Anda di halaman 1dari 11

17

Plantropica: Journal of Agricultural Science 2022. 7(1):17-27

Pengaruh Volume dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Lingkungan Mikro,


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Putih (Allium sativum)

The Effect of Volume and Frequency of Watering to Microenvironment, Growth and


Yield of Garlic Plants (Allium sativum)

Tiyas Maulidiya* dan Nur Edy Suminarti


Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia

Korespondensi: Tiyasmaulidiya@gmail.com

Diterima 16 Maret 2021 / Disetujui 7 Februari 2022

ABSTRAK
Tanaman bawang putih merupakan komoditas hortikultura yang umumnya ditanam di wilayah
dataran medium hingga dataran tinggi. Permintaan bawang putih terus meningkat, akan tetapi tingkat
produksi dari tanaman tersebut belum mampu mengimbangi permintaan konsumen. Pada dataran tinggi
luas lahannya semakin sempit, sehingga perlu upaya ekstensifikasi yaitu ke dataran yang lebih rendah.
Pengembangan tanaman bawang putih ke wilayah yang lebih rendah terdapat kendala berupa tingginya
suhu akibat tingginya penerimaan energi radiasi matahari, sehingga laju evaporasi tinggi yang
menyebabkan lebih rendahnya tingkat ketersediaan air bagi tanaman. Oleh karena itu, strategi budidaya
yang diterapkan di dataran yang lebih rendah harus mengacu pada efisiensi penggunaan air. Penelitian
dilakukan pada bulan Februari 2020 sampai dengan bulan Mei 2020 di Green House Lahan Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di Desa Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi. Perlakuan penelitian terdiri dari petak utama yaitu volume
air yang terdiri dari 4 macam yaitu J1 (400 mm.musim-1 (50%)), J2 (600 mm.musim-1 (75%)), J3 (800
mm.musim-1 (100%)) dan J4 (1000 mm.musim-1 (125%)), sedangkan anak petak yaitu frekuensi
pemberian air yang terdiri dari 3 macam yaitu P1 (1 hari sekali), P2 (2 hari sekali) dan P3 (3 hari sekali).
Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan perlakuan. Lingkungan mikro,
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang putih dengan pemberian air sebanyak 1000 mm.musim-1
didapatkan hasil tertinggi pada frekuensi 1 hari sekali dengan hasil sebesar 9,43 g.tan-1 pada berat
kering umbi.
Kata Kunci: Bawang Putih, Frekuensi, Lingkungan Mikro, Volume
ABSTRACT
Garlic is a horticultural commodity which is generally growth in medium to highland. Demand for
garlic continues to increase, but level of production from these plants can’t to keep up with consumer
demand. In highlands, the land area is getting narrower, so efforts are needed to extensification, namely
to lower land. Development of garlic plants to lower land has obstacles, that is high temperatures due
to high reception of solar radiation, so evaporation rate is high which can make lower of water availability
for plants. Therefore, the cultivation strategy applied in lower land must refer to efficiency of water use.
The research was conducted from February 2020 to May 2020 at the Green House of Experimental
Field, Faculty of Agriculture, Brawijaya University in Jatimulyo Village, Lowokwaru Distric, Malang City.
This study used a split plot design. The research treatment consisted of the main plot was the volume
of water consist of 4 types, there were J1 (400 mm.season-1 (50%)), J2 (600 mm.season-1 (75%)), J3

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
18
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

(800 mm.season-1 (100%)) and J4 (1000 mm.season-1 (125%)), while the subplot was the frequency of
watering consist of 3 types, there were P1 (once a day), P2 (once every 2 days) and P3 (once every 3
days). This experiment was repeated 3 times so that there were 36 treatment units. Microenvironment,
growth and yield of garlic plants with watering as much as 1000 mm.season-1 obtained the highest yields
at frequency once a day with the result was 9.43 g.plant-1 on dry weight of bulb.
Keywords: Frequency, Garlic, Microenvironment, Volume

