Anda di halaman 1dari 7

Jajar legowo 3:1

Jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang


dikembangkan dari sistem tanam tegel atau simetris yang telah berkembang di
masyarakat. Istilah legowo diambil dari Bahasa Jawa, Banyumas, terdiri atas kata
lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti memanjang. Prinsip dari sistem
tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi
untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir. Secara umum, tanaman
pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman yang ada di bagian
dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik
karena persaingan tanaman antar barisan dapat dikurangi. Penerapan cara tanam
sistem legowo memiliki beberapa kelebihan yaitu, sinar matahari dapat
dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis, pemupukan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan di
dalam lorong-lorong. Selain itu, cara tanam padi sistem legowo juga
meningkatkan populasi tanaman (Maghfiroh.dkk, 2017).

Pada pola simetris dan pola jajar legowo 3:1, jarak tanam 20 cm x 20 cm
di peroleh hasil gabah per hektar lebih tinggi sedangkan pada pola jajar legowo
2:1 penggunaan jarak tanam 25 cm x 25 cm di peroleh hasil gabah per hektar lebih
tinggi. pengaruh pola jarak tanam berbeda pada setiap jarak tanam. Pada jarak
tanam 20 cm x 20 cm pola jajar legowo 3:1 di peroleh hasil gabah lebih tinggi
berbeda dengan pola jajar legowo 2:1 tetapi tidak berbeda dengan pola simetris
sedangkan pada jarak tanam 25 cm x 25 cm pola 2:1 di peroleh hasil gabah per
hektar lebih tinggi berbeda dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga disebabkan
karena banyaknya gabah yang berisi daripada gabah yang hampa pada perlakuan
pola jajar legowo 2:1 dan 3:1 dibandingkan dengan pola simetris yang
menghasilkan hasil gabah per hektar rendah. Pemanfaatan ruang kosong pada pola
jajar legowo menyebabkan proses fotosintesis berlangsung efektif pada fase
generatif hasil fotosintesis lebih banyak dibawa kebiji sehingga hasil gabah lebih
tinggi. Tinggi rendahnyaberat biji tergantung dari banyak atau tidaknya bahan
kering yang terkandung dalam biji. Bahan kering dalam biji diperoleh dari hasil
fotosintesis yang selanjutnya dapat digunakan untuk pengisian biji
(Maghfiroh.dkk, 2017).
Sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam yang memperhatikan
larikan tanaman, sistem tanam jajar legowo merupakan tanam berselang seling
antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Keuntungan dar
sistem tanam jajar legowo adalah menjadikan semua tanaman atau lebih banyak
tanaman menjadi tanaman pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar
matahari yang lebih banyak dan sirkulasi udara yang baik, unsur hara yang lebih
merata, serta mempermudah pemeliharaan tanaman (Candra.dkk, 2017).

Pola jajar legowo berbeda pada setiap jarak tanam, pada jarak tanam 20
cm x 20 cm, penggunaan pola jajar legowo 2:1 menghasilkan tanaman lebih tinggi
berbeda dengan pola jajar legowo lainnya, kecuali pengamatan 30 HST tidak
berbeda dengan pola jajar legowo 4:1. Pada jarak tanam 25 cm x 25 cm
penggunaan pola jajar legowo 3:1 menghasilkan tanaman lebih tinggi berbeda
dengan pola jajar legowo 2:1 pada umur 30 HST dan pola jajar legowo 4:1 pada
umur 45 HST. Tabel 1 juga menunjukan bahwa pengaruh jarak tanam berbeda
pada pola jajar legowo 2:1 dan pola jajar legowo 3:1 tetapi tidak berbeda pada
pola jajar legowo 4:1. Pada pola jajar legowo 2:1 penggunaan jarak tanam 20 cm
x 20 cm menghasilkan tanaman lebih tinggi, sedangkan pada pola jajar legowo
3:1 penggunaan jarak tanam 25 cm x 25 cm menghasilkan tanaman lebih tinggi.
Hal ini diduga karena pola jajar legowo 2:1 penggunaan jarak tanam 20 cm x 20
cm populasi tanamannya lebih banyak sehingga memicu terjadinya kompetisi
antar tanaman dalam hal pemanfaatan sinar matahari dibandingkan dengan
populasi tanaman yang lebih rendah, sehingga memacu tanaman lebih tinggi,
sedangkan pola jajar legowo 3:1 penggunaan jarak tanam 25 cm x 25 cm
menghasilkan tanaman lebih tinggi disebabkan karena sistem tanam jajar legowo
memberikan ruang yang lebih lebar sehingga tidak terjadi kompetisi antar
tanaman untuk mendapatkan suplai nutrisi yang lebih banyak sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi (Candra.dkk, 2017).

