Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Tanaman menyerbuk sendiri merupakan tanaman persilangan yang

menghasilkan keturunan pertamanya dalam bentuk homogen. Lalu pada persilangan keduanya dapt membentuk keturunan heterogen. Penyerbukan sendiri dilakukan dengan tujuan agar mempunyai keluaran yang unggul berupa homozigot (inbrida), heterozigot (hibrida), dan multi galur. Dalam makalah ini kami mengambil contoh penyerbukan sendiri pada tanaman kentang. Pada umumnya kentang dikembangbiakkan melalui cara vegetatif. Namun, ternyata pada tanaman kentang dapat dilakukan penyerbukan sendiri, karena tanaman kentang memiliki bunga untuk melaksanakan penyerbukan. Bunga kentang termasuk sempurna (hermaprodit) atau berumah satu (monoceous). Kedudukan benang sari umumnya lebih rendah daripada putiknya, tetapi adapula yang lebih tinggi atau sama tinggi dengan putiknya. Hal ini yang memungkinkan bunganya menyerbuk sendiri ataupun menyerbuk silang. Kentang adalah salah satu komoditas pertanian hortikultura yang mempunyai prospek sangat bagus untuk dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomis yang bisa dikatakan cukup tinggi, dimana peluang pasar masih terbuka lbar untuk pasar domestik maupun internasional. Selain itu kentang mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, lebih tinggi daripada sumber karbohidrat yang lain misalnya gandum, beras, dan lain-lain. Hal tersebut menjadikan kentang sebagai prioritas alternatif yang mampu mensubtitusi kebutuhan pangan masyarakat. Bahkan untuk kalangan tertentu seperti penderita diabetes. Dan juga kentang bisa juga sebagai pengganti nasi untuk orang yang lagi menjalankan program diet, karena kandungan kadar gulanya yang rendah.

Kentang merupakan komoditas yang penting dan mampu berperan untuk memenuhi gizi masyarakat. Mengingat pola konsumsi masyarakat terhadap pangan terutama di daerah perkotaan, menjadikan kentang sebagai sebagai pengganti nasi yang bisa dikonsumsi, mungkin bisa dijaikan roti kentang, kentang rebus, dan lain lain. Maka, seiring berjalannya waktu tidak sedikit orang yang memuliakan terhadap tanaman kentang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan tanaman kentang? 2. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kentang? 3. Bagaimana permintaan pasar terhadap tanaman kentang? 1.3 Tujuan 1. Memahami apakah tanaman kentang itu 2. Mengetahui sayrat tumbuh tanaman kentang 3. Mengetahui permintaan pasar terhadap tanaman kentang

BAB II ISI

2.1 Tanaman Kentang Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat musiman dan berbentuk semak atau herba. Batangnya berada di atas permukaan tanah dan dapat berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Warna batang ini dipengaruhi juga oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau kering, biasanya warna batang berumur tua akan lebih mencolok dan bagian bawahnya akan ditumbuhi kayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu yang membuatnya tidak terlalu kuat dan mudah roboh. Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman sayuran semusim, berumur pendek kurang lebih hanya 90- 180 hari dan berbentuk perdu atau semak. bervariasi sesuai varietasnya (Samadi, 1997). Sebagai bahan makanan, kentang terbukti digemari oleh banyak orang. Di beberapa daerah di Indonesia pun ada yang menjadikannya sebagai makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Ia juga merupakan sumber karbohidrat yang penting. Di Indonesia, sayangnya kentang masih sering dianggap sebagai sebuah makanan mewah. Nama umum Indonesia: Inggris: Melayu: Vietnam: Thailand: Pilipina: Cina: Jepang:

Kentang,kumeli(Sunda) Potato, white potato Kentang khoai tay Man farang Patatas Ma ling shu, tu dou, yang yu Jaga imo

Kentang Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae Ordo: Solanales Famili: Solanaceae (suku terung-terungan) Genus: Solanum Spesies: Solanum tuberosum L. Umbi kentang memiliki morfologi bervariasi, dilihat dari bentuk umbi, warna kulit, warna daging, dan tunas umbi yang dapat dilitah dari tabel berikut. Bagian umbi Bentuk umbi Ciri-ciri visual Bulat, bulat lonjong, dan lonjong memanjang Warna kulit umbi Putih, kuning, dan merah