yang diterapkan di dataran yang lebih


PENDAHULUAN
rendah harus mengacu pada efisiensi
Tanaman bawang putih (Allium penggunaan air. Tujuan penelitian adalah
sativum) merupakan salah satu komoditas untuk mempelajari pengaruh volume dan
hortikultura yang umbinya banyak frekuensi pemberian air dan menentukan
dimanfaatkan sebagai bumbu hampir di volume dan frekuensi pemberian air yang
setiap masakan. Hal ini karena umbi sesuai untuk pertumbuhan dan hasil
tersebut memberi bau khas yang tanaman bawang putih.
menyebabkan tingginya cita rasa dari suatu
METODOLOGI
masakan. Selain itu umbi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kesehatan seperti Penelitian dilakukan pada bulan
untuk pengobatan hipertensi, diabetes, Februari 2020 sampai dengan bulan Mei
demam dan penghambat tumbuhnya tumor 2020 di Green House Lahan Percobaan
(Majewski, 2014). Akibat tingginya manfaat Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di
umbi tersebut mengakibatkan permintaan Desa Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota
bawang putih terus meningkat, akan tetapi Malang. Lokasi terletak pada ketingggian
tingkat produksi dari tanaman tersebut 460 mdpl. Suhu minimum sekitar 18oC dan
belum mampu mengimbangi permintaan suhu maksimum sekitar 31 oC serta curah
konsumen. Tanaman bawang putih hujan sekitar 165 mm.bulan-1 (BPS, 2015).
umumnya ditanam di wilayah dataran Alat yang digunakan dalam penelitian
medium hingga dataran tinggi dengan ini meliputi polybag ukuran 7 kg, cangkul,
ketinggian tempat antara 600-1.200 mdpl. cetok, knapsack, tugal, termometer, soil
Akan tetapi karena pada dataran tinggi luas moisture tester, lux meter, kamera,
lahannya semakin sempit maka perlu meteran, timbangan analitik, gunting, oven,
upaya ekstensifikasi yaitu ke dataran yang kamera, penggaris dan alat tulis. Bahan
lebih rendah khususnya di Desa Jatimulyo. yang akan digunakan adalah siung bawang
Akan tetapi kendala pengembangan putih varietas Lumbuh Putih, pupuk
tanaman bawang putih ke wilayah yang Nitrogen (Urea: 46% N), pupuk Kalium
lebih rendah adalah tingginya suhu akibat (KCl: 60% K2O), pupuk Fosfor (SP-36: 36%
tingginya penerimaan energi radiasi P2O5) dan pestisida.
matahari, sehingga laju evaporasi tinggi Penelitian ini menggunakan
yang menyebabkan lebih rendahnya Rancangan Petak Terbagi (Split Plot)
tingkat ketersediaan air bagi tanaman. Air dengan volume pemberian air sebagai
merupakan senyawa yang penting bagi petak utama, terdiri dari (4) taraf yaitu; J1::
tanaman, Karena perannya yang sangat 400 mm.musim-1, J2: 600 mm.musim-1, J3:
besar yaitu sebagai bahan utama dalam 800 mm.musim-1 dan J4: 1000 mm.musim-
1
proses fotosintesis, sebagai pelarut unsur . Frekuensi pemberian air sebagai anak
hara serta untuk transportasi fotosintat dari petak, terdiri dari (3) taraf yaitu; P1: 1 hari
source ke sink (Maryani dan Gusmawartati, sekali, P2: 2 hari sekali dan P3: 3 hari
2012). Oleh karena itu strategi budidaya sekali. Pengamatan pada penelitian ini

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
19
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

