Anda di halaman 1dari 10

PENGUKURAN INDEKS LUAS DAUN

Gabry Maghafira Abdullah


G11113081
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar, 2014
Abstrak
Daun merupakan salah satu organ tanaman yang paling penting. Daun merupakan
tempat berlangsungnya proses fotosintesis untuk menyusun bahan kering
tanaman. Luas daun termasuk parameter yang penting untuk mempelajari fisiologi
dan agronomi dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Terdapat banyak
metode untuk mengukur luas daun tanaman. Metode yang banyak digunakan
adalah dengan menggunakan leaf area meter, planimeter, gravimetri, fotografi,
dan masih ada beberapa metode yang lain. Metode lain yang dapat digunakan dan
tidak merusak tanaman adalah melalui pendekatan matematika. Pendekatan
matematika yang digunakan untuk menghitung luas daun adalah dengan
mengkorelasikan antara panjang dan lebar daun. Pengukuran luas daun melalui
pendekatan matematika lebih mudah, cepat, memiliki presisi yang tinggi dan
dapat digunakan untuk berbagai tanaman. kelebihan lain dari pengukuran luas
daun menggunakan pendekatan matematika ini adalah pengamatan terhadap satu
tanaman yang dapat dilakukan sebanyak beberapa kali periode. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui tentang indeks luas daun dan gravimetri pada daun.
Adapun kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat lebih memahami
indeks luas daun dan gravimetri pada daun.Hasil yang diperoleh dari percobaan
ini yaitu Indeks Luas Daun (ILD) adalah salah satu parameter dalam
analisispertumbuhantanaman. Nilai ILD didapat dari perbandingan setiap unit luas
permukaan tanah yang tertutup oleh daun. Metode pengukuran luas daun dengan
perbandingan dapat dilakukan dengan menggunakan kertas yang seragam. Daun
yang akan diukur luasnya digambar pada kertas, digunting kemudian ditimbang.
Pada dauun yang dilubangi maupun yang tidak dilubangi setelah ditimbang
beratnya berkurang,akan tetapi yang lebih banyak berkurang beratnya yaitu pada
daun yang dilubangi. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi
bersih dan indeks luas daun
Kata kunci : proses fotosintesis, leaf area meter, gravimetri
PENDAHULUAN
Indeks luas daun (ILD)
merupakan suatu peubah yang
menunjukkan hubungan antara luas
daun dan luas bidang yang tertutupi.
Secara konvensional penentuan nilai

LAI dilakukan dengan mengukur dan


mengakumulasikan jumlah luas daun
dalam satu bidang tertentu dan dibagi
dengan luas bidang tersebut. ILD
juga dapat diukur menggunakan alat
ukur radiasi surya seperti tube solari

meter yang dipasang paralel di atas


dan di bawah tajuk tumbuhan. Kedua
pendekatan tersebut mempunyai
keterbatasan spasial, sehingga dicoba
mengembangkan
metode
baru
dengan teknik penginderaan jauh.
Pendugaan ILD dengan teknik ini
memanfaatkan sifat spektral dari
permukaan baik yang bersumber dari
radiasi gelombang pendek dari
matahari maupun radiasi gelombang
panjang dari permukaan (Handoko,
2004).
Indeks luas daun (ILD)
merupakan suatu peubah yang
menunjukkan hubungan antara luas
daun dan luas bidang yang tertutupi.
Laju perubahan nilai ILD sangat
tergantung
dengan
kualitas
metabolisme dalam pertumbuhan
tanaman. Oleh karena itu, ILD sering
digunakan sebagai indikator dalam
pertumbuhan tanaman, yaitu sebagai
salah satu peubah untuk mengetahui
intensitas radiasi yang diintersepsi
oleh daun sehingga dapat diduga
nilai biomassanya. Handoko (2004)
menggunakan peubah ILD untuk
menghitung biomassa potensial
danevapotranspirasi maksimum dari
suatu tanaman.
Secara
konvensional
penentuan nilai LAI dilakukan
dengan
mengukur
dan
mengakumulasikan jumlah luas daun
dalam satu bidang tertentu dan dibagi
dengan luas bidang tersebut. Selain
itu, ILD juga dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur radiasi surya
seperti tube solari meter yang
dipasang secara paralel di atas dan di
bawah tajuk tumbuhan atau pun

