Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN TEH

(Camellia sinensis)

Tugas Teknologi Budidaya Tanaman

Oleh
Muzhajanah Widyawati

(20140210020)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015

TANAMAN TEH (Camellia sinensis)

a.

Sekilas Tanaman Teh

Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian


200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya
tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh
menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak
tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm
yang merata sepanjang tahun. Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk
tanaman teh yang dipetik sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung
dari keadaan tanaman di masing-masing daerah.
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis L)
dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah
pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan
dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh
subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari
dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m
tinggi. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai
sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk
memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang
cukup banyak.
Klasifikasikan tanaman teh sebagai berikut.
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Sub Kelas

: Dialypetalae

Ordo

: Clusiales

Familia

: Theaceae

Genus

: Camellia

Spesies

: Camellia sinensis

b.

Pengertian Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman merupakan suatu usaha untuk meningkatkan


kondisi lingkungan yang baik bagi tanaman. Langkah-langkah konkrit yang
dilakukan dalam pemeliharaan tanaman adalah penyiraman, pupuk dasar,
penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemberian pupuk, dan lain-lain
(Guntur, 2012).
Pemeliharaan tanaman juga sangat penting dalam pengelolaan taman
guna menentukan keberhasilan proyek pembangunan lanscape. Aspek
pemeliharaan tersebut meliputi pembersihan areal taman dan tanaman,
penyiangan gulma, teknik penggemburan tanah dan aerasi tanah, serta teknik
penyiraman. Teknik pemupukan tanaman, pamangkasan dan pengendalian
hama penyakit (Arifin dan Nurhayati 2000).
Untuk mendapatkan suatu tegakan yang mempunyai peran yang sangat
besar maka setiap pohon memerlukan pemeliharaan. Beberapa kegiatan
pemeliharan tanaman antara lain: penyulaman, penyiangan, pendangiran,
pemupukan, pemangkasan cabang, penjarangan tanaman, dan pengendalian
hama penyakit (Darjadi dan Hardjono 1976).

II.

PEMELIHARAAN TANAMAN TEH

1. Penyulaman
Penyulaman tanaman merupakan tindakan pemeliharaan untuk
meningkatkan presentase tanaman hidup dengan cara menanami kembali
pada lubang tanam yang tanamannya mati. Penyulaman dilakukan apabila

presentase hidup tanaman kurang dari 80%. Penyulaman pertama


dilakukan pada umur satu bulan setelah penanaman. Penyulaman kedua
dilakukan pada umur satu tahun setelah penanaman. Penyulaman tanaman
harus dilakukan pada waktu musim penghujan sebagaimana waktu layak
untuk penanaman. Penyulaman tanaman yang mati harus diganti dengan
yang baru. Bibit untuk menyulam adalah bibit terbaik dari klon yang sama.
Penyulaman dilakukan mulai 2 4 minggu setelah adanya penanaman.
Penyulaman harus dilakukan sampai tanaman berumur 2 tahun.
Penyulaman tahun pertama diperkirakan sekitar 10%, tahun ke 2 sebesar
5% sehingga tanaman menghasilkan populasi menjadi penuh (Effendi,dkk.
2010).
Biasanya bibit teh yang ditanam dikebun tidak semua terus
tumbuh, tentu ada yang mati. Bibit yang mati itu hendaknya lekas diganti,
supaya tanaman sulaman itu tidak terlalu terbelakang tumbuhnya, baik
dipergunakan bibit yang kuat dan yang sama umurnya. Banyak orang yang
suka menyulan dengan bibit stum yang sudah berumur2-3 tahun, sebab
bibit demikian jarang sekali tidak tumbuh, asal tanah dan iklimnya baik.
Selanjutnya sulaman dipupuk dan dipelihara baik-baik. Selain itu, dalam
kebun tua kadang-kadang ada tanaman yang mati karena penyakit atau lain
sebab. Jika tanaman yang mati hanya sedikit, biasanya lalu disulam dengan
bibit stum. Akan tetapi, jika tanaman yang mati banyak, kiranya perlu
diprtimbangkan apakah tidak lebih baik tanaman dikebun tadi dibongkar
semuanya untuk diganti dengan tanaman teh yang baru (Adisewojo, 1982).
2.

