Anda di halaman 1dari 11

PENGOLAHAN KIMIAWI

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PANGAN

Disusun oleh Kelompok 3:

Moch. Rio Rivaldo 195040100111004


Febry Sukma N. 195040100111037
Mega Kartika 195040100111054
Leandrafildzah Adinda Z. 195040100111112
Nabila Tasya Ayu R. 195040107111078

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
Pickle
Pikel adalah hasil pengolahan buah atau sayuran dengan menggunakan garam dan
diawetkan secara asam, dengan atau tanpa penambahan gula dan rempah-rempah sebagai
bumbu (Vaughn, 1982). Pikel sebagian besar dibuat dari ketimun dan beberapa dibuat dari
terong, semangka atau sayur lainnya. Produk lain sejenis pikel adalah sauerkraut, produk yang
dihasilkan dari pemeraman irisan kubis, juga dalam larutan garam. Faktor yang mengontrol
berhasil tidaknya proses pembuatan pikel adalah kadar garam, dan suhu larutan garam atau
brine. Kadar larutan garam yang paling umum dipakai dalam pemeraman pikel adalah 5 - 8 %.
Pembuatan Pikel Ketimun yang akan dipikel sebaiknya memiliki bentuk teratur, tekstur
keras, dan merniliki sifat pikling yang baik. Timun yang akan dipikel umumnya dipanen pada
saat belum matang karena timun yang telah matang ukurannya terlalu besar, warna dan
bentuknya mudah berubah. biji telah matang penuh, serta terlalu lunak untuk sebagian besar
penggunaan komersial. Kedua jenis sayuran ini umumnya dipikel dalam keadaan utuh tidak
dipotong-potong. Secara umum dikenal dua jenis pikel, yaitu pikel hasil pemeraman asam
laktat an pikel yang dibuat dari perendaman bahan (timun atau terong) dalam larutan garam
pekat (salt stock). Pada pikel yang dibuat dari salt stock ini biasanya asam ditambahkan ke
dalamnya.
Pembuatan Pikel Fermentasi
Bahan dan alat
Ketimun, kantong plastik, air dan garam, gelas jar atau stoples, pisau, pengaduk kayu plastik.
alas potong, gelas ukur, timbangan.
Cara Kerja :
1. Sortasi bahan baku ketimun, pilih bahan yang muda, tekstur keras, dan bebas dari segala
bentuk cacat.
2. Pisahkan timun dari tangkainya, lalu cuci bersih.
3. Siapkan larutan garam atau brine 5% .
4. Masukkan timun dalam gelas jar toples. Wadah glelas jar atau stoples yang akan
digunakan harus telah disterilisasi dengan cara direbus dalam air mendidlh selama
minimal 30 menit.
5. Tuangkan larutan brine ke dalam gelas jar yang telah diisi timun.
6. Sisanya hanya sedikit headspace (ruangan kosong) dibagian atas jar, isi ruang kosong
ini dengan plastik yang diisi brine. Pastikan semua bahan terendam sempurna dalam
larutan brine, tutup rapat gelas jar.
7. Fermentasikan gelas jar pada suhu kamar selama 1 minggu.
8. Bila pada brine terdapat endapan lendir pisahkan endapan lendir dengan menyaring
brine, bila brine berwana hitam ganti larutan brine dengan brine yang baru (sesuaikan
konsentrasinya) yang ditambah vinegar 2%.
9. Masukkan kembali brine ke dalam botor jar, tutup rapat.
10. Pasteurisasi pada suhu 70 - 80 OC selama 15 menit. segera dinginkan dengan cepat
setelah pasteurisasi selesai (lakukan ha1 ini sebelum pikel disimpan atau dikonsumsi).
Kecap ikan
Kecap ikan merupakan salah satu produk olahan yang berbahan dasar ikan. Kecap ikan
diberbagai negara memiliki metode pengolahan yang berbeda namun prinsipnya kurang lebih
sama. Metode pengolahan kecap ikan ada dua yakni fermentasi serta penggaraman dan
hidrolisis. Pada pengolahan fermentasi, memanfaatkan bakteri halofilik yang biasanya terdapat
pada organ dalam ikan. Pengolahan dengan garam dan hidrolisis terbagi menjadi dua yaitu
hidrolisis enzimatis, memanfaatkan enzim proteolitik, dan hidrolisis asam dengan
memanfaatkan zat asam. Kecap ikan dengan metode fermentasi memiliki perbandingan 3:1
atau 2:1 antara berat ikan dan garam (Prasetyo et al., 2012). Proses fermentasi akan dilakukan
selama 6 hingga 12 bulan pada suhu lingkungan (±30°C) dengan presentase garam sebesar 20-
30% (Widyastuti et al., 2014). Fermentasi dengan menggunakan bakteri halofilik
membutuhkan waktu lebih lama karena bakteri membutuhkan waktu dalam beradatasi dan
menghasilkan enzim proteolitik untuk menghidrolisis protein pada ikan (Prasetyo et al., 2012).
Autolysis protein pada proses fermentasi dapat dipercepat dengan menambahkan enzim trypsin
dan chymotrypsin ataupun menurunkan presentase garam (Widyastuti et al., 2014).
Berikut merupakan proses pengolahan kecap ikan dengan penggaraman (Widyastuti et al.,
2014)