dengan menggunakan teknik plot


contoh. Metode tersebut mudah
dilakukan untuk pertanaman seperti
padi, jagung, kedelai, dan untuk areal
vegetasi yang memiliki luasan tidak
terlalu luas (Kusumaningrum, 2003).
Sedangkan untuk areal yang
lebih luas seperti perkebunan dan
hutan penggunaan metode tesebut
membutuhkan waktu, biaya, dan
tenaga yang cukup besar. Untuk
mengatasi kesulitan tersebut, maka
dengan
kemajuan
teknologi
penginderaan jauh pendugaan ILD
dapat dilakukan secara spasial yang
mencakup areal yang luas. Curran et
al, 1992 ; Peddle et al, 1999
melakukan pendugaan ILD dengan
dengan respon spektral dari sensor
satelit penginderaan jauh yang
kemudian hasilnya dikorelasikan
dengan hasil observasi.
Pendekatan
lain
yang
menggunakan sateit penginderaan
jauh adalah dengan menggunakan
normalized difference vegetation
index (NDVI). Sebagian besar
pendugaan ILD dengan pendekatan
NDVI dilakukan untuk jenis tanaman
semi-arid dan tanaman pertanian
yang memiliki penutupan kanopi
kurang
dari
100%.
Namun
pendekatan NDVI kurang sensitif
dalam menduga nilai ILD pada lahan
bervegetasi yang memiliki kondisi
penutupan kanopi yang berbeda beda (Chen, 1999 ; Turner et al,
1999). Hal ini dikarenakan, nilai
NDVI hanya merepresentasikan
proyeksi horizontal dari suatu tajuk
tanaman. Sehingga luasan daun yang
dapat diduga dengan metode tersebut

hanya bagian atas dari suatu tajuk


tanaman.
Indeks Luas Daun dan Gravimetri
Pada Daun
Indeks luas daun merupakan
gambaran tentang rasio permukaan
daun terhadap luas tanah yang
ditempati oleh tanaman. Laju
pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh laju asimilasi bersih dan indeks
luas daun. Laju asimilasi bersih yang
tinggi dan indeks luas daun yang
optimum akan meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman. Leaf Area
Index (LAI) merupakan salah satu
indikator
untuk
menentukan
intensitas radiasi yang dapat diserap
oleh
tanaman
untuk
proses
fotosintesis (Gardner et al., 1991).
LAI juga sebagai peubah
struktur tunggal yang banyak
digunakan
untuk
menghitung
karakteristik pertukaran energi dan
massa pada sebuah ekosistem
terestrial
seperti
intersepsi,
transpirasi, fotosintesis netto dan
asimilasi kanopi.Tajuk tanaman yang
memperhatikan
konsep
LAI
optimum atau LAI kritis menujukan
nilai Crop Growth Rate (CGR)
bersama dengan meningkatkanya
LAI, sampai tercapai nilai LAI pada
saat penyerapan radiasi matahari
paling besar. Indeks luas daun dapat
digunakan untuk menggambarkan
tentang kandungan total klorofil daun
tiap individu tanaman. Permukaan
daun yang semakin luas diharapkan
mengandung klorofil lebih banyak
(Gardner, et al. 1991).
Indeks luas daun merupakan
hasil bersih asimilasi persatuan luas

