Anda di halaman 1dari 3

UTS TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Nama : Deswita Alya Maharani


NIM : 205040201111220
Kelas :F

1. Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat diIndonesia
karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai
dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Perbedaan teknologi padi secara konvensional
SRI ialah sebagai berikut.
a) Konvensional
Sistem ini menggunakan benih bermutu tersertivikasi, penanaman bibit umur 21–30
hari dengan 3–5 tanaman per lubang. Kebutuhan benih per hektarnya lebih sedikit
yakni berkisar 5-7 kg/ha. Pada sistem konvensional pupuk anorganik diberikan
berdasarkan rekomendasi umum atau setempat atau berdasarkan kemampuan petani
dan umumnya tidak diberikan pupuk organik saat budidaya. Air irigasi pada sistem
konvensional diberikan secara tergenang terus menerus sedalam 5-10 cm,
pengendalian hama dan penyakit umumnya menggunakan pestisida, dengan jarak
tanam pada umumnya adalah 20 cm x 20 cm. Pengolahan lahan umumnya dilakukan
2-3 kali.
b) SRI
Pada sistem SRI tidak diberikan pupuk anorganik. Namun, diberikan pupuk organik
yakni penggunaan kompos bisa mencapai 15 ton/ha (bisa berupa kohe atau kotoran
hewan dan juga pukan/pupuk kandang dengan tambahan jerami padi sisa panen).
Pengairan diberikan secara berselang, kondisi tanah tidak digenangi tetapi tetap
lembab yang dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Kemudian, setelah
pembungaan sawah digenangi air sedalam 1-3 cm. Sistem tanamnya menggunakan
jarak yang cukup lebar seperti sistem tegel 30 cm x 30 cm. Pembibitan dilakukan
dengan menanam 1 bibit per lubang, dimana bibit dipindah ke lapangan lebih awal
yakni pada saat umur 8-15 hari. Kebutuhan benihnya lebih banyak jika dibandingkan
dengan sistem konvensional yakni berkisar 25 kg/ha. Gulma dapat berkembang
dengan pesat pada tanaman padi menggunakan metode SRI (System of Rice
Intensificatin). Hal ini dikarenakan penggunaan jarak tanam yang lebih lebar dari pola
petani biasa dan didukung oleh pengaturan air yang macak‐ macak atau basah.
Pengolahan lahan umumnya dilakuakn 3 kali hingga strukturnya lumpur dan rata.
2. SRI merupakan salah satu teknik budidaya padi yang berpeluang besar untuk dapat
meningkatkan produktivitas padi sawah di Indonesia dengan cara mengubah pengelolaan
tanaman, tanah, air, dan unsur hara yang terbukti telah meningkatkan produktivitas padi
sebesar 50%. Uji coba teknik SRI pertama kali dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian
dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi Jawa Barat menghasilkan padi rata-rata 8,2
ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode
yang biasa dipakai petani. Teknologi SRI bisa menjadi pilihan teknologi yang menarik
dalam usahatani padi karena ada efisiensi penggunaan input benih dan penghematan air
serta mendorong penggunaan pupuk organik. Dengan demikian bisa menjaga kesuburan
tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik. Oleh karena itu, metode
SRI ini kerap disebut sebagai metode ramah lingkungan karena tidak menggunakan
bahan kimia dan juga bebas pestisida. Sehingga, jika ditinjau manfaat jangka panjangnya
maka prospek teknologi SRI di Indonesia dapat mewujudkan keseimbangan ekologi
tanah, menghasilkan produksi beras yang sehat rendeman tinggi sehingga pendapatan
yang diperoleh semakin meningkat (petani menjadi lebih makmur), serta mewariskan
tanah yang sehat untuk generasi mendatang.
3. Sistem tanam benih langsung (TABELA) merupakan sistem penanaman padi tanpa
persemaian dan pemindahan bibit ke lahan utama. Sistem tabela ini dibedakan menjadi
dua cara yaitu langsung dalam larikan atau tanam benih merata pada areal pertanaman.
Penggunaan TABELA ini dapat mengurangi biaya tanam sekitar 80%, dapat mengatasi
permasalahan minimnya tenaga kerja, menghemat waktu tanam dan biaya tanam,
meminimalkan penggunaan benih, serta merupakan teknologi tepat guna yang sederhana.
Sehingga, potensi atau prospek dari sistem Tabela ini disebutkan dapat memperpendek
umur panen dengan hasil yang lebih tinggi baik gabah maupun berasnya.
4. Diketahui:
Jarak tanam = 70 cm x 20 cm
Dosis pupuk kandang = 20 ton/ha
Dosis pupuk anorganik = 300 kg/ha urea + 150 kg/ha SP36 + 100 kg/ha KCl
Ditanya:
Bagaimana cara aplikasi/pemupukan kedua jenis pupuk disertai perhitungan pupuknya?
Jawab:
a) Populasi Tanaman = luas lahan/jarak tanam
= 10.000 m2/ 0,7 x 0,2
= 47.619 tanaman
b) Kebutuhan pupuk kandang = kebutuhan pupuk per petak / populasi tanaman
= 20.000/47.619
= 0,42 kg/tanaman
c) Kebutuhan pupuk urea = kebutuhan pupuk per petak / populasi tanaman
= 300/47.619
= 0,0063 kg/tanaman
d) Kebutuhan pupuk SP36 = kebutuhan pupuk per petak / populasi tanaman
= 150/47.619
= 0,00315 kg/tanaman
e) Kebutuhan pupuk KCl = kebutuhan pupuk per petak / populasi tanaman
= 100/47.619
= 0,0021 kg/tanaman
f) Cara aplikasi kedua jenis pupuk tersebut diberikan dengan cara mengkombinasikan
pupuk kandang dengan pupuk anorganik. Waktu pemupukan diberikaan saat awal
tanam (pemupukan dasar) dengan menggunaan pupuk kandang / organik. Dilanjutkan
dengan pupuk susulan berupa pupuk anorganik yang dilakukan selang 3 minggu.
Terakhir pemupukan susulan kedua dilakukan pada umur 36 HST. Pemupukan dapat
dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak 5-15 cm dari batang.
5. Konsentrasi ZPT adalah 200 ppm. Cara membuat larutan dengan konsentrasi tersebut
ialah dengan memperhatikan kandungan bahan aktifnya atau disesuaikan dengan
perlakuan konsentrasi. Sebagai contoh, Pembuatan larutan pekat giberelin dilakukan
dengan cara melarutkan tablet giberelin kedalam 1000 ml air sesuai dengan konsentrasi
perlakuan. Adapun tingkat konsentrasi pemberian giberelin yaitu 0,2 g L-1 untuk
mendapatkan 200 ppm. Dalam arti lain, bisa juga dengan menambahkan 1 gram ZPT
giberilin dengan pengenceran yang dilakukan dengan menambahkan air hingga 1 liter.
Kemudian diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada bagian akar dan tunas tanaman.
Pemberian ZPT dapat dilakukan seminggu sekali yakni pada umur 2-11 MST.
Pelaksanaan dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan daun secara merata.

Anda mungkin juga menyukai