Bahan baku dipotong


kecil (1-2 cm)

Dicuci bersih

Ukur berat bahan


dengan 25% garam
(225g ikan: 75g garam

Masukkan toples, tutup


rapat
Fermentasi selama 45
hari pada suhu ±29°C

Sterilisasi dengan
autoclave

Saring 4 tahap

Masukkan pada
centrifuge (kecepatan
500 rpm selama 15
menit)
Kornet
Corned iBeef iatau iKornet, merupakan isalah isatu ijenis iproduk iolahan idaging isapi
iyang ibanyak idigunakan idalam iresep imasakan iIndonesia. iKornet idaging isapi idiolah
idengan icara idiawetkan idalam iair igaram i(brine), iyaitu iair iyang idicampur idengan
ilarutan igaram ijenuh. iKemudian idimasak idengan icara isimmering, iyaitu idirebus idengan
iapi ikecil iuntuk imenghindari ihancurnya itekstur idaging isapi.Biasanya idigunakan
ipotongan idaging iyang imengandung iserat imemanjang, iseperti ibrisket. iNama i"corned
ibeef" iberasal idari igaram ikasar iyang idigunakan. iCorn iartinya ibutiran, iyaitu ibutiran
igaram. i
Tujuan ipembuatan idaging ikornet iadalah iuntuk imemperoleh iproduk idaging iyang
iberwarna imerah, imeningkatkan idaya iawet idan idaya iterima iproduk, iserta imenambah
ikeragaman iproduk iolahan idaging.Dengan idiproses imenjadi ikornet, imasalah
ipenyimpanan idaging isapi isegar idapat idiatasi. iKornet ikalengan idapat idisimpan ipada
isuhu ikamar idengan imasa isimpan isekitar idua itahun.Daging ikornet idapat idihidangkan
isebagai icampuran iperkedel, itelur idadar, imi irebus, ipengisi iroti, iserta imakanan ilainnya
i(Nugroho, i2008).
a. Alat idan iBahan iPembuatan iKornet
- Alat i
Peralatan iyang idiperlukan iadalah i(1) ichopper iuntuk imenggiling idaging, isehingga
idihasilkan idaging icincang, i(2) imixer iuntuk imencampur iadonan, isehingga imenjadi
ihomogen, i(3) ialat ipengukus iuntuk imemasak iadonan idaging, i(4) iexhauster iuntuk
imenyedot idan imenghampakan iudara idi idalam ikaleng, i(5) imesin ipenutup ikaleng iuntuk
imenutup ikaleng isecara ihermetis i(kedap iudara), i(6) iretort iuntuk imemanaskan ikaleng
idan iisinya, isehingga itercipta ikondisi iyang isteril i(Nugroho. i2008).
- Bahan i
Bahan idasar ipembuatan ikornet iadalah idaging isapi iyang idigiling. Namun saat ini
kornet tidak hanya dibuat dari daging sapi, tapi juga dari daging ayam. Daging tersebut kaya
akan protein, dapat mengikat air dan membentuk emulsi yang baik (Cahyono dkk, 2019).
Bahan itambahan iyang idiperlukan iadalah igaram idapur, initrit, ialkali ifosfat, ibahan
ipengisi i(tepung itapioka,terigu iatau isusu iskim), iair, ilemak, igula, idan ibumbu. I