daun dan waktu. Luas daun tidak


konstan terhadap waktu, tetapi
mengalami
penurunan
dengan
bertambahnya
umur
tanaman.
Koefisien pemadaman tajuk dapat
diperoleh
dengan
menurunkan
persamaan Hukum Beer untuk
transmisi (Gardner, et al. 1991).
Pola pemadaman tajuk sesuai
dengan hokum absorbsi Lambert
Beer yang menyatakan bahwa setiap
lapisan yang tebalnya sama akan
menyerap bagian radiasi yang sama
dan yang melewatinya. Untuk tajuk
tanaman, lapisan yang sama tebalnya
didasarkan pada satuan LAI. Jadi
jumlah cahaya matahari yang
menembus melalui tajuk dipengaruhi
oleh LAI dan pola penempatan daun.
Dan
koefisien
pemadaman
memberikan petunjuk numerikal
penipisan cahaya dalam tajuk
(Ariyani, 2011).
Laju fotosintesis maksimum
tercapai pada saat Indeks Luas
Daun(ILD) optimum. Ada dua hal
yang dapat meningkatkan berat
kering tanaman yaitu memperbesar
ILD
sampai
optimum
dan
meningkatkan laju fotosintesi setiap
satuan
luas
daun.
Beberapa
penelitian menunjukkan
bahwa
sumbangan luas daun terhadap total
produksi bahan kering dapat
mencapai
70%.
Sedangkan
peningkatan
laju
fotosintesis
menyumbangkan total produksi
bahan kering sekitar 30%. Ini berarti
peningkatan Indeks Luas Daun jauh
lebih berarti dari pada peningkatan
laju fotosintesis. Tetapi kedua faktor

tidak dapat dipisahkan satu sama


lainnya(Sitompul dan Guritno, 1995)
Dalam hal ini, intensitas
cahaya
matahari
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan
optimum tanaman dengan indeks
luas daun yang berbeda beda
tergantung tinggi tanaman dan
banyaknya sinar matahari yang
diterima oleh tanaman tersebut.
Salah satu faktor lain yang
mempengaruhi indeks luas daun
adalah jumlah ketersediaan air yang
diterima oleh tanaman. Semakin
optimum air yang tersedia, maka
semakin maksimal pertumbuhan
tanaman dapat tercapai (Gardner et
al., 1991).
Tanaman sampel yang dipilih
diukur Panjang dan Lebar daunnya
dengan menggunakan penggaris.
Tinggi tanaman dan tinggi daun juga
diukur
dengan
menggunakan
penggaris untuk menentukan tinggi
daun nisbi (RLH). RLH dihitung
dengan rumus LH/PH. LH (tinggi
daun) adalah jarak antara permukaan
tanah dengan tangkai daun. PH
(tinggi tanaman) adalah tinggi
tanaman. Lebar daun diukur dari
ujung-ujung daun terlebar yang tegak
lurus dengan tangkai daun. Panjang
daun diukur dari ujung daun yang
sejajar dengan tangkai daun sampai
dengan ujung helaian daun yang
menempel pada tangkai daun. Luas
daun dapat pula diukur dengan
menggunakan alat Leaf Area Meter.
Indeks Luas Daun dihitung dengan
rumus : (Sitompul dan Guritno,
1995)

ILD

LD
,
Lt

dimana :
ILD = Indeks luas daun
LD = Luas daun
Lt
= Luas lahan yang ditumbuhi
tanaman

Faktor yang penting untuk


diperhatikan dalam mengukur luas
daun
adalah
ketepatan
hasil
pengukuran
dan
kecepatan
pengukuran. Masing-masing faktor
tersebut
memiliki
kepentingan
sendiri
dalam
penggunaannya,
seperti pada pengukuran laju
fotosintesis dan proses metabolisme
lain tentunya ketepatan pengukuran
yang diperlukan (Bambang dan
Haryadi, 2008).
Untuk pengukuran indek luas
daun tentunya kecepatan pengukuran
yang diperlukan. Namun demikian
ketepatan dan kecepatan pengukuran
sangat tergantung pada alat dan cara
atau teknik pengukuran (Bambang
dan Haryadi, 2008). Terdapat
beberapa cara untuk menentukan luas
daun (Guswanto, 2009)yaitu :
a. Metode Kertas Milimeter
Metode ini menggunakan kertas
milimeter
dan
peralatan
menggambar untuk mengukur
luas daun. Metode ini dapat

