Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

a. Tanaman Jagung Manis ( Zea mays L. saccharata )

Gambar 1.sumber ( www.ilmubudidaya.com )


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Sub Divisi : Eudicots
Kelas : Comellinids
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea Mays convar. saccharata var. vurgosa

Umumnya jagung manis dapat tumbuh pada hampir semua jenih tanah yang baik
akan drainase, persediaan humus dan pupuk. Kemasaman tanah (pH) optimal berkisar
antara 6,0-6,5. Jagung manis dapat tumbuh baik pada daerah 58 o LU-40o LS dengan
ketinggian sampai 3000 m diatas permukaan laut (dpl). Suhu optimum untuk
pertumbuhannya adalah 21-27o C dan memerlukan curah hujan sebantak 300-600
mm/bln (Syukur dan Rifianto, 2014).

Jagung Manis adalah tanaman herba monokotil, dan tanaman semusim iklim
panas. Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan
ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkal), dan bunga betina tumbuh
terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketika daun.
Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).

Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal dan akar
udara. Akar-akar seminal merupakan akar-akar radikal atau akar primer ditambah
dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai akar adventif pada dasar 7
dari buku pertama di atas pangkal batang. Akar-akar seminal ini tumbuh pada saat
biji berkecambah. pertumbuhan akar seminal pada umumnya menuju arah bawah,
berjumlah 3-5 akar atau bervariasi antara 1-13 akar (Rukmana, 1997).

Perbungaan jantan berbentuk malai longgar, yang terdiri dari bulir poros tengah
dan cabang lateral. Poros tengah biasanya memiliki empat baris pasangan bunga atau
lebih. Cabang lateral biasanya terdiri dari dua baris. Setiap pasang bunga terdiri dari
satu bunga duduk (tidak bertangkai) dan satu bunga bertangkai. Ketika bunga jantan
matang, bunga bagian tengah malai tassel mekar (antesis) terlebih dulu, kemudian
berlanjut ke bagian atas dan bawah. Tepung sari keluar dari lubang di ujung kotak
sari. Diperkirakan sekitar 25.000 tepung sari dihasilkan untuk menyerbuki setiap
tangkai putik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas


bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung manis sering tumbuh beberapa cabang
yang muncul dari pangkal batang. Panjang batang berkisar antara 60 cm300 cm,
tergantung pada tipe jagung. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan
ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997).

Menurut Syukur dan Rifianto (2014), jagung manis memiliki karakteristik


unggul sebagai berikut:

(1)Produktivitas tinggi Produktivitas jagung manis merupakan karakteristik


keunggulan yang sangat 8 penting. Penanaman jagung manis menggunakan varietas
unggul yang mempunyai produktivitas tinggi dapat meningkatkan produktivitas hasil
di lahan sempit maupun skala luas. Potensi produktivitas jagung manis hibrida tanpa
kelobot dapat mencapai 20 ton/ha/musim tanam. Potensi harus ditunjang oleh kualitas
buah yang baik, seperti ukuran, penampilan, biji, dan rasa.

(2)Rasa manis Selain produktivitas, sifat utama jagung manis yang


dikembangkan adalah rasa manis. Konsumen jagung manis menginginkan rasa manis
yang tinggi dan tetap manis setelah disimpan beberapa hari.

(3) Umur panen genjah Umur panen merupakan salah satu karakter yang
digunakan untuk mengukur keunggulan suatu varietas. Varietas yang diinginkan
adalah varietas yang memiliki umur panen lebih awal. Umur tanaman berkaitan
dengan lamanya tanaman di lapangan. Umumnya umur panen jagung manis adalah
70-85 HST di dataran menengah dan 60-70 HST di dataran rendah.

(4) Daya simpan lebih lama Jagung manis umumnya dikonsumsi dalam
keadaan segar sehingga harus tersedia dalam keadaan segar setiap saat dan tidak
dapat disimpan dalam waktu relatif lama. Jagung manis biasanya langsung dijual
setelah panen, karena mutu akan turun setelah 2-3 hari disimpan dalam suhu kamar.
Jagung manis unggul mempunyai daya simpan lebih tinggi dan rasa manis tidak cepat
turun selama penyimpanan.

