Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN

“PENGUKURAN INTERSEPSI CAHAYA”

Disusun Oleh:
Nama : Achmad Fakhrul Arif
NIM : 175040207111040
Kelas :E
Asisten : Ika Rahayu

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2020
1. Ringkasan materi pengukuran intersepsi cahaya (Min 2 jurnal internasional dan
2 jurnal Indonesia dengan ketentuan tanaman yang berbeda setiap mahasiswa)

KAJIAN INTERSEPSI CAHAYA MATAHARI PADA KACANG


TANAH (Arachis hypogaea L.) DIANTARA TANAMAN MELINJO
MENGGUNAKAN JARAK TANAM BERBEDA
Penanaman kacang tanah dibawah naungan pohon merupakan alternatif
peningkatan intensifikasi lahan perkebunan untuk meningkatkan pendapatan.
Untuk mendukung upaya tersebut maka dibutuhkan pengaturan jarak tanam yang
tepat sehingga dapat sesuai dengan keseimbangan cahaya yang diterima.
Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan lahan ternaungi serta
memperoleh penggunaan jarak tanam yang sesui untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian dilaksanakan perkebunan
PT. Karya Sami’in, Pacet, Mojokerto, pada bulan Juli hingga September 2012.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (RPT) diulang 4
kali. Petak utama adalah : Lokasi penanaman (N) terdiri dari 2 macam yaitu : (N0)
lahan terbuka dan (N1) lahan diantara tanaman melinjo. Anak petak menggunakan
jarak tanam (J) terdiri dari 3 macam yaitu : (J1) jarak tanam 40 cm x 10 cm, (J2)
jarak tanam 40 cm x 15 cm dan (J3) jarak tanam 40 cm x 20 cm. Perlakuan lahan
penanaman dan jarak tanam menunjukkan hasil persentase intersepsi cahaya
maksimum pada umur pengamatan 90 hst dengan penggunaan jarak tanam 40 cm
x 10 cm pada lahan terbuka maupun pada perlakuan lahan ternaungi, sedangkan
hasil panen bobot kering polong terbaik dicapai pada perlakuan lahan terbuka
dengan menggunakan jarak tanam 40 cm x 20 cm.
Perlakuan lahan penanaman dan berbagai jarak tanam yang menunjukkan
bahwa hasil maksimum persentase intersepsi cahaya dicapai oleh penggunaan
jarak tanam 40 cm x 10 cm yaitu 87.25 % pada lahan terbuka dan 82.25 % pada
lahan ternaungi, sedangkan hasil panen bobot kering polong terbaik dicapai pada
penggunaan jarak tanam 40 cm x 20 cm yaitu 14.82 g/tanaman pada lahan terbuka
dan 12.29 g/tanaman pada lahan ternaungi.
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Frekuensi Pembumbunan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang optimal dan
frekuensi pembumbunan yang tepat untuk mendapatkan hasil panen terbaik.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah jarak tanam
yang terdiri atas enam taraf, yaitu 40 cm x 25 cm, 50 cm x 25 cm, 60 cm x 25 cm,
40 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, dan 60 cm x 60 cm. Faktor kedua adalah
frekuensi pembumbunan yang terdiri dari dua taraf yaitu dua kali pembumbunan
dan tiga kali pembumbunan. Hasil penelitian menunjukkan jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun, lebar kanopi, indeks luas daun
(ILD), bobot brangkasan kering per tanaman, bobot polong basah per tanaman,
bobot polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, jumlah polong bernas
per tanaman, jumlah tanaman yang dipanen, bobot polong basah petak, bobot
polong kering petak, dan bobot biji petak, sedangkan frekuensi pembumbunan
hanya berpengaruh pada bobot brangkasan kering per tanaman. Jarak tanam 60
cm x 25 cm dan 40 cm x 40 cm memberikan hasil panen terbaik dan sesuai
digunakan dalam budidaya kacang bogor.
Pengamatan indeks luas daun dilakukan satu kali selama penelitian
berlangsung pada saat tanaman belum berbunga, yaitu umur 5 MST. Pengukuran
dilakukan menggunakan alat bantu leaf area meter LI-3000C. Jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap peubah indeks luas daun. Berdasarkan Tabel 4
tanaman dengan jarak tanam 40 cm x 25 cm memiliki indeks luas daun terbesar
dan berbeda nyata dengan jarak tanam lain. Pada kerapatan tanaman yang lebih
tinggi, jumlah tanaman per satuan luas semakin banyak dan tajuk antar tanaman
saling menutupi satu sama lain dalam usaha untuk mendapatkan cahaya matahari
sehingga akan menghasilkan indeks luas daun yang besar. Daun memiliki peranan
penting sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dalam tanaman. Indeks luas
daun merupakan perbandingan antara satu sisi luas daun terhadap luas lahan
ternaungi yang merupakan jarak tanam. Indeks luas daun menggambarkan nilai
luasan daun tertentu yang digunakan untuk fotosintesis. Indeks luas daun erat
kaitannya dengan populasi tanaman, luas daun, dan jumlah daun, karena indeks
luas daun merupakan luas total daun per unit luas lahan. Semakin rapat tanaman
semakin besar indeks luas daunnya dan semakin dikurangi daunnya (dipangkas)
semakin berkurang indeks luas daunnya.
Biji tanaman jarak tanam 60 cm x 60 cm memiliki bobot yang nyata paling
besar dibandingkan dengan tanaman dengan jarak tanam lain. Daun-daun yang