Penyiangan
Penyiangan tanaman adalah pengendalian gulma yang bertujuan
untuk mengurangi jumlah gulma sehingga populasinya berada di bawah
ambang ekologis. Gulma yang diprioritaskan seperti alang-alang, rumputrumputan dan liana. Penyiangan bertujuan untuk memberi ruang tumbuh
yang lebih baik bagi tanaman pokok dengan cara memberantas tanaman

pengganggu. Tanaman perlu disiangi jika 40-50% tanaman tertutup oleh


gulma atau tumbuhan liar (Guntur, 2012).
Pada penanaman teh, penyiangan dilakukan Satu setengah atau 2
bulan setelah tanaman ditanam, gulma mulai tumbuh teh perlu disiangi.
Penyiangan dapat juga dilakukan dengan herbisida bila tersedia.
Penyiangan dengan cara manualperlu diulangi 1,5 2 bulan kecuali ada
gangguan seranggan hama atau penyakit penyiangan dilakukan dengan
cara Strip weeding (Effendi, dkk. 2010) .
Penyiangan di kebun induk dimaksudkan untuk menghindarkan
saingan dari gulma terhadap pohon induk . penyiangan dilakukan secara
manual (disabit, dikored) atau secara kimiawi dengan disemprot herbisida.
Kebun induk harus dijaga agar tetap bersih dan tanahdi sekitar tanaman
tetap gembur (Djoehana, 2000).
3. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada
media tumbuh tanaman untuk menyeimbangkan unsur hara yang
diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman (Kosasih dkk, 2002).
Kegiatan pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara meletakkan pupuk dalam lubang
sedalam 5-10 cm sekeliling batang pada batas proyeksi tajuk tanaman.
Dosis pupuk disesuaikan dengan keperluan atau anjuran penggunaan
pupuk. Pemupukan dengan NPK dapat dilakukan dengan dosis 75-100
g/tahun/pohon (Marsono 1997).
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan
untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman teh. Oleh karena itu
pemupukan harus dilakukan pada waktu, dosis, jenis, dan pelaksanaan
yang tepat(Effendi,dkk. 2010)
a. Waktu
Irama penyerapan hara oleh setiap tanaman berbeda beda.

Tanaman teh dipetik teratur setiap seminggu sekali sehingga


penyerapan harapun akan mengikuti irama pemetikan. Oleh karena itu
hal penting dalam pemupukan adanya curah hujan di antara dua waktu
pemupukan, serta waktu

penyerapan

oleh

tanaman. Waktu

pemupukan terbaik, yaitu pada kondisi dimana jumlah curah hujan


antara 60 200 mm/minggu.
menyebabkan unsur hara

Kurang dari 60 mm/minggu

dari pupuk belum dapat diserap dengan

sempurna karena belum terurai secara keseluruhan. Sedangkan lebih


dari

200

mm/minggu

sebagian

akan

larut

terbawa

aliran

air(Effendi,dkk. 2010).
b. Dosis
Dalam rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang
tepat agar kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga dapat
menunjang

produktivitas

yang

ingin dicapai. Namun demikian

untuk mempermudah pemberian pupuk di lapangan pedoman umum


untuk

dosis pemupukan

sudah

harus

ditetapkan

baik

tanaman TBM maupun tanaman TM (Tabel 4 dan 5).


Kad T Ahun N
ar

ke:

P20 K2
5

MgO
**)

P20 K2

Mg

Bb.o
<5%

1
100 60 40 100 50 50 2
150 60 40 20
150 75 75 40
3
200 75 50 30
175 75 75 40
1
80 50 30 80 40 40 5-8% 2
120 50 30 20
120 60 60 30
3
150 60 50 30
160 60 60 30
1
70 50 20 70 30 30 >8% 2
100 50 30 20
110 50 50 25
3
130 60 40 20
140 50 50 25
Tabel 4. Dosis pemupukan (kg/ha/th) untuk tanaman menghasilkan (TM) dengan target produksi minimal 2.000 kg teh
kering/ha/th.
Jenis pupuk

