Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PUPUK UREA DAN ZA TERHADAP PERTUMBUHAN

BAWANG MERAH

MAKALAH ILMIAH
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Drs. Pidekso Adi, M.Pd.

Oleh :
Atika Erviana
NIM 180341617560

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
DESEMBER 2018
PENGARUH PUPUK UREA DAN ZA TERHADAP PERTUMBUHAN
BAWANG MERAH

Atika Erviana
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang, Malang 65145
atikaerviana.3286@gmail.com

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris dimana lahan-lahan kosong


digunakan untuk pertanian. Selain itu, iklim di Indonesia juga mendukung
akan pembudidayaan tanaman. Tanaman yang sering dibudidayakan oleh
petani Indonesia yaitu tanaman Holtikultura. Salah satu contoh tanaman
holtikultura adalah bawang merah.
Bawang merah menurut KBBI yaitu bawang yang dipakai dalam
masakan dan juga digunakan dalam pengobatan sebagai campuran; Allium
cepa var. ascalonicum. Bawang merah merupakan salah satu hasil
pertanian holtikultura dengan jumlah yang tinggi. Bawang merah adalah
sejenis sayuran yang sering digunakan untuk masakan dan rempah-
rempah. Dalam pembudidayaannya, bawang merah mayoritas ditanam
didaerah dataran rendah yang terlewati angin dan beriklim kering. Periode
tanam bawang merah yaitu sekitar bulan April sampai Oktober. Selain itu
diperlukan irigasi yang cukup agar nutrisi terpenuhi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah
nasional adalah kondisi tanah yang kurang unsur hara akibat digunakan
secara terus menerus oleh petani. Diperlukan upaya penerapan teknologi
yang sesuai untuk meningkatkan hasil produksi bawang merah, teknologi
yang dapat diterapkan dalam budidaya bawang merah akibat tanah yang
kekurangan unsur hara adalah pemupukan (Eka, 2016).
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara
yang kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini
berarti penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai
efisiensi tinggi. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan
atau ketidaktepatan pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti
mempertinggi input. Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan
hasil yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur
sebagai akibat pemberian satu satuan pupuk/hara (Kastono, dkk, 2005).
Pupuk yang sering dipakai oleh petani bawang merah yaitu pupuk
urea dan pupuk ZA karena harganya terjangkau dan mudah didapat di
pasaran. Namun adakalanya petani harus memperhatikan dampak positif
dan dampak negatif penggunaan pupuk anorganik tersebut. Oleh karena
itu, pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apakah yang
dimaksud dengan pupuk urea dan pupuk ZA, mengetahui perbedaan pupuk
urea dan pupuk ZA, serta mengetahui dampak positif dan negatif terhadap
pertumbuhan bawang merah dan lingkungan sekitar. Selain itu agar para
petani dan masyarakat dapat mengetahui cara budidaya bawang merah
dengan baik dan benar.

Pengertian Bawang Merah

Tanaman adalah salah satu jenis makhluk hidup di muka bumi.


Tanaman sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena berfungsi
sebagai penyuplai oksigen terbesar dan kebutuhan pokok yaitu pangan.
Terdapat berbagai jenis tanaman di muka Bumi, salah satunya yaitu tanaman
bawang. Kata bawang menurut KBBI adalah tanaman umbi lapis yang
digunakan dalam berbagai masakan.

Di Indonesia, keberadaan bawang merah sudah menyebar ke berbagai


daerah. Bahkan, bawang merah memiliki beberapa nama daerah. Sebutannya
di Indonesia antara lain bawang abang mirah (Aceh), bawang abang
(Palembang), bawang sirah (Minangkabau), bawang acar, bawang beureum
(Sunda), bawang suluh (Lampung), brambang, dasun merah (Jawa), bhabang
merah (Madura), jasun bang, jasun mirah (Bali), lasuna cella (Bugis), dan
bawangi (Gorontalo) (Utami, dkk, 2013).

