Anda di halaman 1dari 16

Laporan

Budidaya Tanaman Hortikultura

PEMBUATAN MEDIA TANAM DARI SEKAM PADI


DAN SABUK KELAPA

Oleh :

Nama
: Herman
Nim
: G111 13 009
Kelas
:C
Kelompok
:3
Asisten
: Kak Sinta
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energy atau
bahan bakar. Selama ini, sekam padi merupakan bahan buangan yang biasanya
hanya dibakar. Namun praktek semacam ini menyebabkan timbulnya persoalan
pencemaran udara (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
Peningkatan produksi komoditas padi setiap tahunnya secara langsung
meningkatkan jumlah sekam padi. Pada tahun 2008 produktivitas padi
mencapai 60.279.897 ton. Dengan demikian produksi sekam padi sebesar 20-30%
dari proses penggilingan padi dapat mencapai 12.055.979 hingga 18.083.969
ton (Biro Pusat Statistik, 2008). Sekam padi dengan jumlah yang besar tersebut
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Salah satu upaya untuk membantu mengatasi permasalahan limbah
pertanian adalah melakukan upaya daur ulang dengan penekanan pada proses
pengomposan. Kelebihan lain dari pengolahan limbah menjadi kompos adalah
aman bagi produk dan lahan pertanian, kompos dapat dibuat sendiri oleh
masyarakarat luas dengan bahan baku yang cukup sederhana dan mudah dijumpai
serta proses pembuatannya yang tidak terlalu rumit (Widodo, dkk. 2007).
Adapun limbah hasil pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan
sabut kelapa yang terdiri atas serat dan serbuk sabut kelapa. Negara penghasil serat
dan serbuk sabut kelapa terbesar adalah India (120 kiloton/tahun) dan Sri Lanka (73
kiloton/tahun). Menurut BPS (1992) dalam Hasriani, dkk (2013), di Indonesia
limbah buah kelapa hasil pengolahan atau pengupasan yang dihasilkan per
tahunnya mencapai sekitar 19,05 juta m 3 yang terdiri atas 35% serat dan 65%
serbuk sabut kelapa.
Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi
agroindustri kelapa yang cukup besar, tetapi belum dapat dimanfaatkan dengan

maksimal. Luas areal kebun kelapa di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu
3,76 juta hektar Setiadi (2001) dalam Hasriani, dkk (2013).
Sehingga pemanfaatan sabuk kelapa sangat penting untuk dijadikan
cocopeat yang memiliki nilia guna yang bermanfaat sebagai media tanam.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Percobaan ini bertujuan untuk membuat sekam bakar dengan menggunakan
sekam bekas penggilingan padi dengan menggunakan teknik sangrai dan
pembajaran anaerob. Pembuatan cocopeat dilakukan secara manual menggunakan
sisir kayu.
Percobaan diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang cara
membuat sekam bakar dan cocopeat secara sederhana.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sekam Bakar
Sekam merupakan salah satu dari bulir padi-padian (serealia) berupa
lembaran yang kering, bersisik, dan tak bisa dimakan, yang melindungi tahap dalam
(endospermium dan embrio). Sekam padi (kulit gabah) adalah hasil penggilingan
alias penumpukan gabah. Sekam padi adalah lapisan keras yang meliputi
karipilihans, terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan, umumnya
ditemukan di areal penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi, biasanya
diperoleh sekam 20 30%, dedak 8 12 %, dan beras giling 50 63,5% dari bobot
awal gabah. Kurang lebih 20 % dari berat padi adalah sekam padi, dan bervariasi
dari 13 hingga 29 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang rutin dihasilkan
setiap kali sekam dibakar. Sekam tersusun dari jaringan serat-serat selulosa yang
mengandung tak sedikit silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras.
Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji beras dari kerusakan
yang dikarenakan oleh serangan jamur, bisa mencegah reaksi ketengikan sebab bisa
melindungi lapisan tipis yang kaya minyak kepada kerusakan mekanis selagi
pemanenan, penggilingan dan pengangkutan. Dalam pertanian, sekam bisa dipakai
sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di tanah sebagai pupuk, dibakar,
alias arangnya dijadikan media tanam.
Sekam mempunyai kerapatan tipe bulk density 125 kg/m3, dengan kualitas
kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 k.kalori dan ditinjau dari komposisi kimiawi,
sekam mengandung karbon (zat arang) 1,33%, hydrogen 1,54%, oksigen 33,645,
dan Silika (SiO2) 16,98%, artinya sekam bisa dikegunaaankan sebagai bahan baku
industri kimia dan sebagai sumber energi panas untuk kebutuhan manusia.
Komposisi sekam sebagai berikut, Kadar Air

