population includes 4 plants, 6 plants and 8 oleh alat sehingga pada layar TDS meter
plants. The research results show that there akan tampak angka dengan satuan (part
is an interaction on parameters of plant leaf per million, bagian seperjuta). Dalam 1 EC
area. EC level of 3.0 mS/cm gives a mS/cm akan setara dengan 700 ppm pada
significant effect on plant height, number of TDS meter.
leaves, total fresh weight of plant, total dry Kepekatan larutan nutrisi dipengaruhi
weight of plant, and fresh weight of plant oleh kandungan garam total serta
consumption. Plant population gives an akumulasi ion-ion yang berada didalam
effect on parameters of plant height, larutan nutrisi. Larutan nutrisi pada
number of leaves and dry weight of plants. kepekatan yang lebih rendah dapat
EC rate of 3.0 mS/cm with a population of 8 mengakibatkan efektivitas pupuk menjadi
plants gives a high value R/C ratio of 1.45. berkurang. Larutan nutrisi pada kepekatan
yang lebih rendah mengandung unsur hara
Keywords: Kale, EC Level, Floating Raft yang sedikit, sehingga penyerapan unsur
System, Hydroponic, Population of Plant. hara oleh akar akan semakin lama dan
dapat berpengaruh pada lambatnya
PENDAHULUAN pertumbuhan tanaman. Ketersediaan unsur
hara kurang dari jumlah yang dibutuhkan
Tanaman kale merupakan salah satu tanaman, maka akan terganggu
jenis sayuran yang mengandung banyak metabolisme tanaman yang secara visual
vitamin, tinggi antioksidan dan kaya lutein dapat terlihat dari penyimpangan pada
serta zeaxanthin yaitu senyawa yang dapat pertumbuhan tanaman. Pengaruh defisiensi
menyehatkan mata. Keterbatasan lahan unsur hara yang nyata adalah menghambat
pertanian disebabkan karena terjadi alih pertumbuhan tanaman, sehingga ukuran
fungsi lahan pertanian menjadi kawasan tanaman menjadi relatif lebih kecil (Adelia,
pemukiman. Pemanfaatan ruang dapat 2013). Pada umumnya kepekatan larutan
dilakukan disekitar pemukiman dengan nutrisi untuk sayuran daun yaitu 2,4-3,2
memanfaatkan lahan sempit seperti rooftop. mS/cm. Larutan nutrisi yang terlalu pekat
Hidroponik merupakan kegiatan budidaya atau melebihi ambang batas kepekatan
tanaman tanpa menggunakan tanah larutan nutrisi akibat pemberian dosis nutrisi
sebagai media tanam dan dapat dilakukan yang dilarutkan terlalu tinggi dapat merusak
ditempat yang sempit. tanaman dan menyebabkan pemborosan
Salah satu sistem hidroponik ialah terhadap larutan nutrisi yang digunakan
sistem rakit apung. Menurut Maghfoer, (Wijayani dan Wahyu, 2005).
Roedy dan Misky (2015) menyatakan Budidaya tanaman dengan sistem
hidroponik rakit apung adalah menanam hidroponik rakit apung perlu memperhatikan
tanaman pada suatu rakit berupa panel jarak tanam agar didapati populasi tanaman
tanam yang dapat mengapung diatas yang ideal untuk mencapai laju
permukaan larutan nutrisi dengan akar pertumbuhan yang optimal, sehingga akan
menjuntai ke dalam air. Sistem hidroponik menghemat nutrisi lebih efisien. Populasi
sangat bergantung pada kepekatan larutan tanaman juga merupakan salah satu faktor
nutrisi yang digunakan. Kepekatan larutan yang dapat mempengaruhi hasil tanaman
dapat diukur dengan menggunakan EC yang ditanam pada suatu area. Menurut
(electrical conductivity) meter yang pada Gullita (2012) mengemukakan kerapatan
umumnya dinyatakan dalam satuan tanaman dapat mempengaruhi
milliSiemens/cm (mS/cm). Selain EC meter pertumbuhan tanaman, semakin rapat suatu
dapat digunakan juga TDS (Total Disolved populasi tanaman maka semakin sedikit
Solids). Pada umumnya TDS meter sering jumlah intensitas cahaya matahari yang
digunakan dalam melaksanakan budidaya dapat diserap oleh permukaan daun dan
tanaman secara hidroponik, karena lebih semakin tinggi juga tingkat kompetisi antar
praktis dan mudah dalam mengukur tanaman. Tingkat populasi tanaman yang
kepekatan larutan nutrisi. Angka yang tinggi ditentukan oleh jarak tanam antar
diperoleh dalam TDS meter akan diubah tanaman, tanaman dapat memanfaatkan
332
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 2, Februari 2019, hlm. 330 –338
lingkungan secara efisien terutama cahaya, tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
air dan hara. tanaman pada 58 hst.
