Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi menjadi perhatian penting pemerintah Indonesia dalam
memenuhi kebutuhan pangan. Pangan sebagai sember tenaga apabilatidak
terpenuhi secara seimbang dapat mengakibatkan malgizi. Keseimbangan dalam
pemenuhan pangan bergantung pada konsumsi panganyang beragam dan dalam
jumlah yang cukup, kualitas gizi dan keseimbangan yang memungkinkan
pertumbuhan dan pemeliharaan fungssi tubuh yang baik (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Dalam pemeliharaan kesehatan tubuh manusia diperlukan menu yang tepat
yaitu: empat sehat lima sempurna. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998)
menu yang tepat mengandung cukup energi, zat gizi dan faktor menu yang lain
seperti vitamin dan mineral. Komoditas sayuran merupakan sumber vitamin dan
mineral disamping buah-buahan. Sayuran daun hijau mengandung protein
lumayan, kandungan zat besi, karotein dan vitamin C cukup tinggi, sedangkan
beberapa sayuran tropis memiliki kandungan asam amino esensial tertentu
(Haryadi, 1989).
Kangkung merupakan salah satu sayuran yang mendapatkan prioritas penelitian
dan pengembangan sebagai komoditas potensial oleh Puslitbang Hortikultura pada
tahun 1989/1990-1993/1994 (Rukmana, 1994). Berdasarkan Uraian tersebut maka
dilakukan penelitian terkait pengaruh pupuk cair terhadap pertumbuhan tanaman
kangkung (Ipomoea reptans).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mmpelajari pengaruh pupuk cair terhadap
pertumbuhan tanaman kangkung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi penggunaan
pemupukan pada tanaman kangkung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Kangkung
Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran
tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam
famili
Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan
merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung
dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang
kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.
Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi
kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barangbarang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat dilihat, mulai dari pupuk,
insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang
disintesis dari senyawa-senyawa murni (biasanya untuk organik) di
laboratorium. Pertanian organik dapat memberi perlindungan terhadap lingkungan
dan

konservasi

sumber

daya

yang

tidak

dapat

diperbaharui,

memperbaiki kualitas hasil pertanian, menjaga pasokan produk pertanian sehingga


harganya relatif stabil, serta memiliki orientasi dan memenuhi kebutuhan hidup ke
arah permintaan pasar (Edi dan Yusri, 2009).
Budidaya kangkung menurut Edi dan Yusri (2009) bahwa :
a. Benih
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan satu hektar
diperlukan benih sekitar 10 kg. Varietas yang dianjurkan adalah varietas
Sutra atau varietas lokal yang telah beradaptasi.
b. Persiapan Lahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur,
setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar
mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm,
tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan +30

cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur
kalsit atau dolomit.
c. Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang
(kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik
hasil fermentasi; (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4
kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15
gr/m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih
merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan
secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk
cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.
d. Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat
lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5 biji
kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zig zag atau system garitan
(baris).
e. Pemeliharaan
Hal yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun hujan
harus dilakukan penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu
tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan
penyakit.
f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak
(Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis
gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang
disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan
jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida
nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus
dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara
aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
g. Panen Panen dilakukan setelah berumur saat 30 hari setelah tanam, dengan
cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian
pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas permukaan tanah.

h. Pasca Panen Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran


kangkung, yaitu dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen
di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan
pengiriman produk secepat mungkin.
2.2 Jenis-Jenis Tanaman Kangkung
Kangkung darat (Ipomoea reptans) berwarna hijau terang dengan ujung
daun yang runcing. Warna bunga kangkung darat putih. Sedangkan kangkung air
(Ipomoea Aquatica) daunnya berwarna hijau agak gelap dengan ujung yang
membulat atau lebih tumpul sehingga terlihat lebih lebar. Warna bunga kangkung
air cenderung ungu. Selain perbedaan fisik, kebiasaan cara memanen dua jenis
kangkung ini berbeda pula. Kangkung darat di panen dengan cara dicabut,
sedangkan kangkung air dipanen dengan cara dipotong.
2.2.1 Kangkung bisi
Pertumbuhan tanaman seragam, tegak dan tingginya mencapai sekitar 25
cm. Daun dan batangnya berwarna hijau serta bunganya putih. Beradaptasi cukup
baik dan mudah perawatannya. dapat dipanen sekitar umur 25 - 30 hari setelah
tanam (Pt. Bisi)

BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Hasanuddin,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, mulai pada tanggal 1 April
2016-30 April 2016.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih Kangkung BISI,
Pupuk Pelengkap Cair dengan dosis 5 ml, 10 ml dan 15 ml, air. Adapun alat yang
digunakan yaitu cangkul, sekop, tali rapiah, mistar, papan penanda dan kamera
serta alat tulis menulis.
3.3 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak
Kelompok) dengan empat kali ulangan.
Adapun prosedur percobaan yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Membuat petakan-petakan dengan tiap kelompok terdiri dari 4 petakan
3. Membuat lubang tanam dengan jarak antar lubang 10 cm x 15 cm
4. Merendam benih kangkung yang akan ditanam
5. Menanam satu benih kangkung pada lubang tanam yang telah dibuat
6. Melakukan penyemprotan pupuk orgaik cair 1 MST dengan dosis tiap
petakan berbeda- beda diantaranya :
Petakan 1 (p0)

= 0 ml

Petakan ke-2 (p1)

= 5 ml

Petakan ke-3 (p2)

= 10 ml

Petakan ke- 4 (p3)

15

ml
7. Melakukan penyemprotan selama 3 minggu dengan waktu penyemprotan
sekali seminggu.
8. Mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun yang tumbuh

3.4 Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini yaitu :
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung. Pengukuran
dilakukan saat 4 MST.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun diketahui dengan menghitung daun yang telah terbentuk
sempurna. Pengukuran dilakukan saat 4 MST.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi tanaman (cm)
A. Tinggi Tanaman (cm)
Gambar 1. Tinggi tanaman (cm) dalam kelompok

Tinggi Tanaman (cm)


30
25
20

Rata- rata 15
10
5
0

P0

P1

P2

P3

Dosis Pupuk

Gambar 1 menunjukka perbedaan tinggi tanaman tidak berbeda jauh


antara kontrol dengan dosis pupuk cair 15 ml/L.
B. Tinggi Tanaman (cm)
Gambar 2. Tinggi tanaman (cm) dalam kelas

Tinggi Tanaman (cm)


40
30

Rata-rata 20
10
0

Perlakuan

Pada perlakuan F dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk cair yang


memberi respon yang baik pada tanaman kangkung.

4.1.2. Jumlah Daun (helai)


A. Jumlah Daun (helai)
Gambar 3. Jumlah daun (helai) dalam kelompok

Jumlah Daun (cm)


14.8
14.6
14.4
14.2

rata-rata

14
13.8
13.6
13.4

P0

P1

P2

P3

Dosis Pupuk

Pada gambar 3 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak


pada kontrol dan berbeda dengan yang diberikan pupuk cair.
B. Jumlah Daun (helai)
Gambar 4. Jumlah daun (helai) dalam kelas

10

Jumlah daun (helai)