Jagung manis umumnya dipanen kira-kira 18-24 hari setelah penyerbukan,


dan biasanya ditandai dengan penampakan luar rambut yang mngering, tongkol yang
keras ketika digenggam. Tongkol dipanen dengan menarik tongkol ke bawah
menjauhi batang, tanpa mematahkan batang utama. Tongkol jagung manis dipanen
beserta dengan kelobotnya. Kelobot tongkol memberikan perlindungan terhadap
kerusakan, tetapi kelobot juga berespirasi dan mengurangi kelengasan biji.
Keseragaman posisi tongkol menjadi faktor penting untuk memudahkan panen
dengan tangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman jagung manis dapat ditingkatkan hasil produksinya jika sistem


budidaya yang dilakukan baik dan benar, salah satu syarat budidaya tanaman yang
baik adalah dengan menggunakan varietas unggul. Salah satu varietas unggul jagung
manis adalah varietas Bonanza. Varietas ini memiliki beberapa karateristik yaitu
memiliki ukuran tongkol sekitar 20-22 cm, diameter tongkol tanpa kelobot 5 cm,
bobot tongkol tanpa kelobot 300 g - 400 g, warna biji jagung kuning, dan potensi
hasil mencapai 14-18 ton/ ha tanpa kelobot (Syukur dan Rifianto, 2014).

b. Biopestisida

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman
atau tumbuhan dan bahan organik lainnya yang berkhasiat mengendalikan serangan
hama pada tanaman, mengandung banyak senyawa bioaktif seperti senyawa alkaolid,
terpenoid, fenolik dan juga zat-zat kimia sekunder yang lain. Senyawa bioaktif
tersebut bila kita aplikasikan ketanaman yang terinfeksi Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT), tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek
fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot,
keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem
pernafasan hama(Setiawati dkk, 2008).

Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga,
buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau
senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia
yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan
menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa- senyawa kompleks yang
dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah
perilaku serangga ( Supriyatin dan Marwoto, 2000).

Menurut Soeparwan Soeleman dan Donor Rahayu (2013) pestisida atau


insektisida paling baik diaplikasikan pada pagi hari atau sore hari. Lakukan
penyemprotan di bagian bawah dan atas daun. Penyemprotan pada siang hari dapat
menyebabkan daun terbakar atau rusak.
c. Tanaman Pepaya

Gambar 2. Sumber ( www.newswantara.com )

Menurut (Yuniarti, 2008) Klasifikasi tanaman pepaya adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Brassicals

Familia : Caricaceae

Genus : Carica

Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika


Tengah. Pepaya dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis. Tanaman
pepaya oleh para pedagang Spanyol 10 disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia.
Negara penghasil pepaya antara lain Costa Rica, Republik Dominika, Puerto Riko,
dan lain-lain. Brazil, India, dan Indonesia merupakan penghasil pepaya yang cukup
besar (Warisno, 2003).

Haryoto (1998) mengatakan bahwa tanaman papaya (Carica papaya) baru


dikenal secara umum sekitar tahun 1930 di Indonesia, khususnya dikawasan Pulau
Jawa. Tanaman pepaya ini sangat mudah tumbuh di berbagai cuaca. Menurut
Warisno (2003), tanaman pepaya merupakan herba menahun, dan termasuk semak
yang berbentuk pohon. Batang, daun, bahkan buah pepaya bergetah, tumbuh tegak,
dan tingginya dapat mencapai 2,5-10 m. Dalimartha dan Hembing (1994)
mengatakan bahwa pada tanaman pepaya daunnya berkumpul di ujung batang dan
ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, juga berongga, panjang 25-100 cm.
Helaian daun bulat telur dengan diameter 25-75 cm, daun berbagi menjari, ujung
daun runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua,
permukaan bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah
daun. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk terompet, warna
bunganya putih kekuningan. Pepaya memiliki bermacam-macam bentuk, warna, dan
rasa. Pepaya muda memiliki biji yang berwarna putih sedangkan yang sudah matang
berwarna hitam. Tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun dimulai pada umur 6-7
bulan dan mulai berkurang setelah berumur 4 tahun.