Pada tabel rata-rata tinggi tanaman
BAHAN DAN METODE PENELITIAN (tabel 1) menunjukkan bahwa tanaman kale
yang ditanam akibat tingkat EC 3,0 mS/cm
Penelitian dilaksanakan di rooftop memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi
Perumahan Permata Jingga, Kelurahan dibandingkan tingkat EC 2,0 mS/cm, namun
Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, relaif sama dengan tinggi tanaman tingkat
Kota Malang pada bulan Juni hingga EC 2,5 mS/cm dan 3,5 mS/cm. Hal ini
Agustus 2017. Bahan yang digunakan disebabkan karena larutan nutrisi dengan
dalam penelitian ini adalah benih kale Nero tingkat EC 3,0 mS/cm mengandung unsur
de Toscana, air dan larutan nutrisi AB Mix hara yang tinggi dibandingkan dengan
Goodplant. Alat yang digunakan dalam tingkat EC 2,0 mS/cm. Hal ini selaras
penelitian ini adalah rockwool, bak dengan Afthansia (2017) bahwa konsentrasi
styrofoam, plastik hitam, TDS (Total nutrisi 3,0 mS/cm mampu menyuplai unsur
Dissolved Solids) meter. hara untuk memacu laju pertumbuhan
Penelitian menggunakan Rancangan tanaman. Menurut Subandi, Salam, dan
Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara Frasetya (2015) mengemukakan unsur hara
faktorial. Rancangan terdiri dari 2 faktor, makro sangat berpengaruh dalam
faktor pertama yaitu perbedaan tingkat EC pertumbuhan tanaman terutama unsur
dan faktor kedua yaitu populasi tanaman. nitrogen dan fosfor.
Satuan percobaan terdiri dari 12 perlakuan Pada perlakuan populasi tanaman
dan 3 kali ulangan sehingga memiliki 36 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kale
petak percobaan dengan populasi tanaman dengan populasi 4 tanaman memiliki tinggi
yang berbeda pada setiap petak. Faktor tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan
pertama tingkat EC (N) terdiri dari tingkat populasi 8 tanaman, namun tinggi tanaman
EC N1=2,0 mS/cm; N2=2,5 mS/cm; N3=3,0 populasi 4 tanaman relatif sama dengan
mS/cm %; N4=3,5 mS/cm, sedangkan untuk tinggi tanaman populasi 6 tanaman. Hal ini
faktor kedua terdiri dari populasi tanaman dapat disebabkan karena perlakuan
(P1)=4 tanaman; (P2)=6 tanaman; (P3)=8 populasi 4 dan 6 tanaman sudah dapat
tanaman. Data dianalisa menggunakan tumbuh mencapai pertumbuhan optimum.
analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada Sehingga pada populasi 4 dan 6 tanaman
taraf 5%. Jika terdapat pengaruh nyata dari seluruh faktor fisiologis yang mempengaruhi
perlakuan maka akan dilakukan uji lanjut pertumbuhan tanaman tidak terganggu.
BNT pada tingkat kesalahan 5%. Sedangkan pada perlakuan populasi 8
tanaman memiliki nilai lebih rendah yang
HASIL DAN PEMBAHASAN disebabkan karena adanya kompetisi
tanaman dalam mendapatkan sumberdaya
Tinggi Tanaman untuk mendukung pertumbuhannya, namun
Analisis ragam pada tinggi tanaman perlakuan populasi 6 tanaman memberikan
kale menunjukkan bahwa pemberian tingkat hasil yang tidak berbeda nyata dengan
EC dan populasi tanam yang berbeda perlakuan populasi 4 tanaman. Menurut
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman Gullita (2012) menyatakan bahwa
yang dihasilkan. Perlakuan tingkat EC dan kerapatan tanaman dapat mempengaruhi
populasi tanaman berpengaruh nyata pertumbuhan tanaman. Jumlah populasi
terhadap tinggi tanaman pada 37 sampai 58 tanam yang tepat akan menaikkan hasil,
hst, namun perlakuan populasi tanaman tetapi jumlah populasi tanam yang kurang
tepat akan menurunkan hasil.
