Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PERTANIAN SUSTAINABLE

MATA KULIAH PERTANIAN BERLANJUT

Kelas: S
Oleh Kelompok 2:
Esther Sheliena 195040100111044

Mega Kartika Putri 195040100111054


Shoffey Wahdah 195040100111065
Ghania Ardelia Gautama 195040100111076

Hermawan Fibi Susanto 195040100111090


Lorensia Bela Boru Simarmata 195040100111113
Hasya Parahita 195040100111138

Gabriel Ricardo 195040100111150

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
A. SISTEM PERTANIAN KONVENSIONAL DAN SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN
Pertanian berkelanjutan menurut Lagiman (2020) merupakan sistem pertanian yang
dilakukan agar hasil panen optimal secara kuantitas dan kualitas, serta usaha dalam
melestarikan mutu sumberdaya pertanian dan lingkungan sehingga sumberdaya pertanian
tetap produktif dan mutu lingkungan terjaga di masa yang akan datang. Adapun 9 indikator
yang digunakan untuk mengukur keberlanjutan pertanian, yakni: profitabilitas, produktivitas,
kualitas tanah dan udara, efisiensi penggunaan energi, kelestarian, kualitas hidup penduduk
serta penerimaan masyarakat atas sitem pertanian yang diterapkan (Haryanta et al., 2018).

Sistem pertanian konvensional memiliki ciri yaitu spesialisasi komoditi atau


penanamannya monokultur dan penerapan teknologinya mekanisasi dan intesifikasi.
Sehingga sistem pertanian konvensional ini tidak tergolong dalam sistem pertanian yang
berkelanjutan karena sistem pertanian berkelanjutan mempertimbangkan aspek ekologis yang
ramah lingkungan dan adaptif, aspek ekonomis yang menguntungkan dan aspek social yang
mudah diterima oleh petani maupun masyarakat sekitarnya (Haryanta et al., 2018)

Perbedaan Pertanian berkelanjutan dan pertanian konvensional (Dianiar, 2015) :

Konvensional Sustainable

Bergantung pada kemajuan inovasi Bergantung pada manajemen, pengetahuan


teknologi dan keterampilan petani

Untuk produksi dan pengembangan teknologi Secara umum tidak membutuhkan investasi
membutuhkan investasi modal yang besar modal yang besar

Skala pertanian luas Skala pertanian kecil dan menengah

Sistem tanam monokultur Sistem pertanian diversifikasi

Meminimalisir penggunaan pupuk serta pestisida


Penggunaan pupuk dan pestisida kimia
kimiawi, dan dialihkan dengan menggunakan
secara luas
pupuk dan pestisida alami

Biaya upah tenaga kerja rendah karena Biaya upah tenaga kerja lebih tinggi karena
tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak
Penggunaan bahan bakar fosil lebih rendah,
Ketergantungan tinggi pada bahan bakar karena minim dalam penggunaan mesin (tidak
(sumber energi pada produksi pertanian, memproduksi pupuk kimiawi, pemasarannya
produksi pupuk, pengepakan, transportasi dan secara langsung dan bersifat local [daerah
pemasaran) pertanian dekat dengan konsumen, sehingga
jalur distribusinya lebih pendek])
Persiapan media tanam

Pemilihan bibit

Persemaian

Penanaman

Perawatan Lahan

Pencegahan hama dan penyakit

Pemanenan

Diagram alir sistem pertanian konvensional padi (https://bawuran-bantul.desa.id/first/,


2014). Untuk menyiapkan media tanam, dilakukan pembajakan dengan tractor atau sapi.
Kemudian media tanam kembali digenangi air dengan ketinggian 10cm dan dibiarkan kurang
lebih 2 minggu agar media tanam menjadi berlumpur. Pemilikan bibit dilakukan dengan
merendam 100 butir benih dalam air selama 2 jam. Jika 90% benih mengeluarkan kecambah
berarti benih memiliki kualitas unggul dan bermutu. Kemudian dilakukan pesemaian pada
lahan seluan 500 untuk 1 hektar lahan lalu diberikan pupuk urea dan pupuk TSP dengan
masing-masing dosis 10gr/1 . Proses penanaman dilakukan setelah tumbuh daun
sempurnah sebanyak 3-4 helai. Setelah ditanam, dilakukan perawatan yaitu dengan
melakukan penyiangan, pengairan dan pemupukan. Untuk menccegah hama dan penyakit,
diberikan pestisida. Jika padi sudah menguning dan merunduk, dilakukan pemanenan.

