Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH JARAK TANAM DAN PENGGUNAAN PUPUK KANDANG SAPI

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L.)

Dosen Pengampu:
Dr.MM.Endah Mulat Satmalawati, STP, M.Sc

Oleh :
MAICHAEL ANDRADE MEHA
11210059

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, SAINS dan KESEHATAN
UNIVERSITAS TIMOR
2023
1. LATAR BELAKANG
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran
unggulan yang sejak lama telah dibudidayakan oleh petani secara intensif (Manik et al., 2019).
Permintaan akan bawang merah terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk
(Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2015 dalam (Puryani,
2019). (Nugrahini, 2013) mengemukakan untuk meningkatkan produksi bawang merah dapat
dilakukan dengan ekstensifikasi maupun denganintensifikasi pertanian. Usaha intensifikasi
merupakan usaha peningkatan hasil persatuan luas lahan dengan penambahan faktor-faktor
produksi seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam, dan pemeliharaan
yang baik.
Selama dekade terakhir ini, kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke tahun baik
untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan.
Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa produksi bawang merah di Indonesia dari tahun 2015
– 2020 yaitu sebesar 893.124 ton, 964.195 ton, 1.010.773 ton, 1.233.984 ton, 1.229.184 ton.
Pada tahun 2020 produksi bawang merah nasional mengalami penurunan dibandingkan tahun
2019 yaitu sebesar 0,39% (BPS, 2020). Menurut Dirjen Hortikultura, luas panen bawang
merah di Indonesia tahun 2011-2015 yaitu seluas 93.667 Ha, 99.519 Ha, 98.937 Ha, 120.704
Ha, 122.126 Ha. Luas panen nasional bawang merah tahun 2020 hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 1,18% dibandingkan tahun 2019. Untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri pemerintah mengambil kebijakan mengimpor bawang merah dari luar negeri meskipun
hal ini akan mengakibatkan produksi dalam negeri kurang diminati (BPS, 2020). Dengan
demikian, produktivitas dan mutu hasil bawang merah perlu ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan di dalam negeri (Sukmasari et al., 2023)
Dalam penanaman tanaman bawang merah sangat perlu memperhatikan kerapatan
tanaman. Menurut Rahayu dan Berlian (2007) bahwa jarak tanam yang terlalu rapat atau
tingkat kepadatan populasi yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi antar
tanaman terhadap faktor tumbuh seperti air, unsur hara, cahaya dan ruang tumbuh, sehingga
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Nugrahini, 2013)
Bahan organik menjadi solusi untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pupuk kandang sapi
menjadi alternatif dalam meningkatkan kesuburan tanah. Selain menyuburkan tanah, petani
juga mudah mendapatkanya dalam jumlah banyak. Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan
30 kg kotoran setiap harinya (Fathurrohman et al., 2015). Pupuk kotoran sapi mengandung
unsur N, P,dan K yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu juga dapat memperbaiki sifat fisik
tanah, diantaranya kemantapan agregat, total ruang pori, dan daya ikat air. Perbaikan
kesuburan tanah ini akan dapat meningkatkan produksi. Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Latarang dan Syakur (2006) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang 25
ton ha-1 menghasilkan produksi lebih baik yaitu mencapai 6,30 ton ha-1 atau meningkat 2,2
ton dibandingkan tanpa pupuk kandang (Sakti & Sugito, 2019).
2. METODE :

