Anda di halaman 1dari 10

Kajian Kebijakan Pengembangan Pemanfaatan Wilayah Tertentu

(Wisata Alam) di KPHL Rinjani Barat:


Analisis Kelembagaan dan Sikap terhadap Pengembangan Pariwisata
(Wisata Alam) di KPHL Rinjani Barat

Kresno Agus Hendarto; Rubangi Al Hasan; Yumantoko; Ahmad Nur; Edi


Kurniawan

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendapatkan informasi terkait aspek
kelembagaan dalam pemanfaatan wilayah tertentu dengan tujuan wisata alam
pada KPHL Rinjani Barat; dan (2) untuk mendapatkan informasi modeling
tentang sikap stakeholder terhadap aktivitas pariwisata di wilayah tertentu (dalam
hal ini kami mengambil daerah Senaru). Tujuan kedua dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling
purposif pada pengunjung, wirausahawan, LSM, pegawai pemerintah, dan
penduduk lokal. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan struktural
equation model (SEM) berbasis varian. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan
bahwa kesadaran terhadap pariwisata mempengaruhi sikap terhadap aktivitas
pariwisata dengan dimediasi oleh persepsi dampak positif ekonomi.

Kata kunci: kelembagaan, sikap, persepsi, kesadaran


Akselerasi Regenerasi Hemiparasit Cendana (Santalum album Linn.)

Ir. I Komang Surata, M.Sc; Dewi Sahmin Puspitasari

ABSTRAK

Upaya pengembangan tanaman cendana masih menghadapi permasalahan


terutama tingkat regenerasinya masih rendah. Hal ini disebabkan karakteristik
regenerasi cendana sebagai tanaman hemiparasit belum tuntas diketahui. Oleh
karena itu faktor-faktor kunci hemiparasit untuk peningkatan regenerasi
seperti:tingkat kompetisi semai, manipulasi lingkungan biotik dan abiotik perlu
diketahui dalam rangka percepatan regenerasi cendana. Tujuan penelitian ini
adalah: (1) Mengidentifiasi tingkat persaingan vegetasi (inang) terhadap
pertumbuhan seedling cendana. (2) Mengetahui pengaruh inang dan nutrient sink
terhadap pertumbuhan tanaman cendana. Metode penelitian pertama di lakukan di
hutan alam yang mempunyai regenerasi cendana dengan menggunakan metode
survei, dimana plot awal diletakkan secara random, pada luasan 50 ha, jarak
antar petak 50 m, ukuran petak semai 2 x 2 m . Kemudian dari hasil survei ini
dipilih plot secara random yang ada seedling emergency cendana dengan
membuat petak 2 x 2 m secara purpusive sampling di 3 lokasi tapak vegetasi a.l: di
bawah semak, semak+pohon, dan pohon, yang dilakukan masing-masing
sebanyak 10 plot (total 30 plot), yang diletakkan secara purposive sampling.
Pengamatan data meliputi jumlah dan pertumbuhan seedling cendana, asosiasi
akar haustoria dengan akar dan non akar, luas bidang dasar vegetasi,
mikrohabitat (suhu, kelembaban, intensitas cahaya), tanah (sifat fisik dan kimia),
bobot dan ketebalan serasah. Metode penelitian ke dua dilakukan penanaman di
lapangan sebagai verifikasi sifat hemiparasit (haustoria) terhadap faktor inang
(biotik) dan nutrient sink (abiotik) dengan menggunakan Rancangan Faktorial
Rancangan Acak Berbelok yang terdiri dari 2 faktor yaitu : inang (4 taraf),
kontrol, legum, non legum, kombinasi legum dan non legum, dan nutrient sink
(abiotik) (2 taraf)a.l:: kontrol, campuran pupuk dicairkan dengan direndam 24
jam di dalam bahan pengikat hara a.l: bebatuan arang yang terdiri dari 3 blok,
masing-masing blok ada 25 ulangan. Pengamatan data meliputi pertumbuhan
tanaman, serapan hara dan pertumbuhan haustoria. Analisis data dengan
menggunakan Anova dan regresi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur
biotik atau vegetasi yang berpotensi sebagai inang dengan cendana di lokasi ini
potensinya cukup tersedia, jenis semak adalah yang terbaik, sedangkan untuk
pohon merupakan pesaing untuk semai cendana. Pembentukan haustoria
dipengaruhi oleh faktor akar vegetasi (biotik) dan di luar akar vegetasi (abiotik).
Sebanyak 50 % jenis akar vegetasi (biotik) yang berfungsi sebagai inang mampu
membentuk haustoria yang menempel pada akar inang dan sebagian besar pada
herba dan semai (semak). Faktor biotik atau tapak aman (mikrohabitat)
pertumbuhan semai cendana secara positif dipengaruhi oleh keberadaan tajuk
tanaman penutup tanah, kelembaban udara, temperatur udara, dan intensitas
cahaya, serta secara negatif oleh luas bidang dasar, serasah dengan nilai korelasi
sangat nyata (R² = 0,67). Aplikasi inang dan nutrient sink terhadap pertumbuhan
tanaman cendana belum menunjukkan adanya perbedaan baik di lokasi Rarung
(Lombok) dan Nusa Penida (Bali) karena baru dilakukan penanaman.