SRI (System of Rice Intensification) adalah model budidaya padi intensif dan efisien
yang mengaplikasikan management sistem perakaran, yang berbasis pada pengolahan tanah,
tanaman dan air dengan prinsip kearifan local. Adapun beberapa keunggulan SRI yaitu dapat
meningkatkan produksi, dapat mengembalikan kesuburan tanah dan dapat mengurangi beban
keuangan negara. Metode ini dianggap menjadi sebuah solusi untuk masalah ketahanan
pangan, lingkungan serta krisis energi, karena metode ini dapat menghemat penggunaan air,
dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, dapat mengembalikan kesuburan dan daya
dukung tanah, dapat menurunkan produksi CO, CO2 dan metan, dapat meningkatkan
pendapatan petani, dapat memulihkan ekosistem dan menjadi soslusi untuk permasalahan
energy, dengan mengganti pupuk anorganik menjadi pupuk yang berasal dari kotoran hewan
(Iskandar dan Prabowo, 2010).

B. INFORMASI PRODUKTIVITAS KOMODITAS BERAS


Upaya untuk memenuhi kebutuhan beras melalui produksi dalam negeri dilakukan
dengan menerapkan intensifikasi tanaman padi yang didukung perkembangan teknologi.
System of Rice Intensification merupakan salah satu inovasi teknologi yang diciptakan
dengan tujuan mampu meningkatkan produksi padi sawah (Pitojo,2003). Mekanisme SRI
yang diterapkan yaitu menggunakan bibit muda (8-15 hari) saat tanaman masih berdaun dua
helai dan ditanam maksimal 30 menit setelah diambil dari persemaian, kondisi sawah diari
macak-macak (maksimum 2 cm), penyiangan setiap 10 hari dengan mengairi lahan terlebih
dahulu. Menurut Trubus (2013), dengan menggunakan metode SRI ini mampu menghasilkan
produksi padi hingga 2-4 kali lebih banyak dari pada sistem konvensional. Akan tetapi,
penggunaan tenaga kerja dan pupuk kompos jauh lebih tinggi dibandingkan sistem
konvensional tetapi dibarengi penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang juga lebih rendah.
Oleh karena itu, sistem SRI ini lebih menyarankan para petani untuk membuat sendiri sarana
produksinya mulai dari benih hingga pupuk kompos.

Menurut Ningtyas (2011), penerapan metode SRI organik mampu meningkatkan


produktivitas padi dibandingkan dengan sistem konvensional. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Ningtyas di desa Ringgit, diperoleh data sebagai berikut:

Berdasarkan table di atas metode SRI lebih efisien dibandingkan dengan metode
konvensional. Penggunaan metode SRI organik lebih unggul dibandingkan metode
konvensional. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanafi dkk
(2015), sistem SRI memiliki keunggulan dalam meningkatkan hasil produksi dan juga
meningkatkan pendapatan petani. Namun demikian, biaya input yang digunakan pada sistem
SRI lebih tinggi dibandingkan sistem konvensional. Berikut merupakan data hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hanafi dkk:

Berdasarkan hasil produksi padi per hektare, diketahui bahwa sistem SRI lebih unggul 3 ton
dibandingkan sistem konvensional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan biaya kompos dan
tenaga kerja lebih tinggi sistem SRI dibandingkan konvensional, sedangkan biaya
penggunaan pupuk kimia, benih, dan pestisida lebih tinggi sistem konvensional dibandingkan
sistem SRI. Oleh karena itu, pendapatan petani padi dengan sistem SRI lebih tinggi
dibandingkan petani padi dengan sistem konvensional dan dapat ditarik kesimpulan dari
kedua penelitian yang dilakukan bahwa produktivitas sistem SRI lebih unggul dibandingkan
sistem konvensional.