9,020 %, Protein Kasar 3,027

%, Lemak 1,180 %, Serat Kasar 35,680 %, Abu 17,710 %, Karbohidrat kasar


33,710 %.
Arang adalah residu hitam berisi karbon tak murni yang dihasilkan dengan
menghapus kandungan air dan komponen volatil dari fauna alias flora. Arang
sekam adalah sekam padi yang sudah melewati proses pembakaran tak sempurna

jadi tak hingga menjadi abu. Arang sekam adalah salah satu alat untuk membikin
media tanam. Sekam terbuat dari pembakaran kulit padi, di buat menjadi arang
sekam sebagai salah satu media tanam sistem hidroponik.
Arang sekam padi biasa dipakai sebagai pupuk dan bahan baku briket arang.
Sekam tidak hanya dipakai untuk arang, sekam padi juga tak jarang dijadikan
bekatul untuk pekan ternak. Arang sekam juga bisa dipakai sebagai campuran
pupuk dan media tanam di persemaian. Faktor ini sebab sekam padi mempunyai
performa untuk menyerap dan menyimpan air sebagai cadangan makanan. Pada
lahan pertanian arang sekam sangat baik untuk menolong menyuburkan
tanah. Arang sekam bisa berkegunaaan sebagai penyimpan sementara unsur hara
dalam tanah jadi tak mudah tercuci oleh air, dan sangat mudah dilepaskan ketika
diperlukan alias diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam
berkegunaaan semacam zeolit. Arang sekam mempunyai peranan penting sebagai
media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tak kotor dan
lumayan bisa menahan air. Pemakaian arang sekam lumayan meluas dalam
budidaya tanaman hias maaupun sayuran (khususnya budidaya dengan cara
hidroponik). BBPP Lembang menyebutkan bahwa keunggulan media arang sekam
adalah bisa dipakai berbagai kali untuk dipakai. Tidak hanya tak kotor arang sekam
bisa menyimpan air lumayan lama dibandingkan tanah biasa, mudah dalam
pembuatan dan mudah dalam penyerapan dalam meperbuat penyiraman.
Pemakaian arang sekam lumayan efisien dibandingkan dengan memakai media
lain.
2.2 Cocopeat
Coco peat merupakan sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran
gabus sabut kelapa. Coco peat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk
serta dapat menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga coco
peat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman
hortikultura dan media tanaman rumah kaca (Arma, 2013).
Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa
direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa Kimia yang
dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat

pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam


mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur (Arma, 2013).
Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak.
Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan
oksigen sampai 50%. Itu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen
pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan
untuk pertumbuhan akar (Arma, 2013).
Hasil penelitian Dr. Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service,
Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air
yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu
jauh lebih tinggi daripada phagnum moss yang hanya 41% (Arma, 2013).
Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6. Menurut Joko
Pramono, pengguna cocopeat di Semarang, Jawa Tengah, pada kondisi itu tanaman
optimal menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman
5,5-6,5. Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian
air berlebih. Pada beberapa jenis tanaman, media terlalu lembap dapat
menyebabkan busuk akar, kata Joko. Oleh sebab itu, ia mencampur
cocopeat dengan bahan lain yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir
atau arang sekam. Disarankan, air diberikan sedikit demi sedikit tetapi kontinu
seperti dengan cara irigasi tetes atau pengabutan (Arma, 2013).
Menurut Kevin Handreck dalam bukunya Growing Media, kandungan klor
pada cocopeat cenderung tinggi. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan
membentuk asam klorida. Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan
tanaman umumnya menghendaki kondisi netral (Arma, 2013).
Sydney Environmental and Soil Laboratory, Australia, mensyaratkan kadar
klor pada cocopeat tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh sebab itu, pencucian bahan
baku cocopeat sangat penting. Membeli cocopeat hasil pabrikan lebih terjamin.
Produsen