mencakup komponen pertumbuhan, panen sehingga kandungan air didalam tanah


serta lingkungan mikro tanaman. Data hasil masih cukup tinggi. Semakin rendah suhu
pengamatan dianalisis dengan tanah maka evaporasi akan rendah, hal ini
menggunakan analisis ragam uji F dengan yang mengakibatkan kandungan air
taraf 5%, apabila terjadi interaksi atau didalam tanah masih tinggi. Mengingat
pengaruh nyata dari perlakuan maka kelembaban tanah merupakan gambaran
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur dari kandungan air didalam tanah.
(BNJ) dengan taraf 5% untuk mengetahui Tanaman sepanjang hari memerlukan air
perbedaan diantara perlakuan. untuk proses pertumbuhan tanaman dan
transpirasi. Jika distribusi air didalam tanah
HASIL dan PEMBAHASAN
kurang merata maka tanaman tidak bisa
Kelembaban Tanah Minimum dengan mudah menyerap air dan unsur
Hasil penelitian menunjukkan hara didalam tanah sehingga menganggu
terjadinya interaksi nyata antara volume proses pertumbuhan. Menurut Noorhadi
dan frekuensi pemberian air pada dan Utomo (2002), frekuensi pemberian air
pengamatan kelembaban tanah minimum. dapat mempengaruhi kelembaban tanah
Pada volume pemberian air (400 hingga terutama pada siang hari karena pada
1000 mm.musim-1), kelembaban tanah siang hari air yang dibutuhkan lebih banyak
minimum yang dihasilkan oleh frekuensi 1 sehingga semakin banyak air yang tersedia
hari sekali adalah lebih tinggi bila bagi tanaman, maka tanaman akan lebih
dibandingkan dengan frekuensi 3 hari mudah menyerap air dari dalam tanah
sekali (Tabel 1). Tingginya kelembaban sehingga berdampak positif terhadap
tanah minimum pada frekuensi 1 hari sekali pertumbuhan tanaman karena proses
dikarenakan suhu yang terbentuk rendah, fotosintesis dapat dilakukan.
Tabel 1. Rata-rata kelembaban tanah minimum (%) akibat interaksi antara volume dan
frekuensi pemberian air pada umur pengamatan 88 hst
Perlakuan Frekuensi pemberian air
P1 P2 P3
(1 hari sekali) (2 hari sekali) (3 hari sekali)
Volume pemberian air
(mm.musim-1)
J1 (400) 25,00 b 20,00 b 13,33 a
A A A
J2 (600) 28,33 b 23,33 ab 18,33 a
AB A AB
J3 (800) 28,33 b 21,67 a 20,00 a
AB A B
J4 (1000) 31,67 a 30,00 a 28,33 a
B B C
BNJ 5% 6,04
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf
p=5%, hst=hari setelah tanam.

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
20
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

Tabel 2. Rata-rata panjang akar per tanaman pada berbagai volume dan frekuensi pemberian
air pada umur pengamatan 107 hst
Panjang akar per tanaman (cm) pada umur
Perlakuan
pengamatan 107 hst
Volume pemberian air
(mm.musim-1)
J1 (400) 12,92 b
J2 (600) 12,43 ab
J3 (800) 11,19 ab
J4 (1000) 10,90 a
BNJ 5% 1,85
Frekuensi pemberian air
P1 (1 hari sekali) 10,86 a
P2 (2 hari sekali) 11,78 ab
P3 (3 hari sekali) 12,94 b
BNJ 5% 1,80
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p=5%, hst= hari setelah tanan.

Panjang Akar dari pada memperluas sebaran jangkauan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar. Perubahan distribusi asimilat yang
panjang akar yang dihasilkan oleh digunakan untuk pertumbuhan akar
pemberian air sebanyak 400 mm.musim-1 menyebabkan pertumbuhan tajuk
lebih panjang bila dibandingkan dengan berkurang.
pemberian air sebanyak 1000 mm.musim-1
Berat Kering Akar
(Tabel 2). Ketersediaan air didalam tanah
pada kondisi air yang tercekam Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menyebabkan akar akan tumbuh ke bawah pada frekuensi 1 hari, berat kering akar
guna mencari sumber air untuk tertinggi dihasilkan oleh pemberian air
keberlangsungan pertumbuhan. Hal ini sebanyak 1000 mm.musim-1 (Tabel 3). Hal
dikarenakan perubahan distribusi asimilat ini dikarenakan akar dapat mefokuskan
yang digunakan untuk pertumbuhan akar sebaran jangkauan akar sehingga tanaman
dari pada organ lainnya seperti daun. dapat meningkatkan laju fotosintesis.
Menurut Song dan Banyo (2011), adaptasi Tingginya laju fotosintesis akan
tanaman pada saat terjadi cekaman air meningkatkan hasil asimilat, sehingga
adalah mengubah distribusi asimilat baru energi yang dibutuhkan tanaman untuk
dan mengatur derajat pembukaan stomata. pertumbuhan dapat terpenuhi terutama
Perubahan distribusi asimilat baru akan dalam pembentukan organ tanaman.
mendukung pertumbuhan akar daripada Sedangkan tanaman yang mengalami
tajuk. Asimilat tersebut digunakan untuk kekurangan air akan menurunkan laju
memaksimalkan pertumbuhan sistem fotosintesis yang akan menghambat
perakaran, sehingga pertumbuhan proses pertumbuhan tanaman dan
tanaman pada bagian atas akan relatif lebih berpengaruh terhadap penurunan
kecil. Hal ini juga berlaku pada frekuensi fotosintat, sebaliknya jika terjadi
pemberian air, 3 hari sekali menghasilkan peningkatan fotosintesis maka jumlah
panjang akar lebih panjang dari pada 1 hari fotosintat yang ditranslokasikan ke bagian
sekali. Hal ini dikarenakan pada pemberian daun/tajuk akan lebih besar. Menurut Lubis
air 3 hari sekali distribusi air kurang merata et al. (2017), pertumbuhan akar yang baik
dan tidak tersedia sepanjang hari, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tajuk
pertumbuhan akar fokus tumbuh ke bawah tanaman sebab akar akan menyerap air