Hara

Dosis

Aplikasi

optimal

setahun

untuk

Urea, Za
TSP, PARP

N
P2O5

MOP, ZK
Kieserit
Seng sulfat

K2O
MgO
ZnO

250 350
60 120*
15 - 40**
60 180
30 75
5 10

3 4 kali
1 2 kali
1 2 kali
2 3 kali
2 3 kali
7 10

Untuk tanah Andoisol/Regosol; **untuk tanah Latosol/Podsolik


C. Jenis pupuk
Prinsip pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan terjaganya
imbangan pupuk yang ada agar setiap waktu dibutuhkan tanaman sudah
tersedia. Pemberian pupuk tunggal dapat menyebabkan tidak tersedia
serempak akibat pemberian, sehingga pupuk diberikan dalam bentuk
tercampur. Pupuk campuran ada 3 macam: (1)

pupuk dimana NPK

berbentuk butiran yang disebut pupuk NPK mejemuk, (2) pupuk campuran
dari bahan pupuk tunggal sesuai dengan rekomendasi pupuk dengan
imbangan N-P- K-Mg-S-mikro, dan (3) pupuk campuran dari pupuk
tunggal yang dirakit oleh pekebun sendiri. Jenis pupuk tunggal yang biasa
dipakai petani (PPTK, 2006).
Urea

d.

= 46%

ZA

= 21%

SP36
Fosfat alam

P2O
P2O

= 36%
= 30%

MOP/KCl

= 60%

ZK

K2

= 50%

Seng Sulfat
Kieserit

22%
O
MgO
= 27%

Pelaksanaan Pemupukan
Dalam rangka aplikasi pupuk di lapangan dipacu dengan cara:
(1)

Pemakaian pupuk yang tepat kombinasi dan dosis yang sesuai


dengan

perkiraan

produktivitas

yang

ingin dicapai. Perkiraan

pupuk didasarkan atas analisis tanah, sedang dosis disusun


berdasarkan hasil penelitian kurva tanggapan, Jenis pupuk yang tepat
sesuai dengan rekomendasi dan pencampuran didasarkan atas
ketersediaan pupuk NPK dan pupuk tunggal,
(2)

Waktu pupuk yang tepat karena setiap tanaman teh yang dipetik per
minggu memerlukan aliran hara sesuai kebutuhan. Waktu terbaik
pemupukan teh dilakukan pada curah hujan 60-200 mm/minggu.
Curah hujan yang kurang 60 mm tidak mendukung penguraian
sempurna pupuk yang diberikan, sedang lebih dari 200 mm
mengakibatkan jumlah pupuk yang larut semakin besar bersama aliran
air.

(3) Harus tepat cara pemupukan pada daerah akar yang aktif sekitar 30-40
cm dari perdu teh pada kedalaman tanah 10-15 cm. Pada tanah
miring pupuk diberikan pada rorak yang dibangun, sedangkan
pada tanah datar diberikan pada bekas garitan sekeliling tanaman
TBM. Pupuk dapat juga ditaburkan pada tanah datar atau landai
pada kebun yang tanaman tehnya sudah menutup.
Beberapa usaha agar pemberian pupuk efisien perlu dilakukan
dengan memperbesar daya sangga tanah melalui peningkatan bahan
organik dengan mulsa dan pencegahan erosi. Caranya dengan
mempertahankan sisa pangkasan berada di kebun. Selain memperbesar
daya sangga tanah perlu meningkatkan perlindungan tanaman dengan
cara: (1) penanaman tanaman pupuk hijau pada tanaman TBM, 2)
penanaman tanaman pelindung tetap pada pertanaman teh di bawah
elevasi 900 m, dan 3) penanaman tanaman yang berfungsi menahan
tiupan angin kencang. Diharapkan pemakaian pemupukan yang tepat
kombinasi, jenis, waktu, cara pemupukan, dan peningkatan daya sangga
tanah produktivitas tanaman teh dapat dipertahankan dengan efisien dan
berkelanjutan(Effendi,dkk. 2010).

4. Pengajiran
Pengajiran dilakukan sebelum tanaman ditanam bermaksud agar
jumlah tanaman teh sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Ajir yang
dipakai panjang 50 cm dengan tebal 1 cm. Cara pengajiran pada lahan
datar dan landai dengan membuat ajir induk pada kedua sisi lahan,
kemudian dilakukan dengan sistem barisan lurus atau zig- zag sesuai
jarak tanam. Pada lahan miring pengajiran dilakukan dengan sistem
kontrol.(Effendi dkk, 2010).
Setelah pembutaatan batas acir dapat dilaksanakan. Acir dibagi
dua jenis, yaitu biasa ajir kepala dan ajir biasa. Ajir kepala diibuat dari
bamboo yang lurus dengar bias terlihat dengan lebar 5 cm. panjangnya
antara 2,5-3 cm. pangkal ajir dibuat runcing dan ujungnya dicat dengan
warna yang menyala agar terlihat dari kejauhan. Untuk ajir biasa dibuat
dari bamboo dengan diameter 1-1,5 cmdan panjang 1 meter. Sebelum ajir
ditancapkan, perlu disiapkan untuk pemancangannya. Tanda- tanda itu isa
dibuat dengn alat manual atau ddengan alat ukur jarak.jenis alat ukur
jarak yang biasa digunakan adalah alat ukur tanah bousulle, atau alat ukur
sederhana. Sudut dibuat dengan land meter krui,