Warna daging umbi

Putih, putih kekuning-kuningan dan kuning

Tunas Umbi

Dangkal, menengah (medium) dan dalam

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1.0003.000 m dpl, curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Media yang cocok untuk budidaya tanaman kentang, yakni media tanah dengan struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0. Tanaman kentang hanya mau tumbuh dan produktif pada jenis tanah ringan yang mengandung sedikit pasir dan kaya bahan organik. Contohnya, tanah andosol (vulkanik) yang mengandung abu gunung berapi dan tanah lempung berpasir (margalit). Di daerah yang berangin kencang harus dilakukan pemberian air pengairan yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal pertanaman yang lain.

2.3 Permintaan Pasar Terhadap Tanaman Kentang Kentang mempunyai prospek yang sangat cerah untuk terus dikembangkan serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dimana peluang pasar masih terbuka lebar baik untuk pasar domestik maupun untuk pasar luar negeri. Selain itu, diketahui pula bahwa kentang mempunyai kandungan zat karbohidrat yang tinggi, lebih tinggi dari berbagai sumber karbohidrat yang lain seperti beras,jagung atau gandum. Hal tersebut menjadikan kentang sebagai prioritas alternatif yang mampu mensubstitusi kebutuhan pangan pokok masyarakat. Bahkan untuk kalangan tertentu (penderita diabetes, misalnya), kentang merupakan makanan pokok untuk diet, karena

kandungan kadar gulanya yang rendah. Singkatnya, kentang merupakan komoditas yang penting dan mampu berperan untuk memenuhi gizi masyarakat. Mengingat pola konsumsi masyarakat terhadap makanan terutama di perkotaan, menjadikan kentang sebagai menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi bersama-sama dengan ayam goreng. Restoran fast food dan berbagai jenis penganan juga menggunakan kentang sebagai bahan/ menu utamanya. Berbagai kenyataan tersebut semakin menegaskan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap kentang. Prospek penyerapan dan permintaan pasar terhadap komoditas kentang, dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal itu sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, tingkat pendidikan masyarakat yang lebih memahami peranan dan nilainilai gizi. Peningkatan pendapatan/daya beli masyarakat yang semakin membaik, telah ikut serta mengubah preferensi (kesukaan) masyarakat terhadap kentang. Perkembangan berbagai industri pengolahan hasil-hasil pertanian, dimana kentang dapat diolah menjadi snack atau makanan kecil juga membuat permintaan terhadap kentang sebagai bahan baku terus meningkat. Peningkatan permintaan pasar terhadap komoditas kentang, dapat dilihat dari hasil analisis Bank Dunia pada tahun 1991 yang memproyeksikan peningkatan permintaan sayuran rata-rata 3,6%-5% pertahun pada periode 1988-2010. Untuk mengantisipasi proyeksi tersebut, pemerintah melakukan berbaai upaya peningkatan produksi berbagai jenis tanaman hortikultura.

