Anda di halaman 1dari 5

A.

Jagung

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) termasuk famili graminae sub famili
panicoidae. Jagung manis termasuk tanaman monokotiledonus Berdasarkan tipe
pembungaannya jagung manis termasuk tanaman monoecius yang memiliki bunga yang
terpisah pada satu tanaman. Berdasarkan tipe penyerbukannya, jagung manis termasuk
tanaman yang menyerbuk silang (Admaja, 2016).

Jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Perbedaannya terletak pada warna
bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan pada jagung manis berwarna putih sedangkan
jagung biasa berwarna kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna putih sedang
jagung biasa berwarna kemerahan. Jagung manis siap dipanen ketika tanaman berumur antara
60–70 hari (Admaja, 2016)

Sistem perakaran tanaman jagung sangat bervariasi yaitu menyebar ke bawah dan ke
samping dengan panjang akar kurang lebih 2 m. Akar utama keluar dari pangkal batang
berjumlah antara 20 sampai dengan 30 buah, sedangkan akar lateral tumbuh dari akar utama
dengan jumlah 20-25 buah. Dari akar lateral tumbuh akar rambut dengan jumlah yang tidak
terhitung. Fungsi akar pada tanaman jagung digunakan untuk menghisap air dan garam-
garam dari dalam tanah, sebagai penopang tegaknya tanaman dan organ yang
menghubungkan tanaman dengan tanah (Warisno, 2015).

Batang tanaman jagung terdiri dari ruas-ruas dengan jumlah ruas antara 8-21 ruas dengan
rata-rata 14 ruas. Tinggi batang tanaman bagian luar merupakan jaringan kulit yang keras dan
tipis, yang berfungsi agar batang kuat dan kaku. Dengan diameter batang antara 3-4 cm.
Pada setiap buku terdapat satu daun dengan kelopak daunnya, di mana kelopak daunnya
membungkus sebagian atau seluruh ruas batang pada buku tersebut. ( Yuliasma, 2015 ).

Daun terdapat pada setiap batang yang terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah
daun, dan helai daun. Letak atau posisi daun berselang-seling dalam dua barisan pada
batang. Jumlah daun tanaman jagung rata-rata 12-18 helai dalam tiap batang. Tanaman
jagung yang berumur genjah memiliki jumlah daun yang lebih sedikit dibandingkan dengan
tanaman jagung yang berumur panjang. Fungsi daun bagi tanaman jagung merupakan tempat
terjadinya fotosintesis. ( Yuliasma, 2015 ).

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan dan
bunga betina terletak dalam satu tanaman. Bunga jantan terletak pada ujung tanaman dan
bunga betina terletak pada tongkol pada ketiak daun. Bunga jantan tersusun dalam bentuk
malai, sedangkan bunga betina yang bersatu dengan tongkol membentuk benang sari yang
akan muncul keluar dari tongkol jika sudah siap untuk dibuahi. Penyerbukan dihasilkan
dengan bersatunya tepungsari pada rambut. Lebih kurang 95% dari bakal biji terjadi karena
perkawinan sendiri. Biji tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada sebuah
tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol. Setiap
tongkol terdiri atas 10-14 deret, sedang setiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir
( Yuliasma 2015 ).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih
dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol
terdiri atas 1016 baris biji yang jumlahnya selalu genap. ( Syafruddin, 2018 )

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu
optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-
7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
( Iskandar, 2016 ).

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya
tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam,
sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam). ( iskandar, 2016)

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh
optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung
antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada
tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang
baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. ( Suriyadianti,
2015 )
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman.
Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6-7,5.
Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian
Tempat Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian
antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung.
( Suriyadianti, 2015 )

Teknik Jajar Legowo merupakan teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar
rumpun dan antar barisan. Kepadatan optimal akan efektif memanfaatkan kelembapan tanah,
nutrisi, sinar matahari dan lain lain kelebihan dan kekurangan dalam sistem jajar legowo
yakni dari sisi kelebihan jarwo jagung dapat meninngkatkan produktivitas dan memudahka
pengelolaan tanaman dari irigasi, pengendalian gulma, aplikasi pupuk, dan sanitasi lapang.
Kekurangan dari sistem jajar legowo yakni dalam penerapannya membutuhkan tenaga kerja
yang lebih banyak, ketepatan metode masih belum optimal, dan aspek kebijakan
(Balitbangtan, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, S, M. J. Mejaya, N. Agustina, I. Gunawan, P. Sasmita, dan A.