sedangkan ukuran

panjang dapat dipakai kayu atau bamboo yang lurus dengan panjang 1,5
m. pada 1,2m diberi takikan dan garis yang tidak mudah hilang
( Nazaruddin dan Farry, 1993).
5. Pengendalian Organisme Pengendalian Hama (OPT)
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan oleh untuk menekan
populasi hama atau penyakit agar tidak menimbulkan kerusakan yang
secara ekonomi merugikan (Suratmo 1979, Suratmo 1982). Secara umum
pemberantasan hama hutan dibagi menjadi dua yaitu pemeberantasan
secara alamiah dan pemberantasan secara kimiawi. Pemberantasan hama

secara alamiah dilakukan dengan cara menggunakan predator alami.


Pemberantasan secara kimia dapat menggunakan pestisida.
Adapun contoh hama yang menyerang tanaman teh antara lain :
a. Tungau
Ada 3 macam jenis tungau yang menyerang tanaman teh. Yang
paling umum dijumpai adalah Tenuipalpus obovatus DONN (tunggau
jingga) (Effendi,dkk. 2010).
Cara Pengendalian :
1) Apabila tidak ada serangan Helopeltis atau cacar teh, penggunaan
tanaman pelindung dapat diterapkan untuk mengurangi populasi
tungau.
2) Gunakan tepung belerang 5-10 kg/ha.
b. Cacar teh
Penyakit ini sering menyerang daun muda, menimbulkan
cacar-cacar the kemudian mengering, dan menimbulkan lubanglubang. Serangan akan lebih parah jika cuaca sering gelap. Penyakit
ini akan mengakibatkan berkurangnya produksi.
Cara Pengendalian :
Penyakit dapat dikendalikan dengan menggunakan fungisida.
c. Ulat jengkal (Ulat kilan)
Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun dan pentil teh.
Serangan berat menyebabkan daun berlobang dan pucuk tanaman
gundul, sehingga tinggal tulang daun saja.
Ketiga jenis ulat jengkal tersebut dapat makan bermacam
tanaman lain selain teh. Ulat Hyposidra talaca dapat memakan
tanaman kopi, kakao, kina, Aleurites, jambu klutuk, rami dan beberapa
jenis kacang-kacangan. Ectropis bhurmitra bisa memakan pohon kina,
gambir, kakao, jeruk, pisang, kacang tanah, singkong dan Sambucus.
Ulat Buzura suppressaria dapat memakan mangga, Aleurites,
Eucalyptus, Litchi dan jambu biji. Jenis-jenis tanaman yang
merupakan tanaman inang untuk ulat jengkal ini sebaiknya tidak

ditanam di kebun teh, karena keberadaannya akan membantu hama ini


berkembang-biak.
Pengendalian dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun,
memusnahkan ulat atau kepompong setiap kali memetik teh, dan
menggunakan pestisida nabati. Pengendalian dengan cara hayati
merupakan cara yang amat penting, dan akan berjalan sendiri jika
musuh alami tersedia dan dilestarikan (Effendi dkk, 2010).
6. Pemangkasan
Pemangkasan cabang adalah pemotongan atau pembuangan
cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang bebas
dari mata kayu. Pemangkasan dimaksudkan untuk meningkatkan nilai
kayu (bebas dari mata kayu), dan menstimulasi pertumbuhan. Prioritas
pemangkasan hendaknya dilakukan terhadap cabang yang terserang
penyakit atau tidak produktif atau mati. Intensitas pemangkasan yang
biasa digunakan adalah 30%, artinya 30% dari tajuk yang dibuang
(Adisewojo, 1982).
Cara pemangkasan dan tingkat kemahiran pemangkas pada teh
sangat menentukan keberhasilan suatu pemangkasan selain faktor lainnya.
Sebelum pangkasan dimulai, terlebih dahulu harus dibuat contoh
pangkasan Secara garis besarnya urutan pelaksanaan cara pemangkasan
adalah sebagai berikut:
a. Pangkasan dengan Manual
1)

Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.

