistem Trikling filter
Sistem Trickling filter terdiri atas tumpukan media padat dengan
kedalaman sekitar 2 m yang berbentuk silinder. Limbah cair disebarkan ke
permukaan media bagian atas dengan lengan distributot berputar dan air kemudian
mengalir ke bawah melalui lapisan media. Polutan dalam limbah cair yang
mengalir melalui permukaan media padat akan terabsorps oleh miikroorganisme
yang tumbuh dan berkembang pada permukaan media padat tersebut. Setelah
mencapai ketebalan tertentu, biasanya lapisan biomassa ini terbawa aliran limbah
cair ke bagian bawah. Limbah cair di bagian bawah dialirkan ke tangki
sedimentasi untuk memisahkan biomassa dan selanjutnya air limbah baru dibuang
ke lingkungan.

Gambar 2. Skema Sistem Lumpur Aktif


c. Sistem RBC (Rotating Biolocal Disk)
Sistem RBC terdiri atas deretan cakram yang dipasang pada as horisontal
dengan jarak sekitar 4 cm. Contoh RBC dapat dilihat pada gambar 3. Sebagian
dari cakram tercelup dalam limbah cair dan sebagian lagi kontak dengan udara.
Pada saat as diputar maka permukaan cakram secara bergantian kontak dengan
limbah cair dan kemudian kontak dengan udara. Akibatnya mikroorganisme
tumbuh pada permukaan cakram sebagai lapisan biologis (biomasa), dan
mengabsorpsi bahan organik dalam limbah cair.

Gambar 3. Skema RBC


d. Sistem SBR (Sequencing Batch Reactor)
Sistem SBR adalah suatu sistem lumpur aktif yang dioperasikan secara
curah. Proses dalam sistem SBR sama dengan sistem lumpur aktif yaitu aerasi dan
sedimentasi untuk memisahkan biomassa. Pada SBR kedua proses tersebut
berlangsung secara bergantian pada tangki yang sama. Proses sistem SBR terdiri
atas lima tahap yaitu pengistan, reaksi (aerasi), pengendapan (sedimentasi),
pembuangan, dan istirahat.

Gambar 4. Skema SBR


e. Kolam Oksidasi
Sistem kolam atau disebut juga sebagai kolam oksidasi merupakan salah
satu sistem pengolahan limbah cair secara konvensional dan merupakan
perkembangan dari cara pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air.
Pada sistem kolam, konsentrasi mikroorganisme relatif kecil dimana suplai
oksigen dan pengadukan berlangsung secara alami sehingga proses perombakan
bahan organik berlangsung relatif lama dan pada area yang luas. Berbagai jenis
mikroorganisme baik aerobik maupun an aerobik berperan dalam proses
perombakan.
Gambar 5. Mekanisme Perombakan Limbah pada Kolam Oksidasi
f. Sistem UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blanket)
Sistem UASB merupakan salah jenis reaktor anaerobik yang paling
banyak diterapkan untuk pengolahan berbagai jenis limbah cair. Berbeda dengan
proses aerobik, dimana bahan organik dikonversi menjadi produk akhir berupa
karbon dioksida dan air, pada proses anaerobik sebagai produk adalah gas metana
dan karbondioksida. Mikroorganisme merombak bahan organik menjadi biogas.

Gambar 6. Skema UASB


g. Septik Tank
Sistem septik tank merupakan salah satu cara pengolahan limbah cair
yang paling sederhana. Proses perombakan limbah cair dalam sistem septik tank
berlangsung dalam kondisi anaerobik. Sistem septik tank harus dilengkapi dengan
fasilitas untuk peresapan efluen. Sistem ini dapat diterapkan untuk hampir semua
jenis limbah dengan kadar bahan organik tinggi.
Gambar 7. Penampang Melintang dari Septik Tank
2. Pengelolaan limbah padat
Pengelolaan limbah padat dapat dilakukan dengan cara pengomposan dan
dapat digunakan untuk biogas. Berikut penjelasannya lebih lanjut, yaitu:
a. Pengelolaan limbah padat menjadi kompos
Pengomposan adalah suatu proses biologis dimana bahan organik
didegradasi pada kondisi aerobik terkendali. Dekomposisi dan transformasi
tersebut dilakukan oleh bakteri fungi dan mikroorganisme lainnya. Pada kondisi
optimum, pengomposan dapat mereduksi volume bahan bau sebesar 50-70 %.
Kompos memiliki tekstur dan bau seperti tanah. Kompos dapat meningkatkan
kandungan bahan organik dan nutrien, serta memperbaiki tekstur dan kemampuan
untuk mempertahankan kelembaban tanah. Pemanfaatan limbah utuk pembuatan
kompos memberikan manfaat yang sangat menguntungkan bagi pihak peternak
maupun lingkungan. Selain mengurangi dampak pencemaran lingkungan juga
dapat bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian atau pekebunan bahkan
menjadi peluang usaha tersendiri dari peternak dengan penjualan kompos ke
masyarakat dan petani lainnya.