Guswara. 2016. Sistem Tanam Legowo. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Kementerian
Pertanian.
Admaja. 2016. Jagung. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Arif, et al. 2016. Potensi Pemanasan Global dari Padi Sawah System of Rice Intensification
(SRI). dengan berbagai ketinggian muka air tanah
Arief, A. R. 2015. Pengaruh Perbedaan Sistem Jarak Tanam Jajar Legowo pada
Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt).
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo
Bahua, Mohamad ikbal. 2015. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt) pada Sistem Jarak Tanam Jajar Legowo yang Berbeda. Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
Balitbangtan. Badan Litbang Pertanian. 2016. Teknik Jajar Legowo Pada Tanaman Jagung.
Jakarta: Agro Inovasi.
Chamidah, S., Karyadi, dan S. Suratiningsih. 2015. Perbandingan usahatani padi yang
menggunakan hand tracktor dengan ternak sapi di kelompok tani karya pembangunan. Jurnal
Agromedia. 30 (1): 1 – 18.

Fuadi N A et al. 2016. Kajian Kebutuhan Air dan Produktivitas Air Padi Sawah dengan
Sistem Pemberian Air secara SRI dan Konvensional menggunakan Irigasi Pipa
Misran. 2015. Studi Sistem Tanam Jajar Legowo terhadap Peningkatan Produktivitas Padi
Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan Vol. 14 (2): 106-110.

Ikhwani, G. R. Pratiwi, E. Paturrohman dan A. K. Makarim. 2015. Peningkatan Produktivitas Padi


Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Puslitbang Tanaman Pangan. Iptek Tanaman
Pangan Vol. 8 No.2 2013.

Arifi. 2010. Budidaya tanaman jagung & masalah produksinya di indonesia khususnya di
sumatra barat. Program studi agroekoteknologi fakultas pertanian universitas andalas padang
Azmi yudia. 2010. Upaya peningkatan produksi jagung berdasarkan permasalahan yang ada
di indonesia,khususnya sumbar. Agroekoteknologi fakultas pertanian universitas andalas
Hartoyo eko. 2008. Pengaruh pemupukan semi organik dengan berbagai sumber pupuk
kandang terhadap serapan n, pertumbuhan, dan hasil tanaman jagung (zea mays l.).
Universitas sebelas maret. Surakarta
Iskandar Andy. 2010. Budidaya tanaman jagung dan upaya peningkatan produksi jagung
sumatra barat. . Prody Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
Jumet. 1990. Pentingnya pemupukan pada tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman
Jamal. 1989. Masal pupuk organik.
suriyadianti Ice. 2010. Budidaya tanaman jagung dan upaya peningkatan produksi jagung di
Sumatera Barat. Prody Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
Syafrudin, dkk. 2013. Morfologi tanaman tan fase pertumbuhan tamanam jagung.balai
penelitian tanaman serealia
Yuliasma vera. 2015. Laporan praktikum teknologi produksi tanaman pangan. Budidaya
tanaman jagung. Program studi agroekoteknologi fakultas pertanian unersitas andalas kampus
tiga dharmasraya.
lidar.seprita.Surtinah. (2017). Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji. jr.ilmiah pertanian, 13(2),
78.
nyoman. (2015). Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan
Hasil Jagung Manis. jr.ilmiah, 24(4), 153-159.
Surtinah. (2017). RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLD. jr.ilmiah
pertanian, 8(2), 1-5.
Williams. (1993). Dasar-dasar Genetika dan Pemiliaan Tanaman. jr.ilmiah, 10(4), 1-8.

Purwono dan H. Purnamawati. 2015. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
(140 halaman)

Syahri dan R.U. Somantri. 2016. Penggunaan varietas unggul tahan hama dan penyakit mendukung
peningkatan produksi padi nasional. Jurnal Litbang Pertanian. 35 (1): 25-36.

Utama, M.Z.H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Prasekti, Y.H. 2015. Analisa ekonomi usaha penangkar benih padi ciherang di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung. Jurnal Agribisnis Unita. 11 (13): 1 – 11.

Musaqa, S. 2016. Analisis Sistem Pengadaan dan Pemasaran Benih di Kabupaten Batang Hari,
Provinsi Jambi. Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Pertanian)

Wahid, A.S. 2015. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen pada padi sawah dengan metode bagan
warna daun. Jurnal Litbang Pertanian. 22 (4): 156-161

Jumin, H.B. 2016. Dasar-dasar Agronomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rahmawati, S. 2016. Status perkembangan perbaikan sifat genetik padi menggunakan transformasi
argobacterium. Jurnal Agrobiogen. 2 (1): 36 – 44.

Anda mungkin juga menyukai