Pola tanam jajar legowo 2 : 1 yakni dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm


x 40 cm dan sisipan diberikan disemua barisan, yang perpetaknya terdiri
dari 104 tanaman. Pola tanam jajar legowo 3 : 1 yakni dengan jarak tanam 20
cm x 15 cm x 40 cm dan sisipan diberikan disemua barisan, yang
perpetaknya terdiri dari 117 tanaman. Pola tanam jajar legowo 4 : 1 yakni dengan
jarak tanam 20 cm x 15 cm x 40 cm, dan sisipan diberikan disemua
barisan, yang perpetaknya terdiri dari 104 tanaman (Muhammad.dkk, 2019).
Dengan pola tanam jajar legowo 2:1 maka pemberian kombinasi pupuk
Petroganik 500 kg ha-1 + ZA 300 kg. ha-1 + SP-36 75 kg. ha-1 + KCl 50 kg.
ha-1 (J3) dapat diserap secara efektif oleh tanaman akibat faktor lingkungan
yang optimal. Pemberian nitrogen dapat meningkatkan jumlah anakan, selain itu
unsurh ara belerang (S) yang terdapat pada pupuk ZA dan SP 36 dapat
memacu pertumbuhan anakan. Pemupukan yang berkombinasi sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Sejalan dengan Mashtura et al,
(2013) pemupukan Phosfat dan sulfur berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan
dan jumlah anakan produktif, Dengan demikian Jumlah pupuk sulfur sangat
mendukung peningkatan panjang malai, semakin tinggi dosis pemupukan sulfur
yang diberikan maka jumlah malai semakin meningkat (Muhammad.dkk, 2019).
Tanam padi dengan tipe tanam jajar legowo merupakan pengelolaan jarak
tanam dan peng-aturan cara tanam, sehingga diperolah ruang tumbuh yang
optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mencipta-kan lingkungan
yang sub optimal bagi organisme penganggu tanaman (OPT) serta memudahkan
dalam melakukan perawatan tanaman. Tipe tanam jajar legowo dikembangkan
untuk memanfaatkan pengaruh barisan pinggir tanaman padi (border effect) yang
lebih banyak. Tanaman pinggir tumbuh dan berkembang lebih baik dan hasil per
rumpun lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang di tengah, sehingga
semakin banyak tanaman pinggir border effect di petakan sawah menghasilkan
gabah lebih banyak. Padi yang ditanam secara beraturan dalam bentuk tegel, hasil
tanaman per rumpun pada bagian luar lebih tinggi 1.5 hingga 2 kali dibanding
hasil per rumpun tanaman yang berada di bagian dalam. Tipe tanam jajar legowo
yang digunakan dalam penelitian adalah tipe tanam jajar legowo tanpa adanya
penambahan tanaman di antara jarak tanam pada tanaman pinggir, sehingga
seluruh tanaman mendapatkan ruang tumbuh yang sama. Dalam upaya
meningkatkan hasil padi sawah dilakukan pengujian modifikasi berbagai tipe
tanam jajar legowo. Pengujian bertujuan untuk mendapatkan tipe tanam jajar
legowo yang terbaik bagi partumbuhan dan hasil padi sawah (Dia.dkk, 2015).
Perlakuan sistem tanam legowo memberikan pengaruh nyata terhadap
produksi padi/petak. Hal ini terlihat dari masing-masing perlakuan menunjukkan
perbedaan yang nyata. Aplikasi berbagai sistem tanam legowo mempengaruhi
produksi secara langsung. Proses inidapat saja terjadi karena masih banyak faktor
lingkungan lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
antaranya curah hujan, hama yang menyerang, anakan yang mati atau tidak
produktif. Faktor paling penting yang mempengaruhi hasil produksi adalah
anakan dan jumlah malai yang terbentuk (I Made.dkk. 2016).