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
21
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

tanah dan unsur hara secara optimal untuk tanaman. Menurut Marzukoh et al. (2013),
selanjutnya disalurkan ke organ fotosintat yang menyebutkan bahwa salah satu
dan mensintesisnya menjadi energi yang bentuk terhambatnya pembentukan dan
dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, pada perkembangan sel, salah satunya
kondisi tanah yang kekurangan air, akar diakibatkan oleh cekaman air yang
akan lebih memfokuskan dalam menyebabkan jumlah akar yang terbentuk
pemanjangan akar daripada meperluas sedikit dan daerah persebaran akar
jangkauan akar. Hal ini sebagai upaya tanaman juga relatif sempit.
tanaman dalam pemenuhan kebutuhan air
Tabel 3. Rata-rata berat kering akar per tanaman (g) akibat interaksi antara volume dan
frekuensi pemberian air pada umur pengamatan 107 hst
Perlakuan Frekuensi pemberian air
P1 P2 P3
(1 hari sekali) (2 hari sekali) (3 hari sekali)
Volume pemberian air
(mm.musim-1)
J1 (400) 0,35 a 0,29 a 0,24 a
A A A
J2 (600) 0,55 b 0,48 b 0,26 a
AB AB A
J3 (800) 0,69 b 0,57 ab 0,37 a
B B AB
J4 (1000) 1,05 b 0,65 a 0,53 a
C B B
BNJ 5% 0,23
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf
p=5%.

Luas Daun tanaman mengalami kekurangan air,


jumlah dan kerapatan stomata akan
Hasil penelitian menunjukkan adanya
berkurang. Untuk mengurangi kehilangan
interaksi nyata antara volume dan frekuensi
air melalui proses transpirasi, stomata akan
pemberian air terhadap parameter luas
menutup dengan cepat. Hal ini akan
daun. Dilihat dari berbagai volume (400
berdampak pada penyerapan CO2 menjadi
hingga 1000 mm.musim-1) dengan
berkurang sehingga asimilat yang
perlakuan frekuensi pemberian air, luas
dihasilkan rendah. Menurut Prabawati et al.
daun yang dihasilkan oleh frekuensi 3 hari
(2017), penurunan jumlah pemberian air
sekali lebih rendah bila dibandingkan
dari 100% KL menjadi 25% KL diikuti
dengan pemberian air 1 hari sekali pada
dengan penurunan kerapatan stomata
umur pengamatan 70 hst (Tabel 4).
pada tanaman kacang bogor. Hal ini juga
Kecilnya luas daun yang dihasilkan pada
sejalan dengan hasil penelitian Suminarti et
pemberian 3 hari sekali merupakan respon
al. (2020), yang menginformasikan bahwa
tanaman untuk mengurangi luas bidang
kerapatan stomata terendah pada tanaman
kehilangan air. Semakin kecil luas daun
bit merah didapatkan pada perlakuan
maka semakin kecil tempat
volume pemberian air 350 mm.musim-1
berlangsungnya fotosintesis, sehingga
sebesar 111,74 m-2 dibandingkan dengan
asimilat yang dihasilkan akan rendah.
pemberian air sebanyak 1150 mm.musim-1
Selain itu, kekurangan air menyebabkan
sebesar 284,09 m-2. Selain itu rendahnya
rendahnya kerapatan stomata. Ketika