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang memiliki umbi


berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang
membesar dan bersatu. Tinggi herba musim ini sekitar 40-60 cm. Daunnya
pipih memanjang, berwarna hijau keputihan. Adapun bunganya tumbuh
memanjang, berwarna putih kemerahan. Tangkai bunganya sewarna dengan
tangkai daun. Buahnya berbentuk bulat. Untuk memperoleh tanaman yang
tumbuh dan berproduksi dengan baik, sebaiknya bawang merah ditanam di
tanah yang subur (Utami, dkk, 2013).

Berdasarkan data hasil statistik holtikultura tahun 2014 pada urutan


ketiga adalah bawang merah dengan kontribusi produksi sebesar 1.233.984
ton atau sekitar 10,35 persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra
produksi bawang merah di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total
produksi sebesar 956.652 ton atau sekitar 77,53 persen dari total produksi
bawang merah nasional.

Bawang merah ditanam dengan jarak tanam berkisar 20 cm x 20 cm


pada setiap petaknya. Tanaman bawang merah cocok tumbuh di dataran
rendah sampai tinggi (0-1000 m dpl). Ketinggian optimum untuk
pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m dpl.
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya
matahari maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-320 C, dan
kelembaban nisbi 50- 70%. Bawang merah ideal pada tanah remah, sedang
sampai liat, drainase dan aerasi baik, cukup bahan organik, dan pH netral
(5,6–6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah
tanah Alluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latasol.
Tanah lembab dengan air yang tidak menggenang disukai oleh tanaman
bawang merah. Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim
kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan
April/Mei setelah padi dan pada bulan Juli/Agustus (Dinas Pertanian, 2016).
Meskipun bawang merah tidak menyukai banyak hujan, tanaman ini
memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya melalui penyiraman.
Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam
keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari
pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen.
Penyiraman yang dilakukan musim hujan hanya ditujukan untuk membilas
daun tanaman, dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada
bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan
umbi, sehingga dapat menurunkan produksi (Dinas Pertanian, 2016).

Pemupukan
Pemupukan adalah pemberian pupuk pada tanaman atau ke tanah atau
subtrat lainnya yang bertujuan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman,
sedangkan unsur hara adalah bahan organik maupun anorganik yang
diberikan kepada tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan tanaman, serta meningkatkan
produksi. Pemupukan dapat diberikan dalam bentuk pupuk organik atau
pupuk anorganik yang masing–masing memiliki kelebihan dan kelemahan
(Eka, 2016).
Pemberian pupuk anorganik ke media tanam sangat digemari petani,
hal ini disebabkan karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki pupuk
anorganik, antara lain (1) pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2)
kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat
dan dalam waktu yang cepat, (3) kadar unsur yang dikandungnya tinggi, (4)
banyak diperjual belikan sehingga mudah didapat, (5) proses pengangkutan
ke lahan lebih mudah karena jumlah yang diangkut lebih sedikit dan (6)
tanaman memberikan respon yang sangat tinggi terhadap pem-berian pupuk
anorganik (Puji, 2009).
Selain kelebihan yang dimilikinya, pupuk anorganik juga memiliki
kelemah-an, yaitu : (1) selain unsur hara makro, pupuk anorganik sangat
sedikit atau hampir tidak mengandung unsur hara mikro, (2) pemberian
pupuk anorganik melalui akar harus diimbangi dengan penggunaan pupuk
daun yang mengan-dung unsur hara mikro, (3) Pemberian pupuk anorganik
secara terus menerus dapat merusak tanah, (4) Dosis yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman dan (5) dapat
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan (Puji, 2009).
Kelemahan pupuk anorganik mudah tercuci ke lapisan tanah bawah sehingga
tidak terjangkau air, beberapa jenis pupuk anorganik bisa menurunkan pH
tanah atau berpengaruh terhadap kemasaman tanah, penggunaan yang
berlebihan dan terus-menerus , tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk
organik, akan merubah struktur, kimiawi, maupun biologis tanah (Khairunisa,
2015).