Fungsi igaram ipada iproses ipembuatan idaging ikornet iyaitu ibahan ipenolong idalam
iproses ipembentukan iemulsi idaging ikornet. iGaram imampu imemperbaiki isifat-sifat
ifungsional iproduk idaging idengan icara imengekstrak iprotein imiofibriler idari iserabut
idaging iselama iproses ipenggilingan idan ipelunakan idaging. iGaram iberinteraksi idengan
iprotein idaging iselama ipemanasan, isehingga iprotein imembentuk imassa iyang ikuat, idapat
imenahan iair, idan imembentuk itekstur iyang ibaik. iSelain iitu, igaram imemberi icita irasa
iasin ipada iproduk, ijuga ibersifat ibakteriostatik idan ibakteriosidal, isehingga imampu
imenghambat ipertumbuhan ibakteri idan imikroba ipembusuk ilainnya.
Fungsi initrit iadalah imenstabilkan iwarna imerah idaging, imembentuk iflavor iyang
ikhas, imenghambat ipertumbuhan ibakteri ipembusuk idan iberacun, iserta imemperlambat
iterjadinya iketengikan.Jumlah initrit iyang idiizinkan itersisa ipada iproduk iakhir iadalah i50
ippm i(mg/kg). iKemampuan initrit idalam imempertahankan iwarna imerah idaging iadalah
idengan icara ibereaksi idengan ipigmen imioglobin i(pemberi iwarna imerah idaging)
imembentuk initrosomioglobin iberwarna imerah icerah iyang ibersifat istabil
i(Nugroho,2008).
Penambahan isenyawa ialkali ifosfat ipada idaging iakan imeningkatkan idaya iikat iair
idan iprotein idaging idan imengurangi ipengerutan ikornet iyang idihasilkan. iAlkali ifosfat
iakan imeningkatkan i pH idan imenyebabkan iterbukanya iikatan-ikatan iantar gugus iprotein
idaging iyang iakan imemudahkan ipengikatan iair. iBersama-sama idengan iasam iaskorbat,
isenyawa ifosfat idapat imenghambat iproses iketengikan ioksidatif, idan ibisa imemperbaiki
itekstur. iFosfat idapat imeningkatkan ikeempukan idan ijuiciness idaging ikornet,
imeningkatkan idaya iterima iwarna, ikeseragaman idan istabilitas iproduk, iserta imelindungi
idari ikemungkinan ipencokelatan iselama ipenyimpanan i(Nugroho,2008).
Penambahan ilemak ipada ipembuatan idaging ikornet iberfungsi iuntuk imembentuk
iproduk iyang ikompak idan iempuk, iserta imemperbaiki irasa idan iaroma. iBertambahnya
ikadar iair idan ilemak idi idalam ikornet iakan imenambah ijuiciness idan
ikeempukannya(Nugroho. i2008).

b. Proses iPembuatan iKornet


Cara pengolahan kornet adalah dengan menyimpannya dalam brine, mencampurkan
brine dengan larutan garam jenuh kemudian merebusnya agar tidak mempengaruhi tekstur
daging (Cahyono dkk, 2019).

Chopping
Mixing Corned
Daging sapi suhu Filling Exhausting Seaming Sterilisasi Cooling Labelling
(nitrit) beef
rendah

Menurut iWagiyono i(2003) iproses ipembuatan ikornet iterdiri idari i: i


1. Pembersihan iBahan iBaku i(Daging iSapi)
Pembersihan idilakukan idengan imenggunakan iair ibersih iyang imengalir, iguna
imenghilangkan ikotoran iyang imenempel ipada ibahan. iSelain iitu imenghilangkan ibagian-
bagian iyang itidak ibisa idimakan.
2. Chopping
Daging isapi idigiling idengan ichopper ipada isuhu irendah isehingga iselama
ipenggilingan, isuhu idapat idipertahankan itetap idi ibawah i16°C. iHal itersebut idilakukan
idengan imenambahkan ies ibatu iatau iair idingin. iHasil igilingan iberupa idaging icincang
iyang imasih ikasar.
3. Curing
Setelah idicincang, idaging idimasukkan ike idalam imixer iuntuk imencampur idaging,
ibumbu, idan ibahan ilainnya imenjadi iadonan iyang ihomogen iyang idisebut idengan icuring.
iAgar iemulsi itetap iterjaga istabilitasnya, ipencampuran iharus idilakukan ipada isuhu irendah
i(10-16°C). iCuring iadalah icara iprocessing idaging idengan imenambahkan ibeberapa ibahan
iseperti igaram iNaCl, iNa-nitrat idan iatau iNa-nitrit idan igula i(dekstrosa iatau isukrosa),
iserta ibumbu-bumbu. iMaksud icuring iantara ilain iuntuk imendapatkan iwarna iyang istabil,
iaroma, itekstur idan ikelezatan iyang ibaik, idan iuntuk imengurangi ipengerutan idaging
iselama iprocessing iserta imemperpanjang imasa isimpan iproduk idaging.
4. Filling
Emulsi idaging iyang itelah iterbentuk iselanjutnya idiisikan ike idalam ikaleng iyang
isebelumnya itelah idisterilkan idengan ipanas. ikemudian iditimbang idengan itimbangan
ikasar. iPengisian idilakukan idengan imetode ihot ifilling. iHot ifilling iadalah ikombinasi
iproses ipengawetan idengan ipemanasan i(pasteurisasi) idengan imetode ilainnya
i(pengawetan isekunder) iuntuk imemberikan itingkat ikeamanan iproduk iyang idiinginkan.
iProduk ipangan idiisikan ike idalam ikemasan idalam ikeadaan ipanas i(hot ifiiling),
iumumnya ipada isuhu i180°F. iPemanasan iyang idiberikan itidak imembunuh ispora idan
ipada iproses ipendinginan iterbentuk ikondisi ivakum i(anaerobik). Pengisian menyisakan
ruang kosong kecil di kaleng yang disebut head space (Cahyono dkk, 2019). Setelah idilakukan
ifilling, ikaleng idisusun idalam inampan idan idiletakkan ike iatas iconveyor ibelt. iLalu
idalam iperjalanannya imenuju ike iexhauster ibox, ikaleng-kaleng itersebut iditimbang
ikembali idengan itimbangan idigital iyang ilebih iakurat. iBeratnya ibervariasi itergantung
ijenis ikaleng iyang idigunakan. iPengisian idilakukan idengan imenyisakan isedikit iruang
ikosong idi idalam ikaleng, idisebut ihead ispace. iUkuran ihead ispace ibervariasi, iumumnya
ikurang idari i¼ itinggi ikaleng.
5. Exhausting
Kaleng iyang itelah idiisi, ikemudian idivakum i i(exhausting) idengan icara
imelewatkannya imelalui iban iberjalan ike idalam iexhauster ibox ibersuhu i90-95°C iselama
i15 imenit.
6. Seaming
Setelah ikeluar idari iexhauster ibox, ikaleng idalam ikeadaan ipanas ilangsung iditutup
idengan imesin ipenutup ikaleng. iSemakin itinggi isuhu ipenutupan ikaleng, imaka isemakin
itinggi ipula itingkat ikevakumannya i(semakin irendah itekanannya). iProses ipenutupan
ikaleng ijuga imerupakan ihal iyang isangat ipenting ikarena idaya iawet iproduk idalam
ikaleng isangat itergantung ipada ikemampuan ikaleng i(terutama ibagian-bagian isambungan
idan ipenutupan) iuntuk imengisolasikan iproduk idi idalamnya idengan iudara iluar.
iPenutupan iyang ibaik iakan imencegah iterjadinya ikebocoran iyang idapat imengakibatkan
ikerusakan.
7. Pencucian
Pencucian ibertujuan iuntuk imenghilangkan ikotoran iyang itercecer idi ipermukaan
ikaleng iakibat iproses ifilling. iApabila ikotoran itidak idibersihkan, idikhawatirkan imikroba
iakan idapat itumbuh idan imengkontaminasi iproduk isetelah idibuka, ikarena iproses
isterilisasi ihanya idifokuskan ipada iproduk iyang iberada idalam ikaleng.
8. Sterilisasi
Setelah iditutup, ikaleng ibeserta iisinya idisterilisasi idengan icara imemasukkan ikaleng
ike idalam iretort idan idimasak ipada isuhu i120°C idan itekanan i0,55 ikg/cm2, iselama i15
imenit.
9. Cooling
Agar idaging itidak imengalami ipemanasan iyang iberlebihan, ikaleng iyang itelah idisterilkan
iharus isegera ididinginkan idi idalam ibak ipendingin iyang iberisi iair iselama i20-25 imenit.
iPendinginan ipasca isterilisasi imenjadi ipenting ikarena itimbul iperbedaan itekanan iyang
icukup ibesar iyang idapat imenyebabkan irekontaminasi idari iair ipendingin ike idalam
iproduk. iPerlu idipastikan ibahwa iair ipendingin iyang idigunakan imemenuhi ipersyaratan
imikrobiologis. iUntuk iindustri ibesar, iproses ipendinginan ibiasanya idilakukan isecara
iotomatis idi idalam i iretort, iyaitu isesaat isetelah ikatup iuap idimadkan i imaka isegera
idibuka ikatup iair idingin. iUntuk iukuran ikaleng iyang ibesar, imaka itekanan iudara idalam
iretort iperlu idikendalikan isehingga itidak imenyebabkan iterjadinya ikaleng-kaleng iyang
imenggelembung idan irusak. Setelah proses cooling, bersihkan permukaan kaleng dengan lap
hingga kering. Kemudian produk siap untuk diberi label dan kemasan. (Cahyono dkk, 2019).
TAHU