Ketersediaan hara di media perakaran yang selanjutnya diangkut ke dalam


tubuh tanaman akan tetap menjamin berlangsungnya proses fotosintesis untuk
membentuk asimilat yang pada akhirnya akan ditranslokasikan ke bagian biji
(gabah), semakin banyak asimilat yang ditranslokasikan ke bijiakan semakin
meningkatkan hasil gabah keringJarak tanam yang terlalu rapat akan menghambat
pertumbuhan tanaman, tetapi jika terlalu renggang juga akan mengurangi jumlah
pupulasi tanaman per satuan luas sehingga produksi lebih rendah dan disamping
itu peluang untuk pertumbuhan gulma lebih besar. Dimana sistim tanam jajar
legowo 2 : 1 menjadikan hampir semua barisan tanaman berada dipinggir
galengan atau mendapat efek samping, tanaman yang mendapat efek samping
(border effect),produksinya lebih tinggi dari pada yang tidak mendapat efek
samping (I Made.dkk. 2016).

Pada sistem jajar legowo ada beberapa pegertian yaitu terdapat dua
ataulebih baris tanaman padi dan diselingi oelh satu baris yang akan dikosongkan.
Dalam satu unit legowo terdiri dari dua atau lebih dalam barisan tanaman dan
satu baris kosong. Jika terdapat dua baris tanam per unit legowo merupakan jajar
legowo 2:1, jiga tiga baris tanam per unit legowo merupakan jajar legowo 3:1,
kalau 4 baris per unit merupakan 4:1. Pada sistem legowo sebagai contoh
sistem jarak tanamn lainnya, ada beberapa pilihan yang dapat diterapkan dalam pe
nanaman. Jarak tanam akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil padi. jaraktana
m yang lebar kemungkinan tanaman memiliki anakan yang sangat banyak Pada
jarak tanam 50 x 50 cm, tanaman padi dapat menghasilkan sekitar 50-80anakan
dalam satu rumpun. Jika tanam yang sempit hanya menghasilkan jumlahanakan
yang sedikit, bahkan pada jarak tanam yang sempit, satu tanaman hanyamampu
menghasilkan beberapa anakan saja  ( Hatta, Muhammad 2015).

Pola jarak jajar legowo 2:1 merupakan cara atau altenatif untuk
peningkatan produksi dan konsumi, karena sistem jarak tanam yang tidak tidak ter
lalu lebarsehingga tanaman dapat meningkatkan produksi gabah dan anakan pada
tanaman, pemanfaatan lahan kosong juga dapat mengefisiensi lahan
karena bisa ditumbuhi oleh anakan dari tanaman padi. Berdasarkan hasil observasi
peningkatan penanaman padi secara kesuluruhan dapat diterapkan pola jarak tana
m jajarlegowo 2:1 sehingga petani dapat menambah kualitas untuk padi yang akan
dikonsumsi ( Hatta, Muhammad 2015).

