Latar belakang
Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk
dalam keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea
kulit biji tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut. Produk
utama jagung manis adalah buah/ tongkolnya, biji jagung manis mempunyai
jenisnya, biji jagung manis terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed
coat), endosperm dan embrio (Koswara , 2009). Tanaman jagung manis umumnya
ditanam untuk dipanen muda yaitu 69 – 82 hari setelah tanam atau pada saat
biji jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dan
kadar pati lebih rendah. Sifat ini ditentukan oleh gen sugari (su) resesif yang
berfungsi untuk menghambat pembentukan gula menjadi pati. Dengan adanya gen
dibandingkan dengan tanaman jagung biasa, kadar gula yang tinggi menyebabkan
biji menjadi berkeriput (Rifianto, 2010). Jagung manis termasuk dalam keluarga
Graminae Famili : Graminaeae Genus : Zea Spesies : Zea mays Saccharata Sturt
tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah
yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah
yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung sangat banyak. Sementara
pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Batang
tanaman jagung bulat silindris, tidak berlubang, dan beruas – ruas (berbuku –
buku) sebanyak 8 – 20 ruas. Jumlah ruas tersebut bergantung pada varietas yang
yang ditanam dan kesuburan tanah. Struktur daun tanaman jangung terdiri atas
tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Jumlah daun setiap tanaman jagung
tergantung pada varietas dan umur tanaman daun jagung berbentuk pita atau garis
dengan letak tulang daun di tengah- tengah daun sejajar dengan daun, berbulu
halus, serta warnanya bervariasi (Rukmana, 2010). Daun tanaman jagung keluar
dari buku – buku batang. Daun terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, 6 lidah
daun dan helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang (Purwono dan
Hartono, 2006). Pada saat jagung berkecambah, akar yang berada dekat ujung biji
yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar
samping. Akar adventatif merupakan bentukan akar lain yang tumbuh dari
pangkal batang di atas permukaan tanah kemudian menembus dan masuk kedalam
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum adalah agar mahasiswa dapat memahami macam-
macam interaksi gen dan dapat membandingkan antara nisbah interaksi gen
graminae yang memiliki batang tunggal dan termasuk tanaman monoceous. Siklus
hidup tanaman ini terdiri dari fase vegetatif dan generatif. Secara lengkap jagung
Jagung memiliki akar serabut dan memiliki batang tegak dengan daun tunggal di
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar yaitu akar seminal
akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang
berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif adalah akar yang semula
serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup
jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar
jagung terdiri atas 52% akar adventif dan seminal serta 48% akar nodal. Akar kait
atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada satu atau tiga buku di atas
permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menyangga tanaman agar
tetap tegak dan mengatasi rebah batang serta membantu penyerapan hara dan air.
varietas, pengolahan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vasculer), dan pusat batang (pith).
Ramaswamy, 2003). Daun jagung mulai terbuka sesudah koleoptil muncul di atas
permukaan tanah. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun
yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang.
yang terbuka 9 sempurna adalah 3 - 4 hari setiap daun (Subekti et al., 2007).
tanaman berumah satu (monoceuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat
dalam satu tanaman. Bunga betina muncul dari axxilary apices tajuk. Bunga
jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut
jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada
tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih
sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada
varietasnya. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang
terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri dari 10 - 16
baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding
ovary atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah
Syarat Tumbuh
Iklim
Jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa karakter diantaranya
lingkungan tempat tumbuh dan umur panen. Jenis jagung berdasarkan lingkungan
tempat tumbuh meliputi jagung yang tumbuh di dataran rendah tropik (< 1 000 m
dpl), dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1 000 – 1 600 m dpl), dan dataran
tinggi tropik (>1 600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur panen
dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung berumur genjah dan umur dalam.
Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari
sedangkan jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari
300C dan pH tanah 5.7 – 6.8 (Subandi dalam Iriany et al., 2007). Agar dapat
30 0C, dengan curah hujan sekitar 600 mm – 1 200 mm per tahun yang
didistribusikan rata selama musim tanam. Intensitas cahaya matahari sangat
Hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan pertumbuhan secara
keseluruhan, dan walaupun suhu panas adalah ideal untuk pertumbuhan vegetatif
jagung. Kebutuhan air yang terbanyak pada tanaman jagung adalah stadia
pembungaan dan stadia pengisian biji. Jumlah radiasi surya yang diterima oleh
tanaman selama fase berbunga juga merupakan faktor yang penting untuk
penyakit yang bisa menyerang tanaman jagung yaitu : penyakit bulai yang 8
disebabkan oleh Ezserohilum turcicum, dan penyakit karat yang disebabkan oleh
Tanah
Jagung memiliki akar serabut dan memiliki batang tegak dengan daun
tunggal di setiap buku (Farnham et al., 2003). Jagung mempunyai akar serabut
dengan tiga macam akar yaitu akar seminal akar adventif, dan akar kait atau
penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku diujung mesokotil.
Akar adventif 8 berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya
sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam
pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif
dan seminal serta 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif
yang muncul pada satu atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar
penyangga adalah menyangga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah
batang serta membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung
fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Subekti et al., 2007).
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vasculer), dan pusat batang (pith).
benih hingga dewasa, rata-rata tingginya mencapai 2 - 3.5 m. Daun jagung mulai
terbuka sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah. Setiap daun terdiri
atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah
daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumnya berkisar antara 10
tanaman berumah satu (monoceuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat
dalam satu tanaman. Bunga betina muncul dari axxilary apices tajuk. Bunga
jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut
jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada
tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih
sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada
varietasnya. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang
terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri dari 10 - 16
baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding
ovary atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah
Mendel, seorang rahip Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan dia
secara Mendel sederhana, seperti dihibrid dan monohibrid. Oleh karena itu, terjadi
adalah penyimpangan yang tidak keluar dari hukum Mendel walaupun terjadi
perubahan pada rasio F2-nya karena gen memiliki sifat yang berbeda-beda
sehingga rasio fenotipe tidak sama dengan yang diuraikan oleh hukum Mendel
(Abdurrahman, 2008)
Penyimpangan semu hukum Mendel disebabkan oleh genetik dan interaksi alel
dimana alel-alel yang berasal dari gen yang berbeda terkadang berinteraksi
menyebabkan dominasi suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi.
(Yunus, 2006).
Pada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain,
menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana. Keragaman nisbah
genetika Mendel ini dapat dijelaskan berdasarkan adanya interaksi gen, yaitu
pengaruh satu alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu
gen pada satu lokus terhadap gen pada lokus lain. (Crowder, 1993)
duplikat). Kalau menurut Mendel fenotipe F2 itu ada 4 kelas, tetapi karena ada
fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik. Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi secara
genetik. Selain mengalami berbagai modifikasi rasio fenotipe karena adanya
peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum
fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini tidak hanya meliputi berbagai faktor
faktor internalnya meliputi: Hormon dan enzim. Gen merinci struktur protein.
Semua enzim yang diketahui adalah protein. Enzim melakukan fungsi katalis,
Reaksi – reaksi ini merupakan reaksi pengubahan bertahap satu substansi menjadi
substansi lain, setiap langkah (tahap) diperantarai oleh suatu enzim spesifik.
akhir menyusun suatu jalur biosintesis.Interaksi gen terjadi bila dua atau lebih gen
Pada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain,
penemuan Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat secara bebas,
diketahui bahwa tidak semua keturunan yang besegrasi dapat dipisahkan menjadi
kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana. Keragaman nisbah genetika
Mendel ini dapat dijelaskan berdasarkan adanya interaksi gen, yaitu pengaruh satu
alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu gen pada satu
bentuk pial (jengger) ayam. Karena ada interaksi maka perbandingan fenotipe
duplikat). Kalau menurut Mendel fenotipe F2 itu ada 4 kelas, tetapi karena ada
seterusnya. Oleh karena adanya perbedaan pada perbandingan fenotipe, maka hal
ini disebut sebagai penyimpangan semu hukum Mendel, karena masih mengikuti
Mendel. Salah satu contoh penyimpangan semu Hukum Mendel yaitu epistasi-
hipostasi. Epistasis adalah sebuah atau sepasang gen yang menutupi atau
mengalahkan ekspresi gen lain yang tidak selokus (sealel). Sedangkan hipostasis
adalah gen yang tertutupi oleh sebuah atau sepasang gen lain yang tidak selokus
(yang bukan alelnya). Ada beberapa macam bentuk epistasi antara lain epistasi
epistasi resesif duplikat, dan gen duplikat dengan efek kumulatif (Suryo, 2008).
Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu
gen dominan yang bukan alelnya. Perbandingan fenotipe pada generasi F2 dengan
dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan warna buah waluh besar
(Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen Y yang menyebabkan buah
berwarna kuning dan alelnya y yang menyebabkan buah berwarna hijau. Selain
itu, ada gen W yang menghalangi pigmentasi dan w yang tidak menghalangi
pigmentasi. Misalnya, persilangan antara waluh putih (WWYY) dan waluh hijau
ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini, pada generasi F2 akan
dihibrid. Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit
(Mus musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur warna bulu pada
mencit, yaitu gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu, gen a menyebabkan bulu
tidak ada pigmentasi. Jika mencit berbulu kelabu (AACC) disilangkan dengan
albino (aacc) maka akan menghasilkan keturunan berwarna kelabu, hitam dan
gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif
dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini
epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu ayam ras.
Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi pigmentasi, dan alelnya,
(Standfield, 1991).
Apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen
II yang bukan alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen II ini juga
epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis
dominan duplikat. Kedua gen itu berada bersama-sama dan fenotipnya merupakan
gabungan dari kedua sifat gen-gen dominan tersebut. Epistasis ini menghasilkan
dominan duplikat dapat dilihat pada pewarisan bentuk buah Capsella. Ada dua
macam bentuk buah Capsella, yaitu segitiga dan oval. Bentuk segitiga disebabkan
oleh gen dominan C dan D, sedang bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan
Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis
terhadap pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen
resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka
(LLhh dengan llHH) akan menghasilkan keturunan dengan tingkat HCN tinggi (9)
Peristiwa gen duplikat yang mempunyai efek kumulatif data terjadi bila
keberadaan gen-gen yang resesif memberi efek yang sama, misalnya gen aa dan
bb akan menghasilakan sifat fenotipe yang sama. Epistasi ini akan menghasilkan
dikenal tiga macam bentuk buah, yaitu cakram, bulat, dan lonjong. Gen yang
serta L dan l. Apabila pada suatu individu terdapat sebuah atau dua buah gen
dominan dari salah satu pasangan gen tersebut, maka fenotipe yang muncul adalah
bentuk buah bulat (B-ll atau bbL-). Sementara itu, apabila sebuah atau dua buah
gen dominan dari kedua pasangan gen tersebut berada pada suatu individu, maka
fenotipe yang dihasilkan adalah bentuk buah cakram (B-L-). Adapun fenotipe
tanpa gen dominan (bbll) akan berupa buah berbentuk lonjong (Standfield, 1991).
tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan oleh manusia,
dengan cara melakukan introduksi secara sederhana dan tehnik dan seleksi atau
rekombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan antar 2 individu yang mempunyai
faktor lingkungan yang sama dapat diukur maka perbedaan ini berasal dari variasi
berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah namun masih pada
satu tanaman. Struktur morfologis bunga yang terpisah serta sifat protandri (bunga
jantan masak lebih dahulu dari bunga betina) menyebabkan peluang terjadinya
masing individu akan memiliki peluang yang sama dengan individu manapun,
kecuali ada mekanisme yang membatasi sehingga terjadi selfing (Welsh, 1981).
Jagung manis termasuk dalam famili Poaceae yang tergolong tanaman C4 yang
yang rendah, dan tidak jenuh cahaya untuk fotosintesis sekalipun dalam cahaya
matahari penuh. Kondisi itu menunjukkan bahwa jagung sangat efektif dalam
Ada tipe jagung yang disebut tipe dent (Zea mays indentata) dan tipe flint (Zea
mays indurata). Jagung tipe dent memiliki lekukan di puncak bijinya karena
adanya pati keras di bagian pinggir dan pati lembek di bagian puncak. Tipe jagung
flint disebut juga jagung mutiara, berbiji agak bulat dengan bagian luar yang keras
dan licin. Bagian luar jagung yang keras pada tipe flint itu disebabkan bagian luar
endosperm yang terdiri dari pati keras. Jagung manis merupakan mutasi kedua
jagung tersebut menjadi tipe gula yang resesif (Palungkun dan Budiarti, 2000).
Dengan demikian, jagung manis merupakan suatu individu mutan.
Terdapat perbedaan antara jagung manis dengan jagung nirmanis. Jagung manis
memiliki bunga jantan dan rambut tongkol yang berwarna putih, serta pangkal
batang bawah pada 5 hari setelah tanam yang berwarna hijau. Untuk jagung
nirmanis, baik bunga jantan, rambut tongkol serta pangkal batang bawah pada 5
hari setelah tanam berwarna ungu karena terdapat ekspresi antosianin. Terdapat
dua kelas alel mutan yang mempengaruhi endosperm. Kelas mutan pertama
meliputi brittle-1 (bt1), brittle-2 (bt2), shrunken-1 (sh1), shrunken-2 (sh2), serta
shrunken-4 (sh4). Sedangkan kelas mutan yang lainnya adalah amylose extender
(ae), dull (du), sugary-1 (su1), sugary-2 (su2), dan waxy (wx) (Wijaya, 2004).
Sifat manis pada jagung manis disebabkan adanya gen su1 (sugary-1), bt2
dihubungkan dengan ikatan α-D-1,4 dan α-D-1,6 dengan komposisi > 25% dari
berat kering butir. Jaringan endosperm jagung tersusun oleh sel yang memiliki
tiga set kromosom (3n, triploid) yang berasal dari pembuahan dua inti polar oleh
satu gamet jantan. Walaupun pembuahan zigot dan endosperm hampir bersamaan,
inti 3n pada endosperm lebih cepat membelah dibandingkan zigot (2n, diploid).
karena perubahan gula menjadi pati, sehingga menghasilkan endosperm cair yang
kaya akan glukosa. Glukosa terfosforilasi menjadi glukosa-6P (glu-6P) yang
pati. Pati akan terakumulasi sejalan dengan meningkatnya umur endosperm. Pada
jagung manis, gen su1 akan menghalangi polimerasi sukrosa menjadi pati,
sedangkan gen bt1 mencegah penguraian balik suk-diP menjadi glu- 6P dan fru-
6P. Kedua gen ini memungkinkan perpanjangan waktu panen jagung manis dan
15 tongkol jagung manis yang diamati tidak semuanya merupakan jagung manis
dengan fenotipe biji kuning kisut. Rasa manis pada jagung manis ditentukan oleh
bentuk tampilan kisut pada biji jagung manis. Berdasarkan jumlah biji kisut, dapat
dilihat bahwa hampir semua sampel yang diamati membawa sifat manis, hal
tersebut dapat dilihat dengan adanya biji kisut pada tiap sampel. Hal tersebut juga
Pada penelitian ini zuriat ditanam dalam bentuk biji kisut. Dengan
demikian bila tanaman diself akan terjadi segregasi biji dalam bentuk sebagai
berikut: 1. 100 % kuning bulat atau 100 % kuning kisut 2. 9 kuning bulat : 7
kuning kisut 3. 12 kuning bulat : 4 kuning kisut 4. 15 kuning bulat : 1 kuning kisut
5. 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut. Jika dalam satu
tongkol jagung manis terdapat perbandingan 9 biji bulat : 7 biji kisut (43,75%)
atau 12 biji bulat : 4 biji kisut (25%) maka jagung tersebut sudah dapat dikatakan
jagung manis. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa bahwa beberapa tongkol
mengandung biji putih pada tongkolnya yaitu pada ulangan dua sampel satu, dua,
empat dan pada ulangan tiga sampel dua, empat, lima. Sedangkan pada ulangan
satu semua sampel yang diamati mengandung biji kisut sampai 100%. Hal yang
dapat mempengaruhi segregasi tersebut adalah faktor dari dalam gen itu sendiri.
pada jagung manis ditentukan oleh bentuk tampilan kisut pada biji
jagung manis.
6. Pengamatan dilakukan pada 15 tongkol jagung manis kuning kisut.
Bahar, H., dan Zen, S. 2015. Parameter Genetik Pertumbuhan Tanaman, Hasil dan
Komponen Hasil Jagung. Zuriat. 4 (1): 4 - 7.