diterapkan cukup efektif pada


daun dengan bentuk daun relatif
sederhana dan teratur. Pada
dasarnya, daun digambar pada
kertas milimeter yang dapat
dengan mudah dikerjakan dengan
meletakkan daun diatas kertas
milimeter dan pola daun diikuti.
Luas daun ditaksir berdasarkan
jumlah kotak yang terdapat dalam
pola daun. Sekalipun metode ini
cukup sederhana, waktu yang
dibutuhkan untuk mengukur suatu
luasan daun relatif lama, sehingga
ini tidak cukup praktis diterapkan
apabila jumlah sampel banyak.
b. Gravimetri
Metode
ini
menggunakan
timbangan dan alat pengering
daun (oven). Pada prinsipnya luas
daun
ditaksir
melalui
perbandingan berat (gravimetri).
Ini dapat dilakukan pertama
dengan menggambar daun yang
akan ditaksir luasnya pada sehelai
kertas, yang menghasilkan replika
(tiruan) daun. Replika daun
kemudian digunting dari kertas
yang berat dan luasnya sudah
diketahui. Luas daun kemudian
ditaksir berdasarkan perbandingan
berat replika daun dengan berat
total kertas.
c. Planimeter
Planimeter merupakan suatu alat
yang sering digunakan untuk
mengukur suatu luasan dengan
bentuk yang tidak teratur dan
berukuran besar seperti peta. Alat
ini dapat digunakan untuk
mengukur luas daun apabila
bentuk daun tidak terlalu rumit.

Jika daun banyak dan berukuran


kecil, metode ini kurang praktis
karena membutuhkan banyak
waktu. Suatu hal yang perlu
diingat
dalam
penggunaan
planimeter
adalah
bahwa
pergeseran alat yang searah
dengan jarum jam merupakan
faktor yang menentukan tingkat
ketelitian pengukuran. Ini sering
menjadi masalah pada pengukuran
daun secara langsung karena
pinggiran daun yang tidak dapat
dibuat rata dengan tempat
pengukuran sekalipun permukaan
tempat pengukuran telah dibuat
rata dan halus.
d. Metode Panjang Kali Lebar
Metode yang dipakai untuk daun
yang bentuknya teratur, luas daun
dapat ditaksir dengan mengukur
panjang dan lebar daun.
e. Metode Fotografi
Metode
ini
sangat
jarang
digunakan. Dengan metode ini,
daun-daun tanaman ditempatkan
pada suatu bidang datar yang
berwarna terang (putih) dipotret
bersama-sama
dengan
suatu
penampang atau lempengan (segi
empat) yang telah diketahui
luasnya. Luas hasil foto daun dan
lempengan acuan dapat kemudian
diukur dengan salah satu metode
yang
sesuai
sebagaimana
diuraikan
diatas
seperti
planimeter. Luas daun kemudian
dapat
ditaksir
kemudian
berdasarkan perbandingan luas
hasil foto seluruh daun dengan
luas lempengan acuan tersebut.