 Waktu dan tempat


Penelitian ini dilaksanakan di lahan petanian Universitas Timor, Kabupaten
Timor Tengah Utara (TTU), Kecamatan Kota Kefamenanu, Kelurahan Sasi dan
dilaksanakan pada pada bulan Maret-Juli 2023.
 Alat/Bahan
Alat yang akan digunakan antara lain, sekop, cangkul, linggis, parang,
gunting, meter, ember, timbangan, papan nama, tali kamera dan alat tulis. Bahan
yang digunakan adalah pupuk padat kotoran sapi,dan benih bawang merah.
 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode eksperimen dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola dua factor yaitu
jarak tanam (J) yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu (J1 : 15 cm×15 cm); (J2 : 20
cm×10 cm); (J3 : 20 cm×15 cm); (J4 : 20 cm×20 cm) dan (J5 : 20 cm×30 cm).
Faktor yang kedua adalah pengguanan pupuk kandang sapi (P) yang terdiri dari
(P0 : tanpa pupuk (kontrol)); (P1: 1,5 kg/plot) dan (P2: 2,5 kg/plot). Pemeliharaan
tanaman dilakukan
dengan melakukan penyiraman, pengendalian gulma, dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore
hari. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik analisis sidik
ragam sesuai dengan rancangan penelitian. Untuk perlakuan tunggal yang
berpengaruh nyata sampai sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT taraf
5%.
3. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Merah
a. Klasifikasi Dan Morfologi
Bawang merah (Allium ascalonicom L.) merupakan komoditas hortikultura yang
memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar
yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal),
yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga
mengakakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun (HIDAYAT, 2020).
Menurut (Yani, 2020) tumbuhan bawang merah (Allium cepa L. var. ascalonicum)
famili Alliaceae adalah spesies dengan nilai ekonomi yang penting yang dibudidayakan
secara luas di seluruh dunia khususnya di benua Asia dan Eropa. Tanaman bawang merah
dapat diklasifikasikan kedalam kerajaan (kingdom) : Plantae, Divisi : Magnoliophyta,
Kelas : Liliopsida, Ordo : Asparagales, Famili : Amaryllidaceae, Genus : Allium, dan
Spesis : Allium cepa L. var. ascalonicum.
Bawang merah memiliki akar yang serabut, bercabang, dan pendek yang tumbuh di
area permukaan tanah. Akar bawang merah bisa menembus ke dalam tanah hingga 15-30
cm. Akar bawang merah memiliki diameter yang beragam yaitu sekitar 0,5 hingga 2 mm.
Akar cabang dapat tumbuh dan mulai terbentuk berkisar 3 hingga 5 akar (Cahyani, 2022)
Batang bawang merah memiliki batang sejati disebut diskus, yang memiliki bentuk
hampir menyerupai cakram, tipis dan juga pendek sebagai tempat melekatnya akar dan
juga mata tunas. Sedangkan bagian atas pada diskus ini terdapat batang semu yang tersusun
atas pelepah-pelepah daun dan batang semu yang berada didalam tanah dan juga berguna
untuk menjadi umbi lapis (LAIA, 2017)
Daun bawang merah berbentuk silinder mirip pipa, berlubang, bagian ujungnya
yang meruncing, serta berongga. Daun bawang merah memiliki panjang yang berukuran
lebih dari 45 cm. Daunnya memiliki warna yang hijau tua atau hijau muda dan letaknya
yang menempel di tangkai yang agak pendek. Seiring bertambahnya waktu, daun akan tua
dan menguning, tidak setegak daun muda, dan akhirnya mulai mengering dari bagian ujung
tanaman (Cahyani, 2022).
Bawang merah memiliki biji berbentuk pipih berwarna putih ketika muda dan
berwarna hitam ketika setelah tua. Umbi bawang merah berbentuk bulat dan ada pula
berbentuk lonjong hingga pipih. Umbi bawang merah memilki keberagaman warna yakni
warna merah muda, merah pucat, merah cerah, merah keunguan, hingga merahkekuningan
(MUSFIRA, 2023)

b. Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi ± 1.100 m akan tetapi produksi optimal 0-800 m diatas permukaan laut,
iklim meliputi suhu udara antara 25-32○C dan iklim kering, tempat terbuka dengan
pencahayaan ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar
matahari cukup panjang (HIDAYAT, 2020)
Sedangkan tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah dan sifat kimia
tanah. Serta jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol,
latosol, dan aluvial, dengan pH 5.57. (MUSFIRA, 2023), bahwa tanaman bawang merah
umumnya ditanaman didataran rendah untuk mengasilkan jumlah anakan yang banyak.
Budidaya bawang merah pada daerah-daerah yang beriklim kering, dengan suhu udara
yang cukup tinggi dan penyinaran matahari yang penuh akan mengoptimalkan
pertumbuhannya.
Yang paling baik, untuk budidaya bawang merah adalah daerah yang beriklim kering
yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin
sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan
lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-
tempat yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan
berukuran kecil (LAIA, 2017).