35
30
25
20

rata-rata
15
10
5
0

A B C D E F G H I

Kelompok

Rata-rata jumlah daun dalam kelas yang terbanyak adalah perlakuan J


dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

11

4.2. Pembahasan
Pada gambar 1 tinggi tanaman dalam kelompok menunjukkan hasil
praktikum bahwa data yang diambil dari lahan menunjukkan control baik
pertumbuhannya dibandingkan dengan yang lain, data hasil tidak nyata setelah
diolah (lihat lampiran tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa grafik tinggi tanaman
yang dianalisis dalam kelompok adanya perlakuan yang berbeda sehingga
menghasilkan perbedaan tinggi tanaman. Adanya perbedaan tinggi tanaman
diakibatkan adanya pengaruh unsur hara makro dan mikro yang diserap tanaman.
Hal ini sesuai dengan Prihmantoro (1996) dalam Parman (2007) bahwa pupuk
organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur makro
dan mikro meskipun dalam jumlah sedikit.
Pada gambar 2 tinggi tanaman dalam kelas yang terbaik pada perlakuan F
dan menunjukkan perbedaan tinggi karena adanya perlakuan penyemprotan pupuk
cair yang konsentrasinya berbeda. Dari hasil analisis data menunjukkan data tidak
nyata (lihat lampiran tabel 4). Hal ini sesuai dengan Indrakusuma (2000) dalam
Parman (2007) bahwa pemberian pupuk organik cair yang lengkap kandungan
haranya, akan menyebabkan laju pertumbuhan yang sintesisis yang berbeda.
Pada hasil analisis data gambar 3 menunjukkan perbedaan jumlah daun
diamana kontrol memiliki jumlah daun terbanyak. Terjadi pula perbedaan jumlah
banyak daun akibat adanya perbedaan dosis pupuk cair yang diberikan pada setiap
petak yang ada di lahan sehingga jumah daun dalam kelas sangat berbeda. Uji
analisis data dengan hasil tidak nyata (lihat lampiran tabel 6). Hal ini sesuai
dengan Salisbury & Ross (1995) dalam Parman (2007) mengatakan bahwa pupuk
organik cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein,
asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur
Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai
katalisator

dalam

proses

sintesis

protein

Poerwowidodo (1992) dalam Parman (2007)

dan

pembentukan

klorofil.

menyatakan bahwa protein

merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses


metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan
pemanjangan sel. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro tersebut berperan
12

sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis tersebut


akan menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan perkembangan pada jaringan
meristematis daun
Pada hasil analisis data gambar 4 menunjukkan perbedaan jumlah daun
diamana perlakuan J memiliki jumlah daun terbanyak. Terjadi pula perbedaan
jumlah banyak daun akibat adanya perbedaan dosis pupuk cair yang diberikan
pada setiap petak yang ada di lahan sehingga jumah daun dalam kelas sangat
berbeda. Uji analisis data dengan hasil tidak nyata (lihat lampiran tabel 8).

13

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan pupuk organik cair
memberi respon pertumbuhan pada tanaman kangkung. Namun dosis pupuk cair
yang digunakan belum memenuhi kebutuhan hara tanaman kangkung yang
dibuktikan dari tinggi tanaman kangkung dalam kelompok. Dibuktikan dengan
control lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan yang diberi pupuk
organik cair.
5.2. Saran
Penggunaan pupuk organik cair pada setiap varietas kangkung perlu
diketahui karena adanya perbedaan varietas kangkung menampilkan perbedaan
pertumbuhan yang nyata dibandingkan dengan kontrol, Sehingga dengan
demikian pupuk organik cair perlu ditingkatkan penggunaannya. Dan harus
kembali diteliti pengaruh pupuk cair tehadap varietas kangkung

14

DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip Produksi Dan
Gizi Jilid I (Terjemahan). Penerbit ITB Bandung
Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Parman, Sarjana. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.).
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi
FMIPA UNDIP
Pryowidodo, Titis. 2015. Budidaya Kangkung Darat Organik. Diakses dalam
http://alamtani.com/budidaya-kangkung-darat-organik.html pada pukul
10.35 wita pada tanggal 11 mei 2016
Pt Bisi. Kangkung Bisi. Diakses dalam http://www.tanindo.com/index.php?
option=com_content&view=section&layout=blog&id=56&Itemid=60
pada pukul 00.54 tanggal 13 Mei 2016

15

LAMPIRAN
Lampiran Tabel
Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) dalam kelompok
Kelompok
JUMLAH
II
III
IV
11,3
31 30,25
97,65
23,6 20,1
24,3
81
15,6 16,8
19
79,3
19 16,2
27,5
90,65
69,5 84,1 101,05
348,6