BAB III Teknis Penyerbukan Tanaman Kentang


Bunga kentang termasuk sempurna (hermaprodit) atau berumah satu (monoceous). Kedudukan benang sari umumnya lebih rendah daripada putiknya, tetapi adapula yang lebih tinggi atau sama tinggi dengan putiknya. Hal ini yang memungkinkan bunganya menyerbuk sendiri ataupun menyerbuk silang. Dalam kondisi menyerbuk sendiri dapat dilihat dari kegiatan hasil persilangan tanaman kentang transgenik dengan non transgenik. Pembahasan ini diambil dari jurnal yang berjudul Analisis Integrasi dan Segregasi Gen Ketahanan terhadap Hawar Daun pada Progeni F1 Hasil Persilangan Tanaman Kentang Transgenik dengan Non Transgenik. Jurnal tersebut membahas tentang usaha pengembangan komoditas kentang untuk mendapatkan varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Busuk daun atau hawar daun (late blight) yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans, merupakan salah satu penyakit utama yang dapat menyerang tanaman kentang pada bagian umbi, daun, tangkai daun. Penyakit ini biasa menyerang tanaman pada kondisi cuaca yang basah dengan temperatur siang hari 21oC 27oC dan malam hari 10oC-16oC. Penggunaan varietas tahan merupakan cara yang paling tepat untuk mengendalikan penyakit busuk daun, karena lebih efisien dan aman bagi lingkungan. Tanaman kentang tahan hawar daun dapat diperoleh melalui upaya pemuliaan. Sumber-sumber ketahanan genetik terhadap P. infestans banyak dijumpai pada spesies kentang liar yang mana juga dapat dimanfaatkan sebagai penanda molecular untuk seleksi dini ketahanan tanaman terhadap penyakit hawar daun. Gen ketahanan berspektrum luas terhadap P. infestans, yang dikenal sebagai gen RB atau Rpiblb1 yang berasal dari spesies kentang liar diploid S. bulbocastanu. Melalui pendekatan bioteknologi, seperti transformasi gen dan hibridisasi somatik, sumbersumber gen ketahanan pada spesies ini telah dimanfaatkan untuk perakitan tanaman kentang tahan hawar daun. Perakitan tanaman kentang transgenik dengan gen RB telah dilakukan melalui transformasi dengan menggunakan Agrobacterium ke dalam kultivar Katahdin (Song et al. 2003). Tanaman transgenik Katahdin telah dijadikan sebagai donor (tetua) tahan dalam persilangan dengan kentang budi daya Atlantic dan Granola, yang merupakan dua varietas kentang introduksi unggul dan mendominasi

areal pertanaman kentang di Indonesia. Namun demikian, kedua varietas tersebut mempunyai kelemahan, yaitu rentan terhadap penyakit hawar daun. Bahan dan Metode Persilangan Bahan yang digunakan untuk persilangan adalah kentang transgenik Katahdin SP904 dan SP951 sebagai tetua donor tahan (tetua jantan), dan kultivar kentang budi daya Atlantic dan Granola sebagai tetua betina. Kedua tetua tersebut diperoleh atau diintroduksi dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat melalui kerja sama USAID-ABSP (Agricultural Biotechnology Support Project) II. Progeni F1 dari masing masing persilangan dianalisis dengan teknik PCR untuk mengetahui integrasi gen RB dan segregasinya. Persilangan Tanaman Kentang Penyilangan kentang dilakukan di fasilitas uji terbatas (FUT). Pada percobaan ini, tanaman dipelihara di rumah kaca FUT yang bersuhu 18oC untuk menginduksi pembungaan. Tanaman ditanam pada media campuran arang sekam, tanah, dan pupuk kandang (2 : 1 : 1) dengan penambahan batubata di bagian atas media untuk mencegah atau mengurangi pembentukan umbi. Emaskulasi dilakukan pada bunga dari tetua betina pada saat bunga belum masak putiknya, yaitu satu atau dua hari sebelum mekar, dengan cara membuka daun mahkota menggunakan pinset, dan membuang benangsari, sehingga hanya tertinggal putiknya. Tepungsari dari bunga tetua jantan diambil dengan alat penggetar (vibrator) dan dikumpulkan dalam tabung gelas kecil. Penyerbukan dilakukan terhadap putik yang telah reseptif, ditandai dengan adanya lapisan lendir pada permukaan kepala putik. Bunga yang telah diserbuki ditutup dengan kantong kertas dan diberi label kode persilangan, asal kedua tetuanya, dan tanggal persilangan. Penyemaian Biji Hasil Persilangan Empat sampai lima minggu setelah penyerbukan, beris (buah) kentang yang sudah masak dipanen, kemudian diperam beberapa hari supaya agak lunak dan dapat dikupas. Biji yang sudah dikeluarkan dari buah dan masih tercampur lendir, dicuci bersih dan dikeringkan di atas kertas saring. Setelah itu, biji direndam dalam larutan GA3 1.500 ppm selama 24 jam untuk pematahan dormansi, kemudian disemai dalam kotak persemaian. Tanaman semai dengan daun dan akar yang sudah tumbuh kuat dipindahkan ke dalam pot berisi campuran arang sekam, tanah, dan pupuk kandang (2 : 1 : 1) yang sudah disterilkan.