Pengukuran luas daun dapat


dilakukan dengan memetik daun
maupun tanpa memetik daun.
Bilamana
pengukuran
harus
dilakukan dengan cara memetik daun
bersangkutan,
maka
tanaman
mengalami kerusakan daun. Daundaun kemudian diukur dengan
menggunakan alat Leaf Area Meter
(LAM) ataupun Metode Timbang
(Guswanto, 2009).
Sebaliknya
pengukuran
dengan tanpa memetik daun, maka
tanaman akan tetap tumbuh baik
karena daun-daun tidak berkurang
atau
bahkan
habis
terpetik.
Pengukuran daun dengan tidak
memetik daun dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan
atau rumus. Pengukuran luas daun
dengan tidak harus memetik daun
merupakan teknik pengukuran yang
lebih baik karena tanaman tidak
rusak dan pengukuran cepat serta
tidak mensyaratkan peralatan yang
mungkin sulit tersedianya (Sitompul
dan Guritno, 1995).
Pengukuran luas daun dengan
menggunakan pendekatan faktor
koreksi maupun dengan alat LAM,
menunjukkan tingkat kosistensi yang
berbeda. Pengukuran yang cepat dan
mudah tentunya akan diperoleh
dengan menggunakan LAM. Akan
tetapi untuk ukuran daun yang besar
diperlukan ketelitian ekstra, karena
daun-daun berukuran besar perlu
dipotong dan kemudian ditata secara
hati-hati pada permukaan alat dan
saat menutup daun-daun tidak
terlipat. Kondisi tenaga batere perlu
diperhatikan pula, dengan tingkat

kekuatan batere yang mulai melemah


akan
menghasilkan
kesalahan
pengukuran. Gejala yang nampak
pada saat batere melemah adalah
pengulangan pengukuran satu sampel
daun yang sama akan memberikan
hasil yang berbeda jauh (Bambang
dan Haryadi, 2008).
Penggunaan LAM sangat
baik digunakan untuk mengukur luas
daun dari suatu tanaman yang
memang dalam percobaan akan
dirusak (destruktif). Namun bagi
tanaman yang diperlukan untuk
pengukuran
berulang
dan
menghindari pengrusakan daun,
maka
penggunaan
teknik
pengukuran lainnya diperlukan.
Penggunakan teknik pengukuran
lainnya akan sangat diperlukan
bilamana alat LAM tidak dimiliki
atau tidak tersedia. Tanpa merusak
daun atau memetik daun dari
tanaman, luas daun masih dapat
dihitung, yaitu dengan menggunakan
faktor koreksi luas daun (Guswanto,
2009).
Analisis gravimetri adalah
proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsur atau senyawa tertentu.
Bagian terbesar dari penentuan
secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal ke
senyawa murni stabil yang dapat
segera diubah menjadi bentuk yang
dapat ditimbang dengan teliti. Berat
unsur dihitung berdasarkan rumus
senyawa dan berat atom unsur-unsur
yang
menyusunnya.
Pemisahan
unsur-unsur atau senyawa-senyawa
yang dikandung dilakukan dengan
beberapa cara seperti : metode

pengendapan, metode penguapan,


metode elektroanalis atau berbagai
metode lainnya. Pada prakteknya dua
metode pertama adalah metode
terpenting.
Metode
gravimetri
memakan waktu cukup lama, adanya
pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu factor-faktor koreksi
dapat digunakan (Khopkar, 1990).
Pada prinsipnya dua metode
(pengendapan dan pengatsirian)
adalah hal yang terpenting dalam
analisa
gravimetri.
Pemisahan
endapan dari larutan tidak selalu
menghasilkan zat murni, kontaminasi
endapan oleh zat lain yang larut
dalam pelarut disebut kopresipitasi.
Hal ini berhubungan dengan adsorbsi
pada permukaan partikel dan
terperangkapnya zat asing selama
proses pertumbuhan Kristal pada
partikel primernya. Adsorbsi banyak
terjadi pada endapan gelatin dan
sedikit pada endapan mikrokristal,
misalnya Ag pada perak asetat dan
endapan BaSO4 pada alkalinitrat
(Khopkar, 1990).
Kelebihan yang terpenting
dari analisa gravimetri, dibandingkan
analisa titrimetri adalah bahwa bahan
penyusun zat telah di isolasi dan jika
perlu dapat diselidiki terhadap ada
atau tidaknya zat pengotor dan di
adakan
koreksi,
sedangkan
kekurangan dari metode gravimetri
ini umumnya lebih memakan waktu
(Basset, 1994 : 472).
Persyaratan berikut haruslah
dipenuhi agar metode gravimetri itu