Kata kata kunci: cendana, regenerasi, hemiparasit, persiangan.


Peningkatan Skala Produksi Bio-Oil
Saptadi Darmawan; Cecep Handoko; Gustan Pari

ABSTRAK

Energi dari biomasa merupakan alternatif yang sangat prospektif


diantaranya dari biji-bijian seperti nyamplung dan kepuh. Ampas dari sisa
ekstrak biji masih mengandung minyak karena tidak semua minyak didalam biji
dapat dikeluarkan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ini tentunya
berpeluang dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bio-oil. Produksi bio-oil
dalam skala lebih besar menjadi tantangan tersendiri seperti penentuan kondisi
proses dan penyepurnaan perangkat pirolisis yang telah dihasilkan pada tahun
sebelumnya. Pada tahap awal dilakukan uji coba perangkat pirolisis untuk
mengetahui kekurangan dan menyempurnakan kelemahan yang ada. Tahap
berikutnya dilakukan uji coba produksi bio-oil pada input suhu awal 200 dan
275oC selama 1 dan 1,5 jam untuk menentukan kondisi yang optimum. Selanjutnya
dilakukan produksi bio-oil dari ampas nyamplung dan kepuh serta fraksinasi bio-
oil yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan diantara penetapan sifat fisik, nilai
kalor, termal dan senyawa kimia. Perangkat pirolisis sistem screw kontinyu dapat
digunakan dengan baik setelah dilakukan penyempurnaan. Proses pirolisis yang
optimum dilakukan pada kondisi pemasukan bahan pada suhu awal 275 oC selama
satu jam menghasilkan rendeman 32,60 dan 37,20 persen untuk ampas nyamplung
dan kepuh dengan nilai kalor rata-rata sebesar 9.574 dan 9.283 kal/gram.

Kata kunci : nyamplung, kepuh, bio-oil, pirolisis, scale up


Budidaya Rumput Ketak (Lygodium Circinnatum (Burm.F.) Sw.):
Kematangan Spora dan Penanaman Serta Regenerasi Alam Ketak

Ir. I Wayan Widhiana Susila, M P; Ir. I Komang Surata, M.Sc; Dewi


Sahmin Puspita Sari

ABSTRAK
Rumput ketak (Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.), termasuk tumbuhan
paku merambat yang mempunyai nilai ekonomi. Namun sekarang populasinya
sudah menurun dan perlu adanya upaya konservasi, salah satunya melalui teknik
budidaya. Sampai sekarang teknik budidayanya melalui pembiakan generatif
dengan spora dan vegetatif (stolon), belum banyak diketahui. Regenerasi rumput
ketak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tumbuh pada fase kemasakan spora,
fase gamethopfit/sporofit dan faktor tumbuh ekstern seperti unsur hara, cahaya dan
kelembaban. Penelitian bertujuan untuk: (1) mengetahui pertumbuhan
perkecambahan spora pada beberapa fase musim spora, (2) menguji pengaruh
pupuk dan pohon pemanjat terhadap pertumbuhan rumput ketak dan 3) mengetahui
pengaruh penjarangan dan pemupukan terhadap pertumbuhan permudaan alam.
Hasil penelitian pada tahun 2016 : 1) Perlakuan pemangkasan dan pemupukan
terhadap pertumbuhan panjang dan diameter ruas, dan panjang sulur tanaman
ketak alam di Pusuk selama 9 bulan tidak signifikan, kecuali jumlah tunas.
Pertumbuhan jumlah tunas terbaik adalah perlakuan T1F1 (pemangkasan
menyisakan 10 sulur dan pupuk kandang sapi). Secara umum terjadi peningkatan
pertumbuhan semua parameter pada akhir pengamatan, yang tertinggi adalah
panjang sulur dengan rata-rata lebih dari 50 cm. 2) Produksi dan keberhasilan
perkecambahan spora sampai protalus muda paling tinggi terjadi pada bulan Mei-
Juli, sedangkan pada bulan Januari-April, Agustus -Desember terjadi penurunan.
3) Sehubungan baru ditanam, uji penanaman rumput ketak asal bibit vegetatif
belum ada perbedaan diantara perlakuan pupuk (NPK, Kompos Kotoran Kambing,
Kompos kototoran sapi) dan bahan pemanjat (gamal, adap hutan, bambu).