Pupuk Urea dan Pupuk ZA


Pupuk urea merupakan pupuk yang diproduksi oleh pabrik Petrokimia
Gresik. Kadungan yang terdapat pada pupuk urea yaitu kadar nitrogen 46%,
kadar air maksimal 0,5%, kadar biuret maksimal 1%, berbentuk prill, ukuran
butir 90% minimal 1,00 – 3,55 mm, berwarna pink/merah muda, dan bersifat
higroskopis serta mudah larut dalam air. Berdasarkan bentuk fisiknya, urea
dibedakan menjadi dua, yaitu urea prill dan urea non-prill. Urea prill
merupakan jenis urea yang telah dikenal selama ini. Butirannya kecil hingga
halus dan berwarna putih. Urea non-prill terdiri atas beberapa jenis, yaitu urea
ball fertilizer, urea super granule (USG), urea briket dan urea tablet. Urea ball
fertilizer merupakan pupuk urea yang berbentuk bola-bola kecil dengan
respon tinggi. Pupuk urea ini belum dapat diaplikasikan secara luas di
lapangan karena alasan teknis dan komersial. Biasanya pupuk ini digunakan
hanya sebagai pupuk susulan untuk mengimbangi kehilangan nitrogen dari
urea prill. Urea super granule merupakan pupuk yang mirip urea prill, hanya
saja butirannya lebih besar. Urea briket berbentuk pipih cakram, rapuh dan
mudah pecah, serta mudah lengket (Lingga & Marsono, 2018).
Pupuk ZA juga diproduksi oleh pabrik Petrokimia Gresik. Kandungan
yang terdapat pada pupuk ZA yaitu kadar nitrogen minimal 20,8%, kadar
sulfur minimal 23,8%, kadar air maksimal 1%, berbentuk kristal, warna
produk subsidi yaitu merah muda sedangkan warna produk non subsidi
berwarna putih, bersifat tidak higroskopis serta mudah larut dalam air.
Menurut Lingga dan Marsono 2008, sifat pupuk ZA yaitu sedikit higroskopis
serta reaksi kerjanya agak lambat dan agak asam. Pupuk ini tidak cocok
diberikan pada tanah muda yang baru dibuka dan tanah yang kurang
mengandung kalsium.
Unsur hara N berperan dalam pembentukan daun, namun unsur ini
mudah tercuci sehingga diperlukan bahan organik untuk meningkatkan daya
menahan air dan kation-kation tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat
menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik, biologi
dan kimia tanah (Hapsari, dkk, 2014). Unsur hara nitrogen merupakan unsur
hara makro yang memiliki peranan penting bagi metabolisme tanaman.
Tersedianya unsur hara nitrogen didalam tanah maka pertumbuhan tanaman
akan maksimal terutama pertambahan jumlah daun, sedangkan unsur sulfur
berperan dalam sintesis asam amino, sistein dan metionin dalam membentuk
protein, selain itu sulfur berperan dalam perkembangan pucuk, akar dan
anakan (Wulandari, dkk, 2015).
Unsur phospour (P) berperan untuk mempercepat pertumbuhan akar
semai, dan dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan umbi. Tanaman
yang kekurangan unsur P maka akan terlihat gejala warna daun bawang hijau
tua dan permukaannya terlihat mengkilap kemerahan dan tanaman menjadi
kerdil (Eka, 2016).