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
22
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

air yang diberikan menyebabkan matahari sehingga berdampak pada


kandungan klorofil dalam daun rendah. Hal rendahnya asimilat yang dihasilkan.
ini dikarenakan proses nitrifikasi terhambat, Menurut Suminarti et al. (2020), kandungan
dimana proses perubahan nitrit (NO2–) klorofil terendah pada tanaman bit merah
menjadi nitrat (NO3–) terganggu sehingga didapatkan pada perlakuan volume
ketersediaan N bagi tanaman berkurang. pemberian air 350 mm musim-1 sebesar
Mengingat N berfungsi dalam 0,84 μg .2g-1 berat segar dibandingkan
pembentukan hijau daun (klorofil) yang dengan pemberian air sebanyak 1150 mm
sangat berguna dalam proses fotosintesis. musim-1 sebesar 4,50 μg.2g-1 berat segar,
Jika semakin rendah klorofil maka akan dikarenakan ketersediaan air bagi tanaman
semakin rendah tempat penyerapan sinar yang terbatas.
Tabel 4. Rata-rata luas daun per tanaman (cm 2) akibat interaksi antara volume dan frekuensi
pemberian air pada umur pengamatan 70 hst
Perlakuan Frekuensi pemberian air
P1 P2 P3
(1 hari sekali) (2 hari sekali) (3 hari sekali)
Volume pemberian air
(mm.musim-1)
J1 (400) 130,42 b 92,54 a 76,82 a
A A A
J2 (600) 138,53 b 117,57 ab 94,22 a
A B A
J3 (800) 168,69 c 144,35 b 96,72 a
B C A
J4 (1000) 169,73 b 153,06 b 127,13 a
B C B
BNJ 5% 23,95
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf
p=5%, hst=hari setelah tanam.

Tabel 5. Rata-rata berat kering total tanaman (g) akibat interaksi antara volume dan frekuensi
pemberian air pada umur pengamatan 107 hst
Perlakuan Frekuensi pemberian air
P1 P2 P3
(1 hari sekali) (2 hari sekali) (3 hari sekali)
Volume pemberian air
(mm.musim-1)
J1 (400) 7,32 b 6,14 ab 4,14 a
A A A
J2 (600) 9,28 b 7,88 ab 6,19 a
A AB A
J3 (800) 12,38 b 9,72 a 9,09 a
B B B
J4 (1000) 15,95 b 12,23 a 10,56 a
C C B
BNJ 5% 2,19
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf
p=5%.

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
23
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

Berat Kering Total Tanaman hara, yang akhirnya berdampak pada


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpenuhinya kebutuhan tanaman untuk
pada frekuensi pemberian air, berat kering melangsungkan pembentukan asimilat.
total tanaman yang dihasilkan oleh Asimilat yang dihasilkan akan disimpan
pemberian air sebanyak 1000 mm.musim-1 sebagai sink, dan sebagian lagi digunakan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk energi pertumbuhan. Sehingga
pemberian air sebanyak 400 mm.musim-1 semakin banyak fotosintat yang dihasilkan
(Tabel 5). Hal ini didikarenakan tingginya tanaman, maka semakin tinggi pula bobot
luas daun dan sebaran jangkauan akar. kering tanaman tersebut. Menurut Alam et
Semakin tinggi luas daun yang terbentuk al. (2010), asimilat adalah energi yang
maka semakin luas tempat fotosintesis dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman
penerimaan sinar matahari. Selain itu, seperti pembentukan jumlah daun,
tingginya sebaran jangkauan akar dapat perkembangan luas daun ataupun organ
mudah dalam menyerap air dan unsur tanaman lainnya.

Tabel 6. Rata-rata bobot segar umbi per tanaman (g) akibat interaksi antara volume dan
frekuensi pemberian air pada umur pengamatan 107 hst
Perlakuan Frekuensi pemberian air
P1 P2 P3
(1 hari sekali) (2 hari sekali) (3 hari sekali)
Volume pemberian air
(mm.musim-1)
J1 (400) 6,21 b 5,35 ab 4,49 a
A A A
J2 (600) 6,96 b 6,25 ab 5,17 a
AB AB AB
J3 (800) 7,91 a 7,78 a 6,48 a
B B B
J4 (1000) 10,71 b 8,69 a 7,53 a
C B B
BNJ 5% 1,49
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf
p=5%.