Kata-kata Kunci : rumput ketak, spora, generatif, vegetatif, stolon.


Ekologi Dan Teknik Perkecambahan Secara Generatif Pranajiwa
(Euchresta horsfieldii) di Lombok Serta Teknik Perbanyakan Stek
Pucuk dan Eksplorasi Provenan Bidara Laut (Strychnos lucida) di
Pulau Sumbawa
Krisnawati, S.Hut; DR. Kresno Agus Hendarto, S.Hut, MM; Anita Apriliani
Dwi Rahayu, S.Hut; Amalia Indah Prihantini, S.Hut; Gipi Samawandana

ABSTRAK

Sebagai upaya peningkatan produktivitas dan pelestarian jenis Pranajiwa dan


Bidara laut tujuan penelitian tahun 2016 adalah a) pranajiwa : mengetahui
kondisi ekologi habitat, mendapatkan teknik perkecambahan dan informasi
fitokimia, b) bidara laut : mendapatkan teknik perbanyakan dengan stek pucuk
dari kebun pangkasan, bibit asal provenan Sumbawa, data pertumbuhan bibit asal
provenan Bali dan informasi fitokimia. Hasil yang diperoleh yaitu : 1) Pranajiwa
tumbuh pada daerah perbukitan dengan kelerengan landai - curam, ketinggian >
1.200 mdpl, suhu 19 – 23 0C, kelembaban 74 – 86 % dan pH tanah agak asam.
Populasi pranajiwa hidup secara mengelompok dan keberadaannya dipengaruhi
oleh variabel kelembaban dan ketinggian; 2) Teknik perkecambahan biji
pranajiwa dilakukan dengan cara mengeringkan biji selama satu minggu,
ditanam pada media cocopeat dan arang sekam (2:1) pada polibag. Dengan
perlakuan tersebut didapatkan hasil daya kecambah 80% dengan kecepatan
berkecambah 4 biji per minggu; 3) Perlakuan hormon perangsang akar belum
berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pengakaran stek pucuk bidara laut dari
kebun pangkasan ; 4) Calon pohon induk provenan Sumbawa belum memasuki
musim berbuah, koleksi stek pucuk menjadi alternatif materi genetik lain untuk
jenis bidara laut provenan Sumbawa; 5) Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit
bidara laut provenan Bali yang beragam dipengaruhi genetik dari pohon
induknya; 6) Pada tanaman pranajiwa terdeteksi golongan alkaloid mendominasi
tersebar di seluruh bagian tanaman, sedangkan pada bidara laut didominasi oleh
senyawa-senyawa alkaloid dan tanin.

Kata kunci : pranajiwa, bidara laut, pelestarian jenis tanaman, teknik budidaya,
fitokimia