Tahu merupakan makanan Indonesia yang berbahan dasar kedelai. Kandungan asam
amino tahu merupakan yang paling lengkap dari semua produk olahan kedelai. Secara umum,
tahu mengandung air 86%, protein 8-12%, lemak 4-6%, dan karbohidrat 1-6%, berbagai
mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, natrium, serta vitamin seperti kolin, vitamin
B, dan vitamin E. Kandungan asam lemak jenuhnya rendah dan bebas kolesterol (Santoso
2015). Berdasarkan data BPS tahun 2016-2019, konsumsi tahu nasional mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Konsumsi tahu pada tahun 2016 dan 2017 yaitu sebesar 7,87
kg per kapita dan 7,88 kg per kapita dan pada tahun 2019 mencapai 8,03 kg/kapita. Konsumsi
tahu yang terus meningkat serta jumlah penduduk yang terus meningkat berdampak pada
permintaan tahu yang tinggi, sehingga usaha pengolahan tahu dapat dijadikan sebagai peluang
bisnis.

Proses produksi tahu dimulai dari pemilihan bahan baku kedelai yang akan digunakan
untuk menjaga kualitas tahu. Ciri-ciri kedelai dengan kualitas baik adalah biji kedelai sudah
tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak, dan bebas dari sisa – sisa tanaman, batu
kerikil, tanah, dan biji–bijian lain. Proses selanjutnya yaitu proses perendaman selama ± 3
sampai 12 jam. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melepaskan kulit kedelai dan
membuat kedelai menjadi lunak. Setelah direndam, dilakukan proses pencucian dengan air
mengalir dan pengupasan kulit kedelai. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran
yang menempel dan masih tercampur dengan kedelai. Tahapan selanjutnya yaitu proses
penggilingan dengan mesin agar didapatkan hasil gilingan yang halus. Pada saat proses
penggilingan, ditambahkan air agar dapat menghasilkan bubur kedelai. Bubur kedelai
kemudian di tampung didalam ember. Bubur kedelai dipindahkan kedalam tungku masak
kemudian ditambahkan air dan ditunggu hingga mendidih. Setelah mendidih, bubur kedelai
didiamkan selama ± 5 menit untuk menurunkan suhunya. Proses ini bertujuan untuk mematikan
zat antinutrisi yaitu tripsin inhibitor yang terdapat dalam kedelai, mempermudah proses
ekstraksi atau penggumpalan protein, dan menambahkan umur simpan tahu.