333
Tabel 1. Rata-Rata Tinggi (cm) Tanaman Kale Pada Perlakuan Tingkat EC Dan Populasi Tanaman Pada
Umur Pengamatan 37 hst Sampai 58 hst
Perlakuan 37 44 51 58
Tingkat EC
2,0 mS/cm 13,64 a 14,02 a 14,97 a 16,18 a
2,5 mS/cm 14,94 ab 15,19 ab 16,05 ab 17,90 b
3,0 mS/cm 16,06 b 16,41 b 17,71 b 19,34 b
3,5 mS/cm 15,17 b 15,84 b 16,67 b 18,51 b
BNT 5% 1,41 1,43 1,55 1,67
Populasi Tanaman
4 15,93 b 16,38 b 17,32 b 18,80
6 14,75 ab 15,19 ab 16,17 ab 17,70
8 14,17 a 14,53 a 15,56 a 17,46
BNT 5% 1,22 1,24 1,34 tn
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji lanjut BNT 5%, hst = hari setelah tanam, tn = tidak nyata.
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Kale Pada Perlakuan Tingkat EC Dan Populasi Tanaman Pada
Umur Pengamatan 37 hst Sampai 58 hst
Perlakuan 37 44 51 58
Tingkat EC
2,0 mS/cm 14,58 a 15,58 a 17,61 19,31
2,5 mS/cm 16,61 b 17,33 b 18,58 19,56
3,0 mS/cm 17,89 b 18,44 b 19,33 21,25
3,5 mS/cm 16,97 b 17,61 b 18,86 21,08
BNT 5% 1,71 1,58 tn tn
Populasi Tanaman
4 18,15 b 19,13 c 20,69 b 22,00 b
6 16,96 b 17,44 b 19,02 b 20,52 b
8 14,44 a 15,17 a 16,08 a 18,38 a
BNT 5% 1,48 1,37 1,87 1,79
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji lanjut BNT 5%, hst = hari setelah tanam, tn = tidak nyata.
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 2, Februari 2019, hlm. 330 –338
lebih rendah yang disebabkan karena Tingkat EC 2,0 mS/cm menunjukkan bobot
adanya kompetisi tanaman dalam segar total tanaman dan bobot kering saat
mendapatkan sumberdaya untuk panen 60 hst yang relatif sama dengan
mendukung pertumbuhannya. Menurut perlakuan tingkat EC 2,5 mS/cm dan 3,5
Rachman dan Mahfudz (2003) menyatakan mS/cm.
jarak tanam yang rapat mengakibatkan Hal ini disebabkan semakin tinggi
tingkat kompetisi lebih tinggi, sehingga akan nilai EC yang diberikan maka akan
terdapat tanaman yang pertumbuhannya meningkatkan pertumbuhan tanaman,
terhambat, baik karena ternaungi tanaman sehingga dapat mempengaruhi keadaan
sekitar ataupun karena kompetisi dalam daun yang dihasilkan. Hasil penelitian ini
mendapatkan sumberdaya untuk sesuai dengan hasil penelitian Afthansia
mendukung pertumbuhannya. (2017) yang menyatakan konsentrasi nutrisi
3,0 mS/cm menunjukkan hasil bobot segar
Luas Daun Tanaman total tanaman dan bobot segar konsumsi
Analisis ragam pada luas daun yang lebih baik dibandingkan dengan
tanaman kale menunjukkan bahwa konsentrasi nutrisi yang lain. Menurut
pemberian tingkat EC dan populasi tanam Pratiwi et al., (2015) menyatakan bobot
yang berbeda terjadi interaksi yang nyata segar total tanaman dipengaruhi oleh
pada jumlah daun yang dihasilkan. keadaan daun yang dihasilkan baik dalam
Luas daun dengan perlakuan tingkat jumlah daun maupun luas daun. Semakin
EC 3,0 mS/cm dengan populasi 6 tanaman tinggi jumlah daun yang dihasilkan dan
memberikan hasil terbaik dibandingkan semakin lebar luas daun menghasilkan
dengan semua perlakuan, namun relatif bobot segar total tanaman yang tinggi.
sama dengan perlakuan tingkat EC mS/cm Bobot kering total tanaman
dengan populasi 4 tanaman. Hal ini menunjukan tngka EC 3,0 mS/cm
disebabkan karena umur tanaman dan menghasilkan bobot kering yang tinggi
nutrisi yang terus diberikan hingga sampai dibandingkan dengan tingkat EC yang lain.
tanamana dipanen, sehingga luas daun Hal ini disebabkan karena tingkat EC yang
tanaman semakin luas. Menurut Pratiwi, tinggi terkandung unsur hara yang tinggi
Subandi dan Mustari (2015) menyatakan dan dapat diserap oleh tanaman. Semakin
bahwa semakin lama umur tanaman maka banyak unsur hara yang dapat diserap oleh
luas daun tanaman akan semakin luas tanaman mampu meningkatkan laju
karena masih terjadi pertumbuhan sampai pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
masa panen. Semakin tinggi tingkat EC dengan hasil penelitian (Subandi et al.,
larutan nutrisi yang diberikan maka 2015) yang menyatakan pada tingkat EC
kandungan unsur hara yang terkandung 1,5 mS/cm kandungan unsur hara yang
dalam larutan nutrisi semakin meningkat terlarut lebih rendah dibandingkan dengan
dan dapat diserap secara optimal oleh tingkat EC 3,0 mS/cm yang menyebabkan
tanaman untuk proses pertumbuhan pertumbuhan tanaman bayam kurang
tanaman, hal ini sejalan dengan penelitian optimal pada tingkat EC 2,0 mS/cm.
Afthansia (2017) menyatakan konsentrasi Menurut Akasiska, Samekto dan Siswadi
nutrisi 3,0 mS/cm menunjukkan hasil luas (2014) mengemukakan hasil bobot kering
daun tanaman yang lebih baik dibandingkan total tanaman dipengaruhi oleh unsur hara
dengan konsentrasi nutrisi lainnya. yang diterima.
Bobot kering total tanaman pada
Bobot Segar Total Tanaman dan Bobot populasi 8 tanaman menghasilkan bobot
Kering Total Tanaman kering total tanaman yang rendah bila
Pada tabel rata-rata bobot segar total dibandingkan dengan populasi 4 dan 6
tanaman dan bobot kering tanaman (tabel tanaman. Hal ini disebabkan karena
4) akibat tingkat EC 3,0 mS/cm saat panen semakin sedikit jumlah populasi dalam satu
60 hst menunjukkan bobot segar total area maka semakin menurun persaingan
tanaman dan bobot kering yang tinggi unsur hara untuk mendukung pertumbuhan
dibandingkan tingkat EC 2,0 mS/cm. tanaman. Menurut Mayadewi (2007)
335
menyatakan bahwa persaingan yang terjadi adalah adanya kompetisi antar tanaman itu
pada kepadatan tanaman (populasi) tinggi sendiri.
Tabel 3. Rata-Rata Luas Daun Tanaman Kale Pada Perlakuan Tingkat EC Dan Populasi
Tanaman Pada Umur Pengamatan 37 hst Sampai 58 hst.
Waktu Perlakuan Tingkat EC
Pengamatan Populasi 2,0 mS/cm 2,5 mS/cm 3,0 mS/cm 3,5 mS/cm
Tanaman
4 2759,50 a 3652,08 b 4294,36 bc 2741,13 a
60 hst 6 2541,40 a 3112,02 ab 4486,36 c 3075,37 ab
8 2896,95 ab 2954,70 ab 3537,30 b 3580,11 b
BNT 5% 765,31
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji lanjut BNT 5%, hst = hari setelah tanam, tn = tidak nyata.
Tabel 4. Rata-Rata Bobot Segar Total Tanaman (g/tanaman) Dan Bobot Kering Total Tanaman
(g/tanaman) pada Perlakuan Tingkat EC dan Populasi Tanaman Saat Panen 60 hst.
Bobot Segar Total Bobot Kering Total
Perlakuan
(g/tanaman) (g/tanaman)
Tingkat EC
2,0 mS/cm 254,96 a 28,01 a
2,5 mS/cm 304,48 a 31,48 a
3,0 mS/cm 414,88 b 39,98 b
3,5 mS/cm 289,03 a 32,72 ab
BNT 5% 57,70 7,43
Populasi Tanaman
4 345,18 36,72 b
6 310,48 33,83 ab
8 291,85 28,60 a
BNT 5% tn 6,44
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji lanjut BNT 5%, hst = hari setelah tanam, tn = tidak nyata.