Analisis PCR (marka genetik (transgen) yang khas menggunakan teknik molekuler) gen RB Progeni F1 hasil persilangan (Atlantic x transgenic Katahdin SP904, Atlantic x transgenik Katahdin SP951, Granola x transgenik Katahdin SP904, Granola x transgenic Katahdin SP951) dianalisis secara molekuler dengan teknik PCR, untuk mengetahui integrasi gen RB. Isolasi DNA dari daun tanaman dilakukan dengan menggunakan metode microprep (Fulton et al. 1995). Tahapan PCR yang digunakan adalah denaturasi pertama (96oC selama 2 menit), 30 siklus untuk denaturasi pada suhu 96oC selama 1 menit, penempelan primer pada suhu 53oC lama 30 detik, pemanjangan primer 72oC selama 1 menit, dan diakhiri dengan satu siklus pemanjangan primer pada suhu 72oC selama 5 menit. HASIL DAN PEMBAHASAN Persilangan Tanaman Kentang Beberapa varietas S. tuberosum hanya menghasilkan sedikit bunga atau bahkan tidak dapat berbunga, sehingga menjadi salah satu kendala dalam persilangan. Keberhasilan inisiasi pembungaan dan perkembangannya dipengaruhi oleh fluktuasi lingkungan, seperti intensitas cahaya dan temperatur (Cutter 1978). Penyerbukan dilakukan pada bunga dari tetua betina pada satu atau dua hari sebelum mekar (Gambar 1A). Satu minggu setelah penyerbukan, bakal buah membesar dan menghasilkan beris yang berwarna hijau, berbentuk bulat dengan diameter 2,5 cm (Gambar 1B). Biji yang sudah diproses berwarna krem, berukuran kecil dengan diameter +0,5 mm (Gambar 1C). Persilangan antara Atlantic dan Granola dengan tanaman transgenik Katahdin menghasilkan beberapa beris dan biji. Jumlah bunga yang dapat disilangkan dari Atlantic lebih banyak dibandingkan Granola, yaitu 123 dan 201, masing-masing untuk persilangan dengan transgenik Katahdin SP904 dan SP951 (Tabel 1). Namun demikian, persentase terbentuknya beris lebih tinggi dari persilangan Granola dengan transgenic Katahdin SP904 maupun SP951, yaitu masing-masing sebesar 79,55% dan 84,44%. Rata-rata jumlah biji per beris yang dihasilkan berkisar antara 81,16 dan 139,58. Beberapa tanaman varietas Granola dilaporkan tidak menghasilkan bunga. Keberhasilan terjadinya pembungaan, lamanya periode pembungaan, dan respon perilaku pembungaan terhadap kondisi lingkungan sangat bergantung pada varietas kentang.

Gambar 1. Proses persilangan tanaman kentang. A = bunga kentang umur satu atau dua hari sebelum mekar, B = beris (buah kentang hasil persilangan), C = biji kentang.
Tabel 1. Persilangan tanaman kentang transgenik Katahdin SP904 dan SP951 yang membawa gen RB dengan tanaman non transgenik Atlantic dan Granola. Persilangan Ada gen RB Tidak ada gen RB Ada gen RB Tidak ada gen RB
2

Atlantic x SP904 Atlantic x SP951 Granola x SP904 Granola x SP951

65 77 47 71

78 84 56 76

715 805 515 735

715 805 515 735

118 30 78 18

Analisis PCR Gen RB Persilangan antar varietas tetraploid menghasilkan heterosigositas yang tinggi, sehingga populasi segregasi telah diperoleh pada generasi F1 dan dapat dilakukan evaluasi atau seleksi (Howard 1978, Bradshaw 2007). Progeni F1 yang dihasilkan dari penelitian ini dievaluasi secara molekuler untuk melihat adanya integrasi gen ketahanan (RB). Sebanyak 554 progeni F1 yang dihasilkan dari ke empat kombinasi persilangan dievaluasi untuk melihat segregasi gen RB. Persilangan antara Atlantic x transgenic Katahdin SP904 maupun SP951, dan persilangan Granola x transgenik Katahdin SP904 maupun SP951 masing-masing menghasilkan 65, 77, 47, dan 71 progeni F1 yang membawa gen RB yang berasal dari tetua transgenik. Rasio segregasi yang diharapkan secara teori adalah 1 : 1 untuk progeni yang membawa gen dan yang tidak membawa gen. Berdasarkan uji khi kuadrat (2) pada keempat kombinasi persilangan, maka rasio segregasi yang diperoleh sesuai dengan nisbah 1 : 1. Tabel 2. Segregasi gen RB dengan analisis PCR pada progeni F1 yang dievaluasi. Rasio segregasi yang diperoleh Rasio segregasi yang diharapkan:

Persilangan Ada gen RB Tidak ada gen RB Ada gen RB Tidak ada gen RB 2

Persilangan

Ada gen RB 65 77 47 71

Tidak ada gen RB 78 84 56 76

Ada gen RB 71,5 80,5 51,5 73,5

Tidak ada gen RB 71,5 80,5 51,5 73,5

Atlantic x SP904 Atlantic x SP951 Granola x SP904 Granola x SP951

1,18 0,30 0,78 0,18

Genotipe Atlantic: rbrbrbrb, Granola, rbrbrbrb; Katahdin SP904: RBrbrbrb, Katahdin SP951: RBrbrbr.

Galur-galur yang telah positif mengandung gen RB tersebut perlu dievaluasi ketahanannya terhadap penyakit hawar daun, baik di rumah kaca maupun di lapangan uji terbatas (LUT) dan diseleksi lebih lanjut untuk evaluasi berbagai karakter morfologinya.

BAB IV PENUTUP

1.1

Kesimpulan Dari penjelasan yang telah disebutkan didapatkan bahwa kentang merupakan

komoditas yang sangat rentan terhadap penyakit hawar daun. Busuk daun atau hawar daun (late blight) yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans, merupakan salah satu penyakit utama yang dapat menyerang tanaman kentang pada bagian umbi, daun, tangkai daun. Penyakit ini dapat dihindari dengan dibuatnya tanaman yang tahan terhadap hawar daun. Tanaman kentang tahan hawar daun dapat diperoleh melalui upaya pemuliaan. Sumber-sumber ketahanan genetik terhadap P. infestans banyak dijumpai pada spesies kentang liar. Gen ketahanan berspektrum luas terhadap P. infestans, yang dikenal sebagai gen RB yang bisa didapatkan melalui transformasi dengan menggunakan Agrobacterium ke dalam kultivar Katahdin. Kultivar tersebut kemudian disilangkan dengan varietas kentang Atlantik dan Granola, yang merupakan dua varietas kentang yang rentan terhadap penyakit hawar daun. Adanya penelitian analisis PCR gen RB juga menampilkan bahwa integrasi (penggabungan) gen pada progeny F1 memunculkan pita DNA yang positif mengandung gen RB yang berasal dari tanaman kentang transgenik Katahdin SP904 maupun SP951 sebagai tetua tahan dalam persilangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A.D., Agus Purwito, M. Herman, S.M. Sumaraow, dan Hajrial Aswidinnoor. 2009. Analisis Integrasi dan Segregasi Gen Ketahanan terhadap Hawar Daun pada Progeni F1 Hasil Persilangan Tanaman Kentang Transgenik dengan Non Transgenik. Jurnal AgroBiogen 5(1):25-31 Prasetyoadi,D.Preferensi Dan Biologi Penggerek Umbi Kentang Phthorimaea operculella (Zeller) (Lepidoptera: Gelechiidae) Pada Beberapa Varietas Kentang. 0210460011-46 Ambarwati, A.D., S.M. Sumaraw, Agus Purwito, M. Herman, E. Suryaningsih, dan Hajrial Aswidinnoor.Efikasi Gen RB pada Tanaman Kentang Transgenik Katahdin SP904 dan SP951 terhadap Empat Isolat Phytophthora infestans dari Jawa Barat. Jurnal AgroBiogen 7(1):28-36 Lengkong,E.F.Penyakit Hawar Daun (Late Blight):Permasalahan, Identifikasi dan Seleksi Tanaman Tahan Penyakit.J.FORMAS 2 (1):67-73 Kusmana dan Eri Sofiari.2007.Seleksi Galur Kentang dari Progeni Hasil Persilangan. Buletin Plasma Nutfah Vol.13 No.2

Anda mungkin juga menyukai