Setelah didiamkan, bubur kedelai kemudian disaring menggunakan kain blanco atau
kain mori kasar sambil dibilas dengan air agar bubur kedelai dapat terekstraksi. Dari proses
penyaringan ini menghasilkan limbah yang berupa ampas tahu. Ampas tahu memiliki sifat yang
cepat busuk bila tidak cepat diolah sehingga perlu ditempatkan jauh dari hasil ekstraksi agar
tidak terkontaminasi. Kemudian filtrat hasil dari penyaringan yang masih dalam keadaan
hangat diberikan asam atau catu secara perlahan sambil diaduk. Pemberian asam dapat
dihentikan ketika telah terjadi penggumpalan. Untuk mengumpulkan tahu digunakan batu tahu
(sioko) atau CaSO4 yaitu batu gips yang sudah dibakar dan ditumbuk halus menjadi tepung,
asam suka 90%, biang atau kecutan, dan sari jeruk. Sisa cairan berupa biang atau kecutan yang
telah terpisah dari gumpalan tahu didiamkan selama satu malam. Pengrajin biasanya
menggunakan kembali kecutan ini untuk proses penggumpalan. Tahap selanjutnya yaitu
pencetakan dan pengepresan. Gumpalan tahu yang telah terbentuk dituangkan kedalam cetakan
yang dialasi kain sampai menutupi seluruh permukaan. Setelah cukup dingin, kemudian tahu
dipotong sesuai dengan ukuran yang dipasarkan (Jaya et al., 2018). Berikut merupakan
diagram pembuatan tahu:
KEDELAI

PENCUCIAN & PERENDAMAN (3 – 12 Limbah cair


AIR JAM) (BOD, TSS)

PENGUPASAN
Kulit kedelai
KULIT

AIR PERENDAMAN Limbah cair


(30–40 MENIT) (BOD, TSS)

AIR PENGGILINGAN

Air dan PEREBUSAN (30 MENIT)


panas

PENYARINGAN Ampas tahu

FILTRAT

Limbah cair
Asam Asetat (whey) PENGGUMPALAN (BOD,
Asam)

PENCETAKAN / Air Tahu (whey)


PENGERASAN (TSS, BOD, Bau)

PEMOTONGAN

TAHU
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2019). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2016-2019.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Cahyono, H. B., Yuliastuti, R., & Amanati, L. (2019). PENGARUH PENGGORENGAN
TERHADAP KANDUNGAN NITRIT DALAM KORNET. Jurnal Teknologi Proses
dan Inovasi Industri, 3(2), 57-62.
Jaya, et al. (2018). Perencanaan Produksi Bersih Industri Pengolahan Tahu Di UD. Sumber
Urip Pelaihari. Jurnal Agroindustri: 8(2).
Nugroho, iCatur iPriyo. i2008. iAgribisnis iTernak iRuminansia. iDirektorat
iPembinaanSekolah Menengah iKejuruan. iDirektorat iJenderal iManajemen
iPendidikanDasar idan Menengah. Departemen iPendidikan iNasional, iJakarta.,
iBogor.
Prasetyo, M. N., Sari, N., & Budiyati, C. S. (2012). Pembuatan Kecap Dari Ikan Gabus Secara
Hidrolisis Enzimatis Mengunakan Sari Nanas. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, 1(1), 270-276.
Santoso. (2015). Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori Dan Praktek). Fakultas Pertanian
Universitas Widyagama. Malang.
Vaughn. 1982. Lactic Acid Fermentation of Cabbage, Cucumber, Olives and Other Product. In
Prescott and Dunns Industrial Microbiology. Fourth editions. AVI Publishing Co. Texas.
Wagiyono.2003.Menguji Kesukaan secara Organoleptik.Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta. Palupi,W.D.E.Tinjauan Literatur Pengolahan Daging. Jakarta: Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI, 1986. 54 hal.
Widyastuti, P., Riyadi, P. H., & Ibrahim, R. (2014). Mutu kecap ikan yang terbuat dari isi perut
ikan manyung (Arius thalassinus) dengan konsentrasi garam yang berbeda. Jurnal
Saintek Perikanan, 9(2), 18-23.

Anda mungkin juga menyukai