Bobot Segar Umbi meningkat, maka aktivitas pembongkaran


karbohidrat akan menjadi lebih besar,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karena tanaman akan terangsang untuk
pada volume (400 hingga 1000 mm.musim-
1 melakukan respirasi yang lebih cepat. Jika
), bobot segar umbi yang dihasilkan oleh
semakin cepat aktivitas repirasi, maka
frekuensi 3 hari sekali lebih rendah
karbohidrat yang dibongkar akan semakin
daripada 1 hari sekali (Tabel 6). Hal ini tidak
banyak, sehingga mengakibatkan
hanya dikarenakan rendahnya luas daun
rendahnya translokasi karbohidrat ke
dan sebaran jangkauan akar, akan tetapi
bagian tanaman terutama pada bagian
suhu tanah juga mempengaruhi bobot
ekonomis tanaman (umbi). Menurut Timlin
segar umbi. Suhu tanah yang dihasilkan
et al. (2006), suhu tanah yang rendah dapat
pada pemberian air sebanyak 3 hari sekali
mengurangi laju respirasi akar sehingga
adalah lebih tinggi dari pemberian air
asimilat yang dapat disumbangkan untuk
lainnya. Suhu tanah mempengaruhi proses
penimbunan cadangan bahan makanan
metabolisme tanaman. Ketika suhu tanah

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
24
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

menjadi lebih banyak. Selain itu, rendahnya Mekanisme adaptasi tanaman terhadap
pemberian air menyebabkan luas daun cekaman berupa penutupan stomata
yang terbentuk sempit guna mengurangi menyebabkan terhambatnya proses
transpirasi dan penutupan stomata tinggi. fotosintesis sehingga berpengaruh
Dampak dari penutupan stomata adalah terhadap produksi bahan kering dan hasil
penyerapan CO2 pada daun terhambat, akhir tanaman (Sacita, 2016).
sehingga asimilat yang dihasilkan rendah.
Tabel 7. Rata-rata berat kering umbi per tanaman (g) akibat interaksi antara volume dan
frekuensi pemberian air pada umur pengamatan 107 hst
Perlakuan Frekuensi pemberian air
P1 P2 P3
(1 hari sekali) (2 hari sekali) (3 hari sekali)
Volume pemberian air
(mm.musim-1)
J1 (400) 4,82 b 4,17 ab 3,23 a
A A A
J2 (600) 5,92 b 5,19 b 3,87 a
AB A AB
J3 (800) 6,96 b 6,53 b 5,05 a
B B B
J4 (1000) 9,43 b 7,39 a 6,17 a
C B B
BNJ 5% 1,22
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf
p=5%.

Berat Kering Umbi Tabel 8. Rata-rata jumlah siung per


tanaman pada berbagai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
volume dan frekuensi
pada volume (400 hingga 1000 mm.musim - pemberian air pada umur
1
), berat kering umbi yang dihasilkan oleh pengamatan 107 hst
frekuesni 3 hari sekali lebih rendah
Jumlah siung
daripada 1 hari sekali (Tabel 7). Hal ini per tanaman
disebabkan jangkauan sebaran akar Perlakuan pada umur
rendah sehingga dalam pemenuhan pengamatan
107 hst
kebutuhan air tanaman rendah. Mengingat
Volume pemberian air
peran air sebagai alat tranportasi hasil (mm.musim-1)
fotosintesis tanaman, dengan kondisi tanah J1 (400) 2,15 a
yang kering menyebabkan translokasi J2 (600) 2,59 ab
J3 (800) 2,59 ab
asimilat menjadi terhambat, terutama pada
J4 (1000) 3,07 b
bagian ekonomis tanaman (umbi). Menurut BNJ 5% 0,81
Rasyid et al. (2010) menyatakan bahwa Frekuensi pemberian air
cekaman air pada masa generatif akan P1 (1 hari sekali) 2,78
P2 (2 hari sekali) 2,75
menurunkan hasil produksi tanaman.
P3 (3 hari sekali) 2,28
Tanaman yang mengalami cekaman air, BNJ 5% tn
mengakibatkan luas daun yang dihasilkan Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf
kecil. yang sama pada kolom dan perlakuan
yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf
p=5%, tn=tidak berpengaruh nyata,
hst= hari setelah tanam.