berhasil adalah : Proses pemisahan


hendaknya
cukup
sempurna
sehinggakuantitas analitik yang tak
terendapkan secara analisis tak dapat
di deteksi (biasanya 0,1 mg atau
kurang
dalam
menetapkan
penyusunan utama dari suatu
makro).Zat
yang
ditimbang
hendaknya mempunyai susunan yang
pasti dan murni atau sangat hamper
murni. Bila tidak, akan diperoleh
hasil yang galat. (Underwood, 1999 :
68).
METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di
Pelatran
Fakultas
Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pada hari Selasa 7 Oktober 2014
pukul 13.00 WITA sampai selesai.
Alat dan Bahan
Alat
dan
bahan
yang
digunakan
dalam
praktikum
pengukuran indeks luas daun yaitu
daun,
amplop, serta alat tulis
menulis.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur panjang, lebar dan
diameter 10 helai daun kemudian
menyimpan daun tersebut pada
amplop I
3. Menyimpan 20 helai daun pada
amplop II yang telah disediakan
lalu dijemur
4. Menimbang amplop II sampai di
dapatkan berat daun yang konstan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Pengukuran Daun
NO
Panjang
Lebar
Jumlah
(cm)
(cm)
Lubang
1
8,5
4,2
21
2
10
4,8
35
3
7
4,2
23
4
9,6
4,5
25
5
8,5
5,1
27
6
7,5
3,7
17
7
8
3,7
23
8
8,2
3,8
21
9
4
1,7
3
10
6,5
3
4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Diameter
(cm)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Tabel 2. Hasil Penimbangan Daun


No
Penimbangan Ke
1 (gr)
2 (gr)
1
1,3
0,9
2
0,53
0,4
3
0,55
0,4
4
0,7
0,6
5
0,9
0,8
6
1,1
0,9
7
0,93
0,8
8
0,64
0,51
9
0,6
0,5
10
0,94
0,8
11
0,8
0,68
12
0,71
0,6
13
0,9
0,71
14
0,87
0,53
15
0,95
0,57
16
0,73
0,57
17
0,8
0,6
18
0,4
0,31
19
0,6
0,5
20
0,54
0,45
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
Berdasarkan
hasil
pengamatan
yang
dilakukan
diperoleh bahwa pada dauun yang
dilubangi maupun yang tidak
dilubangi setelah ditimbang beratnya

3 (gr)
0,8
0,3
0,31
0,4
0,7
0,7
0,6
0,4
0,31
0,7
0,5
0,4
0,5
0,6
0,7
0,4
0,5
0,2
0,4
0,3

berkurang,akan tetapi yang lebih


banyak berkurang beratnya yaitu
pada daun yang dilubangi.
Intensitas cahaya matahari
sangat mempengaruhi pertumbuhan

optimum tanaman dengan indeks


luas daun yang berbeda beda
tergantung tinggi tanaman dan
banyaknya sinar matahari yang
diterima oleh tanaman tersebut.
Salah satu faktor lain yang
mempengaruhi indeks luas daun
adalah jumlah ketersediaan air yang
diterima oleh tanaman. Semakin
optimum air yang tersedia, maka
semakin maksimal pertumbuhan
tanaman dapat tercapai (Gardner et
al., 1991).
Laju pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih
dan indeks luas daun. Laju asimilasi
bersih yang tinggi dan indeks luas
daun
yang
optimum
akan
meningkatkan laju pertumbuhan
tanaman.
Indeks
luas
daun
merupakan hasil bersih asimilasi
persatuan luas daun dan waktu. Luas
daun tidak konstan terhadap waktu,
tetapi mengalami penurunan dengan
bertambahnya umur tanaman hal ini
sesuai dengan pendapat Dahlia
(2001).
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil praktikum dan
pembahasan yang telah diuraikan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Indeks Luas Daun (ILD) adalah
salah satu parameter dalam
analisispertumbuhantanaman.
Nilai
ILD
didapat
dari
perbandingan setiap unit luas
permukaan tanah yang tertutup
oleh daun
2. Metode pengukuran luas daun
dengan perbandingan dapat
dilakukan dengan menggunakan
kertas yang seragam. Daun yang