Tabel 5. Rata-Rata Bobot Segar Konsumsi Tanaman (g/tanaman) pada Perlakuan Tingkat EC
dan Populasi Tanaman Saat Panen 60 hst.
Perlakuan g/tanaman g/1800 cm2 kg/m²
Tingkat EC
2,0 mS/cm 182,86 a 1095,90 a 6,09 a
2,5 mS/cm 215,37 a 1227,32 a 6,82 a
3,0 mS/cm 305,08 b 1810,29 b 10,06 b
3,5 mS/cm 212,19 a 1295,72 a 7,20 a
BNT 5% 43,40 221,60 1,23
Populasi Tanaman
4 242,24 968,94 a 5,38 a
6 226,04 1356,21 b 7,53 b
8 218,35 1746,77 c 9,70 c
BNT 5% tn 191,91 1,07
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji lanjut BNT 5%, hst = hari setelah tanam, tn = tidak nyata.
336
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 2, Februari 2019, hlm. 330 –338
Bobot Segar Konsumsi Tanaman kerapatan populasi yang tinggi yaitu 100
Pada tabel rata-rata bobot segar tan/m-2 lebih meningkatkan hasil
konsumsi tanaman (tabel 5) tingkat EC 3,0 dibandingkan dengan populasi renggang.
mS/cm saat panen 60 hst menunjukkan
bobot segar konsumsi tanaman yang tinggi Analisis Usaha Tani
dibandingkan tingkat EC 2,0 mS/cm, 2,5 Pada Gambar 1 didapati hasil pada
mS/cm, 3,5 mS/cm. perlakuan tingkat EC 2,0 mS/cm, 2,5
Hal ini disebabkan karena semakin mS/cm, 3,0 mS/cm, dan 3,5 mS/cm dengan
banyak jumlah daun yang akan populasi tanaman rendah yaitu populasi 4
menghasilkan bobot segar konsumsi tanaman menunjukkan hasil R/C rasio yang
tanaman yang tinggi. Bila bobot segar total lebih rendah dibandingkan dengan populasi
tanaman tinggi akan mempengaruhi hasil tanaman 8 tanaman menghasilkan R/C
bobot segar konsumsi. Hasil penelitian ini rasio yang tinggi. Data hasil R/C yang
didapat untuk perlakuan tingkat EC 3,0
sesuai dengan hasil penelitian Afthansia
mS/cm dengan populasi 8 tanaman
(2017) yang menyatakan konsentrasi nutrisi menunjukkan hasil R/C rasio tertinggi
3,0 mS/cm menunjukkan hasil bobot segar sebesar 1,45 dan untuk hasil R/C rasio
konsumsi tanaman konsumsi yang lebih terendah terdapat pada perlakuan tingkat
baik dibandingkan dengan konsentrasi EC 2,0 mS/cm dengan populasi 4 tanaman
nutrisi yang lain. adalah sebesar 0,76. Hal ini berarti bahwa
Bobot segar konsumsi tanaman setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
dengan populasi 8 tanaman menghasilkan akan menghasilkan penerimaan sebesar
bobot konsumsi tanaman yang tinggi pada 1,45 rupiah. Nilai R/C rasio lebih dari satu
satuan luas 1800 cm2 yaitu 1746,77 g dan maka usaha layak untuk dilakukan. Menurut
bobot konsumsi tanaman yang tinggi pada Wibowo (2015) mengemukakan dalam
satuan luas 1 m2 yaitu 9,70 kg/m2. analisis usaha tani variabel dalam
Perlakuan populasi 4 tanaman menentukan metode analisis untuk
menghasilkan bobot segar konsumsi yang mengukur kelayakan suatu usaha adalah
rendah pada satuan luas per 1800 cm2 dan dengan menggunakan rasio yang didapat
1 m2 yaitu sebesar 968,94 g dan 5,38 dari penerimaan (revenue) dan biaya (cost),
kg/m2. Hal ini disebabkan karena semakin dengan kriteria hasil jika R/C rasio > 1 maka
tinggi populasi tanaman yang ditanam akan usaha layak untuk diusahakan, jika R/C
meningkatkan hasil tanaman dalam satuan rasio = 1 maka usaha berada pada kondisi
luas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian titik impas atau BEP (Break Even Point) dan
Firmansyah, Tino dan Aos (2009) jika R/C rasio < 1 maka usaha tersebut tidak
mengemukakan hasil tanaman dengan layak untuk diusahakan.
337
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 2, Februari 2019, hlm. 330 –338