biasanya

mencantumkan

spesifikasi

produk

seperti

porositas,

kelembapan, water hold capacity (WHC), derajat keasaman (pH), electric


conductivity

(EC),

indeks

kadar

racun,

kandungan

mineral,

dan

cara penggunaannya pada kemasan Cocopeat diperkirakan akan menjadi alternatif

dunia bagi peningkatan kesuburan tanah, sebab bila dicampurkan dengan tanah
berpasir hasil tanam pun menakjubkan. Hanya saja unsur hara tanah tidak tersedia
dalam cocopeat untuk itu pupuk masih sangat dibutuhkan. Cocok buat pembibitan,
perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium. Kelebihan sekam dan
serbuk gergaji meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari ada pada cocopeat,
tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya 6
bulan saja berbeda dengan cocopeat yang netral dan tahan lama. info Kekurangan
cocopeat adalah banyak mengandung zat tannin (Arma, 2013).
Zat tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman.
Untuk menghilangkan zat Tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara
merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai
air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang
baru. Cocopeat bersifat menyimpan air. Dengan menggunakan cocopeat
penyiraman dapat dilakukan dengan lebih jarang (Arma, 2013).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 17 September 2015 pada pukul
16.00 WITA di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah seng bekas, drum besi atau membuat lubang
50 x 50 x 50 cm, sisir kayu, dan sekop untuk mengaduk-aduk sekam. Bahanbahan yang digunakan adalah sekam padi dan sabut kelapa.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Arang Sekam
Adapun metode pembuatan arang sekam yaitu
1. Setiap kelompok membuat tungku pembakaran sekam. Tungku pembakaran
sekam terbuat batu yang tersusun.
2. Menimbang sekam mentah sebanyak 5 kg dengan ulangan 3 kali.
3. Memasang seng diatas tungku lalu dipanaskan menggunakan kayu bakar
atau kertas koran.
4. Setelah panas, meletakkan sekam secukupnya diatas seng yang sudah panas.
5. Jika sekam mulai menghitam, aduk-aduk sekam diatas seng agar sekam
terbakar sempurna. Mengulangi pengadukan hingga seluruh sekam terbakar
sempurna. Jangan terlalu lama membakar agar tidak menjadi abu.
6. Jika telah menghitam seluruhnya, sekam dipindahkan ketempat lain untuk
didinginkan.
7. Sekam yang telah dingin dimasukkan kedalam karung atau plastic.

Tabel 3.1 Pengamatan Percobaan Pembuatan Media Tanam Sekam Bakar


Sangrai

Anaerob

Bobot

Bobot

Ulangan

Rendemen

Awal

Akhir

Awal

Akhir

(kg)

(kg)

(kg)

(kg)

(%)

Ket

1
2
3
Analisa :
1. Kondisi sekam sebelum dibakar (Warna, Tekstur, dll)
2. Kondisi sekam sesudah dibakar (Warna, Tekstur, dll)
3. Alat pembakaran sekam (cerobong maupun sangrai)
4. Membandingkan kedua metode yang dilakukan
5. Menghitung persentase rendemen berdasarkan data yang anda kumpulkan
6. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai rendemen
3.3.2 Cocopeat
Adapun metode pembuatan cocopeat yaitu:
1. Setiap orang dalam kelompok membawa sabut kelapa kering sebanyak 20
sabut kelapa
2. Menimbang sebanyak 5 kg sebanyak 3 kali ulangan. Masukkan masingmasing kedalam karung
3. Merendam menggunakan air bersih didalam wadah. Karung berisi sabut
kelapa direndam semua dan perendaman selama 1 minggu.
4. Setelah perendaman, melakukan penjemuran
5. Menjemur sabut kelapa 3-4 hari dibawah sinar matahari penuh.
6. Setelah menjemur, melakukan penimbangan. Kemudian sabut kelapa disisir
menggunakan sisir kayu untuk mendapatkan cocopeat.
7. Menimbang cocopeat kemudian memasukkan kedalam karung.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Pengamatan Percobaan Pembuatan Media Tanam Sekam Bakar
Sangrai
Bobot
Ulangan

Awa
l
(kg)

Anaerob
Bobot

Rendemen
(%)

Akhir

Awal Akhir

(kg)

(kg)

Rende
men

Ket

(%)

(kg)

3,1

62

140

3,3

66

9,5

190

1,3

26

10

200

Sumber : Data Primer Pembuatan Media Sekam Bakar, 2015.


Tabel 4.2 Pengamatan Percobaan Pembuatan Cocopeat
Cocopeat
Bobot

Rendemen (%)

Awal (kg)

Akhir (kg)

6,5

0,5

Sumber : Data Primer Pembuatan Cocopeat, 2015.


4.2 Pembahasan
Pembuatan sekam bakar dapat dibuat dengan dua metode yaitu aerob dan
anaerob. Dari hasil pembuatan sekam bakar secara aerob pada ulangan I
menghasilkan berat akhir 3,1 kg dengan rendemen 62 %. Pada ulangan II berat
sekam bakar yaitu 3,3 kg dengan rendemen 66 %. Sedangkan pada ulangan ke III
berat akhir sekam bakar yaitu 1,3 kg dengan rendemen 26 %.
Pembuatan sekam bakar secara anaerob pada ulangan I memiliki berat akhir
7 kg yang melebihi berat awal karena adanya pengaruh lingkungan yang tak bisa
dikontrol sehingga beratnya bertambah. Pengaruh berat akhir yang lebih berat 2 kg
karena adanya serbuk tanah yang ikut bersama sekam bakar, sehingga rendemennya
140 %. Pada sekam bakar anaerob ulangan II berat akhirnya karena ada

penambahan tanah dari lubang tempat membakar sekam. Pembuatan sekam bakar
ulangan III dengan berat akhir 10 kg sehingga melebihi juga berat awal karena
adanya tambahan tanah yang tidak bisa dihilangkan dari sekam bakar anaerob.
Media arang sekam sukar mengikat air dan tidak mudah lapuk hal ini sesuai
dengan Iswanto (2002) dalam Wardani, dkk (2013) bahwa kemampuan media arang
sekam dalam mengikat air masih kalah. Media arang tidak mudah lapuk dan tidak mudah
ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi miskin unsur hara dan harganya relative mahal.