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
25
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

Semakin kecil penampang daun, maka menyebabkan terjadi penggenangan atau


sinar matahari yang diterima semakin waterlogging pada saat penyiraman,
rendah sehingga asimilat yang dihasilkan sehingga jumlah siung yang terbentuk tidak
rendah. Tanaman yang mengalami jauh berbeda pada perlakuan frekuensi.
cekaman kekurangan air secara terus
KESIMPULAN
menerus akan menurunkan hasil tanaman,
kualitas tanaman, dan bahkan tanaman 1. Terjadi interaksi nyata antara volume
gagal membentuk hasil (Nurchaliq et al., dan frekuensi pemberian air pada
2013). komponen pengamatan meliputi:
komponen lingkungan mikro berupa
Jumlah Siung
kelembaban tanah minimum,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komponen pertumbuhan berupa luas
pada pemberian air sebanyak 1000
daun per tanaman. Selanjutnya pada
mm.musim-1 menghasilkan jumlah siung
komponen panen berupa berat segar
lebih tinggi bila dibandingkan dengan
akar per tanaman, berat kering akar per
pemberian air sebanyak 400 mm.musim-1
tanaman, berat segar total tanaman,
(Tabel 8). Tingginya jumlah siung yang
berat kering total tanaman, bobot segar
dihasilkan oleh pemberian air sebanyak
umbi per tanaman serta berat umbi
1000 mm musim-1 suhu tanah yang
kering per tanaman.
terbentuk rendah. Suhu tanah yang rendah
2. Lingkungan mikro, pertumbuhan dan
mengakibatkan respirasi berjalan lambat,
hasil tanaman bawang putih dengan
sehingga karbohidrat yang dibutuhkan
pemberian air sebanyak 1000
dalam proses respirasi menjadi lebih sedikit -1
mm.musim didapatkan hasil tertinggi
bila dibandingkan dengan yang akan
pada frekuensi 1 hari sekali sebesar
ditanslokasikan pada bagian ekonomis
9,43 g.tan-1 pada berat kering umbi.
tanaman (umbi). Jumlah karbohidrat yang
diproduksi oleh tanaman tinggi, sehingga DAFTAR PUSTAKA
cadangan makanan tanaman atau bagian Alam, M. S., S. M. Imran., M. A. Sattar., M.
ekonomis (umbi) yang terbentuk menjadi R. Islam dan M. M. A. Hossain. 2010.
banyak/tinggi (Hamdani et al., 2017). Effect of different organic and inorganic
Perlakuan frekuensi pemberian air pada fertilizers on growth (Colocasia
parameter jumlah siung tidak memberikan esculenta) cv. sali kachu. Agrofor.
pengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada Environ. 4 (2): 53 – 56.
penelitian, tanah yang digunakan memiliki https://jaebd.com/wpcontent/uploads/2
tekstur lempung berdebu. Tekstur tanah 018/09/12.-Effect-of-different-organic-
sangat berpengaruh terhadap kemampuan and-inorganic-fertilizers-on-growth-
tanah dalam mengikat air. Tanah bertekstur and-yield-of-mukhi-kachu-SM-
lempung berdebu memiliki laju infiltrasi Imran.pdf.
yang lebih rendah bila dibandingkan Badan Pusat Statistik [BPS]. 2015. Curah
dengan tekstur tanah yang lebih kasar, Hujan (mm) dan Hari Hujan, Hujan
seperti tekstur pasir maupun lempung Maksimum (mm) Tanggal Hujan Maks
berpasir. Menurut Budianto et al. (2014), Tiap Bulan 2004-2013. Badan Pusat
tekstur lempung berdebu tergolong Statistik, Jakarta.
memiliki kecepatan laju infiltrasi cukup Budianto, P. T. H., Ruslan W. dan
lambat bila dibandingkan dengan tekstur Bambang S. 2014. Perbedaan laju
lempung berpasir.Rendahnya laju infiltrasi iniiltrasi pada lahan hutan tanaman

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
26
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