tumbuh pada tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm tidak saling menutupi,
sehingga lebih efektif menyerap cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Pada
tanaman yang mendapat cahaya yang lebih banyak, maka intensitas cahaya yang
diterima akan lebih tinggi dan akibatnya proses foto-sintesis akan berjalan lebih
cepat, sehingga suplai karbohidrat akan bertambah.
Peanut Leaf Area Index, Light Interception, Radiation Use Efficiency,
and Harvest Index at Three Sites in Texas
Stabilitas parameter yang menggambarkan pertumbuhan tanaman kacang
tanah ( hypogaea Arachis L.) penting karena keragaman kondisi iklim di mana
kacang tumbuh dan berharga ketika mengembangkan model simulasi untuk
spesies ini. Sebaliknya, variabilitas parameter yang sama yang diinginkan untuk
para pemulia tanaman bekerja untuk mengembangkan kultivar ditingkatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur parameter kunci untuk biomassa dan
hasil produksi beberapa kultivar kacang tanah umum di tiga lokasi di Texas.
Semua dihitung seperti, Indeks luas daun (LAI), Koefisian cahaya ( k) untuk
hukum Beer, dan indeks panen (HI) untuk empat kultivar di Stephenville, TX dan
satu kultivar dekat Gustine, TX, dan untuk LAI dan biomassa pada empat kultivar
di Seminole, TX. defisiensi (RUE) nilai rata-rata radiasi penggunaan ef yang 1,98
g MJ 1 di Stephenville, 1,92 di Gustine, dan 2,02 di Seminole. nilai-nilai RUE
tertinggi adalah untuk LowEnergy Aplikasi Precise (lepa) irigasi perawatan di
Seminole. nilai maksimum LAI berkisar 5,6-7,0 di Stephenville, 5,0-6,2 di
Seminole, dan 5,3 di Gustine. Berarti k nilai berkisar 0,60-0,64 di Stephenville
dan 0,77 di Gustine. The keseluruhan rata HI adalah 0,36, dengan rata-rata 0,33
untuk Stephenville, 0,44 untuk Gustine, 0,53 untuk irigasi semprot di Seminole,
dan 0,58 untuk Lepa irigasi di Seminole. Nilai-nilai RUE, k, dan HI untuk kultivar
dalam penelitian ini dan persamaan antara penelitian ini dan nilai-nilai dilaporkan
dalam literatur akan membantu pemodel simulasi pengembangan kacang tanah
dan hasil dan bantuan peternak dalam mengidentifikasi ciri-ciri kunci penting
untuk peningkatan hasil kacang.
Beberapa proses berkontribusi terhadap produksi biomassa kacang tanah
dan hasil yang stabil dalam satu lokasi dan kultivar di Texas dan di beberapa situs
di seluruh dunia. Kacang berhenti menyerap cahaya dan penggunaan radiasi
efisiensi menunjukkan stabilitas di antara banyak studi. Konsistensi seperti yang
diinginkan bagi para peneliti mencari untuk mengembangkan model simulasi
yang umum atas berbagai kondisi. Namun, peternak kacang menginginkan lebih
banyak sifat-sifat variabel tanaman yang membedakan genotipe, untuk dapat
memilih untuk meningkatkan kultivar. variabilitas tersebut tampak jelas dalam
indeks panen, dan dengan demikian dalam proses kontribusi untuk perbedaan
indeks panen antara kultivar. Nilai-nilai yang relatif besar untuk RUE dalam
beberapa penelitian yang diterbitkan, serta nilai-nilai yang lebih besar untuk dua
kultivar dengan lepa irigasi di Seminole, pertanyaan kenaikan gaji yang harus
dikejar dalam penelitian masa depan. Seperti peningkatan produksi biomassa
dengan kebutuhan irigasi yang efisien.
Sward Structure, Light Interception and Herbage Accumulation in
Forage Peanut CV. Belmonte Subjected to Strategies of Intermittent Grazing
Management
Intersepsi adalah kriteria terbaik untuk menentukan proses pertumbuhan
tanaman. Akumulasi optimal tanaman (yaitu hasil produksi) yang diperoleh ketika
keseimbangan antara kematian tanaman dan pertumbuhan maksimum. Skenario
ini bertemu ketika padang rumput menyerap 95% dari radiasi aktif fotosintesis
(PAR), selama fase linier dari kurva pertumbuhan kembali. Dalam hal ini, LI
sasaran adalah 95%, namun tidak sesui dengan perkiraan tumbuh pertumbuhan
padang rumput, sehingga proporsi batang meningkat dan akumulasi bahan mati.
Telah terbukti bahwa kriteria LI dapat diterapkan berdasarkan tinggi tanaman,
yang memfasilitasi penggunaannya di lapangan. Selain penggunaan 95% LI
sebagai kriteria untuk memulai rotasi penggembalaan, tinggi residu secara
langsung berkaitan dengan konsumsi pakan, asupan gizi, dan pertumbuhan
kembali tanaman.
Jika kacang tanah ditanam dengan tumbuhan padang rumput, maka kacang
tanah akan memiliki pola pertumbuhan kembali mirip dengan rumput tropis.
Namun, karena kebiasaan pertumbuhan dengan stolon, akumulasi lebih besar dari
stolons di padang dikelola dengan LI 95%, namun padang rumput disana tidak
dapat dikompromi pertumbuhanya. Dalam skenario ini, LI Max meningkat tinggi
dan bisa mendukung asupan hewan dan kinerja. Namun, hipotesis ini perlu
penyelidikan lebih lanjut dan lebih rinci.
2. Hitunglah serta bandingkan nilai intersepsi cahaya serta pemadaman tajuk pada
tanaman Hasil Pengukuran intensitas cahaya dengan lux meter
Krisan Sansevieria
Qo 736 718
Qt1 201 669
Qt2 16 558
LAI 1,75 1,3
Keterangan :
Qo : Atas
Qt1 : Tengah
Qt2 : Bawah