ABSTRACT

As efforts to increase productivity and preservation of Pranajiwa and Bidara laut


research purposes in 2016 is a) pranajiwa: determine the condition of ecological
habitats, get technical germination and phytocemical test, b) bidara laut :
propagation technique of shoot cutting from gardeners prune, seedling from
Sumbawa provenance, data of seedling growth from Bali provenance and to know
pyhtochemical The results obtained are: 1) Pranajiwa grown on a hilly terrain ,
elevation> 1,200 meters above sea level, the temperature is 19 to 23 0 C, humidity
74-86 % and slightly acidic soil pH. Pranajiwa population live clumped and
existence is influenced by variables of humidity and elevation; 2) Mechanical
germination of pranajiwa performed by drying the seeds for one week, were
planted in rice husk and cocopeat (2:1) in polibags. With such treatment, showed
germination rate of 80% at a speed of 4 seeds germinated per week; 3) Root
stimulant hormone treatment has not been effect real against the success of rooting
of Strychnos l. shoot cutting from hedge orchard; 4) Candidate of mother seed
trees from Sumbawa provenance has not entered the fruit season, collecting of
shoot cuttings to be alternatives of the other genetic material of Strychnos l. from
Sumbawa; 5) Growth of height and diameter of Strychnos l. seedling from
Sumbawa provenance that was diversed is affected by genetic of mother seed trees;
6) in pranajiwa, alkaloids contains in all part of the plant pranajiwa, meanwhile in
bidara laut alkaloids and tannins are the major secondary metbolites detected.

Keywords: pranajiwa, bidara laut, conservation of plant species, cultivation


techniques, phytochemistry
Skrining Aktivitas Anti-oksidan dan Antidiabetes pada Kulit Buah, Kulit Batang dan
Daun Tanaman Penghasil Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke) di Nusa
Tenggara Barat

Agus Sukito, S.Hut., M.Agr., Ph.D.; Dr. Saptadi Darmawan, S.Hut., M.Si.; Abdul Jafar
Maring, S.Hut

Abstrak

Gaharu merupakan komoditi yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat salah satunya
adalah sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan manfaat obat dari tanaman inang
gaharu jenis G. versteegii, khususnya sebagai sumber obat berupa anti-oksidan dan anti-diabetes.
Aktivitas anti-oksidan dan antidiabetes tertinggi terdapat pada ekstrak aseton daun G. versteegii
pohon terinfeksi dengan nilai IC50 masing-masing secara berurutan sebesar 30,01 dan 52,03 μg/mL.
Karenanya dapat disimpulkan bahwa aseton merupakan pelarut yang cocok untuk ekstraksi dan
isolasi senyawa aktif anti-oksidan dan antidiabetes pada daun G. versteegii pohon terinfeksi.
Kajian Migrasi Musiman Lebah Hutan Sumbawa
Cecep Handoko; Ramdiawan

Abstrak

Migrasi musiman menyebabkan adanya periodisasi keberadaan koloni lebah hutan di suatu lokasi.
Informasi migrasi musiman penting dalam menentukan musim dan tata waktu panen madu bagi para
pemburu madu hutan khususnya di wilayah Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan informasi migrasi musiman lebah hutan untuk mendukung peningkatan keberhasilan
pengusahaan madu lebah hutan di tingkat petani. Penelitian dilakukan selama tahun 2016, berlokasi
di KPHP Batulanteh Kabupaten Sumbawa di tiga lokasi yaitu Batudulang, Sampa danArung Santek.
Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatansarang dan koloni lebah hutan setiap tiga hari sekali,
serta survey vegetasi. Pengamatan mencakup migrasi koloni, pertumbuhan dan perkembangan
sarang serta perilaku kewilayahan koloni lebah hutan, sedangkan survey vegetasi dilakukan dengan
metode Jalur Berpetak. Data yang dihasilkan dianalisis secara desktriptif. Hasil pengamatan
menunjukkan migrasi lebah hutan terjadi di dalam dan antar pulau. Keberadaan sarang dan musim
panen madu hutan teramati mengikuti periode pembungaan vegetasi pakan. Di Batudulang, musim
madu terjadi pada Bulan Mei, Juli dan Desember, di Sampa Bulan April, Mei dan Nopember,
sedangkan di Arung Santek Bulan April, Mei dan Oktober. Jenis Udu merupakan vegetasi pakan
pada tingkat pohon dengan nilai penting (INP) tertinggi di Batudulang, sebesar 20,140%, serta
menempati urutan tertinggi ketiga di Sampa dengan nilai INP sebesar 17,856%. Sementara itu, jenis
Kayu Tele mempunyai INP tertinggi di lokasi Batudulang pada tingkat tiang, pancang dan
semai,dengan nilainya secara berurutansebesar 18,904%, 25,171% dan 7,135%.Di Sampa,Kukin
mempunyai INP yang tinggi pada ketiga tingkat pertumbuhan di atas, dengan nilainya masing-
masing secara berurutan sebesar47,682%, 25,778% dan 6,698%.