Dosis Pupuk Cair I


P0
25,1
P1
13
P2
27,9
P3
27,95
JUMLAH
93,95
RATAAN UMUM
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

RATA-RATA
24,41
20,25
19,82
22,66
87,15
21,78

Tabel 2. Anova Tinggi Tanaman (cm) dalam kelompok


F.TAB
F.TAB
JK
KT
F HIT
0.05
0.01
3 140,06
46,68
1,07
3,86
6,99

SK
DB
KELOMPOK
PERLAKUA
N
3
55,48
18,49
GALAT
9 389,44 43,271
TOTAL
15
585,0
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

0,42

3,86

6,99

Tabel 3. Tinggi Tanaman (cm) dalam kelas


Dosis Pupuk Cair

Kelompok
JUMLAH RATA-RATA
I
II
III
IV
A
28,5
16
29
25
98,5
24,62
B
30,5
13
32
22
97,5
24,37
C
22
11
16
17,5
66,5
16,62
D
30
26
23
32
111
27,75
E
21
27
35
26
109
27,25
F
35
29,5
35
33
132,5
33,12
G
25
25,5
29
28
107,5
26,87
H
25
30
32
13
100
25
I
22
20,5
29
36
107,5
26,87
J
19
19
19
35
92
23
JUMLAH
258 217,5 279 267,5
1022
255,5
RATAAN UMUM
25,55
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

16

Tabel 4. Tinggi Tanaman (cm) dalam kelas


SK
DB
JK
KT
F HIT F.TAB 0.05 F.TAB 0.01
KELOMPOK
3 214,6
71,5
2,07
2,96
4,60
PERLAKUAN
9 629,2
69,9
2,03
2,25
3,14
GALAT
27 929,4
34,4
TOTAL
39 1773,4
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
Tabel 5. Jumlah Daun (helai) dalam kelompok
Kelompok
Dosis Pupuk Cair
I
II
III
IV
P0
18,2
9,9 13,6
17
P1
14,9 11,6 11,4 17,7
P2
17,4
13 11,8 13,8
P3
17,4 10,4 10,3
19
JUMLAH
67,9 44,9 47,1 67,5
RATAAN UMUM
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

JUMLAH
58,7
55,6
56
57,1
227,4

RATARATA
14,67
13,9
14
14,27
56,85
14,21

Tabel 6. Jumlah Daun (helai) dalam kelompok


F.TAB
JK
KT
F HIT
0.05
F.TAB 0.01
3
118,34 39,44
11,53
3,86
6,99

SK
DB
KELOMPOK
PERLAKUA
N
3
1,44
0,48
GALAT
9
30,76
3,41
TOTAL
15
150,55
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

0,140

3,86

6,99

17

Tabel 7. Jumlah Daun (helai) dalam kelas


Dosis Pupuk Cair
Kelompok
JUMLAH RATA-RATA
I
II
III
IV
A
18
8
14
23
63
15,75
B
26
11
18
11
66
16,5
C
12
18
18
14
62
15,5
D
29
24
19
20
92
23
E
21
17
18
11
67
16,75
F
19
22
20
18
79
19,75
G
15
18
21
26
80
20
H
18
12
13
14
57
14,25
I
17
11
13
22
63
15,75
J
91
12
13
16
132
33
JUMLAH
266 153 167 175
761
190,25
RATAAN UMUM
19,02
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
Tabel 8. Anova Jumlah Daun (helai) dalam kelas
SK
DB
JK
KT
F HIT F.TAB 0.05 F.TAB 0.01
KELOMPOK
3
789,8 263,29
1,65
2,96
4,60
PERLAKUAN
9 1123,2 124,80
0,78
2,25
3,14
GALAT
27 4285,8 158,73
TOTAL
39 6198,9
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

18

Lampiran Gambar

(a)

(b)

(c)
Keterangan : (a) Mengolah tanah; (b) Menyiram tanaman; (c) Mengukur jarak
tanam

19

Anda mungkin juga menyukai