Diketahui :
Qo Krisan = 736
Qt1 Krisan = 201
Qt2 Krisan = 16
LAI Krisan = 1,75
Qo Sansevieria = 718
Qt1 Sansevieria = 669
Qt2 Sansevieria = 558
LAI Sansevieria = 1,3

Ditanyakan :
Berapa nilai intersepsi cahaya serta
pemadaman tajuk pada tanaman?
Krisan
Qt
ln
Qo
k tengah=
LAI
201
ln
736 = -0,74
¿
1,75
Qt
ln
Qo
k bawah=
LAI
16
ln
736 = -2,19
¿
1,75

Qt tengah=Qo x E−k X LAI


¿ 736 x 10−(−0,74 ) x 1,75
= 14517,03

Qt bawah=Qo x E−k X LAI


¿ 736 x 10−(−2,19 ) x 1,75
= 5004697,3

Sansevieria
Qt
ln
Qo
k tengah=
LAI
669
ln
718 = -0,05
¿
1,3

Qt
ln
Qo
k bawah=
LAI
558
ln
718 = -0,19
¿
1,3

Qt tengah=Qo x E−k X LAI


¿ 718 x 10−(−0,05 ) x1,3
= 833,92

Qt bawah=Qo x E−k X LAI


¿ 718 x 10−(−0,19 ) x1,3
= 1268
Berdasarkan hasil yang didapat, Nilai k dan Qt hasilnya lebih tinggi pada
tanmanan krisan. Hal ini dikarenakan tanaman krisan memiliki kerapatan kanopi
yang rapat serta intersepsi cahaya lebih besar daripada tanaman Sansevieria. Hal
ini sesudai dengan pernyataan (Fachrudin, 2003) bahwa intersepsi radiasi
matahari merupakan selisih antara radiasi yang datang dengan radiasi yang
ditransmisikan. Intersepsi radiasi dapat dipengaruhi oleh faktor antara lain ILD,
jarak tanam, populasi tanaman atau bentuk tanaman (kanopi). Persentase
maksimum intersepsi didapat dari populasi tanaman yang rapat, jika terlalu lebar
maka jumlah radiasi yang diintersepsi akan berkurang sehingga mengurangi bobot
tanaman sehingga intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan daun
akan mengurangi jumlah daun. Disamping itu rendahnya intensitas penyinaran
pada masa generatif akan menurunkan organ generatif serta meningkatkan jumlah
(Adisarwanto et al., 1993).
PENUTUP
Intensitas radiasi matahari merupakan sebuah faktor yang sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Energi matahari yang nantinya
akan diproses oleh proses metabolic dan menjadi asupan bagi tanaman. Intensitas
radiasi berupa energi yang diterima oleh suatu tanaman. Pola pemadaman tajuk
sesuai dengan hukum absorbsi Lambert – Beer yang menyatakan bahwa setiap
lapisan yang tebalnya sama akan menyerap bagian radiasi yang sama dan yang
melewatinya dengan perhitungan koefisian pemadaman cahaya. Untuk tajuk
tanaman, lapisan yang sama tebalnya didasarkan pada satuan LAI. Jadi, jumlah
cahaya matahari yang menembus melalui tajuk dipengaruhi oleh LAI dan pola
penempatan daun. Koefisien pemadaman (k) memberikan petunjuk numerikal
penipisan cahaya dalam tajuk.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 1993. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan
Lahan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta.
Fachrudin, J. 2003. Intersepsi Radiasi Matahari Pada Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Padi Dengan Beberapa Varietas dan Jarak Tanam yang Berbeda.
Skripsi Jurusan GFM. ITB. Bogor.
LAMPIRAN
Jurnal 1

Jurnal 2
Jurnal 3

Jurnal 4

Anda mungkin juga menyukai