akan diukur luasnya digambar


pada kertas, digunting kemudian
ditimbang
3. Pada dauun yang dilubangi
maupun yang tidak dilubangi
setelah
ditimbang
beratnya
berkurang,akan tetapi yang lebih
banyak berkurang beratnya yaitu
pada daun yang dilubangi.
4. Laju pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh laju asimilasi
bersih dan indeks luas daun
Sebaiknya
pada
praktikum
selanjutnya praktikan dapat lebih
memahami tentang indeks luas daun.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, 2011. Transmisi Radiasi
Surya
Dan
Koefisien
Pemadaman Tajuk Tanaman
Kentang (Solanum Tuberosum
L.) Di Galudra, Cipanas
Jawa
Barat
Departemen
Geofisika Dan Meteorologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Bambang dan Hariyadi.2008. Ilmu
agroteknologi
.
Kanisius.
Jakarta. Gardner et al., 1991.
Luas Indeks Daun. Fakultas
Pertanian Unsoed Purwokerto.
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel :
Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik .Jakarta: EGC Buku
Kedoktean
Chen, J. M., and S.G. LeBlanc, J.R.
Miller, J. Freemantle, S.E.
Loechel, C.L. Walthall, K.A.
Innanen, H.P. White. 1999.
Compact
airborne

spectrographic imager (CASI)


used for mapping biophysical
parameters of boreal forests.
Jour. Of Geophysical Research.
104 D22:27945-27958.
Curran, P.J., J. Dungan, and H.L.
Gholz. 1992. Seasonal LAI
measurements in slash pine
using Landsat TM. Remote
Sensing of Environment 39: 313.
Dahlia . 2001. Fisiologi Tumbuhan
Dasar. Malang: UM Press.

Peddle, D.R., F.R. Hall, and E.F.


LeDrew.
1999.
Spectral
mixture
analysis
and
geometric-optical reflectance
modeling of boreal forest
biophysical structure. Remote
Sensing of Environment 67:
288-297.
Sitompul, S.M. dan Guritno, B.
1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman.
UGM
Press:
Yogyakarta

Gardner, F.P. ; Pearce, R.B dan


Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi
Tanaman
Budidaya
diterjemahkan oleh Herawati
Susilo. Pendamping Subiyanto.
Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.

Turner, D., W. Cohen, R. Kennedy,


K. Fassnacht, and J.Briggs.
1999. Relationships between
leaf area index and Landsat
TM spectral vegetation indices
across three temperate zone
sites. Remote Sensing of
Environment 70: 52-68.

Guswanto, 2009. Rumus Regresi


Daun. Gramedia. Surabaya.

Underwood, A.L. 1988. Analisa


Kimia Kuantitatif Edisi Ke
Empat. Jakarta:Erlangga.

Handoko,
I.
1994.
Dasar
Penyusunan dan Aplikasi
Model Simulasi Komputer
untuk
Pertanian.
Jurusan
Geofisika dan Meteorologi.
Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar
Kimia Analitik .Jakarta: UI
Press
Kusumaningrum,
B.
2003.
Pendugaan NPP (Net Primary
Production) Ekosistem Hutan
di Sumatra Barat, Riau, dan
Jambi Dengan Memanfaatkan
Data NOAA/AVHRR. Skripsi.
Jurusan
Geofisika
dan
Meteorologi
FMIPA IPB,
Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai