Anda di halaman 1dari 6

Nama : Heri Kusworo

Nim : 202141047
REVIEW JURNAL 1
Judul Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis
pada Sistem Tumpang Sari dengan Kacang Tanah dan
Jarak Tanam
Jurnal Serambi Saintia, Jurnal Sains dan Aplikasi
Volume dan Nomor Volume 9 dan Nomor 1
Tahun 2021
Penulis Anwar, K., Juliawati dan I. Puryani
Latar Belakang Permasalahan utama dalam pola tanam tumpangsari
adalah adanya kompetisi antar dua species tanaman
yang ditanam, yaitu dalam penyerapan air, unsur hara,
cahaya matahari dan ruang tumbuh. Untuk itu perlu
dilakukan pengaturan jarak tanam dan pola tumpang sari
dengan kacang tanah sehingga dapat saling mendukung
untuk pertumbuhan dan produksi serta meningkatkan
produktivitas per satuan luas lahan.
Tujuan Meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung manis dengan cara metode tumpeng sari dan
jarak tanam untuk mengurangi kompetisi nutrisi dengan
gulma.
Lokasi Riset Dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan
Pembangunan Pertanian (SMKPP) Negeri Saree,
Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 450 m dpl
dengan jenis tanah Andosol.
Metode Riset Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan pola faktorial 2 x 3 dengan 4 ulangan,
dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan dan 24
unit percobaan. Faktor yang diteliti adalah sistem
tumpangsari, yang terdiri dari dua perlakuan yaitu tanpa
sistem tumpangsari dan dengan sistem tumpangsari,
serta jarak tanam, yang terdiri dari tiga perlakuan, 60 cm
x 40 cm, 70 cm x 40 cm, dan 80 cm x 40 cm.
Parameter yang diamati: tinggi tanaman jagung manis,
diameter batang, diameter tongkol, panjang tongkol
tanpa klobot, serta berat brangkasan basah tanaman
jagung manis.
Hasil Riset menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari
berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol tanpa
kelobot dan berat brangkasan basah, namun berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang
pada umur 15, 30, dan 45 hst, serta diameter tongkol
jagung manis. Rata – rata tongkol jagung manis tanpa
klobot terpanjang (30,66 cm) dijumpai pada perlakuan
dengan sistem tumpangsari yang berbeda nyata dengan
tanpa perlakuan sistem tumpangsari. Hal ini dikarenakan
sistem tumpangsari tanaman jagung dengan kacang
tanah memberikan pengaruh positif terhadap produksi
jagung, karena tanaman jagung memperoleh manfaat
dari ketersediaan hara terutama unsur N dari kacang
tanah dibandingkan system monokultur pada jagung.
Dengan adanya fiksasi N pada kacang tanah oleh bakteri
Rhizobium sp. Dapat menekan pemberian pupuk urea
seefisien mungkin. Berat basah jagung dengan system
tumpeng sari lebih besar dibanding perlakuan
monokultur karena menurut lakitan (2006) bahwa sistem
tanam tumpangsari secara nyata lebih baik memberikan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis,
karena berat brangkasan basah merupakan cerminan dari
efesiensi dari tanaman jagung manis dalam penyerapan
hara.
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap panjang
tongkol tanpa kelobot, namun berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman dan diameter batang pada umur
15, 30, dan 45 hst, serta diameter tongkol dan berat
brangkasan basah jagung manis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tongkol jagung manis terpanjang
(30,78 cm) dijumpai pada jarak tanam 80 cm x 40 cm
yang berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam
lainnya. jarak tanam yang lebih lebar maka setiap
tanaman akan tercukupi dalam mendapatkan faktor yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
karena setiap tanaman tidak saling berkompetisi dalam
hal cahaya matahari dan unsur hara. pengaturan jarak
tanam sangat berkaitan erat dengan kerapatan tanaman.
Kerapatan tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta jumlah populasi
tanaman. Penggunaan jarak tanam yang rapat akan
meningkatkan jumlah populasi, namun kompetisi yang
dialami tanaman juga semakin ketat. Kompetisi yang
intensif antar tanaman dapat mengakibatkan perubahan
morfologi pada tanaman, seperti berkurangnya organ
yang terbentuk sehingga perkembangan tanaman
menjadi terganggu (Sri Setyati, 2002).
Kelemahan System tumpang sari memerlukan analisis lebih lanjut
tentang berbagai sifat dan kemampuan tumbuhan,
sehingga tidak bisa diterapkan pada sembarang tanaman.
Kondisi lahan untuk masing-masing jenis membuat
perbedaan perlakuan dan manajemen perawatan yang
berbeda pula.
Kelebihan System tumpang sari dan jarak tanam sangat efektif
dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Pertumbuhan gulma dapat di tekan dan
meminimalisir penggunaan pupuk sehingga biaya
produksi dapat di tekan

REVIEW JURNAL 2
Judul Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tiga Varietas Tanaman Terong (Solanum
melongena L.)
Jurnal Jurnal Agritechno, Jurnal Teknologi Pertanian
Volume dan Nomor Volume 5 dan Nomor 2
Tahun 2022
Penulis Setiyani, A. N. A., Guniarti dan J. S. Pikir
Latar Belakang Untuk meningkatkan ketersediaan sayur terong di
Indonesia maka perlu langkah tepat agar produksi tetap
maksimal. Masalah gangguan yang dialami oleh
tanaman akan berpotensi mengurangi produktivitas
panen, bahkan menjadi penyebab kegagalan, sehingga
perlu diupayakan penanganannya. Salah satu penyebab
gangguan tanaman yang dibudidayakan yaitu faktor
abiotik seperti kekeringan karena kondisi iklim yang
terjadi di Indonesia saat ini tidak menentu dapat
menyebabkan beberapa tanaman mengalami kekeringan
dan tidak mampu tumbuh dengan baik. Untuk itu perlu
kajian lebih lanjut mengenai kurangnya ketersediaan air
pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman
akan menyebabkan stres (cekaman) pada tanaman.
Tujuan Bertujuan untuk mempelajari respon cekaman air
terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas tanaman
terong (Solanum melongena L.) terhadap cekaman
kekeringan.
Lokasi Riset Riset dilaksanakan di rumah plastik lahan Dusun Umbut
Legi, Desa Kemuning, Kecamatan Tarik, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur.
Metode Riset Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) faktorial
dengan 3 kali ulangan. Petak utamanya (Main Plot)
adalah cekaman kekeringan dengan 3 taraf, yaitu: a) C0,
kadar air 100% kapasitas lapang sebagai kontrol, b) C1,
kadar air 75% kapasitas lapang, c) C2, kadar air 50%
kapasitas lapang. Sedangkan anak petaknya (Sub Plot)
adalah varietas tanaman terong ungu dengan 3 taraf
yaitu: a) V1 Antaboga-1, b) V2 Lezata F1, dan c) V3
Ratih Ungu. Dengan demikian diperoleh jumlah
kombinasi ulangan sebanyak 3 x 3 x 3 = 27 plot
percobaan. Analisis data hasil pengamatan dilakukan
dengan menggunakan analisis varian dengan
menggunakan rancangan petak terbagi pola faktorial.
Apabila perlakuan menunjukan pengaruh nyata,
dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multipe Range
Test) taraf 5%. mulai dari persiapan media tanam,
penanaman, pemeliharaan tanaman yang meliputi
pemupukan, penyiangan, penyulaman, pengendalian
organisme tanaman, dan penyiraman sebagai perlakuan
cekaman kekeringan. Aplikasi perlakuan dilakukan
dengan cara terlebih dahulu mencari penetapan kadar air
kering udara kemudian melakukan perhitungan
kapasitas lapang metode drainase bebas. Pengaplikasian
cekaman kekeringan ini dilakukan dengan cara
menyiram tanaman setiap hari pada sore hari setelah
transplanting. Untuk menjaga ketersediaan air pada
tanaman dalam kondisi kontrol (kadar air 100%
kapasitas lapang) dan cekaman kekeringan (kadar air
50% kapasitas lapang) menggunakan alat yaitu
tensiometer. Pemberian jumlah air pada kapasitas lapang
100% yaitu 1.433 ml, kapasitas lapang 75% yaitu 1.074
ml, dan kapasitas lapang 50% yaitu 716 ml.
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Jumlah
Buah Per Tanaman Per Periode Panen, Jumlah Buah
Total Per Tanaman, Bobot Buah Per Tanaman Per
Periode Panen, Bobot Buah Total Panen Per Tanaman.
Hasil Riset  Tinggi Tanaman
Perlakuan varietas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pengamatan tinggi tanaman. Hasil tertinggi
diperoleh dari varietas V1 Antaboga pada umur 17 HST
yaitu 12,94 cm dan yang terendah yaitu pada varietas
V2 Lezata F1 yaitu 10,59 cm Varietas V1 Antaboga
menghasilkan tanaman tertinggi dibanding varietas yang
lain. Pertumbuhan tanaman yaitu perubahan bentuk
terhadap suatu tanaman dikarenakan bertambahnya
ukuran sel-sel. Faktor varietas memberikan hasil
berbeda nyata yang terjadi pada pengamatan tinggi
tanaman umur 17 HST. Faktor yang mempengaruhi fase
pertumbuhan vegetative yaitu faktor genetika dan
lingkungan, tempat tumbuh tanaman, sehingga terdapat
perbedaan masa dan fase antar jenis, varietas dan
lingkungan yang berbeda.
 Jumlah Buah Per Tanaman Per Periode Panen
Perlakuan varietas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah buah per tanaman per periode panen
periode ke III. Hasil tertinggi diperoleh dari varietas V1
Antaboga pada periode ke III yaitu 2,63 buah dan yang
terendah yaitu pada varietas V2 Lezata F1 yaitu 1,37
buah. Factor yang mempengaruhi adalah pembungaan,
unsur hara, kesuburan tanah, serta serangan hama dan
penyakit.
 Jumlah Buah Total Per Tanaman
Perlakuan varietas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah buah total per tanaman. Hasil tertinggi
diperoleh dari varietas V1 Antaboga yaitu 8,81 buah dan
yang terendah yaitu pada varietas V2 Lezata F1 yaitu
6,69 buah. Faktor genetik menjadi salah satu faktor
penyebab varietas berpengaruh nyata terhadap
parameter jumlah buah total per tanaman, hal ini
dikarena varietas yang digunakan adalah varietas unggul
hibrida. kondisi lingkungan yang mempengaruhi jumlah
buah pada tanaman yaitu ketersediaan atau kelebihan
air, jenis tanah, nutrisi/mineral tanah, cahaya matahari,
dan temperatur.
 Bobot Buah Per Tanaman Per Periode Panen
Perlakuan varietas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap bobot buah per tanaman per periode panen
periode ke III. Hasil tertinggi bobot rerata buah per
tanaman per periode panen diperoleh dari varietas V1
Antaboga pada periode ke III sebesar 246,74 g dan yang
terendah yaitu pada varietas V2 Lezata F1 yaitu 151,44
g. berat buah lebih dipengaruhi faktor genetik daripada
faktor lingkungan.
 Bobot Buah Total Panen Per Tanaman
Perlakuan varietas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap bobot buah total panen per tanaman. Hasil
tertinggi bobot rerata buah total panen per tanaman
diperoleh dari varietas V1 Antaboga sebesar 1043,89 g
dan yang terendah yaitu pada varietas V2 Lezata F1
yaitu 706,41 g. Perbedaaan sifat fisik dari setiap varietas
yang ditanam dan diuji yang meliputi sifat morfologis
yang berbeda dari setiap varietas dipengaruhi factor
internal dan eksternal. Factor internal berupa genetic,
kemampuan adaptif tanaman itu sendiri. Factor eksternal
meliputi lingkungan dan OPT.
Kelemahan Kesulitan dalam menyikapi perubahan iklim sewaktu-
waktu dan antisipasi serangan OPT yang tidak
terkendali.
Kelebihan Dengan mengetahui parameter yang diamati maka dapat
memberikan gambaran tentang manajemen penanaman
tanaman terong dengan lebih baik lagi untuk
meningkatkan produksi dan menekan kerugian.

Anda mungkin juga menyukai