Kata kunci: lebah hutan sumbawa, migrasi musiman, KPHP Batulanteh


Ujicoba Perbanyakan Stek Pucuk Tanaman Gyrinops Versteegii

Ali Setyayudi, S.Hut; Mansyur

ABSTRAK

Permasalahan produksi gaharu di masyarakat adalah konsistesi hasil antar individunya. Salah
satu indikasi penyebab adalah penggunaan biji sebagai perbanyakan tanaman sehingga setiap pohon
tidak memiliki kemanpuan yang sama dalam menghasilkan gaharu. Alternatif mengatasi
permasalahan tersebut adalah penggunaan teknik perbanyakan vegetatif salah satunya dengan stek
pucuk. Saat ini penelitian teknik vegetatif tanaman penghasil gaharu khususnya jenis Gyrinops
versteegii masih sedikit dilakukan, sebagian besar referensi banyak pada jenis Aquilaria spp. Pada
teknik perbanyakan stek, pembentukan akar adventif menjadi faktor kunci keberhasilan. Oleh karena
itu pada penelitian ini ditujukan untuk mengetahui media dan zpt yang mampu memacu pembentukan
akar pada stek pucuk tanaman Gyrinops versteegii. Perlakuan yang diujikan ada dua yaitu media
berupa tanah, cocopeat, pasir dan pupuk organik. Perlakuan yang kedua adalah zat pengatur tumbuh
pada konsentrasi 0, 100, 200, dan 300 ppm. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan
menggunakan rancangan blok. Hasil penelitian menunjukkan IBA memiliki tingkat keberhasilan
paling baik yaitu sebesar 84,17 % dengan konsentrasi ZPT yang optimal sebesar 200ppm. Media
akar yang memiliki tingkat keberhasilan paling besar adalah media tanah sebesar 85%.
Kata kunci : tanah, IBA, stek pucuk, gaharu, NAA
Analisa Melissopalinologi dan Pembuatan Demplot Budidaya Lebah Madu Trigona spp

Lutfi Anggadhania, S.Si; Septiantina Dyah Riendriasari, S.Hut; Drs. Kuntadi, M. Agr; Edi
Kurniawan

ABSTRAK

Budidaya lebah madu mampu menghasilkan produk-produk perlebahan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan merupakan sumber nutrisi bagi masyarakat. Kegiatan budidaya ini juga
merupakan kegiatan konservasi terhadap kelestarian jenis lebah madu yang dibudidayakan. Dalam
meningkatkan keberhasilan budidayanya dibutuhkan pengetahuan yang cukup bagi para peternak
lebah madu. Diantaranya adalah pengetahuan mengenai sumber pakan. Sumber pakan akan
berdampak langsung pada kesehatan koloni dan berlangsungnya aktivitas lebah madu terutama
dalam mencari pakan yang menyokong kelangsungan hidup koloni, ratu dan brood yang dihasilkan.
Analisa melissopalinologi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
jenis vegetasi yang disukai oleh lebah madu berdasarkan pada identifikasi polen yang ditemukan
didalam madu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai jenis-jenis
tanaman yang disukai lebah madu Trigona berdasarkan pada analisa melissopalinologi, serta
terbangunnya demplot ujicoba budidaya Trigona spp. Analisa polen pada madu dilakukan dengan
mengambil sampel madu dari empat lokasi penelitian yaitu Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok
Timur dan Lombok Barat. Madu kemudian dipreparasi sehingga dihasilkan preparat polen pada
madu dari masing-masing lokasi. Hasil penelitian diperoleh tanaman yang potensial sebagai sumber
pakan lebah madu Trigona spp meliputi Anacardium occidentale, Amaranthus sp, Arenga pinnata,
Cassia fistula, Capsicum sp, Citrus aurantifolia, Cocos nucifera, Cucumis sativus, Euphorbia
pulcherrima, Gnetum gnemon, Helianthus annuus L, Momordica charantia, Moringa oleifera, Lablab
sp, Mangifera indica, Sizygium aqueum, Theobroma cacao L, Turnera Subulata, Weinmannia sp, dan
Casearia sp.

Kata kunci : Trigona spp, sumber pakan, budidaya, polen

Anda mungkin juga menyukai