Menurut (Priyono, 2007) ada beberapa kandungan yang terdapat didalam


daun pepaya yang diduga memiliki potensi sebagai larvasida. Kandungan kimia yang
terdapat pada daun pepaya adalah sebagai berikut :

a. Enzim Papain
Enzim papain adalah enzim yang berperan dalam pemecahan jaringan ikat dan
memiliki kapasitas tinggi untuk menghidrolisis protein eksoskeleton dengan cara
memutuskan ikatan peptida dalam protein sehingga protein yang terdapat didalam
tubuh larva akan menjadi terputus. Walaupun dalam dosis yang rendah, dan apabila
enzim papain masuk ke dalam tubuh larva akan menimbulkan reaksi kimia dalam
proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon
pertumbuhan. Bahkan akibat dari ketidakmampuan larva untuk tumbuh akibatnya
dapat menyebabkan kematian pada larva (Nani dan Dian, 1996).

b. Flavonoid
Flavonoidadalahkelompoksenyawafenolterbesaryang ditemukan di alam
terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawaini merupakan produk metabolik
sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat
racun (Robinson, 1995).
Menurut Dinata(2008),Flavonoid mempunyai cara kerja yaitu dengan masuk
ke dalam tubuh ulat melalui sistem pernapasan yang kemudian akan menimbulkan
penurunan fungsi syaraf serta kerusakan pada sistem pernapasan dan mengakibatkan
ulat tidak bisa bernapas dan akhirnya mati.
c. Alkaloid
Menurut Harborne (1996) alkaloid umumnya tidak ditemukan pada
gymnospermaae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah lainnya. Alkaloid juga
mampu menghambat pertumbuhan serangga, terutama tiga hormon utama dalam
serangga yaitu hormon otak (brain hormone), hormon edikson, dan hormon
pertumbuhan (juvenile hormone). Tidak berkembangnya hormon tersebut dapat
menyebabkan kegagalan metamorphosis.
d. Saponin

Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki aktivitas mengikat


sterol bebas didalam sistem pencernaan, sehingga dapat mempengaruhi proses
pergantian kulit pada serangga.(Dinata, 2009).

Menurut Marfu’ah (2005) saponin dapat merusak sistem saraf hama, efeknya
nafsu makan hilang. Hal tersebut menyebabkan hama kurang makan dan akhirnya
mati.Saponin terdapat pada seluruh bagian tanaman pepaya seperti akar,daun, batang,
dan bunga. Senyawa aktif pada saponinberkemampuan membentuk busa jika dikocok
dengan air danmenghasilkanrasa pahit yang dapat menurunkan teganganpermukaan
sehingga dapat merusak membran sel serangga.

e. Tanin

Menurut Harborne (1987), senyawa kompleks yang dihasilkan dari interaksi


tanin dengan protein tersebut bersifat racun atau toksik yang dapat berperan dalam
menghambat pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui
penghambatan aktivitas enzim pencernaan. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan
adalah sebagai penolak hewan herbivore dan sebagai pertahanan diri bagi tumbuhan
itu sendiri.

Dari semua kandungan yang terdapat di dalam daun papaya, enzim papain
adalah kandungan kimia yang paling banyak terkandung di dalam daun papaya
karena berasal dari getah papaya.

d. Urine Sapi

Komposisi urin ternak dapat berubah jika dalam proses reabsorsi ketika
molekul yang masih dibutuhkan oleh tubuh diserap kembali sehingga cairan yang
tersisa memiliki kandungan urea tinggi. Urea dapat menjadikan sebagai sumber
nitrogen bagi tanaman serta urea dapat memepercepat proses pembentukan pupuk
organik, zat-zat yang sangat komplek di dalam urin akan dipecah oleh mikroba
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Urin merupakan limbah peternakan yang
mengandung auksin dan senyawa nitrogen. Auksin yang terdapat pada urin sapi yaitu
auksin-a (auxentriollic acid) dan auksin-b (Yunita, 2011).

Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang sisa metabolisme tubuh yang


tidak bisa diserap oleh tubuh serta menjaga proses haemostatis pada tubuh.
Kandungan unsur hara urin ternak dapat berbeda-beda hal ini karena faktor jenis
ternak, kondisi fisiologis ternak, dan bahan campuran pembuatan pupuk organik cair
(Huda, 2013). Urin sapi mengandung unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, yang terikat
dalam senyawa organik antara lain urea, ammonia, keratinin, dan keratin. Urin sapi
memiliki keunggulan diantaranya memiliki unsur hara yang lebih tinggi
dibandingkan dengan feses sapi yaitu hanya sebesar 0,4% (Indrawaty, 2016).

e. Fermentasi

Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob


yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke substrat organik.
Fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi
pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat 8 menyebabkan perubahan sifat
bahan tersebut. Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi
senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala
macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa,
atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu subsrat
organik dengan menghasilkan produk akhir (Huda, 2013). Fermentasi adalah proses
oksidasi yang meliputi perombakan media organik pada mikroorganisme anaerob
atau fakultatif anaerob dengan menggunakan senyawa organik sebagai aseptor
elektron terakhir. Fermentasi karbohidrat oleh khamir merupakan proses penghasil
etanol dan karbondioksida secara anaerob (Sudarmadji, dkk., 1989).

f. Hama Utama pada Tanaman Jagung Manis

Hama jagung menyerang seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung, baik vegetatif
maupun generatif. Hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung adalah lalat
bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol
(Helicoverpa armigera), pemakan daun (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis sp) dan
belalang (Locusta sp.). Hama - hama ini memberikan kontribusi dalam kehilangan
hasil tanaman jagung. Ketersediaan tehnologi penanganan hama ini telah banyak
dilakukan baik oleh Balai Penelitian Tanaman Seralia maupun lembaga-lembaga lain.
Tehnologi penanganannya dapat berupa pemanfaatan agen hayati, pola tanam, kultur
tehnis, varietas resisten, mekanis, dan kimiawi (Adnan, 2009).
2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam meningkatkan produktivitas jagung manis perlu adanya perlindungan tanaman


dari hama yang tepat. Perlindungan tanaman di era milenial sekarang sering
menggunakan bahan yang mengandung dasar zat kimiawi yang berbahaya bagi petani
maupun konsumen. Perllindungan tanaman secara kimiawi meningkatkan residu bagi
lingkungan dan manusia. Untuk mengantisipasi tingkat residu, maka peneliti
memuncculkan suatu inovasi untuk perlindgan tanaman khsusnya pada tanaman
jagung manis ( Zea mays L. saccharata ) dengan menggunakan pestisida alami (
Biopestisida ) yaitu, pestisida yang berasal dari daun papaya dan di fermentasi dengan
urine sapi sehingga di mungkinkan dapat menanggulangi masalah pada tanaman yang
meliputi serangan hama

Jagung Manis ( Zea mays L. Berbahaya bagi


saccharata ) Pestisida
petani dan
Kimiawi
kosumen serta
mahal

Penggunaan pestisida
yang Ramah
Lingkungan Daun Pepaya

( Carica papaya )

Biopestisida

Fermentasi Urine Sapi

Pengendalian Hama

Gambar. 2
2.3 Hipotesis
1. Hipotesis Kerja
Penggunaan Biopestisida dari Fermentasi Daun Mimba (Azedirachta indica )
untuk Membasmi Hama pada Tanaman Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata )
2. Hipotesis Statistik

Ha : Biopestisida dari Fermentasi Daun Mimba (Azedirachta indica ) Efektif


untuk Membasmi Hama pada Tanaman Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata )

Ho : Biopestisida dari Fermentasi Daun Mimba (Azedirachta indica ) Tidak


Efektif untuk Membasmi Hama pada Tanaman Jagung Manis ( Zea mays L.
Saccharata )

Anda mungkin juga menyukai