Adapun Cocopeat yang telah disikat kayu dengan menggunakan mata sikat
dari paku untuk membuka cocopeat dari sabuk kelapa menghasilkan 0,5 kg
cocopeat dari 20 kelapa tua. Adapun rendemen 20 sabuk kelapa untuk dibuat
cocopeat yaitu 7 %. Menurut Arma (2013) bahwa Cocopeat cocok untuk dijadikan
media tanam karena memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga
memiliki pori-pori, yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar
matahari. Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat
mengurangi penyakit dalam tanah. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga
tanah tetap gembur dan subur. Di dalam cocopeat juga terkandung unsurunsur hara
dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg),
kalium (K), natrium (Na) dan Fospor (P).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembuatan sekam bakar secara aerob dan anaerob memiliki perbadingan
besar dalam hal efisiensi waktu yang digunakan dan hasil yang diperoleh juga
beranding terbalik. Pembuatan sekam bakar aerob lebih mudah dilaksanakan karena
api lebih mudah dikontrol dan efisiensi waktu pembuatan yang tidak lama, hanya
membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk 2,5 kg sekam sampel. Adapun untuk
pembuatan sekam anaerob membutuhkan wakt yang lama minimal 2 jam untuk 5
kg sekam sampel sehingga harus diatur penggunaan api karena biasanya sekam
yang dibakar secara anaerob mudah menjadi abu sehingga jauh dari hasil yang
diharapkan, selain itu menggunakan lubang pada tanah dapat menghasilkan sekam
campur tanah sehingga bukan lagi sekam bakar asli yang didapat karena ada tanah
yang ikut kedalam sekam.
Pembuatan cocopeat dari sabuk kelapa membutuhkan pula waktu yang lama
karena cocopeat harus disikat dari sabuk kelapa dan harus telaten dalam membuat
cocopeat karena sisir kayu yang digunakan bisa saja tidak membuka cocopeat dari
kelapa secara tuntas.
5.2 Saran
Semoga tulisan laporan kami dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
diberikan saran dan kritik apabila terdapat kekeliruan didalamnya yang kami tidak
sengaja.

DAFTAR PUSTAKA
Arma.2013. Cocopeat, Media tanam dari sabut kelapa. diakses dalam
http://www.jurnalasia.com/2013/07/08/cocopeat-media-tanam-darisabut-kelapa/#sthash.8VsYMJat.dpuf diakses pada 2 Oktober 2015.
AnonimManfaat Sekam Bakar Sebagai Media Tanam Konvensional Maupun
Hidroponik. http://www.tipsberkebun.com/manfaat-sekam-bakarsebagai-media-tanam-konvensional-maupun-hidroponik.html diakses
pada 2 Oktober 2015.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Sekam Padi sebagai
Sumber Energi Alternatif dalam Rumah Tangga Petani,
http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table.1. shtml. diakses pada 2
Oktober 2015.
Biro Pusat Statistik. 2008. Area Produksi, Produktivitas, dan Produksi Padi di
Indonesia, http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table.1. shtml, 2008,
diakses pada diakses pada 2 Oktober 2015.
Hasriani, dkk.2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) Sebagai Media
Tanam (Study Of Cocopeat As Planting Media). Fakultas Ilmu Teknologi
Pertanian, IPB
Iswanto.2002. dalam Wardani, Sri.2013. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun
terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium Sp). Fakultas
Pertanian USU, Medan
Widodo, dkk.2007. Pemanfaatan Limbah Industri Organik Pertanian Untuk
Energi Biogas, Prosiding Konferensi Nasional 2007: Pemanfaatan Hasil
Samping Industri Etanol Serta Peluang Pengembangan Industri
Integratednya, Jakarta

LAMPIRAN
Anaerob

Gambar 1. Proses pembuatan sekam anaerob


A1

Gambar 2. penimbangan sekam anaerob ulangan 1


A2

Gambar 3. Penimbangan sekam anaerob ulangan 2

A3

Gambar 4. Penimbangan sekam anaerob ulangan 3


Aerob

Gambar 5. Penimbangan sekam untuk aerob dan anaerob

Gambar 6. Pembuatan sekam aerob


Cocopeat

Gambar 7. Penimbangan Berat awal sabuk kelapa

Gambar 8. Proses pembuatan cocopeat secara sederhana

Gambar 9. Penimbangan cocopeat

Anda mungkin juga menyukai