C. KANDUNGAN NUTRISI KOMODITAS BERAS

Beras mempunyai kandungan nutrisi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air, dan zat
gizi lainnya yang diperlukan oleh tubuh. Menurut USDA FoodData Central (2021),
kandungan nutrisi beras per 100 gr adalah sebagai berikut, kandungan karbohidrat berkisar 28
gr, protein sekitar 2,7 gr, total lemak 0,3 gr, beras mengandung vitamin yang meliputi tiamin
(B1) 0.07-0,32 mg, riboflavin berkisar (B2) 0.05 mg, niasin (B3) 1.6-6 mg, asam pantotenat
(B5) sekitar 1 mg, vitamin B6 0,16 mg, dan Folat (B9) 8 µg. Selain itu, beras juga
mengandung mineral, meliputi kalsium (28 mg), magnesium (25 mg), mangan (1,08 mg), zat
besi (0,8 mg), fosfor (115 mg), potasium (115 mg), dan seng (1,09 mg) serta komponen
lainnya yaitu air sekitar 11,6 gram. Dan, total kalori beras per 100 gram ialah 130 kcal.
D. PERHITUNGAN TOTAL KEBUTUHAN KALORI

No Sistem Pertanian Yield (kg) Kalori

1. Konvensional

Hulled grain (kg) (5.000*60%)*3 130*((9.000*1000)/100)

9.000 11.700.000

Carrying Capacity 11.700.000/(2.000*365)

16 persons/ha/y

2. SRI

Hulled grain (kg) (8.000*60%)*3 130*((14.400*1000)/100

14.400 18.720.000

Carrying Capacity 18.720.000/(2000*365)

25 persons/ha/y

E. PERHITUNGAN KEBUTUHAN NUTRISI


Konvensional:
 Hulled Grain: 5000 x 60% x 3 = 9000
 Protein: 2,7 (9000 x 1000)/100=243,000
243,000/(50 x 365) = 13 persons/ha/y
 Lemak: 0,3 (9000 x 1000)/100 = 27000
27,000/(30 x 365) = 2 persons/ha/y
 Karbohidrat: 28 (9000 x 1000)/100 = 2,520,000
2,520,000/(130 x 365) = 53 persons/ha/y
SRI:
 Hulled Grain: 8000 x 60% x 3= 14,400
 Protein: 2,7 (14400 x 1000)/100=388,800
388,800/(50 x 365) = 21 persons/ha/y
 Lemak: 0,3 (14400 x 1000)/100 = 43,200
43,200/(30 x 365) = 4 persons/ha/y
 Karbohidrat: 28 (14400 x 1000)/100 = 4,032,000
4,032,000/(130 x 365) = 85 persons/ha/y

F. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

1. Sistem pertanian konvensional merupakan sistem pertanian dengan ciri spesialis


komuditi atau sistem penanaman monokultur dan penerapan teknologinya dan
intensifikasi. Sedangkan sistem pertanian berlanjut adalah sistem pertanian yang
dilakukan agar dapat menghasilkan hasil panen yang optimal, baik secara kuantitas
maupun kualitas, serta berupaya dalam melestarikan mutu sumberdaya dan lingkungan
sehingga sumberdaya pertanian tetap produktif dan mutu lingkungan akan tetap terjaga
di masa yang akan datang. Sehingga dapat dikatakan sistem pertanian konvensional ini
tidak tergolong dalam sistem pertanian yang berkelanjutan karena sistem pertanian
berkelanjutan mempertimbangkan aspek ekologis yang ramah lingkungan dan adaptif,
aspek ekonomis yang menguntungkan dan aspek social yang mudah diterima oleh petani
maupun masyarakat sekitarnya.
2. Tanaman pangan merupakan salah satu komoditas penting bagi suatu negara, termasuk
Indonesia dengan komoditi tanaman pangan utama yaitu padi atau beras. Dengan begitu,
pemerintah selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan menerapkan
sistem intensifikasi tanaman padi yang didukung perkembangan teknologi. Salah satunya
yaitu System of Rice Intensification yang merupakan salah satu inovasi teknologi yang
diciptakan dengan tujuan mampu meningkatkan produksi padi sawah. Berdasarkan data
yang ada, diketahui bahwa hasil produksi padi per hektare, menggunakan sistem SRI
lebih unggul 3 ton dibandingkan sistem konvensional. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, biaya kompos dan tenaga kerja lebih tinggi sistem SRI dibandingkan
konvensional, sedangkan biaya penggunaan pupuk kimia, benih, dan pestisida lebih
tinggi sistem konvensional dibandingkan sistem SRI.
3. Berdasarkan hasil perhitungan, sistem pertanian konvensional dapat memenuhi
kebutuhan kalori untuk 16 people/ha/y sedangkan sistem pertanian SRI dapat memenuhi
kebutuhan kalori lebih banyak dibandingkan sistem pertanian konvensional, yaitu untuk
25 people/ha/y.
Untuk hasil perhitungan kebutuhan nutrisi didapatkan hasil bahwa pertanian
konvensional dapat memenuhi kebutuhan protein untuk 13 persons/ha/y , lemak untuk 2
persons/ha/y, dan karbohidrat untuk 53 persons/ha/y. Sedangkan SRI dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi lebih banyak yaitu kebutuhan protein untuk 21 persons/ha/y , lemak
untuk 4 persons/ha/y , dan karbohidrat untuk 85 persons/ha/y.