Daftar pustaka
Magfiroh Nur, 1Iskandar M. Lapanjang, Usman Made. 2017. Pengaruh Jarak
Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa
L.) Pada Pola Jarak Tanam Yang Berbeda Dalam Sistem Tabela. e-J.
Agrotekbis 5 (2) : 212 – 221. ISSN : 2338-3011

Candra.V.Donggulo, Iskandar M. Lapanjang, Usman Made, 2017. Pertumbuhan


Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L) Pada Berbagai Pola Jajar
Legowo Dan Jarak Tanam. J. Agroland 24 (1) : 27 - 35. ISSN : 0854 –
641X E-ISSN : 2407 – 7607

Hatta, Muhammad. 2015. Pengaruh Tipe Jarak Tanam Terhadap Anakan,


Komponen Hasil, Dan Hasil Dua Varietas Padi Pada Metode
SRI.J.Floratek 6:104-113. Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda
Aceh

Muhammad Usman, Choirul Anam, Mariyatul Qibtiyah, 2019. Kajian Macam


Pola Tanam Jajar Legowo Dan Kombinasi Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Padi (Oryza Satival.). Agroradix Vol. 2 No.2. Issn :
2621-0665.
Dia Novita Sari, Sumardi, EkoSuprijono, 2015. Pengujian Berbagai Tipe Tanam
Jajar Legowo terhadap Hasil Padi Sawah. Akta Agrosia Vol. 17 No. 2
hlm 115 – 124. ISSN 1410-3354

Joko Adrianto, Harianto, Dan M. Parulian Hutagoal.2016. Peningkatan Produksi


Padi Melalui Penerapan SRI (System Of Rice Intensification) Di
Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Agribisnis Indonesia Vol 4 No 2 Hal: 107-
122

Joko Susilo, Ardian, Erlida Ariani, 2015. Pengaruh Jumlah Bibit Perlubang
Tanaman Dan Dosis Pupuk N, P, K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Padi Sawah (Oriza Sativa L.) Dengan Metode SRI. Jurusan Agroteknoloi.
Fakultas Pertanian. Universitas Riau

D. Yadi Heryadi, Betty Rofatin, 2017. Kajian Berkelanjutan Pelaksanaan


Pertaian Pada S.R.I Organik. Jurnal siliwangi vol 3. No. 1. ISSN 2477-3891

Wahyudi, A. Ruminta, S. A. Nursaripah,2016. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman


Jagung (Zea Mays L.) Toleran Herbisida Akibat Pemberian Berbagai
Dosis Herbisida Kalium Glisofat. Jurnal Kultivasi Vol. 15(2).

Yozie Dharmawan, Jonatan Ginting, Lisa Mawarni. 2016. Pertumbuhan Dan


Reproduksi Jagung Hibrida Pada Berbagai Campuran Pupuk Kandang
Sapi Dan N, P, K, Mg. Jurnal agroekoteknologi Vol. No. 4. E-ISSN No.
2337-6597.

I Made Sudiarta, Elkawakib Syam’un, Rajuddin Syamsuddin, 2016. Pertumbuhan


Dan Produksi Tanaman Padi Serta Produksi Ikan Nila Pada Sistem
Tanam Jajar Legowo. J. Sains & Teknologi, Vol.16 No.1 : 70 – 80. Issn
1411-4674

Amal Wira Nurhanafi, Didik indradewa, rohlan rogomulilyo. 2017. Pertumbuhan


dan hasil jagung (zea mays L.) pada pola tanam satu lubang dengan
kedelai (Glycine Max (L.) Merril). Vegetalika 6(4): 1-3

Novrizal Siregar, T. Irmansyah, Mariati, 2016. Pertumbuhan Dan Produksi


Sorgum Manis (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Terhadap Pemberian
Mulsa Dan Bahan Organik. Jurnal Agroteknologi. Vol.4, No.3 2188-2195. E-
ISSN No. 2337-6597.

M.P. Sirappa, 2015. Prospek Perkembangan Sorgum Di Indonesia Sebagai


Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Nana Sustriasna, Nandang Sunandar, Anas Zubair. 2015. Uji Adaptasi Beberapa
Varietas Sorghum (Sorghum Bicolar L.) Pada Lahan Kering Di
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Lahan Suboptimal Vol.2 No,2: 137-
143. ISSN: 2252-6188.

Anda mungkin juga menyukai