B. Pupuk Kandang Sapi


Pupuk kandang sapi dapat menambah unsur hara dalam tanah serta dapat
meningkatkan mikroorganisme dalam tanah. Mikroorganisme dalam tanah berperan dalam
membantu proses dekomposisi dalam tanah. Komposisi unsur hara pada pupuk kandang
sapi padat yaitu mengandung unsur nitrogen 0,10- 0,96 %, unsur P2O5 sebanyak 0,64-
1,15% dan unsur K2O 0,45-1,00% (Sakti & Sugito, 2019).
Bahan organik merupakan sisa-sisa bahan buangan yang terdekomposisi oleh
bakteri. Sumber bahan organik bisa berasal dari hewan, tumbuhan dan manusia. Bahan
organik secara fisik berperan sebagai pembentuk butir (granulator) dari butir-butir mineral,
yang menyebabkan terjadinya kondisi gembur pada tanah produktif. Secara biologi bahan
organik berperan meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Hal tersebut
di karenakan bahan organik sebagai sumber energi dan bahan makan bagi mikroorganisme
yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan
kebutuhannya akan bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk
tumbuh (Makasudede, 2021).
C. Jarak Tanam
Tujuan pengaturan jarak tanam adalah untuk memberikan ruang bagi tanaman
budidaya untuk tumbuh dengan optimal dengan cara mengurangi kompetisi antar tanaman
untuk memperoleh air, unsur hara,cahaya matahari serta mempermudah dalam
pemeliharaan (Sakti & Sugito, 2019).
Jarak tanam yang renggang dapat menghasilkan kualitas hasil yang lebih baik
terutama pada lahan yang subur, namun untuk lahan marginal seperti gambut digunakan
jarak tanam yang rapat sehingga diharapkan tanaman memberikan hasil dengan kuantitas
dan kualitias yang tinggi. Jarak tanam juga berhubungan dengan kesuburan tanah, semakin
subur suatu tanah maka jarak tanam yang digunakan semakin renggang (HIDAYAT,
2020).
4. DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, I. S. (2022). POTENSI PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium cepa L .)


DI DATARAN TINGGI DESA BONTO MARANNU KECAMATAN ULUERE
KABUPATEN BANTAENG. Skripsi.
Fathurrohman, A., Aniar Hari S, M., & Awaludin Adam, M. (2015). Persepsi peternak sapi dalam
pemanfaatan kotoran sapi menjadi bi-ogas di Desa Sekarmojo Purwosari Pasuruan. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan, 25(2), 36–42. https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2015.025.02.05
HIDAYAT, R. (2020). PENGARUH JARAK TANAM DAN APLIKASI PUPUK DASAR
KOTORAN TERNAK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG
MERAH( Allium ascalonicum L.). 1–60. https://repository.uin-suska.ac.id/29695/
LAIA, Y. (2017). RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN
PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BONGGOL PISANG SKRIPSI. 1–14.
Makasudede, Y. (2021). Bab 2 tinjauan pustaka. 8–45.
Manik, R. F., Nurhayati, N., & Nurahmi, E. (2019). PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS
PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.). Jurnal Agrotek Lestari, 5(1), 22–27.
https://doi.org/10.35308/jal.v5i1.1963
MUSFIRA. (2023). PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH PADA APLIKASI
EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU DAN JARAK TANAM. 1–14.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558907/
Nugrahini, T. (2013). RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. )
VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI
PUPUK ORGANIK CAIR NASA. 36(1), 60–65.
Puryani*, T. D. dan I. (2019). PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFAT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH. 2018.
Sakti, I. T., & Sugito, Y. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). PLANTROPICA:
Journal of Agricultural Science, 3(2), 124–132.
https://jpt.ub.ac.id/index.php/jpt/article/view/170
Sukmasari, M. D., Yulianti, I., Oksifa, A., & Harti, R. (2023). Pengaruh jarak tanam dan
penggunaan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum L.) Varietas Bali Karet Effect. 11, 29–36.
Yani, F. R. (2020). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
pada Umur Simpan dan Ukuran Umbi yang Berbeda. Skripsi Program Studi Agroteknologi,
1–78.

Anda mungkin juga menyukai