Saran:

1. Memperhatikan serta mengevaluasi kembali mengenai keefektifan serta keefisienan


sistem pertanian berlanjut yang dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti profitabilitas,
produktivitas, kualitas tanah dan udara, efisiensi penggunaan energi, kelestarian, kualitas
hidup penduduk serta penerimaan masyarakat atas sitem pertanian yang diterapkan.
2. Adanya peran aktif dari berbagai pihak, baik petani, kelompok/organisasi petani, mepun
pemerintah untuk sama-sama mengupayakan sistem pertanian berkelanjutan. Peran aktif
yang dapat dilakukan:
a) Bagi petani. Peran aktif dapat dilakukan dengan tetap melakukan budidaya dengan
sistem pertanian berlanjut, serta tetap terus berinovasi dalam melakukan kegiatan
pertanian.
b) Bagi kelompok/organisasi. Peran aktif dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan dan pelatihan bagi para petani untuk meningkatkan pemahaman serta
kemampuan petani mengenai sistem pertanian berkelanjutan, serta menampung
inovasi bagi para petani.
c) Bagi pemerintah. Peran aktif dapat dilakukan dengan membantu serta mendukung
adanya sistem pertanian berkelanjutan, misalnya dengan memberikan insentif atau
subsidi, serta membuat regulasi mengenai keberlangsungan sistem pertanian
berkelanjutan.
Referensi

Desa Bawuran Bantul. (2014). Langkah-Langkah Cara Menanam Padi.


https://bawuranbantul.desa.id/first/artikel/143-Langkah-Langkah-Cara-Menanam-Padi
diakses pada 1 September 2021.
Dianiar, U. (2015). Bersahabat dengan Lingkungan Melalui Pertanian Berkelanjutan.
https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/29-bersahabat-dengan-lingkungan-
melalui-pertanian-berkelanjutan.html diakses pada 1 September 2021.
Hanafi, dkk. 2015. Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Sistem SRI (System of
Rice Intensification) dengan Sistem Konvensional di Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Journal of Agriculture and Agribusiness
Socioeconomics. Diakses dari
https://www.neliti.com/publications/93849/analisis-perbandingan- usahatani-padi-
sawah-sistem-sri-system-of-rice-intensifiat

Haryanta, D., Tohiron, M., & Gunawan, B. (2018). Sistem Pertanian Terpadu.
Lagiman, L. (2021). PERTANIAN BERKELANJUTAN: UNTUK KEDAULATAN
PANGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI.
Jusra Iskandar, F., & Eko Prabowo, H. (2010). Sri (System Of Rice Intensification) Organik
Sebagai Solusi Masalah Pangan, Lingkungan Dan Sumber Energi Di Indonesia. In
Proceeding International Conference on Business and Economics (ICBE) (Vol. 1, No.
1). Politeknik Negeri Padang.

Ningtyas, S. F. V. P. 2011. “Analisis Usahatani pada Konvensional dan Padi System of


Rice Intensification (SRI) Organik”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53601

Pitojo, Setijo. 2003. Bertanam Padi Sawah Tabela. Penebar Swadaya. Jakarta

Redaksi Trubus. 2013. Kiat Tingkatkan Produksi Padi. Jakarta. Trubus Swadaya.

United State Department of Agriculture Food Data Central. (2021). USDA National Nutrient
Database for Standard Reference. USA. [cited 2021 September 1 th]. Available from:
https://fdc.nal.usda.gov/index.html.

Anda mungkin juga menyukai