2)

Luka pangkas pada batang/cabang/ranting/diupayakan rata


membentuk sudut 45 menghadap ke dalam perdu.

3)

Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh


pecahatau rusak, oleh karena itu gaet atau gergaji harus tajam.

4)

Memotong cabang atau ranting yang besarnya lebih kecil dari


ibu jari (< 2cm) menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang

lebih besar dari ibu jari(> 2cm) mempergunakan gergaji


pangkas.
5)

Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter


kurang dari 1cm (ukuran pensil).

6)

Bidang pangkasan harus sejajara dengan permukaan tanah.

7)

Untuk membentuk luka pangkas menghadap ke dalam perdu,


pemangkasan dilakukan dari kedua sisi perdu sesuai dengan
barisan tanaman(Effendi,dkk. 2010).

b. Pangkasan dengan mesin


Pangkasan dengan mesin dilaksanakan hanya dalamkondisi
khusus, misalnya karena alasan kekurangan tenaga kerja, cara
pangkasan sebagai berikut :
1)

Memotong cabang (I) sedalam 15-25 cm dari bidang petik.

2)

Memotong cabang (II) sedalam > 25 cm sampai pada


ketinggian yang diinginkan.

3)

Arah pemangkasan dilakukan sejajar dengan pohon yang


dipangkas, dari arah kanan ke kiri sesuai dengan arah putaran
mesin.

4)

Untuk mengefektifkan jam kerja mesin, setiap satu jam kerja


mesin diistirahatkan selama satu menit.

5)

Untuk membersihkan cabang atau ranting kecil dilakukan


secara manual dengan gaet.(Effendi,dkk. 2010).

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan


tanaman the dengan cara :
1. Penyulaman tanaman yang mati harus diganti dengan yang baru.
Penyulaman pada the dilakukan 2-4 minggu setelah adanya penanaman.
Penyulaman tanaman the dilakukan pada umur 2 tahun.
2. Penyiangan tanaman pada the disiangi 40-50% tanaman yang tertutp oleh
gulma atau tumbuhan liar lainnya.
3. Pempukan dapat dilakukan dengan meletakkan pupuk dalam lubang
sedalam 5-10cm. pemumpukkan yang baik dilakukan pada saat 60/200
mm/minggu.
4. Pengajiran pada tanaman teh dipakai sepanjang 50 cm dengan tebal 1 cm.
5. Pengendalian hama ini adalam pemberantasan hama, dalam pemberantas
ini dibagi menjadi dua yaitu, secara alamiah dan kimiawi.
6. Pemangkasan yang biasa di gunakan 30%, artinya 30% dari tajuk yang
dibuang.

DAFTAR PUSTAKA

Agung.

2010.
Pemeliharaan
dan
pertanaman
pada
Tanaman
http://agungyudhi.blog.com/2010/12/12/pemeliharaan-tanaman-danpertamanan/. Diakses tanggal 22 April 2015.

Arifin HS dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Darjadi L dan R Hardjono. 1976. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Direktorat Jenderal


Kehutanan. Departemen Pertanian.
Effendi, D.S, M. Syakir, M. Yusron, dan Wiratno. 2010. Budidaya dan Pasca Panen
Teh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Guntur. 2012. Pemeliharaan Tanaman.
http://april3an.blogspot.com/2012/05/pemeliharaan-tanaman.html. Diakses
tanggal 22 April 2015.
Indriyanto. 2000 Pengaruh Beberapa Cara Penyiangan Terhadap Pertumbuhan
Sengon. Prosiding Seminar Nasional III Pengembangan Wilayah Lahan
Kering. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Kosasih AS et al. 2002. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perlindungan Pada
Introduksi Jenis Pohon Hutan. Info Hutan No. 151. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
dan Konservasi Alam.

Marsono 1997. Teknik Penanaman Khaya anthotheca. Info Hutan N0. 87/1998.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan konservasi Alam.
Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya Pengolahan dan Pascapanen Teh. Kanisius.
Yogyakarta.
Suratmo FG. 1982. Ilmu Perlindungan Hutan. Bogor: bagian Perlindungan Hutan
Fakultas Kehutanan IPB.

Anda mungkin juga menyukai