Pengaruh Pupuk Urea dan Pupuk ZA terhadap Pertumbuhan Bawang


Merah dan lingkungan
Bibit merupakan awal keberhasilan dari suatu usaha penanaman jenis
tanaman. Bibit yang baik dan kuat merupakan syarat utama untuk
mendapatkan pertumbuhan yang baik dan seragam. Budidaya tanaman
dimulai sejak pemilihan bibit untuk bahan tanam yang baik karena dari bibit
inilah dimulainya proses pertumbuhan tanaman yang selanjutnya (Kastono,
dkk, 2005).
Sebelum penanaman, tanah yang akan ditanami bawang merah harus
digemburkan terlebih dahulu menggunakan pupuk SP36. Kemudian selang
tiga hari, tanah siap ditanami bawang merah. Ketika bawang merah sudah
tumbuh sekitar 10 cm maka harus dilakukan pemupukan. Waktu pemupukan
harus berskala pada waktu tertentu. Jadi jika pada saat bawang merah sudah
tumbuh sekitar 10 cm yaitu sekitar 15 hari, maka pemberian pupuk dilakukan.
Pemberian pupuk selanjutnya harus berselang 15 hari, yaitu 15 hari setelah
pemupukan pertama dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu seorang petani
dari Probolinggo bernama bapak Atim pada tanggal 24 November 2016,
Beliau mengatakan bahwa pemberian pupuk urea dan pupuk ZA sama-sama
bertujuan agar umbi bawang merah tumbuh besar dan tumbuh subur, hanya
saja perbedaan antara pupuk urea dan pupuk ZA yaitu terletak antara efek
kerja pupuk dan masa bekerjanya. Pupuk urea bekerja selama kurang lebih 10
hari setelah pemupukan. Hasil dari pemupukan sangat cepat. Namun,
kekurangan pupuk urea ini yaitu masa bekerjanya yang relatif singkat.
Berbeda dengan pupuk urea, pupuk ZA bekerja lebih dari 15 hari dari
waktu pemupukan, hanya saja respon bawang merah dari hasil pemupukan
lambat. Selain itu ketika berumur 45 hari, maka pemupukan menggunakan
pupuk ZA harus dicampur dengan pupuk KCL. Pemberian pupuk urea dan
pupuk ZA harus sesuai takaran yaitu ditaburi secara merata di permukaan
tanah bawang merah.
Berdasarkan hasil pengalaman Bapak Atim di atas, beliau pernah
memberi pupuk pada bawang terlalu banyak, sehingga hasil yang didapat
sangat mengecewakan dan bahkan merusak tanaman. Mula-mula tanaman
menjadi layu dan merunduk sedikit demi sedikit. Lambat laun akar pada
bawang merah menjadi busuk dan seluruh bawang merah di lahannya tidak
bisa diharapkan lagi dan dijual dengan harga murah.
Salah satu penyebab degradasi tanah adalah penggunaan pupuk yang
berlebihan. Yang dimaksud berlebihan adalah penggunaan pupuk yang
melebihi dosis, tidak menyesuaikan kebutuhan tanaman, serta penggunaan
yang secara terus menerus tanpa kontrol yang baik. Pupuk kimia sudah sejak
lama digunakan oleh para petani di Indonesia. Hal ini menyebabkan
ketergantungan petani akan pupuk kimia. Diketahui bahwa 66% dari 7 Juta
Hektar lahan pertanian di Indonesia dalam kondisi kritis (Romli, 2012).
Sehingga lapisan humus pada tanah akan berkurang.
Berdasarkan hasil yang ada, justru pupuk anorganik sangat merugikan
jika tidak digunakan secara seimbang dan efisien. Salah-satunya yaitu
hilangnya unsur hara pada lahan tersebut, tercemarnya lingkungan sekitar,
serta kerusakan pada tanaman tersebut. Hal itu menyebabkan ekosistem yang
berada di lahan tersebut tidak stabil. Saat banyak tanaman yang rusak, maka
suplay makanan pada produsen I tidak ada. Selain itu, penggunaan pupuk
yang berlebihan juga menyebabkan kematian terhadap hewan-hewan tanah
seperti cacing yang justru dapat menggemburkan tanah serta rusaknya
dekomposer sebagai pengurai dalam ekosistem tersebut.
Berdasarkan dampak-dampak yang terjadi akibat penggunaan pupuk
secara berlebihan, maka dibutuhkan upaya agar masyarakat mengerti dampak
yang terjadi akibat hal yang mereka lakukan. Penulis menyarankan adanya
penyuluhan terhadap petani-petani di wilayah Indonesia tentang betapa
merugikannya pupuk anorganik bagi lahan-lahan mereka. Selain itu, agar
mereka mengetahui faktor yang mengakibatkan produksi bawang merah
menjadi meningkat atau bahkan menurun drastis.