b. Pengelolaan limbah padat menjadi biogas


Limbah padat dari industri pangan maupun peternakan sangat berpotensi
besar dalam pengembangan energi alternatif yakni biogas. Pada prinsipnya
teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi
(pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri
metan sehingga dihasilkan gas metan. Energy biogas mengandung nilai kalori
lebih tinggi dari kayu, arang dan minyak tanah. Energi alternatif tersebut juga
dapat menguragi bau kotoran ternak karena proses penguraian bahan organic yang
berlangsung. Hasil biogas dari rata 3 – 5 ekor sapi tersebut setara dengan 1-2 liter
minyak tanah/hari (Rahmawati, 2013).
3. Pengelolaan limbah gas
Salah satu cara yang. efektif untuk pengelolaan limbah gas adalah
pengolahan secara biologis, karena komponen penyebab bau umumnya dalam,
konsentrasi sangat rendah. Pengolahan limbah gas secara biologis didasarkan pada
kemampuan mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik maupun
anorganik dalam limbah gas penyebab bau. misalnya amonia, amina, fenol,
formaldefild, fildrogen sulfida, ketone, asam-asam lemak. Berikut skema
pengolahan limbah gas :

Gambar 1. Skema pengolahan limbah gas secara biologis


Skema diatas menunjukkan proses pengolahan limbah gas secara
biologis. Limbah gas atau polutan dalam proses tersebut berfungsi sebagai
makanan (substrat) bagi mikroorganisme dan selanjutnya diubah menjadi produk-
produk yang tidak menimbulkan masalah, seperti air, karbon dioksida, biomassa,
(garam-garaman, dan lain-lain). Pengolahan limbah gas secara biologis dapat
diaplikasikan untuk merombak polutan yang bersifat toksik, korosif, dan odor
intensif. Proses pengolahan limbah gas secara biologis dapat dilakukan di dalam
instalasi biofilter, biowasher, atau tricklingfilter.
BAB 4

4.1 Kesimpulan
1. Setiap jenis limbah pertanian (tahu, tempe, tebu, dll.) baik padat maupun cair
menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
2. Analisis kandungan limbah dilakukan untuk mengetahui apakah suatu limbah
berbahaya atau tidak dan juga apakah kandungan suatu limbah dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Pengelolaan limbah merupakan rekomendasi yang tepat untuk mengatasi
limbah agar aman dibuang ke lingkungan. Pengelolaan limbah yang sesuai
dapat dilakukan berdasarkan karakteristik bentuknya.

4.2 Daftar Pustaka


Abdurrahman, D. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan.
Bandung: Grafindo Media Pratama.

Aldy, Z.E. 2011. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah. Jakarta:
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.

Angraini, M. Sutisna, dan Y. Pratama. 2014. Pengolahan Limbah Cair Tahu


secara Anaerob Menggunakan Sistem Batch. Institut Teknologi
Nasional, 1(2): 1-10.

Arief, L.M. 2012. Pengelolaan Limbah Padat di Industri. Esa Unggul, 24(1):
1-15.

Departemen Perindustrian. 2007. Pengelolaan Limbah Industri Pangan.


Jakarta: Sindu Permata.

Hiola, H.S.F., dan S. Nur. 2014. Parameter Kualitas Limbah Padat Rumah
Potong hewan Tamangapa Kota Makasar Senagai Bahan Baku
Pembuatan Pupuk Kompos. Bionature, 15(2): 137-141.

Kaharudin, dan F. Sukmawati. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum


Limbah Ternak Untuk Kompos dan Biogas. Nusa Tenggara Barat: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.

Munfiah, S., Nurjazuli, dan O. Setiani. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air
Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II
Kabupaten Demak. Kesehatan Lingkungan Indonesia, 12(2): 154-160.

Setiowati, T, dan D. Furqonita. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.

Anda mungkin juga menyukai