industri pinus, jati dan mahoni. https://doi.org/10.20961/agsjpa.v15i1.1


J.Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 8986.
1 (2): 15 – 24. i Noorhadi dan S. Utomo. 2002. Kajian
http://jsal.ub.ac.id/index.php.jsal/article volume dan frekuesni pemberian air
/view/129. terhadap iklim mikro pada tanaman
Hamdani, B. H. A. P., N. E. Suminarti, dan jagung bayi (Zea mays L.) di tanah
Ariffin. 2017. Studi tingkat ketebalan entisol. Fakultas Pertanian, Universitas
mulsa jerami padi pada pertumbuhan Sebelas Maret. J. Sains Tanah, 2 (1):
dan hasil tanaman talas (Colocasia 37 – 38.
esculanta (L.) Schoot var. Antiquorum) https://jurnal.fp.uns.ac.id/index.php/tan
di lahan kering pada musim kemarau. J. ah/article/view/106/190.
Pro. Tan. 5 (4): 677 – 685. Nurchaliq, A., M. Baskara dan N. E.
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/ind Suminarti. 2013. Pengaruh jumlah dan
ex.php/protan/article/view/430. waktu pemberian air pada
Lubis, P. A., S. Y. Tyasmoro, dan Sudiarso. pertumbuhan dan hasil tanaman talas
2017. Pengaruh jenis dan ketebalan (Colocasia esculenta (L.) Schott Var.
mulsa dalam mmpertahankan Antiquorum). J. Pro Tan, 2 (5): 354 –
kandungan air tanah dan dampaknya 360.
terhadap tanaman kedelai (Glycine http://protan.studentjournal.ub.ac.id/ind
max (L.) Merril) di Lahan Kering. J. Pro. ex.php/protan/article/view/118/114.
Tan. 5 (5): 791 – 978. i Prabawati, Dian., Kuswanto dan N. R.
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/ind Ardiarini. 2017. Evaluasi ketahanan
ex.php/protan/article/view/444. beberapa galur kacang bogor (Vigna
Maryani, A. dan Gusmawartati. 2012. subterranean (L.) Verdc.) terhadap
Pengaruh volume pemberian air cekaman kekeringan. J. Pro. Tan. 5 (6):
terhadap pertumbuhan bibit kelapa 895 – 903.
sawit di pembibitan utama. Program http://protan.studentjournal.ub.ac.id/ind
Studi Agroekoteknologi. Fakultas ex.php/protan/article/view/457.
Pertanian Universitas Jambi, 1 (2): 64 – Rasyid, B., S. S. R. Samosir dan F.
74. http://ejournal.uin- Sutomo. 2010. Respon tanaman
suska.ac.id/index.php/agroteknologi/art jagung (Zea mays) pada berbagai
icle/view/16/12. regim air tanah dan pemberian pupuk
Majewski, M. 2014. Allium sativum: Facts nitrogen. Fakultas Pertanian,
and myths regarding human health. J Universitas Hasanuddin. Makasar: 1 –
Natl Ins Public Health, 65 (1): 1-8. i 9.
https://www.semanticscholar.org/paper http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id
/Allium-sativum%3A-facts-and-myths- /wp-content/uploads/2016/12/04.pdf.
regarding-human- Sacita, A. S. 2016. Respon tanaman
Majewski/246d59ea5226348604dca7b kedelai (Glycine max L.) terhadap
a0d5d1c93724f16b6. cekaman kekeringan pada fase
Marzukoh, U,R., Sakya, T, A dan Rahayu, vegetatif dan generatif. Disertasi.
M. 2013. Pengaruh volume pemberian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
air terhadap pertumbuhan tiga varietas https://repository.ipb.ac.id/handle/1234
tomat (Lycopersicum esculentum Mill). 56789/80462.
J. Agrosains 15 (1): 12 – 16. Diunduh di Song, A. N. dan Y. Banyo. 2011.
Konsentrasi klorofil daun sebagai

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3
27
Tiyas Maulidiya & Nur Edy Suminarti, Pengaruh Volume dan...

indikator kekurangan air pada tanaman.


J. Ilmiah Sains, 11 (2): 166 – 173.
https://doi.org/10.35799/jis.11.2.2011.2
02.
Suminarti, N. E., Tika N. D. dan Aninda N.
F. 2020. The combined effect of volume
water supply and varieties on
physiological aspects, growth, and yield
of red beetroot (Beta vulgaris L.) in
dryland jatikerto, indonesia.
International Journal of Environment,
Agriculture and Biotechnology, 5 (2):
436 – 450. http://journal-
repository.com/index.php/ijeab/article/v
iew/1902.
Timlin, D., S.M.L. Rahman, J. Baker, V.R
Reddy, D. Feisher, B. Quebedeaux.
2006. Whole plant photosynthesis,
development, and carbon partitioning in
potato as a function of temperature.
Agron, 98 (5): 1195 – 1203.
https://doi.org/10.2134/agronj2005.026
0.

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3

Anda mungkin juga menyukai