Menurut penulis, berbagai usaha dan upaya yang dapat dilakukan guna
memperbaiki pencemaran tanah oleh pupuk anorganik yaitu:
a. Menggunakan pupuk sesuai takaran.
b. Mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
c. Mengkolaborasikan penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik.
d. Harus cermat dalam memilih serta menggunakan pupuk anorganik.
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal tentang budidaya bawang
merah, maka perlu dilakukan pemilihan bibit yang baik.
2. Penanaman bawang merah harus di daerah dataran rendah yang
beriklim kering, bersuhu tinggi, dan terkena angin.
3. Pupuk urea dan pupuk ZA yaitu salah satu pupuk yang digunakan oleh
petani bawang merah agar tanamannya tumbuh subur dan umbi
tumbuh besar.
4. Dampak negatif penggunaan pupuk anorganik (salah-satunya pupuk
urea dan pupuk ZA) yaitu tanah pada lahan akan berdegradasi
sehingga kesuburan tanah menjadi berkurang dan akan merusak
bawang merah itu sendiri maka akan merugikan petani secara besar-
besaran.
5. Penggunaan pupuk anorganik secara besar-besaran dapat mematikan
hewan di sekitarnya serta memicu terjadinya eutrofikasi atau biasa
yang disebut blooming. Eutrofikasi yaitu proses perkembangbiakan
tumbuhan air dengan cepat karena memperoleh zat makanan atau
nutrisi yang berlimpah akibat pemupukan secara berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Eka, P. S. 2016. RESPONS TANAMAN BAWANG MERAH (Allium


ascalonicum L.) AKIBAT APLIKASI PUPUK HAYATI DAN PUPUK
MAJEMUK NPK DENGAN BERBAGAI DOSIS. Bandar Lampung :
Universitas Lampung.
Hapsari, R. R., Roviq, M., & Dawam, M. M. 2014. PENGARUH SUMBER
PUPUK NITROGEN DAN WAKTU PEMBERIAN UREA PADA
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays
Sturt. var. saccharata). Malang : Universitas Brawijaya.
Kastono, D., Sawitri, H., & Siswandono. 2005. PENGARUH NOMOR RUAS
SETEK DAN DOSIS PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL KUMIS KUCING. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Lapangan. 2016. BUDIDAYA
BAWANG MERAH, Teknologi Budidaya Komoditas Sayuran Spesifik Bawang
Merah. Jombang : DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. STATISTIK PRODUKSI
HORTIKULTURA TAHUN 2014. Jakarta : Kementerian Pertanian.
Khairunisa. 2015. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK, ANORGANIK
DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI
HIJAU (Brassica juncea L. var. Kumala). Skripsi tidak diterbitkan. Malang :
FST UIN Maulana Malik Ibrahim.
Lingga, P., & Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. 150 hal. (Online) , ( h t t p s : / / b o o k s . g o o g l e . c o . i d / b o o k
s?id=KuX8CAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=i
d # v = o n e p a g e & q & f = f a l s e ), Diakses 25 November 2018.
Puji, A. L. 2009. PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
MELALUI SUBTITUSI PUPUK ANORGANIK DENGAN PUPUK
ORGANIK. Jambi : Universitas Jambi.
Romli, M. 2012. DAMPAK NEGATIF PUPUK KIMIA TERHADAP
KESUBURAN TANAH. Makalah disajikan dalam Seminar (Pth 1507), Jurusan
Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung, Lampung.
Utami, P., Mardiana, L., & Tim Penulis PS.2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit
Kanker, Diabetes, Hipertensi, Stroke, Kolesterol, dan Jantung. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Wulandari, W., Idwar, & Murniati. 2016. PENGARUH PUPUK ORGANIK
DALAM MENGEFISENKAN PUPUK NITROGEN UNTUK
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L.). Riau : Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai